TINJAUAN PUSTAKA
Klorida merupakan salah satu senyawa yang umum terdapat di perairan. Senyawa-
senyawa klorida tersebut mengalami proses disosiasi dalam air membentuk ion.
Ion klorida pada dasarnya mempunyai pengaruh kecil terhadap sifat- sifat kimia
dan biologi perairan. Kation dari gram-gram klorida dalam air terdapat dalam
keadaan mudah larut. Ion klorida secara umum tidak membentuk senyawa
kompleks kuat dengan ion-ion logam. Ion ini juga tidak dapat dioksidasi dalam
keadaan normal dan bersifat toksik. Kelebihan garam klorida dapat menyebabkan
penurunan kualitas air (Amaliah, 2012).
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau dikenal
dengan acid neutralizing capacity (ANC) atau kuantitas anion dalam air yang
dapat menetralkan kation hydrogen. Alkalinitas juga diartikan sebagai kapasitas
penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan. Penyusun
alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-), dan
hidroksida (OH-). Borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-), fosfat (HPO42- dan H2PO4-),
sulfida (HS-), dan amonia (NH3). Sebagai pembentuk alkalinitas yang utama
adalah bikarbonat, karbonat, dan hidroksida, dan bikarbonat adalah paling banyak
terdapat pada perairan alami (Akhlis, 2014).
Komposisi kimia di laut dapat dipengaruhi oleh adanya perubahan bahan organik,
Bahan organik maupun anorganik yang masuk ke dalam perairan laut akan terlarut
di air mengalami proses penguraian membentuk larutan padat dan gas. Komposisi
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUM AIR
Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163
kimia di perairan laut sangat kompleks bahkan saling berinteraksi sehingga untuk
melakukan determinasi bahan kimia dari alam yang terlarut sangat sulit. Kadar
klorida bervariasi menurut iklim. Perairan di wilayah yang beriklim basah
(humid), kadar klorida biasanya kurang dari 10 mg/L, sedangkan pada perairan di
wilayah semi-arid dan arid (kering), kadar klorida mencapai ratusan mg/liter.
Keberadaan klorida pada perairan alami berkisar antara 2-20 mg/L. Kadar klorida
250 mg/L dapat mengakibatkan air menjadi asin. Air laut mengandung klorida
sekitar 19.300 mg/L (Limbung, 2014).
Tahun 1994, Scott menyatakan bahwa klorin dalam suhu kamar berbentuk gas,
termasuk unsur golongan halogen, sangat reaktif dan merupakan oksidator kuat
yang mudah bereaksi dengan berbagai unsur. Suhu -34˚C, klorin berbentuk cair
dan pada suhu -103˚C berbentuk padatan kristal kekuningan. Klorida tidak
bersifat toksik bagi makhluk hidup, bahkan berperan dalam pengaturan tekanan
osmotik sel. Klorin sering digunakan sebagai disinfektan untuk menghilangkan
mikroorganisme yang tidak dibutuhkan, terutama bagi air yang diperuntukkan
bagi kepentingan domestik (Limbung, 2014).
Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan jumlah ion
karbonat dan bikarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada
perairan tawar. Nilai ini menggambarkan kapasitas air untuk menetralkan asam,
atau biasa juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity)
terhadap perubahan pH. Perairan mengandung alkalinitas
≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif
stabil terhadap perubahan asam/basa sehingga kapasitas
buffer atau basa lebih stabil. Selain bergantung pada pH, alkalinitas juga
dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion. Nilai alkalinitas
alami tidak pernah melebihi 500 mg/L CaCO3. Perairan dengan nilai alkalinitas
yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena biasanya
Klorida merupakan salah satu anion anorganik utama yang ditemukan secara
alami di perairan. Keberadaan klorida berlebih di dalam air mengindikasikan
bahwa air tersebut telah mengalami pencemaran. Kadar klorida dalam air
berpengaruh terhadap tingkat keasinan air. Semakin tinggi konsentrasi klorida
maka semakin asin air yang menyebabkan menurunnya kualitas air tersebut
(Huljani, 2018).
Kadar klorida dalam jumlah banyak akan menimbulkan rasa asin, korosi pada
pipa sistem penyediaan air panas. Klorida sebagai desinfektan, residu khlor di
dalam penyediaan air sengaja dipelihara, tetapi khlor ini dapat terikat pada
senyawa organik dan membentuk halogen-hidrokarbon (CL-HC) banyak
diantaranya dikenal sebagai senyawa-senyawa karsinogenik. Beberapa dampak
yang ditimbulkan oleh klorida pada lingkungan adalah menimbulkan pengkaratan
atau dekomposisi pada logam karena sifatnya yang korosif, ikan dan biota air
tidak bisa bertahan hidup dalam kadar klorida yang tinggi serta kerusakan
ekosistem pada perairan terbuka atau eutrofikasi (Utary, 2016).
Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu
menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut
sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas buffer dari ion bikarbonat, dan
sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut
di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman
dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l)
kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari
Sistem penukar ion tersedia dalam konfigurasi dua tanki (two bed) atau dalam
satu tanki (mixed bed). Konfigurasi dua tanki yaitu pertukaran ion menggunakan
dua tanki, masing-masing terdiri dari cation tank dan anion tank. Sistem dari
proses ini adalah tanki pertama diisi dengan resin kation asam kuat (SAC) yang
menangkap kation terlarut, dan melepaskan ion hidrogen (H+) sebagai gantinya.
Larutan asam mineral yang dihasilkan kemudian dialirkan ke anion tank yang
berisi resin anion kuat (SBA) (Deltapuro, 2019).
Sistem demineralisasi ini dapat menghasilkan kualitas air yang lebih tinggi
dibandingkan dengan sistem dua tanki. Aliran air dilewatkan melalui unit sistem
ini sehingga terjadinya reaksi pertukaran kation dan anion secara bersamaan di
dalam unit, dan dapat mengurangi efek masalah kebocoran natrium yang dapat
mengganggu kualitas air yang dihasilkan. Akan tetapi, sistem ini membutuhkan
proses regenerasi resin yang lebih banyak. Demineralisasi dapat menjadi alternatif
Awalnya, resin penukar ion yang digunakan adalah resin alami. Namun, seiring
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, resin dapat dibuat dari
kapolimerisasi zat-zat tertentu yang mengandung ion pelarutan sebagai gugus
fungsinya. Proses kimia yang terlibat dalam resin penukar ion ini adalah ion fasa
cair dan ion fasa padat. Contoh yang terdapat proses demineralisasi yaitu kation
Na+ dan anion Cl- disisihkan dari air dan solid resin akan melepas ion H+ untuk
ditukar dengan Na+ dan OH- ditukar dengan Cl- sehingga kandungan Na+ dan Cl-
dalam air menjadi berkurang atau bahkan akan menghilang (Nugroho, 2013).
Osmosis terbalik dilakukan dengan cara memberikan tekanan pada bagian larutan
dengan konsentrasi tinggi menjadi melebihi tekanan pada bagian larutan dengan
konsentrasi rendah. Sehingga larutan akan mengalir dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah. Proses perpindahan larutan terjadi melalui sebuah membran
yang semipermeabel dan tekanan yang diberikan adalah tekanan hidrostatik
(Agung, 2019).
Pada Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 ditetapkan standar atau baku mutu
untuk kadar klorida dan alkalinitas. Standar baku mutu untuk daerah sungai, dan
danau yaitu antaranya 300-600 mg/L, dan untuk standar atau baku mutu untuk
alkalinitas tidak dipersyaratkan.
Keterangan: