Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian adalah sektor terbesar di Indonesia. Salah satu alasannya adalah


keterkaitan antara tanah subur dan berefek pada mata pencaharian masyarakat
domestik yang paling banyak bekerja dibidang pertanian dalam artian luas. Sebagai
sektor pembangun, permasalahan pada pada pertanian tentunya perlu mendapatkan
perhatian lebih. Tentu pertimbangan yang baik juga perlu dilibatkan. Pertanian bukan
sekedar sebuah cara mengisi kantong beberapa orang, atau bahkan semua orang.
Sejatinya pertanian adalah sebuah sektor utama yang menyelaraskan hubungan
manusia dengan alam, pada nilai ekonomi, sosial, dan ekologi. Selama bertahun-
tahun sistem pertanian yang ada selalu mengandalkan penggunaan input kimiawi
yang berbahaya untuk meningkatkan hasil atau produksi pertanian. Menurut
Arimbawa (2016), peningkatan input energi seperti pupuk kimia, pestisida maupun
bahan kimia lainnya dalam pertanian dengan tanpa melihat kompleksitas lingkungan
disamping membutuhkan biaya usaha tani yang tinggi, juga merupakaan penyebab
utama terjadinya kerusakan lingkungan.
Permasalahan-permasalahan yang terus melanda mengakibatkan penurunan
kesejahteraan petani, awalnya sekedar batu dan kayu jadi tanaman kini memerlukan
modal besar serta administrasi yang panjang. Perlu adanya pengembangan teknologi
yang mendukung agar tidak ada objek yang dirugikan serta terwujudnya pertanian
berkelanjutan. Proses administrasi yang cukup panjang diharapkan berlajan lancar
dengan terkulpulnya data lengkap ternyata juga memberikan kendala kepada petani
kecil jika tidak memiliki kelompok tani dan kartu tani. Salah satu solusi yang bisa
dilakukan adalah pertanian terpadu, dengan memanfaatkan berbagai input internal
dan sebisa mungkin meminimalkan input external. Petani dapat memiliki sagala
bahan produksi tanpa harus membeli (aspek ekonomi), penurunan konflik anara
petani dan pihak pemerintahan (aspek sosial), dan input kotoran ternak dapat
digunakan sebagai pupuk demi menjaga lingkungan (ekologi).
Salah satu bentuk pertanian terpadu yang dapat digunakan adalah
agropastura, dengan memanfaatkan keterkaitan dan hubungan timbal balik dari
ternak dan tanaman pertanian. Berbagai macam kombinasi dapat dibuat antara ternak
dan komoditas pertanian, seperti pangan, buah, bunga, herbal dan lain-lain.
Peternakan memainkan peran sebagai sumber energi dan penggerak ekonomi dalam
Integrated Farming Sistem. Sumber energi berasal dari daging, susu, telur serta organ
tubuh lainnya, bahkan kotoran hewan. Sedang, tanaman sendiri berperan pada sumber
nutrisi, bernilai ekonomi dan dapat menyediakan pakan untuk ternak. Pemanfaatan
sistem LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture) pada pertanian terpadu
sangat penting. Sistem mampu berjalan dengan baik tanpa ketergantungan asupan
dari luar sistem. Bentuk agropastura yang banyak digunakan adalah pertanian padi
dan ternak sapi. Padi dapat menyediakan pakan untuk sapi dan sapi sendiri dapat
menyediakan bahan produksi berupa pupuk organik. Siswati dan Nizar (2012),
menyatakan bahwa penggunaan pupuk organik perlu ditingkatkan ketersediaannya
untuk keseimbangan hara tanah, walaupun persentase kandungan unsur hara dalam
pupuk anorganik relativ lebih tinggi dibanding pupuk organik tetap digunakan karena
fungsinya belum tergantikan oleh pupuk anorganik.

Tujuan

Praktikum ini bertujuan menentukan sistem agropastoral dan menghitung nilai


keterpaduan system tersebut. Serta, menjabarkan aspek ekologi, sosial dan ekonomi.

Metode Pelaksanaan

Waktu dan Tempat

Praktikum “Pertanian terpadu sistem agropastoral” dilaksanakan pada hari


Rabu, tanggal 5 Maret pukul 14.00 – 16.00 WIB melalui media zoom secara online.

Cara Kerja
1. Melakukan pembagian tugas antar anggota kelompok.
2. Mencari sumber pustaka seperti jurnal ilmiah sesuai topik bahasan.
3. Mencari informasi mengenai sistem agropastoral.
4. Menghitung nilai keterpaduan sistem agropastoral.
5. Menjabarkan aspek ekologi, sosial dan ekonomi.
6. Menggabungkan dan mendiskusikan berbagai sumber dan tulisan yang telah
disusun oleh setiap anggota kelompok.
7. Menyusun laporan praktikum.

TINJAUAN PUSTAKA
Arimbawa (2016), menyatakan bahwa pertanian terpadu secara deduktif akan
meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi berupa peningkatan hasil produksi
dan penurunan biaya produksi. Peningkatan hasil produksi karena semakin banyak
hasil produksi yang diperoleh. Hasil-hasil dari sistem pertanian terpadu adalah hasil
harian yaitu susu, telur dan biogas; hasil mingguan yaitu kompos, bio urine, pakan
ternak; hasil bulanan yaitu padi, daging; hasil tahunan yaitu anak sapi, anak kambing
dll. Diwyanto dan Haryanto (2003) menambahkan, bahwa dengan pola integrasi
ternak dengan tanaman pangan atau crop-livestock system (CLS) mampu menjamin
keberlanjutan produktivitas lahan melalui kelestarian Sumber daya alam yang ada.
Penggunaan pupuk anorganik yang selama ini digunakan oleh petani apabila
digunakan terus menerus dapat menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan,
antara lain tanah menjadi padat akibat efek rekat (glueing effect) terutama pada pupk
ammonium, bereaksi masam dan bila tercuci samapai ke air tanah bila air
dikomsumsi dapat menimbulkan penyakit (Siswati dan Nizar 2012). Kotoran ternak
sapi merupakan sumber pupuk organik bagi tanaman hortikultura dan tidak
memerlukan biaya besar untuk di gunakan. Hutabarat (2002) kotoran sapi dapat
mengurangi biaya pengadaan pupuk yang sekaligus dapat mengurangi biaya produksi
di samping menjaga kelestarian bahan organik, sehingga dapat meningkatkan
pendapatan.
Agropastura merupakan kombinasi antara komponen pertanian dengan
komponen peternakan. Berbeda dengan agrosilvopastura dan silvopastura,
agropastura tidak termasuk dalam agroforestri. Material-material yang dibangun bisa
saling terintegrasi bagi kepentingan budidaya tanaman tahunan, pangan, perikanan,
serta peternakan (Ma’ruf 2017).
Basuni et al. (2010), menyatakan keunggulan sistem agropastoral, ialah
memberikan keuntungan kepada petani karena pupuk kandang sapi yang selama ini
belum optimal digunakan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk
meningkatkan kesuburan tanah dan sumber pendapatan dan limbah pertanian (jerami
padi dan dedak) tersedia dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan yang berkualitas
sehingga mengurangi biaya penyediaan pakan.
DAFTAR PUSTAKA

Arimbawa IWP. 2016. Beberapa Model Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu


Yang Berkelanjutan. Denpasar, Bali: Universitas Udayana.

Basuni R, Muladno, Kusmana C, Suryahadi. 2010. Model Sistem Integrasi Padi-Sapi


Potong di Lahan Sawah (Model on The Crop Livestock System in the Paddy
Field). Forum Pascasarj. 33(3):177–190.

Diwyanto K, Hariyanto B. 2002. Crop livestock system dalam mengakselerasi


produksi padi dan ternak. Wartazoa 12 (1): 1-8.

Hutabarat, T. S. P. N. 2002. Pendekatan Kawasan dalam Pembangunan Peternakan.


Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta.
1-13

Ma’ruf A. 2017. Agropastura Dan Pelestarian Kearifan Lokal Untuk Keberlanjutan


Pertanian Di Asahan. J Penelit Pertan BERNAS. 13(3):14–19.

Siswati L, Nizar R. 2012. Model Pertanian Terpadu Tanaman Hortikultura dan


Ternak Sapi untuk Meningkatkan Pendapatan Petani. J Peternak Indones
(Indonesian J Anim Sci. 14(2):379. doi:10.25077/jpi.14.2.379-384.2012.

Anda mungkin juga menyukai