Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Pengantar Ilmu Pertanian

Disusun Oleh :

AISYAH BELPANY

( 422022070 )

AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Ujian Tengah
Semester (UTS) ini tepat pada waktunya. Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas UTS pada mata kuliah Pengantar Ilmu Pertanian.
Selain itu, Makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Pengantar Ilmu Pertanian bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.Yopie Moelyohadi, SP.,
M.Si. selaku Dosen Pengantar Ilmu Pertanian. yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni ini. Dan saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang tidak dapat saya sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini. Kemudian Saya menyadari, tugas
yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang saya butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.

Palembang, 24 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

MAKALAH

MK. Pengantar Ilmu Pertanian …......................................................................................................

Kata Pengantar...................................................................................................................................

Daftar Isi.............................................................................................................................................

Bab I...................................................................................................................................................

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................

1.3 Tujuan Makalah............................................................................................................................

Bab II..................................................................................................................................................

2.1 Kegiatan Pertanian.......................................................................................................................

2.2 Definisi Pertanian.........................................................................................................................

2.3 Sejarah Pertanian..........................................................................................................................

2.4 Konsep Produksi Tanaman...........................................................................................................

2.4.1 Genetik................................................................................................................................

2.4.2 Tanah...................................................................................................................................

2.4.3 Iklim....................................................................................................................................

2.4.4 Manajemen Produksi...........................................................................................................

2.4.5 Cara meningkatkan Produksi Pangan..................................................................................

2.5 Karakteristik Lahan......................................................................................................................

2.5.1 Lahan Rawa Pasang Surut...................................................................................................

2.5.2 Lahan Lebak........................................................................................................................

2.5.3 Lahan Gambut.....................................................................................................................


2.6 Peluang dan Potensi Investasi Sektor Pertanian...........................................................................

Bab III..................................................................................................................................................

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebagai tolak ukur sebuah negara sukses di bidang pertanian di antaranya yang paling
mendasar adalah mampu mencapai swasembada pangan untuk rakyatnya, atau bisa ekspor
setelah swasembada, dan surplusnya lebih besar daripada angka swasembada. Singapura
adalah contoh negeri dengan kemampuan swasembada pangan, padahal Singapura tidak
memiliki pesawahan tetapi APBN mereka sangat mampu membeli seluruh bahan pangan
untuk rakyatnya dan menjual tanpa ambil untung bahkan seringkali berupa pengadaan
gratis.
Dilihat dari luas lahan yang siap ditanami, Indonesia adalah negara yang seharusnya
mampu menciptakan kondisi swasembada dan ekspor, bahkan ekspornya mampu hingga
tiga kali lipat di atas pemenuhan optimal kebutuhan pangan rakyatnya. Hal ini apabila
dijumlahkan total lahan siap tanam Indonesia, kemudian diestimasikan semua tanaman
pangan yang ditanam di lahan tersebut selama satu tahun dan hasilnya dibagi dengan total
rakyat Indonesia maka harus Indonesia cukup pangan dan ekspor.

1.2 Rumusan Masalah


1. a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kegiatan pertanian?
b. Jelaskan pengertian dalam arti luas?
2. a. Gambarkan dengan menggunakan diagram alir perkembangan pertanian dari
masa ke masa?
b. Gambarkan dan Jelaskan konsep Produksi Tanaman
c. Jelaskan berdasarkan konsep diatas bagaimana caranya meningkatkan produksi
tanaman
3. Jelaskan Karakteristik
a. Lahan rawa pasang surut
b. Lahan lebak
c. Lahan Gambut
4. Jelaskan peluang dan potensi investasi pada sektor pertanian?

1.3 Tujuan Makalah ini dibuat adalah :

1. Mahasiswa dapat memahami serta mengetahui Kegiatan Pertanian dan Konsep


Produksi tanaman

2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi karakteristik lahan dan potensi investasi sektor


pertanian

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kegiatan Pertanian

Pertanian merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia pada suatu lahan tertentu,
dalam hubungannya antara manusia dengan lahan yang disertai pertimbangan tertentu
(Suratiyah dalam Khaafidh, 2006). Kegiatan pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang
terdiri dari kegiatan bercocok tanam, peternakan, perikanan, dan juga kehutanan. Mosher
(1968) mengartikan kegiatan pertanian adalah proses produksi khas yang didasarkan atas
proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-kegiatan produksi di dalam setiap usaha
tani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya dan penerimaan merupakan hal yang
penting.

2.2. Pertanian
Pertanian secara luas adalah pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan oleh
manusia dengan cara menanam tanaman produktif yang dapat menghasilkan dan
dipergunakan untuk kehidupan. Atau Seluruh kegiatan yang mencangkup pertanian,
perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan yang hasilnya dapat digunakan untuk
kehidupan manusia. Sedangkan arti pertanian secara sempit yaitu proses budidaya tanaman
pada suatu lahan yang hasilnya dapat mencukupi kebutuhan manusia. Atau proses bercocok
tanam yang dilakukan di lahan yang telah disiapkan sebelumnya dan dikelola menggunakan
cara manual tanpa terlalu banyak menggunakan manajemen.
Yang dimaksud dengan pertanian adalah suatu kegiatan manusia dalam memanfaatkan
sumber daya hayati untuk dapat menghasilkan bahan pangan, sumber energi, bahan baku
industri dan untuk mengelola lingkungannya. Secara garis besar, pengertian pertanian dapat
diringkas menjadi empat komponen yang tidak terpisahkan. Keempat komponen tersebut
meliputi:
(1) proses produksi,
(2) petani atau pengusaha pertanian,
(3) tanah tempat usaha
(4) usaha pertanian.
Secara umum pengertian dari pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang termasuk
didalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga kehutanan.

2.3. Sejarah Pertanian

Waktu Alur

7.000-10.000 (Zaman Neolitik).


Produksi pangan yang pertama dengan
penanaman dan pembudidayaan yang
sesungguhnya baru terjadi

Merangsang perkembangan pertanian yang


Peradaban kuno Mesopotamia. lebih kompleks dengan penggunaan teras-
teras, saluran irigasi, dan fermentasi
makanan

700 SM Sudah dikenal 900 tanaman.

Pengaruh besar pada kemajuan teknologi di


masa mendatang. terkenal History of Plants
Peradaban bangsa Yunani dan Causes of Plants dari Theophratus
murid Aristoteles mempengaruhi Ilmu
Botani hingga abad 17.

Berkembang teknik penyambungan


(grafting dan budding), penggunaan pupuk
Peradaban bangsa Romawi kandang, pengembalian kesuburan tanah,
penyimpanan dingin untuk buah-buahan
dan rumah kaca dari mika untuk menanam
sayuran pada musim dingin.

Industri-industri baru telah menciptakan


Abad ke-17 dan 18 pasar untuk tanaman-tanaman industri
seperti tebu, rosela, linen, tanaman minyak
dan tanaman zat pewarna.

Abad ke-20 Penggantian tenaga hewan oleh tenaga


mesin pada tahun 1920-an merupakan
langkah utama dalam revolusi teknologi
DAFTAR PUSTAKA

Edi Kusmiadi. LUHT4219/MODUL 1. Pengertian dan Sejarah Perkembangan Pertanian. Universitas


Terbuka
Yunus Arifien, dkk. 2022. Pengantar Ilmu Pertanian. Padang : PT GLOBAL EKSEKUTIF
TEKNOLOGI
2.4. Konsep Produksi Tanaman

∫ ( Genetik ) + ( Tanah ) + ( Iklim ) + ( Manajemen Produksi )

Agronomi berasal dari bahasa Latin, agros dan nomos. Agros secara harfiah bermakna sebagai
kebun atau lahan yang terolah yang dengan pengertian bahasa Indonesia merupakan tempat bercocok
tanam. Nomos berarti pengelolaan atau manajemen yang setara dengan makna kata -nomi dalam
ekonomi. Budi daya tanaman, jika dibahas sebagai praktik agronomi, sangat dekat dengan urusan
ekonomi pertanian secara luas yang ditinjau dari unsur tanaman dan lingkungan (tanah yang diolah
untuk bercocok tanam). Oleh karena itu, budi daya tanaman merupakan praktik pengelolaan tanaman
pertanian dan lingkungan tumbuhnya tanaman untuk memperoleh produksi maksimum dan lestari
(berkelanjutan, sustainable).
Dalam pembudidayaan tanaman selalu mencakup aspek pengelolaan tanaman, kelestarian
lingkungan, produksi, dan produktivitas suatu usaha tani (farming) yang berbasis tanaman (bercocok
tanam). Aspek-aspek pengelolaan tanaman di antaranya cara pembiakan atau perbanyakan tanaman,
pengaturan pertumbuhan tanaman, pemupukan, pemuliaan tanaman, dan perlindungan tanaman.
Aspek lingkungan meliputi pengelolaan air, pengolahan tanah, pengaturan cahaya dan suhu dalam
sistem budi daya tanaman di bawah struktur, serta pengelolaan ekosistem pertanian. Semua aspek
pengelolaan tersebut mempunyai tujuan akhir untuk produksi tanaman yang maksimum dan lestari
yang sangat berkonotasi ekonomi.

2.4.1. Genetik
Genetika tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari gen, keragaman genetik, dan pewarisan sifat
khususnya pada tumbuhan. Asam nukleat dan protein ditemukan dalam setiap kromosom organisme
kompleks. Makromolekuler asam nukleat dalam makhluk hidup ini ditemukan pertama kali oleh
Friedrich Miescher yang berasal dari Jerman pada tahun 1869. Ia berhasil menemukan senyawa yang
mengandung fosfat dalam inti sel darah putih, disebut nuklein.
Bukti bahwa DNA sebagai materi genetik yang menyebabkan terjadinya transformasi pada S.
pneumoniae ditunjukkan oleh Oswald Avery, Colin MacLeod, dan Mackyn McCarty pada tahun
1944. Penelitian terfokus pada lanjutan penelitian Griffith sebelumnya. Hasil ekstraksi sel virulen
yang menghilangkan proteinya diberi beberapa perlakuan dengan berbagai enzim perusak protein
(tripsin dan khimotripsin) maupun enzim penghancur RNA (RNase). Hasil yang didapat menunjukkan
bahwa ekstrak tersebut masih dapat menyebabkan proses transformasi. Ini membuktikan bahwa
senyawa penyebab transformasi bukanlah RNA. Selanjutnya ekstrak tersebut diberi perlakuan dengan
enzim perusak DNA, ternyata kemampuan untuk melakukan transformasi hilang. Ini membuktikan
bahwa senyawa penyebab transformasi adalah DNA itu sendiri.
2.4.2. Tanah
Pengertian tanah berbeda-beda tergantung dari kepentingan penggunaan tanah tersebut. Tanah
dari segi manfaat memiliki arti : (1) sebagai media tempat tumbuh tanaman, (2) sebagai dasar
bangunan dan tempat tinggal, dan (3) sebagai gudang mineral dan bahan-bahan industri (Djunaedi
dan Suwardi, 2002). Tanah sebagai media tumbuh tanaman didefinisikan sebagai lapisan permukaan
bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang
tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai
gudang dan penyuplai hara atau nutrisi dan unsur-unsur esensial sedangkan secara biologis berfungsi
sebagai habitat biota yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara bagi tanaman (Hanafiah,  2008).
Riadi (2012) mengemukakan bahwa penambahan berbagai komponen media tanam seperti pasir,
serbuk gergaji dan arang sekam padi berpengaruh dalam memperbaiki struktur tanah. Pasir termasuk
tanah yang ringan dengan ciri bertekstur kasar serta luas permukaan kecil, sehingga pasir bersifat
gembur, aerasi baik dan mudah diolah. Pertambahan arang sekam pada tanah memperbaiki sifat fisik
dan kimia tanah, selain itu pencampuran arang sekam ke dalam tanah menyebabkan fosfor tanah
menjadi lebih tersedia.

2.4.3. Iklim
Iklim adalah keadaan rata – rata cuaca disuatu daerah dalam jangka lama dan tetap. Definisi
lain, iklim merupakan karakter kecuacaan suatu tempat atau daerah, dan bukan hanya merupakan
cuaca rata – rata (Wirjomiharjo dan Swarinoto, 2007). Unsur-unsur dari iklim adalah sama, sebagai
berikut diantaranya :
1. Hujan
2. Intensitas matahari
3. Angin
4. Temperatur
5. Kelembaban
Berikut karakteristik iklim secara umum yang membedakannya dengan cuaca :
1. Berlaku untuk waktu yang lama
2. Meliputidaerahyangluas
3. Merupakan hasil rata-rata cuaca, bukan pencatatan baru
4. Iklim disuatu daerah berhubungan satu sama lainnya
Pengaruh kelembaban relatif terhadap Produksi Tanaman secara langsung mempengaruhi
hubungan air tanaman dan secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan daun, fotosintesis,
penyerbukan, terjadinya penyakit dan hasil akhirnya ekonomi. Pertumbuhan daun tidak hanya
tergantung pada kegiatan sintetis yang dihasilkan dari proses biokimia tetapi juga pada proses fisik
dari pembesaran sel. Peristiwa serangan hama serangga dan penyakit yang tinggi di bawah kondisi
kelembaban tinggi perkecambahan spora jamur mudah mudah berkembangbiak pada tanaman.
Sebagai contoh Penyakit hawar dari kentang dan teh menyebar lebih cepat dalam kondisi lembab.
Beberapa serangga seperti kutu daun dan berkembang lebih baik dalam kondisi lembab.
Secara garis besar, pengaruh kelembaban pada bidang pertanian yaitu mengurangi
evapotranspirasi, meningkatkan beban panas tanaman, mempengaruhi penutupan Stomata,
Mengurangi serapan CO2, mengurangi pengaruh transpirasi translokasi bahan makanan dan nutrisi.
Contoh pengaruh kelembaban pada bidang pertanian adalah pada contoh Budidaya tanaman
karet di daerah bercurah hujan tinggi kurang optimal bagi pertumbuhan dan produksi tanaman karet
itu sendiri, sebagaimana ditampilkan pada kajian ini. Di daerah yang bercurah hujan tinggi seperti di
Kabupaten Bogor produktivitas karet per areal tanam menjadi lebih rendah dibandingkan dengan
produktivitas rata-rata wilayah se-propinsi Jawa Barat.

2.4.4. Manajemen Produksi


Menurut Hasibuan (1999:143), Sistem Agribisnis (Agribusiness System) merupakan suatu
sistem yang terdiri dari berbagai subsistem, yaitu:
(1) subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi, dan pengembangan
sumberdaya manusia;
(2) subsistem budidaya dan usahatani;
(3) subsistem pengolahan hasil pertanian atau agroindustri; dan
(4) subsistem pemasaran hasil pertanian.
Sedangkan menurut Masyhuri (2001:3) sebagai suatu sistem, agribisnis terdiri dari lima
subsistem dari sistem agribisnis yang terintegrasi, yaitu
(1) subsistem input produksi pertanian;
(2) subsistem produksi pertanian;
(3) subsistem pengolahan hasil-hasil pertanian;
(4) subsistem pemasaran, dan
(5) subsistem penunjang.
Manajemen Agribisnis (Agribusiness Management) merupakan kegiatan manajemen atau
manajerial dengan baik dan membuahkan hasil yang memuaskan dengan maksud untuk mencapai
tujuan agribisnis (Rahim 2003:1). Sistem Manajemen Agribisnis (System of Agribusiness
Management) merupakan kegiatan dari sistem agribisnis (pengadaan saprodi, proses produksi
pertanian, pengolahan hasil pertanian/ agroindustri, pemasaran, dan penunjang serta teknologi) yang
kegiatan dan penerapannya dikerjakan berdasarkan fungsi-fungsi manajemen setiap subsistem
agribisnis (planning, organizing, directing, controlling, dan evaluation).
Usaha produksi sektor pertanian/agribisnis, berupa :
a. subsektor tanaman pangan (makanan pokok dan palawija);
b. subsektor tanaman hortikultura (buah-buahan, sayursayuran, tanaman hias, dan tanaman obat
tradisional);
c. subsektor tanaman perkebunan (perennial crop/ tanaman tahunan dan annual crop/tanaman
semusim);
d. subsektor peternakan (ternak besar dan ternak kecil);
e. subsektor perikanan (perikanan laut dan perikanan darat); dan
f. subsektor kehutanan (hutan tanaman industri/HTI dan hutan rakyat).

2.4.5. Cara meningkatkan Produksi Pangan


1. Intensifikasi pertanian
Intensifikasi pertanian merupakan salah satu cara pengolahan lahan pertanian sebaik-baiknya
guna meningkatkan hasil dengan memanfaatkan beragam jenis sarana. Intensifikasi pertanian banyak
dipilih sebagai cara meningkatkan hasil pertanian di Jawa. Hal ini dikarenakan, pulau Jawa lahan
pertaniannya cenderung sempit.
Intensifikasi pertanian bisa dilakukan dengan cara menjalankan program panca usaha tani yang
berlanjut dengan sapta usaha tani. Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam meningkatkan
hasil pertanian melalui sapta usaha tani adalah:
• Pengolahan tanah yang baik
• Pengairan secara teratur
• Penggunaan bibit yang unggul
• Lakukan pemupukan secara teratur sampai menyerap ke bagian bagian akar
• Langkah pemberantasan hama serta penyakit pada tanaman
• Pengolahan setelah panen

2. Ekstensifikasi pertanian
Ekstensifikasi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hasil pertanian dengan
cara memperluas lahan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara membuka area hutan, memanfaatkan
daerah sekitar rawa, membuka semak belukar, serta membuka lahan pertanian yang belum digunakan.
Tidak hanya itu, namun ekstensifikasi pertanian juga bisa dilakukan dengan cara membuka
persawahan pasang surut. Cara meningkatkan hasil pertanian yang satu ini banyak dipilih dan
dilakukan pada daerah dengan penduduk yang jarang.

3. Diversifikasi Pertanian
Diversifikasi pertanian merupakan salah satu jenis usaha yang dilakukan dengan cara
memanfaatkan beberapa jenis produksi. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya ketergantungan
pada salah satu jenis tanaman saja. Dalam melakukan diversifikasi ada 2 cara yang bisa dilakukan
yakni dengan memperbanyak jenis kegiatan pertanian. Sebagai contohnya adalah petani tumbuhan
pangan, yang juga beternak seperti pengelompokan hewan ayam serta ikan. Cara kedua adalah dengan
memperbanyak jenis tanaman yang terdapat pada satu lahan. Sebagai contoh adalah dengan menanam
tanaman jagung sekaligus padi pada satu ladang.

4. Mekanisasi Pertanian
Cara meningkatkan hasil pertanian ini dilakukan dengan cara memanfaatkan mesin-mesin
pertanian yang modern. Mekanisasi pertanian banyak diterapkan di luar pulau Jawa terutama pada
daerah yang memiliki lahan pertanian yang luas. Pada mekanisasi pertanian, tenaga manusia serta
hewan bukanlah sebagai tenaga pengolah lahan yang utama.

5. Rehabilitasi pertanian
Cara meningkatkan hasil pertanian yag selanjutnya adalah dengan melakukan rehabilitasi
pertanian. Usaha ini dilakukan dengan cara memperbaiki lahan yang awalnya tidak lagi produksi
menjadi lahan yang kembali produktif. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengganti tanaman yang
tidak lagi menghasilkan menjadi jenis tanaman yang menghasilkan.
DAFTAR PUSTAKA

Winarso Drajad Widodo. LUHT 4218/Modul 1. Sistem Pertanian. Universitas Terbuka


Edi Kusmiadi. LUHT4219/MODUL 1. Pengertian dan Sejarah Perkembangan Pertanian. Universitas
Terbuka
Elvira Sari Dewi. 2017. Genetika Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh.
Abd. Rahim, Diah Retno Dwi Hastuti. 2005. Sistem Manajemen Agribisnis. Universitas Negeri
Makassar.
Gunardi Djoko Winarno, dkk. 2019. Klimatologi Pertanian. Bandar Lampung : Pustaka media.
2.5 Karakteristik Lahan
Lahan (land) merupakan suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen
biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah wilayah
tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala
akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang; yang kesemuanya itu
berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di masa akan datang
(Brinkman dan Smyth, 1973; Vink, 1975; dan FAO, 1976).
Komponen-komponen ini dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu :
(1) komponen struktural yang sering disebut karakteristik lahan; dan
(2) komponen fungsional yang sering disebut kualitas lahan.
Kualitas lahan merupakan sekelompok unsur-unsur lahan yang menentukan tingkat
kemampuan dan kesesuaian lahan bagi macam pemanfaatan tertentu. Ada tiga aspek kepentingan
pokok dalam pemanfaatan sumberdaya lahan, yaitu :
(1) lahan diperlukan manusia untuk tempat tinggal, tempat bercocok tanam, beternak, memelihara
ikan, dan sebagainya;
(2) lahan mendukung kehidupan berbagai jenis vegetasi dan satwa; dan
(3) lahan mengandung bahan tambang yang bermanfaat bagi manusia (Soerianegara (1977).

2.5.1. Lahan Rawa Pasang Surut


Lahan rawa pasang surut merupakan lahan yang dipengaruhi oleh pergerakan air di permukaan
sungai akibat pergerakan bulan, terdiri dari lahan sulfat masam dan lahan gambut. Upaya
meningkatkan produksi pangan bersifat mutlak mengingat kebutuhan pangan yang terus meningkat
sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, meningkatnya kesadaran untuk diversifikasi pangan,
tuntutan kualitas bahan pangan, dan keinginan untuk menjadi lumbung pangan dunia. Lahan rawa
pasang surut sangat potensial dikembangkan sebagai lumbung pangan dan pertanian masa depan
Indonesia mengingat :
(1) produktivitas masih rendah,
(2) ketersediaan lahan masih luas,
(3) indeks pertanaman (IP) masih rendah,
(4) lahan terdegradasi yang potensial masih luas,
(5) pola produksi bersifat komplementer dengan pulau Jawa,
(6) kompetisi pemanfaatan lahan untuk tujuan nonpertanian relatif rendah, dan
(7) teknologi produksi berbagai komoditas cukup tersedia.
Strategi menjadikan lahan rawa pasang surut sebagai pertanian masa depan Indonesia adalah
(1) peningkatan produktivitas lahan,
(2) peningkatan pendapatan petani, dan
(3) perbaikan kualitas lingkungan dengan persyaratan secara teknis bisa dilaksanakan dan
diterima masyarakat.
secara ekonomi layak dan menguntungkan dan tidak merusak lingkungan. Pengembangan pertanian
masa depan Indonesia harus mengembangkan pertanian yang integratif, ramah lingkungan, modern,
dan hemat tenaga kerja. Selain itu juga harus mengembangkan komoditas spesifik seperti tanaman
obat (farmaka), tanaman untuk kosmetik, dan tanaman untuk pestisida nabati.

2.5.2. Lahan Lebak


lahan rawa lebak merupakan lahan raw a pedalaman dimana kondisi topografinya relatif eekung
dan air tidak dapat mengalir ke luar. Lahan ini setiap tahun mengalami genangan minimal selama tiga
bulan dengan tinggi genangan minimal 50 em. Pada musim hujan lahan ini tergenang dan pada musim
kemarau surut. Oleh karena itu, rawa lebak merupakan wilayah depresi. Sumber air utama berasal dari
eurah hujan, dan surutnya air mengandalkan perkolasi serta penguapan pada musim kemarau.
Menurut PP Rawa No.73 tahun 2013 pasal 5 ayat 2 yang dimaksud dengan rawa lebak adalah rawa
yang terletak jauh dari pantai dan tergenangi air akibat luapan air sungai atau air hujan yang
menggenang seeara periodik atau terus menerus. Lahan rawa terbagi dalam tiga zone, yaitu
(1) rawa pantai,
(2) rawa pasang surut, dan
(3) rawa lebak atau rawa pedalaman.
Sifat morfologi tanah-tanah pada lahan rawa lebak memperlihatkan bahwa tanah-tanah tersebut belum
berkembang terutama pada daerah yang berdrainase terhambat sampai sangat terhambat. Lapisan atas
tanah berwarna coklat kekelabuan, kelabu coklat dan kelabu sangat gelap. Sedangkan di lapisan
bawah tanah berwarna kelabu terang, kelabu hingga coklat kekelabuan terang. Tekstur tanah pada
umumnya liat, liat berdebu, sampai lempung liat berdebu dengan konsistensi lekat dan plastis.
Lahan rawa lebak mempunyai keunggulan spesifik antaralain dapat diusahakan sebagai lahan
pertanian saat El-Nino, sementara agroekosistem lain (sawah irigasi dan tadah hujan) pada kondisi
kekeringan (bera). Oleh karena itu, rawa lebak disebut juga sebagai tongga prodi (kantong penyangga
produksi padi).Tanaman sayuran di lahan rawa lebak seperti tomat, cabai, terung, mentimun dan
sayuran lainnya dapat ditanam pada off season atau diluar musim, sehingga mempunyai harga
juallebih tinggi karena ditempat lain sedang kekeringan atau puso (Noorginayuwati at ai., 2010).
Rawa lebak juga mempunyai potensi untuk budidaya ikan, ternak (itik dan kerbau rawa), dan tanaman
perkebunan (kelapa sawit). Kunci daIam pemanfaatan lahan rawa lebak terletak dalam pengaturan air
(water management). Pengaturan air seeara alami hanya mengandaIkan musim, tetapi dengan
teknologi dalam pengaturan air apapun komoditasnya dapat dikembangkan di lahan rawa lebak,
termasuk tanaman perkebunan, seperti kelapa sawit.

2.5.3 Lahan Gambut


Sebagian besar lahan gambut masih berupa tutupan hutan dan menjadi habitat bagi berbagai
spesies fauna dan tanaman langka. Lebih penting lagi, lahan gambut menyimpan karbon (C) dalam
jumlah besar. Gambut juga mempunyai daya menahan air yang tinggi sehingga berfungsi sebagai
penyangga hidrologi areal sekelilingnya. Konversi lahan gambut akan mengganggu semua fungsi
ekosistem lahan gambut tersebut. Dalam keadaan hutan alami, lahan gambut berfungsi sebagai
penambat (sequester) karbon sehingga berkontribusi dalam mengurangi gas rumah kaca di atmosfer,
walaupun proses penambatan berjalan sangat pelan setinggi 0-3 mm gambut per tahun (Parish et al.,
2007) atau setara dengan penambatan 0-5,4 t CO2 ha-1 tahun-1 (Agus, 2009). Apabila hutan gambut
ditebang dan didrainase, maka karbon tersimpan pada gambut mudah teroksidasi menjadi gas CO2
(salah satu gas rumah kaca terpenting). Selain itu lahan gambut juga mudah mengalami penurunan
permukaan (subsiden) apabila hutan gambut dibuka. Oleh karena itu diperlukan kehati-hatian dan
perencanaan yang matang apabila akan mengkonversi hutan gambut. Perencanaan harus mengacu
pada hasil studi yang mendalam mengenai karakteristik gambut setempat dan dampaknya bila hutan
gambut dikonversi. Ekosistem lahan gambut sangat penting dalam sistem hidrologi kawasan hilir
suatu DAS karena mampu menyerap air sampai 13 kali lipat dari bobotnya. Selain itu, kawasan
gambut juga merupakan penyimpan cadangan karbon yang sangat besar, baik di atas maupun di
bawah permukaan tanah.

Potensi dan pengelolaan lahan gambut untuk tanaman pangan


Sesuai dengan arahan Departemen Pertanian (BB Litbang SDLP, 2008), lahan gambut yang
dapat dimanfaatkan untuk tanaman pangan disarankan pada gambut dangkal (< 100 cm). Dasar
pertimbangannya adalah gambut dangkal memiliki tingkat kesuburan relatif lebih tinggi dan memiliki
risiko lingkungan lebih rendah dibandingkan gambut dalam. Lahan gambut dengan kedalaman 1,4 - 2
m tergolong sesuai marjinal (kelas kesesuaian S3) untuk berbagai jenis tanaman pangan. Faktor
pembatas utama adalah kondisi media perakaran dan unsur hara yang tidak mendukung pertumbuhan
tanaman. Tanaman pangan yang mampu beradaptasi antara lain padi, jagung, kedelai, ubikayu,
kacang panjang dan berbagai jenis sayuran lainnya.

Potensi dan pengelolaan lahan gambut untuk tanaman tahunan


Lahan gambut dengan ketebalan antara 1,4-2 m tergolong sesuai marjinal (kelas kesesuaian S3)
untuk beberapa tanaman tahunan seperti karet dan kelapa sawit, sedangkan gambut yang tipis
termasuk agak sesuai (kelas kesesuaian S2). Gambut dengan ketebalan 2-3 m tidak sesuai untuk
tanaman tahunan kecuali jika ada sisipan/pengkayaan lapisan tanah atau lumpur mineral (Djainudin et
al., 2003). Gambut dengan ketebalan >3m diperuntukkan sebagai kawasan konservasi sesuai dengan
Keputusan Presiden No. 32/1990. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan lahan gambut dalam yang
rapuh (fragile) apabila dikonversi menjadi lahan pertanian.
DAFTAR PUSTAKA

A. Hidayat. Jurnal. Sumberdaya lahan Indonesia : Potensi, Permasalahan, dan Strategi pemanfaatan.
Bogor. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Juhadi. Jurnal : Volume 4 No. 1 Januari 2007. Pola-pola pemanfaatan lahan dan degradasi
lingkungan pada kawasan perbukitan. Universitas Negeri Semarang.
Anna Hairani., Yulia Raihana., dan Masganti. Jurnal. Lahan rawa pasang surut: Pertanian masa depan
Indonesia. Banjarbaru. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa.
Fahmuddin Agus dan I.G. Made Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek
Lingkungan. Bogor. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF).
Muhammad Alwi dan Chendy Tapakrisnanto. Potensi dan karakterististik lahan rawa lebak. Balai
Penelitian Pertanian Lahan Rawa Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan
Pertanian
2.6 Peluang dan Potensi Investasi Sektor Pertanian
Ada beberapa cara untuk mengetahui peluang usaha. Minimal ada lima hal yang bisa dijadikan
instrumen untuk mengetahui peluang usaha pertanian, yaitu aspek permintaan (demand), penawaran
(supply), distribusi, harga dan teknologi. Masing-masing aspek tadi bisa digunakan acuan untuk
menilai prospek tidaknya sektor pertanian.

1. Aspek Permintaan
Untuk memulai sebuah usaha, harus dilihat siapa yang akan membelinya, dimana mereka berada,
berapa banyak yang biasa mereka beli, bagaimana cara membelinya, kualitas seperti apa yang biasa
mereka beli dan berapa pendapatan mereka. Dari sisi jumlah, jika permintaan akan suatu produk
pertanian meningkat, berarti ada peluang untuk usaha tersebut. Sektor pertanian bisa dikembangkan
dari sisi hulu, tengah sampai hilir. Biasanya yang sering dibicarakan adalah sektor tengah, sektor hulu
dan hilirnya kurang diperhatikan, padahal permintaan produk pertanian mulai dari sisi hulu, tengah,
sampai hilir dan merupakan satu kesatuan yang bisa menjadi peluang untuk dijadikan kegiatan bisnis.
Dari sisi hulu, permintaan benih/bibit terus meningkat, pupuk organik dan an organik yang juga terus
meningkat permintaannya, merupakan peluang usaha yang sangat menjanjikan. Perlu diketahui,
kebutuhan benih di Indonesia masih dipenuhi dari pasar impor. Kalaupun sudah disediakan,
kualitasnya masih kalah dari benih impor terutama benih sayuran.

2. Aspek Penawaran
Aspek penawaran terkait dengan jumlah produsen, berapa banyak yang diproduksi, bagaimana
karakteristik atau kualitas dari produknya, bagaimana kontinuitasnya, bagaimana konformitasanya/
keseragamannya dan dimana barang tersebut diproduksi. Berkebalikan dengan permintaan, jika
penawaran semakin meningkat maka peluang usaha semakin kecil karena jumlah barang di pasar
banyak, harga menjadi semakin bersaing ketat, bahkan seringkalu pada saat panen raya harga akan
turun karena permintaan tetap sementara barang yang ditawarkan meningkat pesat. Terjadi persaingan
harga yang ketat. Sebaliknya jika semakin sedikit produksen, semakin banyak peluang usahnya.
Semua produsen memiliki hasrat untuk memonopoli produknya atau membuat produknya berbeda
dengan pesaing atau produsen lain.

3. Aspek Harga
Ada beberapa hal terkait harga yang bisa digunakan instrumen untuk menilai peluang. Pertama adalah
trend harga. Jika harga produk pertanian tersebut memiliki tren yang meningkat dimasa yang akan
datang, berarti produk tersebut memiliki peluang untuk dikembangkan. Kedua, perbedaan harga
ditempat yang berbeda. Ketiga, masalah kepastian harga. Unsur ini menjadi penting karena produsen
membutuhkan kepastian supaya bisa merencakan usahanya. Jika ada jaminan harganya, produsen
biasanya merespon dengan menjalankan usahanya. Usaha dimana harganya tidak pasti dan fluktuatif,
biasanya produsen enggan untuk usaha disektor tersebut. Bentuk contract farming merupakan peluang
usaha yang bisa direspon oleh produsen pertanian.

4. Aspek Teknologi
Perkembangan teknologi bisa mempengaruhi produsen untuk mengembangkan usahanya.
Perkembangan teknologi perbenihan yang luar biasanya, memungkinkan produsen untuk memperluas
usahanya dan meningkatkan kapasitas usahanya. Teknologi memungkinkan munculnya efisiensi
usaha yang merupakan peluang bagi produsen untuk meningkatkan usahanya. Dengan adanya
efisiensi, ada daya saing bagi suatu produk dipasaran. Saat ini berkembang teknologi organik yang
memungkinkan produsen menghasilkan produkproduk organik yang bisa memenuhi kebutuhan
konsumen akan keamanan dan kesehatan pangan walaupun harganya lebih mahal. Dengan adanya
teknologi yang bisa memenuhi kebutuhan konsumen ini, muncul peluang usaha disektor petanian
yang bisa dikembangkan.

Sektor pertanian memiliki dua sisi bertolak belakang yang menarik untuk dikaji. Satu sisi
menunjukkan bahwa sektor ini memiliki potensi dan prospek bisnis unggul, sementara di sisi yang
lain usaha ini menyimpan beragam persoalan yang membutuhkan solusi tepat. Potensi bisnis sektor
pertanian yang dapat menggugah minat investasi baru adalah aspek permintaan, aspek penawaran,
sspek distribusi, aspek harga dan aspek teknologi.

Program Kepastian Harga & Kepastian Dibeli


• Merupakan masalah akut sektor pertanian karena harga tidak pasti
• Pasti harga rendah dimusim panen dan tinggi dimusin paceklik
• Ada masalah capital resources, dimana petani tidak memiliki modal memadai selain hasil
panen. Mereka banyak yang tidak bisa menahan jual sehingga menjual pada saat harga rendah
• Butuh talangan dana dengan jaminan produknya atau Butuh penjaminan harga berupa
pembelian oleh pihak swasta dengan harga diatas harga pasar (harga keekonomian)
• Butuh lembaga untuk memberi dana talangan kepada petani dengan jaminan produknya atau
butuh investor swasta untuk membeli produk petani
• Butuh gudang penyimpanan atau butuh regulasi untuk investor swasta membeli produk petani
dengan harga keekonomian

Peluang Investasi Pembangunan Green House


• Risiko produk pertanian adalah musim serangan hama penyakit. Salah satu upaya adaptasinya
adalah dengan green house khususnya untuk tanaman hortikultura
• Petani sebagai investor, saat ini belum bisa bangun green house sendiri, butuh investor lain
untuk membangunnya, dimana petani akan menyewa green house tersebut
• Jika ini terjadi, ada investasi masuk berupa pembangunan green house beserta peralatannya
Peluang Investasi Resi Gudang Swasta
• Pemerintah memberi ruang investasi berupa aturan yang mendukung (sudah ada)
• Pemerintah juga bisa memberi insentif berupa kemudahan pendanaan dan peraturan, termasuk
investasi dibidang lain dengan syarat sudah inves di pertanian
• Ada uang masuk berupa pembangunan gudang, pemeliharaan, penyewaan gudang, pembelian
produk petani, tenaga kerja
• Ada nilai investasi 2 milyar per 1000m2 untuk setiap gudang yang dibangun (asumsi per m2 2
juta).
• Dengan asumsi 1 kecamatan, 1 gudang, berarti ada 573x2milyar=1,146 Triliun
• Belum lagi pengadaan sarana transportasi akibat aktivitas ini
• Kapasitas gudang 2-3 ton per m2. Jika luas 1000 m2, berarti kapasitasnya 2-3 ribu ton. jika
profit margin Rp100,-, maka investor akan untung 2000,000x100=200 jt per siklus bisnisnya
• Risikonya, biaya penyimpanan, susut, rusak, harga tidak meningkat atau turun, tidak laku.

Peluang Investasi Alat dan Mesin Pertanian


• Ciri pertanian di Indonesia, salah satunya adalah tidak efisien dan tidak produktif. Ini karena
skala usaha yang kecil-kecil dan terpencar
• Untuk mengatasi ini, perlu penggabungan lahan dalam bentuk farmers’entreprise.
• Jika ini sudah, perlu alat dan mesin pertanian untuk melakukan usaha disektor pertanian
pangan dan perkebunan khususnya. Ada investasi masuk berupa pembelian alat dan mesin
pertanian, sewa alat dan mesin, tenaga kerja, energy.
• Penyewaan perahu, mesin, alat tangkap, cooler atau cold storage di daerah pantai

Peluang Investasi Usaha Komoditi


• Pada bidang ini, usaha yang bisa ditingkatkan investasinya adalah memproduksi komoditi,
baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri, bergantung pasarnya
• Subbidangnya, mulai dari bibit/benih, pupuk, obat-obatan, produksi komoditi, pasca panen
dan pengolahan serta nilai
• Sektornya mulai dari pertanian (padi, palawija, hortikultura), perkebunan, peternakan,
perikanan, dan kehutanan
• Peningkatan nilai investasi: jika ada 2jt rumah tangga petani, rata-rata menambah 10
jt/petani/musim saja, maka akan ada peningkatan nilai investasi di pertanian sejumlah 20
triliun setiap musimnya Potensi dan Peluang Investasi Sektor Pertanian

Peluang Investasi Bulog Swasta


• Secara bisnis, ada peluang untuk investor menanamkan modalnya
• Namun aturannya belum ada
• Perlu insentif agar investor mau menanamkan modalnya
• Ada uang masuk berupa pembangunan gudang, pemeliharaan, penyewaan gudang, pembelian
produk petani, tenaga kerja
• Ada nilai investasi 2 milyar per 1000m2 untuk setiap gudang yang dibangun (asumsi per m2 2
juta).
• Dengan asumsi 1 kecamatan, 1 gudang, berarti ada 573x2milyar=1,146 Triliun
• Belum lagi pengadaan sarana transportasi akibat aktivitas ini
• Kapasitas gudang 2-3 ton per m2. Jika luas 1000 m2, berarti kapasitasnya 2-3 ribu ton. jika
profit margin Rp100,-, maka investor akan untung 2000,000x100=200 jt per siklus bisnisnya
• Risikonya, biaya penyimpanan, susut, rusak, harga tidak meningkat atau turun, tidak laku.

Peluang investasi ini dapat dijumpai pada beragam sektor usaha, mulai dari pertanian (padi,
palawija, hortikultura), perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Ketika investasi pada
beragam komoditi dan sektor usaha di atas dapat berjalan dengan baik, maka diharapkan akan
menghasilkan peningkatan nilai investasi yang signifikan. Sebagai ilustrasi apabila ada 2 juta rumah
tangga petani, di mana rata-rata rumah tangga tersebut mampu menambah Rp. 10 jt/petani/musim
saja, maka akan ada peningkatan nilai investasi di sektor pertanian sejumlah Rp. 20 triliun setiap
musimnya. Nilai total pengembangan investasi ini akan jauh berlipat apabila masing-masing rumah
tangga petani mampu berkontribusi di atas nilai rata-rata pada setiap musimnya.

Berikut ini adalah rincian potensi komoditi per sub sektor pertanian umum:
a. Pertanian: padi, kedelai, jagung

b. Perkebunan: Kopi, durian, kelapa

c. Perikanan: tangkap, budidaya (nila ditambak, sbg bahan baku surimi), pengolahan (3.3 triliun = 55

unit; 8761unit: 5.67Triliun); Pantura (brebes smp rembang, klaster di Pati), bekas tambak udang.

Meski memiliki potensi produksi yang cukup bagus, namun sub sektor perikanan ini memiliki kendala

seperti keterbatasan alat serta rendahnya kompetensi pengolah yang bisa berujung pada turunnya

jumlah produksi.

d. Peternakan: budidaya/pembibitan, produksi, pengolahan hasil. Sapi penggemukan. Ayam menjadi

prioritas. Pakan menjadi kendala. Kelompok ternak, bisa memproduksi pakan.

e. Kehutanan. Madu. Kebutuhan 15 ribu ton; tersedia 10 ribu ton. Pakan lebah kurang. Pengetahuan

masyarakat. Rebung bamboo. Porang (umbi-umbian). Komoditi sub sektor kehutanan ini dapat diolah
menjadi tepung, bahkan berpotensi menjadi produk eskpor karena Korea dan Jepang memiliki

permintaan sebagai salah satu bahan pengolahan makanan.

f. Industri makanan: pengolahan ikan (pantura). Adanya eksploitasi ikan secara berlebihan serta

kurang ramah lingkungan dan tanpa mempertimbangkan konsep sustainable development dapat

mengganggu habitat laut yang pada akhirnya mengurangi pasokan ikan.

g. Minuman: Carica (manisan buah pepaya Dieng). Dulu, harga buah carica sempat anjlok, sehingga

karena banyak buah yang terbuang (rasanya sedikit asam dan bergetah). Namun ketika buah ini diolah

ternyata banyak diminati di pasar. Potensi usaha ini masih terbuka lebar untuk digali dan

dikembangkan secara inovatif, namun masih terkendala dengan pemenuhan perijinan.


DAFTAR PUSTAKA

Dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu provinsi Jawa Tengah. 2018. Potensi dan

peluang investasi sektor pertanian. Semarang. Jateng Gayeng.


BAB III

KESIMPULAN

Pertanian merupakan aktivitas produksi yang berdasarkan proses pertumbuhan dari hewan dan
tumbuhan. Dalam arti sempit, pertanian disebut dengan pertanian rakyat yaitu pertanian dimana usaha
pertaniannya dikelola oleh keluarga dan produksi pertaniannya adalah bahan makanan utama seperti
padi, palawija, kacang-kacangan dan ubi-ubian serta tanaman hortikultura seperti tanaman sayuran,
buah- buahan juga tanaman hias. Pertanian dalam artian luas adalah pertanian yang meliputi
perikanan, peternakan, kehutanan dan pertanian dalam arti sempit.
Pertanian sebagai upaya produksi tanaman merupakan elemen penting dalam perkembangan
kebudayaan manusia. Para ahli berpendapat bahwa awal mula dari budaya adalah perubahan dari
kebiasaan hidup manusia sebagai pengumpul makanan dari alam dan berburu menjadi kebiasaan
bercocok tanam atau tindakan menanam tanaman untuk memenuhi kebutuhan hidup yang diawali
dengan memilih dan mendomestikasi (menjinakkan) jenis-jenis tanaman liar yang bermanfaat bagi
kehidupan. Sifat manusia yang cenderung menuju ke tingkat yang lebih efisien dalam memenuhi
tuntutan hidup disatu sisi melahirkan kebudayaan yang semakin maju dan disisi lain membawa
kemajuan dalam budidaya tanaman. Kini, tanaman tidak lagi hanya dipandang sebagai sumber bahan
pangan, sandang dan papan, tetapi telah begeser juga menjadi sumber bahan untuk kesehatan,
inspirasi keindahan/estetika, kelestarian lingkungan, dan sarana rekreasi.
Memperhatikan potensi usaha dan masalah yang dihadapi di sektor pertanian, usaha investasi
dalam bentuk Bulog Swasta layak dikembangkan. Dalam hal ini Petani harus menjadi sebagai subyek
dengan menjadikan mereka sebagai pemegang saham dari bisnis tersebut. Petani perlu dipahamkan
tentang konsep bisnis korporasi, mulai dari bahan baku sampai pasar. Ini bisa menjadi unit bisnis atau
investasi, investasi di bahan baku/sarana produksi, produksi, pengolahan dan perdagangan.
Lahan-lahan lainnya seperti lahan Perhutani yang luas bisa dikembangkan kawasan pertanian
terpadu, pertanian-peternakan-perkebunan-kehutanan-lingkungan dengan penambahan fungsi
permukinan dengan berbagai fasilitasnya. Konsep investasi dengan industri/investasi yang tidak
terkait dengan pertanian perlu dikurangi. Untuk itu, kedepan investasi perlu diarahkan ke sektor
pertanian dengan memperbaiki iklim investasi yang ada

Anda mungkin juga menyukai