BAB III
PERENCANAAN BISNIS (BUSINESS PLAN)
3.1. PENDAHULUAN
Kegiatan wirausaha diawali dengan menemukan ide atau gagasan usaha. Ide
bisnis muncul karena peluang bisnis yang dipandang memiliki prospek yang baik. Ide
merupakan konsep, pikiran dan pengetahuan, sebuah mental, pandangan, keyakinan atau
rencana dari kegiatan-kegiatan usaha. Ide merupakan produk berfikir kreatif yang melibatkan
penggunaan alat pendengaran, penglihatan dan perasa. Interaksi dari ketiga indera ini
mendorong daya pikir seorang wirausahawan untuk menghasilkan ide
Bb ini membahas tentang bagaimana cara menguji ide bisnis, membuat model
bisnis dan membuat perencanaan bisnis.
d. Hasrat ingin tahu, selalu bertanya dan mengembangkan pertanyaan yang tidak
berujung, dan beranggapan bahwa setiap sesuatu ada manfaatnya bagi
kesejahteraan manusia
e. Pendekatan tidak langsung. Membahas sebagian ide yang akan dikembangkan dan
mempertimbangkan pendekatan baru
f. Pendekatan ensiklopedia. Melibatkan riset ekstensif dimana semua informasi
diakumulasi dan digolongkan dalam beberapa kategori untuk dinilai
g. Komponen yang dimodifikasi artinya bahwa ide baru hasil dari modifikasi ide lama
yang sesuai dengan tujuan
h. Analisis sistematik merupakan kombinasi yang memungkinkan untuk memecahkan
masalah
i. Meditasi merupakan upaya meningkatkan keyakinan diri, memusatkan diri, dan
menciptakan daya inovatif
Salah satu teknik dalam menggali pencarian ide bisnis yaitu melalui pembuatan mind
mapping. Mind mapping atau peta pikiran adalah alat untuk membuat catatan ringkas atau
brainstoarming suatu ide bisnis. Mind mapping adalah juga alat untuk menggali kreativitas
dengan menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan. Teknis pembuatan mind mapping, antara
lain :
a. Diskusikan dahulu tema untuk bisnis yang akan digali. Misalnya Tanaman
b. Letakkan kata tersebut di tengah kertas kerja. Lebih baik sertakan gambar sebagai
visualisasi kata tersebut.
c. Buatlah cabang utama yang mungkin muncul dari bisnis tanaman, misalnya
hortikultura, perkebunan dan serelia.
d. Pada cabang hortikultura dapat dikembangkan menjadi cabang sayuran, buah, dan
tanaman hias. Selanjutnya dari tanaman hias dapat dikembangkan menjadi
tanaman hias daun dan tanaman hias bunga. Demikian seterusnya sampai tidak
dapat dibagi lagi.
e. Kembangkan ide bisnis yang muncul dari tiap cabang sampai menjadi suatu jenis
bisnis. Misalnya dari cabang hortikultura -tanaman hias - bunga-bunga potong –
krisan. ide bisnis diperoleh bisnis bunga potong krisan
f. Identifikasi berbagai ide bisnis yang muncul dari satu kata di pusat kertas kerja
Anda. Tuliskan hasilnya di balik kertas kerja
g. Pilih satu ide bisnis yang selanjutnya akan dikembangkan dalam business plan.
Menemukan ide bisnis dapat diperoleh melalui pengetahuan dari diri sendiri,
pengetahuan tentang produk bisnis, dan pengetahuan terhadap konsumen. Munculnya ide
berwirausaha dapat kapan saja, dimana saja, dari apa saja, dari siapa saja. Menciptakan ide
dapat diperoleh melalui memasarkan ide bisnis, mengembangkan networking yang berbasis
pada kompetensi. Kegiatan menciptakan ide dapat melalui kegiatan survey pasar. Survey pasar
dapat dilakukan di pasar tradisional dan pasar modern. survey pasar dilakukan untuk
menciptakan ide bisnis baru atau memodifikasi ide yang sudah ada dengan menambahkan
variabel keunikan yang khas. Aktivitas survey pasar ini dilakukan dengan mengidentifikasi
potensi bisnis yang sudah ada atau bahkan yang belum ada di pasar.
Value proposition juga akan mempengaruhi komponen lain seperti Channel dan Customer
Relationship.
• Nilai layanan atau keunggulan apakah yang harus kita berikan kepada pelanggan?
• Diantara masalah pelanggan, manakah yang akan kita bantu untuk kita
selesaikan?
• Kebutuhan pelanggan manakah yang kita penuhi?
• Gabungan produk dan jasa apakah yang kita tawarkan kepada setiap segmen
pelanggan?
Contoh Nilai tambah/ keunggulan produk/jasa yang ditawarkan kepada pelanggan:
a. Kemasan
b. Manfaat
c. Harga,dsb
Pertama mari kita lihat customer kita lebih dekat lagi dengan membuat profil customer.
Value Proposition Canvas (VPC) diperkenalkan oleh Pengarang buku Business Model
Generation, Alexander Osterwalder, untuk mendukung teori “Jobs-to-be-Done” (atau
pekerjaan/masalah yang ingin diselesaikan) dan “Problem-Solution Fit”nya. VPC ini dibuat
untuk memetakan apakah ada kebutuhan dan seperti kebutuhan apa kebutuhan dari Customer
Profile agar dapat dibuatkan penawaran atas kebutuhan tersebut.
Dalam Customer Profile Canvas ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Customer Jobs
(Pekerjaan yang harus diselesaikan oleh pelanggan), Customer Pains (Derita/Kekhawatiran
Pelanggan), dan Customer Gains (keuntungan yang diharapkan oleh Pelanggan). Kemudian,
dibuat juga Value Map Canvas yang terdiri dari tiga bagian, yaitu Products & Services (Barang
dan Jasa), Pain Reliever (Pereda Sakit), dan Gain Creator (Pencipta Keuntungan).
Keberhasilan dalam menyusun dan menggabungkan kedua kanvas ini akan sangat membantu
dalam menemukan seberapa besar nilai jual dari sebuah ide bisnis.
Mulailah dari melihat bagan Customer Profile Canvas di sebelah kanan, yang diawali
dengan mendeskripsikan apa yang sedang dikerjakan oleh target customer (Customer Jobs) Hal
itu bisa berupa tugas yang sedang mereka kerjakan, masalah yang sedang mereka pecahkan atau
kebutuhan yang sedang berusaha dicapai oleh mereka. Cobalah menanyakan pada diri sendiri
apa masalah yang ingin diselesaikan oleh pelanggan Anda, antara lain:
a. Functional job: tugas spesifik, menyelesaikan masalah spesifik
b. Social job: berusaha terlihat keren, status, mencapai kekuasaan
c. Emotional jobs: estetika/keindahan, rasa aman
d. Kebutuhan dasar: komunikasi dan sosialisasi
Setelah itu, kita beralih ke sebelah kirinya untuk mengisi bagan Customer Pain, dimana
kita mendeskripsikan emosi negatif, hal-hal yang tidak diinginkan, situasi yang tidak diinginkan
dan resiko yang pernah dialami oleh pelanggan sebelumnya ketika dan setelah mengerjakan
sesuatu. Cobalah menanyakan pada diri sendiri:
a. What does your customer find too costly (Apa yang membuat pelangganmu
menemukan biaya yang terlalu mahal atau lama): waktu lama, mahal
b. What makes your customer feel bad (Apa yang membuat pelangganmu merasa
buruk): frustrasi, menjengkelkan, mengganggu, memusingkan
c. How are current solutions underperforming for your customer (Bagaimana solusi
saat ini yang masih dibawah standar): feature yang kurang, performa yang
kurang/tidak berfungsi
d. What are the main difficulties and challenges your customer encounters (Apa
kesulitan utama dan tantangan utama yang ditemui oleh pelangganmu):
memahami bagaimana benda bekerja, hal yang sulit dilakukan, resisten dalam
mengadopsi sistem baru
e. What negative social consequences does your customer encounter or fear (Apa
konsekuensi negatif yang ditemui oleh pelangganmu atau yang ditakuti oleh
pelangganmu): kehilangan muka, kekuasaan, kepercayaan, status
f. What risks does your customer fear (Apa risiko yang ditakuti oleh pelangganmu):
risiko keuangan, risiko sosial
g. What’s keeping your customer awake at night (Apa yang membuat pelangganmu
terbangun di malam hari): ketakutan, isu besar
h. What common mistakes does your customer make (Apa kesalahan umum yang
dibuat oleh pelangganmu): kesalahan sehari-hari
i. What barriers are keeping your customer from adopting solutions (Apa halangan
yang membuat pelangganmu enggan mengadopsi solusi yang baru kamu
tawarkan): biaya investasi, menolak perubahan, pro status quo.
Kemudian, kita bergerak ke bagan Customer Gains, dimana peserta diharapkan mampu
mendeskripsikan keuntungan yang diharapkan oleh customer. Termasuk keuntungan secara
fungsional, emosional, emosi positif, dan hemat biaya. Cobalah menanyakan pada diri sendiri:
a. Apa yang membuat pekerjaan pelangganmu menjadi lebih mudah: service lebih,
harga murah
b. Apa yang dicari pelangganmu: desain yang bagus, garansi
c. Apa konsekuensi positif yang diinginkan pelangganmu: kelihatan keren, menaikkan
gengsi, status
Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian 8
Bab 3. Perencanaan Bisnis (Business Plan) 2021
d. Reseller
e. Investor, dsb
1. Memberikan arah kemana suatu bisnis dijalankan sehingga efektivitas bisnis bisa dicapai.
2. Digunakan sebagai pengendali usaha. Bisnis dijalankan sesuai dengan rencana sehingga bisa
digunakan sebagai alat control apabila usaha berjalan tidak sesuai rencana, serta segera
diambil tindakan untuk mengembalikannya pada rencana yang telah ditentukan.
3. Mengurangi ketidakpastian masa depan yang sering berubah-ubah/tidak menentu.
4. Efisiensi usaha bisa lebih terjamin.
5. Mengurangi biaya-biaya yang seharusnya tidak diperlukan.
6. Menekan Risiko usaha yang mungkin timbul.
7. Rencana bisnis juga dibuat untuk menjadi kerangka dan patokan bagi perusahaan untuk
mencapai sasaran
C. Pentingnya Perencanaan Bisnis
Dasar dari sebuah usaha yang akan dijalankan adalah adanya business plan atau
perencanaan dalam membangun sebuah usaha. Business plan/perencanaan usaha merupakan
kumpulan dokumen yang menyatakan keyakinan akan kemampuan sebuah bisnis/usaha untuk
menjual barang ataupun jasa dengan menghasilkan profit yang tinggi dan menarik bagi investor
untuk menanamkan modalnya kepada perusahaan kita.
Pada umumnya banyak orang pada saat awal membuka usaha baru banyak mengalami
kegagalan. Kegagalan ini antara lain disebabkan karena pada saat membuka usaha tidak
menyusun perencanaan terlebih dahulu, sehingga apa yang dilakukan tidak didasarkan pada
perhitungan awal. Membuka usaha baru tidak mungkin tanpa ada rencana sebelumnya. Rencana
usaha perlu disusun betapapun sederhananya secara tertulis. Perencanaan yang tidak tertulis
pasti sudah ada rekayasa di dalam pikiran seseorang yang akan membuka usaha, seperti
rekayasa tentang usaha apa yang akan dipilih, tempatnya dimana, siapa konsumenya,
dibutuhkan modal berapa, berapa perkiraan tentang keuntungan yang akan diperoleh.
Tampaknya wirausaha baru cenderung melaksanakan kegiatan trial and error atau coba-
coba. Seandainya usaha yang dilakukan gagal mereka akan beralih ke usaha yang lain, dan jika
sudah gagal beberapa kali maka mereka akan berhenti melalukan usaha/menyerah tanpa
melakukan evaluasi tentang apa yang menyebabkan terjadinya kegagalan. Model seperti ini
banyak dijumpai pada masyarakat kita.
David H. Bangs, Jr (1995) mengemukakan bahwa seorang pengusaha yang tidak bisa
membuat perencanaan merencanakan kegagalan. Ungkapan ini benar, hasil pengamatan para
pemilik perusahaan kecil yang menyisihkan waktu untuk mengkaji semua strateginya,
menggunakan informasi untuk menguji kebenaran pendapatnya, dan cukup pandai mengenali
kekurangan-kekurangandirinya adalah pengusaha yang tidak mengalami kegagalan.
Suatu rencana kerja yang dibuat secara tertulis dan resmi guna menjalankan perusahaan
merupakan perangkat yang tepat untuk memegang kendali perusahaan dan menjaga agar fokus
usaha perusahaan tidak menyimpang. Pandangan ini sudah berlaku di negara maju. Para
wirausaha baru di negara kita kebanyakan menyimpan rencana perusahaan di dalam pikirannya.
Ini bukan berarti kita membenarkan model perencanaan di dalam pikiran saja. Akan tetapi
seorang pengusaha minimal harus memiliki catatan-catatan tertentu secara tertulis yang akan
diikuti dalam pelaksanaannya.
Disamping menyusun perencanaan, memulai usaha baru tidak tepat kiranya jika
langsung dalam bentuk usaha besar. Memang ada pengusaha yang langsung membuka usaha
besar tanpa mempunyai pengalaman terlebih dahulu. Akibatnya jika usaha besar ini mengalami
benturan maka akan timbul kepanikan bagi pemiliknya sendiri dan perusahaan semacam ini
gampang mengalami kegagalan. Memulai usaha dalam bentuk usaha kecil akan memberikan
pengalaman demi pengalaman dalam pengelolaan usahanya. Berdasarkan pengalaman setiap
tahun dan analisis data yang terkumpul maka dengan mudah perusahaan berkembang menjadi
perusahaan besar. Berdasarkan uraian di atas, nampak perlunya disusun perencanaan
usaha/business plan sebelum seseorang membuka usaha. Secara lebih detail, menurut Bygrave,
(1994) ada beberapa alasan penting mengapa orang harus menyusun perencanaan usaha:
1. Untuk menunjukkan bahwa bisnis ini layak dan menguntungkan
2. Untuk mendapatkan pembiayaan bank
3. Untuk mendapatkan dan investasi
4. Untuk mengatur dengan siapa harus bekerjasama
5. Untuk mendapatkan kontrak besar
6. Untuk menarik tenaga kerja inti/potensial
7. Untuk memotivasi dan fokus
Setelah Anda memahami pentingnya disusun perencanaan usaha, sebelum Anda
menyusun perencanaan usaha Anda perlu memahami terlebih tentang makna dari perencanaan
usaha. Untuk bisa memahami makna perencanaan usaha dengan baik.
D. Langkah-Langkah Menyusun Perencanaan Bisnis
Secara sederhana langkah-langkah menyusun perencanaan usaha menggunakan
sistematika sebagai berikut:
a. Ringkasan eksekutif
Ringkasan eksekutif merupakan ringkasan yang menjadi titik perhatian (highlight)
perencanaan bisnis. Ringkasan eksekutif ditulis setelah dokumen perencaan bisnis
Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian 14
Bab 3. Perencanaan Bisnis (Business Plan) 2021
d. Aspek Produksi
Berisi gambaran produk yang dihasilkan (keunikan, teknologi, daya saing), rencana
produksi setiap periode yang dikaitkan dengan perkiraan penjualan yang ingin
dicapai
1. Deskripsi, manfaat dan keunggulan produk (penjelasan singkat mengenai
produk/jasa sesederhana mungkin tetapi cukup jelas, serta inovasi apa yang
membuat produk/ usaha Anda berbeda)
e. Aspek Pasar
Pada dasarnya strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya dengan
variabel-variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, pemosisian,
dan elemen bauran pemasaran. Proses pemasaran yang sukses tidak terlepas dari
adanya tahap-tahap sebagai berikut:
1. Segmentasi pasar, yaitu proses memilah pasar yang heterogen menjadi
kelompok/ segmen yang homogen yaitu memiliki karakteristik dan kebutuhan
produk yang sama. Sebuah segmen pasar terdiri dari konsumen yang
memberikan reaksi sama terhadap Seperangkat usaha pemasaran.
Berdasarkan informasi yang diperoleh pemasar, maka segmentasi dapat
dilakukan atas dasar variabel berikut:
• Variabel geografis, membagi pasar atas dasar tempat atau wilayah
tertentu
• Variabel demografis, membagi pasar ke dalam beberapa kelompok
berdasarkan karakteristik seperti usia, pendidikan, jenis kelamin,
penghasilan.
f. Analisis SWOT
Untuk membantu menilai keyalakan usaha dari sisi pemasaran dan persaingan
maka salah satu analisis yang bisa dilakukan adalah analisis SWOT. Analisis SWOT
adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strengths),kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan
ancaman (threats) dalam suatu usaha/bisnis. Berikut akan dijelaskan masing-
masing aspek dari Analisis SWOT:
1. Strength (Kekuatan)
Dengan mengetahui kekuatan, kita seharusnya mampu meningkatkan lebih
baik lagi kekuatan usaha yang kitamiliki. Mungkin saja dengan membuat ciri
khas dari usahakita, akan membuat usaha kita dapat dibedakan dengan usaha
sejenis yang sudah mulai tumbuh.
2. Weakness (Kelemahan)
Faktor ini sebaiknya dianalisis dengan baik dan perludipikirkan bagaimana
caranya untuk dikurangi atau syukur- syukur bisa diatasi lebih tuntas sehingga
posisi usaha kitaaman dari pesaing.
3. Opportunities (Peluang)
Tentu banyak peluang-peluang atau kesempatan yang bisakita kembangkan
dalam usaha yang kita lakukan, baikmengembangkan lebih banyak produk
ataupunmengekspansi ke pasar yang lebih luas. Juga mungkinadanya peluang
dengan hadirnya teknologi-teknologi yanglebih membuat usaha kita makin
maju dari sebelumnya.
4. Threats (Ancaman)
Faktor ini juga perlu kita perhatikan dalam pengembangan usaha kita. Jika kita
lalai dengan faktor ancaman, salah-salah malah bisa membuat usaha kita
gulung tikar. Seperti adanya inflasi ekonomi, kebijakan ekonomi pemerintah
yang berkaitan dengan ekonomi seperti pajak, tarif bea masuk, juga mungkin
dengan adanya perubahan selera konsumen yang sudah sangat jauh berbeda
dengan tahun-tahun sebelumnya.
Contoh analisis SWOT produk Kefir (olahan susu) :
g. Rencana Keuangan
Memberikan penjelasan mengenai:
1. Biaya investasi (tanah, bangunan, alat, dan mesin)
2. Biaya operasional (tetap dan variabel)
3. biaya lain yang dibutuhkan
4. Rencana Penjualan
Analisis kelayakan:
1. cash flow
2. besarnya potensi balik modal (IRR)
3. NPV dari pendanaan yang akan dikeluarkan
4. PP (kapan modal akan Kembali)
NPV = Jumlah manfaat bersih yang diperoleh oleh usaha selama usaha beroperasi
(misal 5 tahun) yaitu sebesar Rp 500,503,521.
Net B/C = Perbandingan antara nilai manfaat yang dihasilkan dengan satu satuan
biaya (cost) yang dikeluarkan. Nilai net B/C yang dihasilkan yaitu 3,3 artinya
adalah biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1,00 akan menghasilkan manfaat
sebesar Rp 3,3.
IRR = Persentase pengembalian investasi usaha terhadap perusahaan. Nilai IRR
sebesar 45% lebih besar dari nilai discount rate yang digunakan yaitu 12%.
Payback Periode (PBP) = Masa pengembalian terhadap seluruh biaya investasi
dan modal kerja tetap dan tidak tetap selama 0.81 tahun, lebih kecil dari umur
usaha yaiu selama 5.
Contoh Asumsi Produk Kefir:
• Umur usaha adalah 5 tahun
• Persentase seluruh modal usaha yaitu 80% pinjaman dan 20% modal
sendiri
• Kapasitas prosuksi perbulan pada tahun pertama adalah 100.000 botol
• Persentase kenaikan kapasitas produksi 200% di tahun kedua, selanjutnya
150% s/d tahun kelima
• Harga jual produk Rp 8.500,00
• Discount rate yang digunakan sebesar 12% per tahun sesuai dengan
perbandingan bunga pinjaman Perbankan
3.4. RANGKUMAN
Keberhasilan seorang wirausaha dapat dicapai melalui kemampuan penemuan ide dari
berbagai teknik pencarian ide. Seorang wirausaha mampu mengambil keputusan dengan
memilih ide bisnis terbaik dan menentukan cara terbaik untuk mengerjakan pilihan ide bisnis.
Pengujian ide bisnis merupakan langkah penting dalam memastikan apakah ide bisnis
yang ditemukan layak untuk dikembangkan berdasarkan hasil validasi ide bisnis. Hasil validasi
ide bisnis dituangkan ke dalam proposal ide bisnis yang dapat digunakan untuk pemasaran ide
bisnis agar mendapatkan dukungan sumber daya (pembiayaan dan pemasaran) untuk
dikembangkan menjadi bisnis riil. Namun demikian, untuk memperjelas rancangan model
bisnis, maka perlu dilakukan perumusaan profil pelanggan dan menyusun model bisnis
(Business Model Canvas).
Dengan menyusun Business Model Canvas ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan secara ringkas bagaimana usahanya atau organisasinya menciptakan, memberikan,
dan menangkap suatu nilai tambah (value) serta menggambarkan atau melukiskan
pandanganmenyeluruh terhadap proses bisnis yang akan dibangun, atau bahkan menjelaskan
bisnis yang sedang berjalan.
Dengan menyusun Value Proposition Canvas ini, peserta diharapkan mampu
mendefinisikan nilai seperti apa yang ingin ditawarkan kepada pelanggan secara utuh.
Kemudian, Tujuan dari alat ini adalah untuk membantu Anda membuat sketsa yang baik secara
lebih rinci dan sederhana serta terstruktur. Melalui visualisasi ini Anda akan memiliki bahasa
strategis yang lebih baik dan akan mempersiapkan Anda untuk menguji kedua blok bangunan
tersebut.
Perencanaan usaha (business plan) adalah dokumen tertulis yang menguraikan hal-hal
yang mendasari pertimbangan pendirian bisnis/usaha dan yang berkaitan dengan pendirian
bisnis tersebut, yang mempunyai tujuan dasar: kenapa bisnis ini dilakukan, bagaimana
melakukannya, faktor-faktor apa yang menunjang bisnis ini berhasil, siapa saja yang
melaksanakan, dimana lokasi bisnis, dan kapan dilaksanakan. Dokumen rencana usaha dapat
disusun dengan outline cover, ringkasan, visi misi usaha, aspek organisasi, aspek produksi,
aspek pasar, analisis SWOT, serta aspek keuangan.
3.5. PENUGASAN
1. Buatlah berbagai ide bisnis dengan menggunakan mind mapping dengan tema umum
agribisnis!
2. Identifikasi tiga bisnis yang muncul dari tema tersebut !
3. Pilih satu bisnis yang akan dikembangkan dan sebutkan alasan- alasannya.
4. Susunlah alat bantu yang dapat dipakai untuk merancang nilai dari layanan
produk/jasa yang akan dibuat, yakni Value Proposition Canvas, yang terdiri dari Peta
Nilai (Value Map Canvas) dan Profil Pelanggan (Customer Profile Canvas). Lihat
Langkah Kerja pada Lembar Kerja Praktik 4.
5. Susunlah Business Model Canvas dari ide bisnis yang akan saudara laksanakan
dengan langkah-langkah seperti yang dijelaskan pada Langkah Kerja Lembar Kerja
Praktik 5.
6. Silahkan menyusun rencana usaha yang akan dijalankan sesuai dengan outline yang
tercantum dalam materi di atas.
7. Presentasikan hasil rencana bisnis saudara di depan kelas.
3.6. LATIHAN
1. Bagaimana cara seorang wirausaha menemukan suatu ide bisnis?
2. Sebutkan dan jelaskan teknik-teknik perolehan ide bisnis ?
3. Jelaskan teknik pembuatan mind mapping ?
4. Apa yang harus dilakukan jika telah terjadi penciptaan ide baik ide baru
maupun modifikasi ide ?
5. Lanjutan dari no 4, apa pentingnya hal tersebut bagi pasar ?
6. Sebutkan langkah-langkah dalam melakukan validasi ide bisnis?
7. Sebutkan cara melakukan perumusan ide bisnis dan sebutkan isi proposal
ide bisnis?
8. Sebutkan berbagai upaya yang dilakukan dalam memasarkan ide bisnis?
Customer Gains
Jelaskan manfaat yang pelanggan Anda harapkan, inginkan dan membuat
mereka terkesan. Termasuk utilitas fungsional, keuntungan sosial, emosi positif,
dan penghematan biaya.
Bertanyalah pada diri Anda:
1) Penghematan apa yang akan membuat pelanggan Anda senang?Â
(Misalnya dalam hal waktu, uang dan usaha, …)
2) Apa hasil yang pelanggan Anda harapkan dan ingin lampaui? (Misalnya
tingkat kualitas, lebih dari sesuatu, kurang sesuatu, …)
3) Apa solusi yang disukai pelanggan Anda? (Misalnya fitur khusus, kinerja,
kualitas, …)
4) Apa yang akan membuat pekerjaan pelanggan Anda lebih mudah?Â
(Misalnya kurva belajar datar, layanan lebih, biaya kepemilikan yang lebih
rendah, …)
5) Apa konsekuensi sosial yang positif yang diinginkan pelanggan Anda?Â
(Misalnya membuat mereka terlihat baik, peningkatan kekuasaan, status,
…)
6) Apa yang pelanggan cari? (Misalnya baik desain, jaminan, fitur khusus
atau lebih, …)
7) Apa yang pelanggan impikan? (Prestasi misalnya besar, relief besar, …)
8) Bagaimana pelanggan Anda mengukur kesuksesan dan kegagalan?Â
(Misalnya kinerja, biaya, …)
9) Apa yang akan meningkatkan kemungkinan mengadopsi solusi?Â
(Misalnya biaya yang lebih rendah, investasi kurang, risiko yang lebih
rendah, kualitas yang lebih baik, performa, desain, …)
Ranking setiap keuntungan sesuai dengan relevansinya dengan pelanggan Anda.
Apakah substansial atau itu tidak signifikan? Untuk setiap kenaikan
menunjukkan seberapa sering terjadi.
e. Langkah Kelima, urutkan Customer Pains dan Customer Gains berdasarkan
Prioritas
Pain Relievers
Sekarang mari kita jelaskan bagaimana produk dan jasa Anda menciptakan nilai.
Pertama, gambarkan bagaimana produk dan jasa Anda meringankan
kekecewaan pelanggan. Bagaimana mereka menghilangkan atau mengurangi
emosi negatif, biaya yang tidak diinginkan dan situasi, atau risiko yang dialami
pelanggan, bisa sebelum, selama, dan setelah mendapatkan pekerjaan yang
dilakukan?
Tanyakan pada diri Anda apakah mereka …?
1. … menghasilkan penghematan? (Misalnya dalam hal waktu, uang, atau
usaha, …)
2. … membuat pelanggan Anda merasa lebih baik? (Misalnya membunuh
frustrasi, gangguan, hal-hal yang memberi mereka sakit kepala, …)
3. … memperbaiki solusi yang berkinerja buruk? (Misalnya fitur baru, kinerja
yang lebih baik, kualitas yang lebih baik, …)
4. … mengakhiri kesulitan dan tantangan yang pelanggan temui? (Misalnya
membuat segalanya lebih mudah, membantu mereka mendapatkan
dilakukan, menghilangkan hambatan, …)
5. … menghapus konsekuensi sosial yang negatif pelanggan Anda menghadapi
atau takut? (Misalnya kehilangan muka, kekuasaan, kepercayaan, atau
status, …)
6. … menghilangkan risiko pelanggan Anda takut? (Misalnya keuangan,
sosial, risiko teknis, atau apa yang bisa sangat salah, …)
7. … membantu pelanggan Anda lebih nyaman tidur di malam hari?Â
(Misalnya dengan membantu dengan isu-isu besar, mengurangi
kekhawatiran, atau menghilangkan kekhawatiran, …)
8. … pelanggan membatasi atau menghilangkan kesalahan umum membuat?
(Kesalahan penggunaan misalnya, …)
9. … menyingkirkan hambatan yang menjaga pelanggan Anda dari
mengadopsi solusi? (Misalnya atau ada biaya yang lebih rendah dimuka
investasi, kurva belajar datar, sedikit resistensi terhadap perubahan, …)
Ranking setiap Pain Reliever atas produk dan jasa Anda sesuai dengan intensitas
yang dilakukan untuk pelanggan Anda. Apakah sangat intens atau sangat ringan?
Untuk setiap rasa sakit menunjukkan seberapa sering terjadi.
Langkah ini menjelaskan sumber daya kunci apa saja yang dibutuhkan agar
dapat menghasilkan produk yang Anda ciptakan. Sumber daya kunci ini dapat
berupa manusia (tim IT, tim Teknologi Pangan, tim Legal Farmer, dan lain
sebagainya), software khusus, website atau aplikasi, ataupun peralatan untuk
produksi (mesin, bahan baku produksi, kemasan)
Contoh:
Saya memerlukan sebuah platform yang stabil dan kuat untuk menampung
transaksi secara online. Juga para petani dan produsen lokal yang mampu
menghasilkan sayuran segar dengan cara penanaman yang baik.
e. Langkah Kelima: Menyusun Key Activities
Langkah ini menjelaskan apa saja kegiatan utama yang harus dilakukan agar
produk yang Anda ciptakan dapat berjalan dengan baik.
Contoh:
1) Program untuk mendapatkan pelanggan yang lebih banyak
2) Pengembangan produk dan servis yang berkelanjuta
3) Pengembangan sistem pengaduan dan customer service yang baik
4) Program evaluasi dan kerja sama dengan para mitra (petani dan produsen
lokal)
5) Pendistribusian bahan dari petani ke konsumen
f. Langkah Keenam: Menyusun Key Partners
Langkah ini menjelaskan siapa saja yang menjadi rekanan bisnis utama dan
juga menjadi pemasok bahan utama.
Contoh: Petani, Peternak, Toko Online, Perkebunan, Bank
g. Langkah Ketujuh: Menyusun Revenue Stream
Langkah ini menjelaskan bagaimana bisnis yang Anda bangun ini menghasilkan
uang dan dari sumber mana saja bisnis yang Anda bangun mendapatkan aliran
pendapatan.
Contoh:
Donasi atau seed funding, Persentase laba penjualan (margin), Konsinyasi (laba
dari mitra yang bekerja sama)
h. Langkah Kedelapan: Menyusun Cost
Langkah ini menjelaskan apa saja yang menjadi biaya dari mulai berjalannya
bisnis yang sedang Anda bangun dan biaya operasional yang dikeluarkan setiap
bulan agar bisnis Anda tetap dapat berjalan.
Contoh:
Biaya pembuatan aplikasi dan website, gaji karyawan dan operasional kantor,
biaya maintenance aplikasi dan website, biaya promosi dan event.
STUDI KASUS:
“MEMBEDAH MODEL BISNIS KANVAS (BMC) SAYURBOX”
Kita ambil contoh Sayurbox sebagai platform online solusi kompleks supply chain di bidang
pertanian.
Sayurbox merupakan sebuah platform online yang mengusung konsep bisnis farm-to-table
yang menyediakan bahan segar dan produk sehat berkualitas langsung dari petani dan
produsen lokal Indonesia. Gaya hidup sehat telah mendorong munculnya permintaan pasar
akan produk makanan sehat. Hal ini yang melatarbelakangi munculnya bisnis di bidang produk
makanan terutama sayur, buah-buahan organik, dan daging segar. Berdasarkan permintaan
pasar yang tinggi akan bisnis di bidang sayur dan buah-buahan organik memungkinkan akan
terdapatnya mata rantai yang panjang dari petani sampai ke konsumen. Mata rantai ini dapat
berupa mulai dari petani sebagai pemasok sayur dan buah-buahan segar, di kumpulkan oleh
pengepul/tengkulak yang berada di pedesaan, masuk ke pasar mikro, dan kemudian
dipasarkan ke pasar makro.
Berdasarkan mata rantai atau supply chain yang memisahkan antara konsumen dan petani
atau produsen lokal hal inilah yang melatarbelakangi Amanda Susanti (Founder & CEO
Sayurbox), Rama Notowidigdo (Co-Founder Sayurbox), dan Metha Trisnawati (Co-Founder
Sayurbox) untuk menghadirkan teknologi digital berbasis aplikasi mobile dan website yang
diluncurkan pada Bulan Juli 2016 sebagai platform digital yang tidak hanya memfasilitasi
konsumen untuk dapat mengakses bahan segar dan produk berkualitas secara langsung dari
petani dan produsen lokal namun juga dapat memotong dan memangkas mata rantai yang
sangat panjang sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan produsen lokal.
Sistem pemesanan yang diusung Sayurbox adalah pre-order(pemesanan di depan), sehingga
meminimalkan jumlah bahan segar yang terbuang (waste). Setelah konsumen memesan,
Sayurbox akan melakukan agregasi jumlah pesanan konsumen dan menginformasikan kepada
petani mitra tentang jumlah bahan segar yang harus dipanen. Bahan segar yang baru dipanen
kemudian dikirimkan ke hub Sayurbox untuk segera dikemas dan diantarkan kepada konsumen
sesuai dengan pesanan.
Bisnis di bidang pertanian dan perkebunan berbasis teknologi seperti ini memiliki kendala dan
tidak selamanya berjalan dengan mulus. Hal ini disebabkan oleh produk yang dipasarkan
merupakan hasil bumi yang sangat bergantung dengan cuaca dan tidak menutup kemungkinan
dapat terjadi gagal panen pada petani dan produsen lokal. Untuk mempertahankan supply-
chain yang sustainable dan kontinyu, Sayurbox melakukan pendekatan dengan cara tetap
membangun kerjasama ke petani lokal sebagai mitra dan juga Sayurbox bertanggungjawab
memberikan edukasi agar para petani mampu menghasilkan produk dengan kualitas yang
unggul. Selain mengedukasi cara menghasilkan produk dengan kualitas yang unggul, Sayurbox
juga mengedukasi para petani untuk lebih dekat dan familiar dengan gadget sebagai media
pendekatan sosial dengan konsumen sehingga dapat memperlancar usaha mereka, Sayurbox
juga melakukan edukasi mengenai packaging produk agar dapat menjaga kepercayaan dari
konsumen.
Dalam proses pemilihan petani lokal/mitra, Sayurbox awalnya terjun ke lapangan untuk
mencari dan membidik para petani yang bersedia untuk menjadi mitra. Sayurbox memiliki
standar dan parameter tertentu dalam pemilihan mitra seperti, bagaimana proses penanaman
yang dilakukan, pemanenan produk yang bebas pestisida, memiliki sertifikat organik, dan
bagaimana proses pendistribusian produk yang biasanya dilakukan petani kepada konsumen.
Setelah mengalami ekspansi dan setelah cukup dikenal oleh pasar, ada beberapa mitra dan
petani lokal yang mendatangi Sayurbox untuk menawarkan produk andalan mereka. Namun,
Sayurbox tetap konsisten untuk tetap mempertahankan kualitas dan tetap memberikan
pelayanan yang terbaik kepada konsumen sehingga petani/produsen lokal harus memiliki dan
memenuhi standar dan parameter yang ditetapkan oleh Sayurbox. Saat ini, Sayurbox telah
menggandeng 22 petani dan produsen lokal. Mereka berasal dari Tangerang, Bekasi, Bogor,
Depok, Sukabumi dan Bandung.
Saat ini, Sayurbox telah melayani lebih dari 8 ribu konsumen di area Jakarta, Tangerang,
Bekasi, dan Depok, dan jumlah ini terus bertumbuh setiap bulannya dan sudah menawarkan
300 jenis sayuran dan buah-buahan dan sudah memiliki 50 mitra petani yang bergabung
dengan Sayurbox. Dengan model bisnis farm-to-table yang ditawarkan oleh Sayurbox ini dapat
dan mampu menarik perhatian sejumlah investor. Belum lama ini Sayurbox menerima
pendanaan dari Patamar Capital (perusahaan modal ventura yang berbasis di San Francisco)
dan beberapa investor lain. Perolehan seed funding ini diperkirakan berkisar US$ 200 — US$
300 ribu atau sekitar 2,8 M — 4,1 M Rupiah (kurs dollar ke rupiah = Rp. 14.000,-). Sebelumnya
mereka juga terpilih sebagai startup Plug and Play angkatan pertama. Sayurbox berencana
untuk memanfaatkan perolehan dana yang diperoleh untuk meningkatkan pelayanan yang
berbasis pada konsumen, melakukan ekspansi area pelayanan konsumen ke kota lain dan
diharapkan dapat berekspansi hingga ke seluruh Indonesia. Saat ini Sayurbox memiliki 55
karyawan.
Strategi monetisasi yang diterapkan Sayurbox adalah melalui persentase laba (margin) dari
setiap penjualan produk kepada konsumen. Selain melalui persentase laba, Sayurbox juga
memiliki monetisasi dari sistem konsinyasi (consignment) produk dari produsen mitra yang
menjual produknya lewat platform Sayurbox. Untuk pilihan pembayaran, Sayurbox
menyediakan pilihan pembayaran melalui bank transfer, kartu kredit, serta virtual bank
account transfer.
Proses transaksi yang dilakukan Sayurbox dalam melayani konsumen adalah sebagai berikut:
pertama, Sayurbox akan menjadi pemandu online yang akan mengarahkan konsumen ke
petani atau produsen produk yang dipilih oleh konsumen melalui website ataupun aplikasi
mobile. Kedua, Sayurbox memilih 2 hari dalam 1 minggu untuk proses panen produk yang
diinginkan oleh konsumen yaitu hari Rabu dan Sabtu. Untuk itu, konsumen harus melakukan
pemesanan dan pembayaran 2 hari sebelum hari panen berlangsung. Deadline ini bertujuan
untuk petani dan produsen bahan segar memiliki jangka waktu untuk menggali, memanjat,
memotong, dan memanen produk yang akan dikirimkan kepada konsumen.
Sayurbox melalui tim SayurBox QC (Quality Checker) akan menjamin proses pemanenan
dengan metode double-check, melakukan sorting produk, packaging produk pada box/dus
Sayurbox, dan melakukan pendistribusian bahan segar dengan jangka waktu yang cepat dan
tidak melebihi dari 24 jam sehingga dapat langsung berada dan diterima oleh konsumen. Hal
ini dimaksudkan agar konsumen benar-benar dapat menjamin kualitas dan tingkat kesegaran
produk yang diterima.
User Interface (UI) website dan aplikasi Sayurbox menjadi salah satu hal yang berperan penting
dalam menarik minat konsumen. Penentuan UI yang user friendly menjadikan aplikasi ini dapat
dengan mudah diakses oleh beragam kalangan baik dari usia, strata sosial, dan golongan
masyarakat. Sayurbox memiliki fitur-fitur tambahan yang juga dapat diakses seperti: shop,
news & promo, how it works, our farmers, how to pay, contact us, privacy policy, dan blog.
Beranda “Shop” berisikan login konsumen, tanggal pemesanan, tampilan produk-produk yang
tersedia, harga dan jumlah yang akan dibeli oleh konsumen. Beranda “News & Promo”
merupakan salah satu beranda yang paling banyak dikunjungi oleh konsumen karena
didalamnya terdapat promo yang ditawarkan oleh Sayurbox kepada konsumen. Beranda “How
it Works” berisikan penjelasan yang dibutuhkan konsumen agar mengetahui bagaimana proses
mulai dari pemesanan produk hingga produk dapat sampai kepada konsumen. Beranda “Our
Farmers” akan memberikan informasi kepada konsumen tentang mitra-mitra dan produsen
lokal. Sehingga konsumen dapat mengetahui secara langsung darimana asal produk yang
diinginkan oleh konsumen, fokus utama penanaman petani dan produsen lokal. Beranda “How
To Pay” berisikan mengenai cara dan langkah-langkah yang dilakukan konsumen untuk
mengetahui proses transaksi dan berbelanja melalui website ataupun aplikasi. Beranda “FAQ”
atau “Frequently Asked Question” berisikan mengenai informasi pertanyaan yang kerap kali
atau yang sering ditanyakan oleh pengunjung kepada Sayurbox. Layanan ini juga akan
bertindak sebagai sarana bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi, keluhan ataupun
pertanyaan seputar Sayurbox. Beranda “Contact Us” berisikan informasi kontak Sayurbox yang
dapat dihubungi secara langsung bagi pengunjung yang terdiri dari: E-mail, dan WhatsApp.
Beranda “Blog” berisikan mengenai artikel-artikel pendukung yang berisikan informasi
mengenai dan seputar khasiat makanan dan buah-buahan. Secara garis besar, website dan
aplikasi Sayurbox sudah memuat segala fitur yang lengkap untuk konsumen dan
pengunjungnya. Namun, alangkah lebih baik Sayurbox perlu menambahkan fitur penawaran
harga antara penjual dan pembeli secara langsung agar atmosfir pasar tradisional dapat
tercipta.
Untuk mendukung pemasaran, Sayurbox menggunakan dan memanfaatkan beberapa media
sosial seperti instagram. Hal ini bertujuan agar Sayurbox dapat lebih dikenal oleh publik. Maka,
tidak heran bahwa Sayurbox secara terang-terangan memberikan promo dan penawaran kepada
konsumen yang telah menggunakan jasa Sayurbox ini dapat berupa potongan harga, ongkos
kirim, dan penawaran lainnya bagi konsumen yang melakukan share post atau melakukan
promosi dan testimoni melalui instagram story.
Kompetitor Sayurbox di bidang yang serupa adalah Eragano, iGrow, 8Villages, Simbah, Pantau
Harga, Karsa, Kecipir, Tanihub, Limakilo, Sikumis, Crowde, CI-Agriculture, Habibi Garden,
PanenID. Untuk dapat sustain / dapat bertahan dan tetap mendapat kepercayaan dari pelanggan,
Sayurbox perlu melakukan inovasi dan perbaikan dibeberapa bagian. Pertama, Sayurbox perlu
mengkaji website/aplikasi sehingga kendala error atau loading program yang lama tidak
dijumpai oleh pengguna. Kedua, penulis menyarankan agar Sayurbox juga menyertakan
kandungan dan informasi gizi dari produk yang dipasarkan sehingga konsumen dapat
memperoleh informasi yang valid dan tepat perihal informasi gizi produk yang ditawarkan.
Ketiga, Sayurbox diharapkan dapat tetap mempertahankan prinsip untuk memberikan produk
yang tidak hanya terjamin kesegarannya namun juga dapat dijamin tingkat kematangan produk
terutama produk buah-buahan yang tidak dapat terlihat secara langsung tingkat kematangannya
karena ditutupi oleh kulit buah.
3.8. REFERENSI
Anonimous, 2020 ; Modul 2 Ide dan Model Bisnis; Business Motivation Pathways
for Youth Entrepreneurship and Employment Support Services
Program.
Anonimous, 2020 ; Modul 2 Perencanaan Bisnis; Business Motivation Pathways
for Youth Entrepreneurship and Employment Support Services
Program.
Jumingan ; 2018 ; Studi Kelayakan Bisnis (Teori dan Pembuatan Proposal
Kelayakan) ; PT Bumi Aksara Jakarta.
Ibrahim Y ; 2003 ; Studi Kelayakan Bisnis ; PT Rineka Cipta, Jakarta.
Kasmir ; 2009 ; Kewirausahaan ; PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.