Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nur Hilaliah

Nim : G011191093
Kelas : Sistem Pertanian Berkelanjutan B
Tugas : pengolahan Usahatani Padi Terintegrasi dengan Ternak yang Berkelanjutan

PENDAHULUAN
Sistem Pertanian Terintegrasi atau lebih dikenal dengan Simantri telah menjadi model
pembangunan pertanian. Secara teknis Simantri merupakan kegiatan integrasi pertanian
dalam arti luas yang diintroduksikan pada usaha tanaman pangan, palawija dan hortikultura,
peternakan, perkebunan, perikanan, dan tanaman kehutan-an pada satu wilayah/lokasi
kegiatan. Simantri juga sekaligus merupakan pengembangan model percontohan dalam
percepatan alih teknologi kepada masyarakat perdesaan yang diakselerasi sebelumnya
melalui model Prima Tani.
Sasaran Simantri meliputi peningkatan luas tanam, populasi ternak, perikanan dan
kualitas hasil, tersedianya pakan ternak berkualitas sepanjang tahun, tersedianya pupuk dan
pestisida organik, biogas, kemudian berkembangnya diversifikasi usaha dan lembaga usaha
ekonomi serta infrastruktur di perdesaan (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2013).
Kegiatan integrasi yang dilaksanakan juga berorientasi pada usaha pertanian tanpa
limbah (zero waste) dan menghasilkan 4 F (food, feed, fertilizer, dan fuel). Kegiatan utama
Simantri adalah mengintegrasikan usaha budi daya tanaman dan ternak. Limbah tanaman
diolah untuk pakan ternak dan cadangan pakan pada musim kemarau. Limbah ternak (faeces,
urine) diolah menjadi biogas, biourine, pupuk organik dan biopestisida (Dinas Pertanian
Tanaman Pangan, 2013; Wisnuardhana, 2009).
Pengembangan ternak pola integrasi dalam suatu sistem pertanian yang ramah
lingkungan merupakan suatu strategi yang sangat penting dalam mewujudkan kesejahteraan
rumah tangga petani dan masyarakat pedesaan secara lestari (Diwyanto dan Priyanti, 2001).
Konsep pertanian terpadu yang melibatkan tanaman dan ternak sebenarnya sudah
diterapkan oleh petani di Indonesia sejak mereka mengenal pertanian, namun penerapannya
masih secara tradisional, tanpa memperhitungkan untung-rugi, baik secara finansial maupun
dalam konteks pelestarian lingkungan hidup. Penelitian sistem tanaman-ternak secara
sistematis telah dilakukan sejak awal 1980-an. Penelitian ini mempertimbangkan aspek-aspek
keberlanjutan (sustainable) yang ramah lingkungan (environmentally tolerable), secara sosial
diterima masyarakat(socially acceptable), secara ekonomi layak (economically feasible) dan
diterima secara politis (politically desirable) (Diwyanto et al, 2002).

ISI
A. Pengertian Model Integrasi Tanaman Ternak
Model integrasi tanaman ternak yang dikembangkan di lokasi beberapa daerah dan negara
berorientasi pada konsep sistem produksi tanpa limbah (zero waste production system), yaitu
seluruh limbah dari ternak dan tanaman didaur ulang dan dimanfaatkan kembali ke dalam
siklus produksi. Komponen usahatani dalam model ini meliputi usaha ternak sapi potong,
tanaman pangan (padi atau jagung), hortikultura (sayuran), perkebunan (tebu), dan perikanan
(lele, gurami, nila). Limbah ternak (kotoran sapi) diproses menjadi kompos dan pupuk
organik granuler serta biogas; limbah pertanian (jerami padi, batang dan daun jagung, pucuk
tebu, jerami kedelai dan kacang tanah) diproses menjadi pakan (Direktorat Jenderal
Peternakan, 2010).
Pengembangan kegiatan pembangunan pertanian melalui kegiatan integrasi tanaman-ternak
juga telah menjadi pola usahatani yang banyak dikembangkan di berbagai daerah dan
agroekosistem di Indonesia. Selain menjadi sumber pendapatan keluarga, pola ini dipandang
dapat memberikan berbagai dampak pada proses integrasi dengan program pengembangan
usaha lainnya yang lebih luas. Berbagai pola pengembangan integrasi tanaman-ternak baik
yang berbasis komoditas maupun agroekosistem telah menjadi bagian dalam upaya
mendukung usaha pembibitan sapi potong dalam negeri (Winarso dan Basuno, 2013).
2013).
Konsep yang disampaikan Pasandaran et al. (2005) menyatakan bahwa salah satu sistem
usahatani yang dapat mendukung pembangunan pertanian di wilayah perdesaan adalah sistem
integrasi tanaman-ternak. Ciri utama dari pengintegrasian tanaman dengan ternak adalah
terdapatnya keterkaitan yang saling menguntungkan antara tanaman dengan ternak.
Keterkaitan tersebut terlihat dari pembagian lahan yang saling terpadu dan pemanfaatan
limbah dari masing masing komponen. Saling keterkaitan berbagai komponen sistem
integrasi merupakan faktor pemicu dalam mendorong pertumbuhan pendapatan masyarakat
tani dan pertumbuhan ekonomi wilayah yang berkelanjutan (Pasandaran et al., 2005).
Dengan kata lain, sistem integrasi tanaman ternak mengemban tiga fungsi pokok yaitu
memperbaiki kesejahteraan dan mendorong pertumbuhan ekonomi, memperkuat ketahanan
pangan, dan memelihara keberlanjutan lingkungan.
Sistem integrasi tanaman ternak terdiri dari komponen budi daya tanaman, budi daya ternak,
dan pengolahan limbah. Penerapan teknologi pada masing-masing komponen merupakan
faktor penentu keberhasilan sistem integrasi tersebut. Menurut Pasandaran et al. (2005), salah
satu kunci keberhasilan sistem integrasi adalah kemampuan mengelola informasi yang
diperlukan dalam sistem integrasi termasuk informasi mengenai teknologi integrasi tanaman
ternak. Di samping itu, keberhasilan petani dalam penerapan sistem integrasi tanaman ternak
perlu didukung oleh kelembagaan yang kuat. Kelembagaan tersebut di antaranya adalah
lembaga sosial masyarakat, lembaga agroinput, lembaga keuangan, lembaga pemasaran, dan
lembaga penyuluhan (Rahman dan Subikta dalam Fagi et al, 2009).
B. Model Integrasi Tanaman Padi – Sapi
Sistem pertanian terpadu padi-ternak sapi (SIPT) merupakan usaha meningkatkan
produksi padi yang diintegrasikan dengan ternak sapi. Pemilihan padi dan sapi dalam usaha
tani didasarkan pada hubungan timbal balik di mana padi menyediakan jerami dan dedak
untuk pakan sapi. Sebaliknya, sapi menghasilkan kotoran yang dapat dijadikan sebagai pupuk
organik pada tanaman padi (Sunyoto dan Rachman, 2005).
SIPT bisa meningkatkan pendapatan petani, memperbaiki kesuburan lahan, kualitas
air
dan udara serta menciptakan keserasian lingkungan sosial budaya masyarakat. Usahatani
terpadu sapi potong dan padi sawah efisien dan bisa meningkatkan keuntungan dibandingkan
dengan usahatanitunggal, karena dapat menciptakan biaya produksi yang minimal dan adanya
pemanfaatan potensi sumber daya lokal (Suwandi, 2005; Handayani, 2009; Tumewu et al,
2014)
Penerapan sistem integrasi padi-ternak sapi (SIPT) mampu memberikan keuntungan
karena penggunaan pupuk kandang yang bisa meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya
produksi dan meningkatkan pendapatan petani. Kontribusi pendapatan dari SIPT terhadap
pendapatan total rumah tangga petani cukup tinggi. Kemudian SIPT juga dapat
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal seperti pemanfaatan jerami sebagai pakan
ternak dan kotoran sapi sebagai pupuk organik, sehingga tidak ada limbah yang terbuang.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani Sayekti. 2009. Model Integrasi Tanaman-Ternak di Kabupaten Donggala Propinsi
Sulawesi Tengah Pendekatan Optimasi Program Linier.Tesis. Bogor. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 163 hal.
Pasandaran, E., A. Djayanegara, IK. Kariyasa, dan F. Kasryno. 2006. Integrasi Tanaman
Ternak di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Sunyoto, P dan Rachman, B. 2005. Kajian Sistem Integrasi Padi-Sapi di lahan Sawah Irigasi
Kabupaten Lebak Banten. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner Tahun 2005. Balai PengkajianTeknologi Pertanian Banten. Serang.
Winarso, B. 2014. Realisasi Kegiatan Program Daerah dalam Pengembangan Pembibitan
Sapi
Potong Guna Mendukung Swasembada Daging Nasional. Jurnal Penelitian Pertanian
Terapan 14 (2): 111-123.

Anda mungkin juga menyukai