Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agribisnis berasal dari kata agri (agriculture) dan bisnis (usaha komersial) sehingga pada
prinsipnya pengertian agribisnis adalah merupakan usaha komersial (bisnis) di bidang
pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan langsung dengan pertanian
tersebut. Bidang-bidang yang berkaitan itu adalah sebagai berikut : 1) Usaha produksi dan
distribusi alat-alat atau mesin pertanian, sarana produksi pertanian dan input pertanian
lainnya (agroindustri hulu); 2) Pengolahan dan manufacturing hasil pertanian serta
pemasarannya (agroindustri hilir); 3) Kegiatan penunjang seperti penyediaan kredit, asuransi
pertanian pelatihan, konsultasi, dan transportasi (Masyhuri, 2000)
Menurut H. Najib (2000), sebagai satu sistem, agribisnis memiliki pola keterpaduan
antara agro input, produksi ternak (farming), pengolahan hasil panen (processing), pemasaran
(marketing) produk pertanian serta dukungan (agroservices); sebagai bidang studi, agribisnis
merupakan ilmu manajemen lintas bidang yang mendukung bisnis seperti manajemen
produksi, manajemen sumberdaya manusia, manajemen keuangan, manajemen pemasaran,
dan seterusnya yang diterapkan di bidang pertanian dengan segala kekhususannya; dan
sebagai bidang usaha, agribisnis adalah usaha di bidang pertanian yang mencari laba dengan
menghasilkan produk pertanian dengan segala karakteristik agribisnis.
Dalam pelaksanaan sistem agribisnis tersebut, diperlukan adanya kemampuan manusia
untuk merencanakan, mengordinir, dan mengendalikan semua kegiatan yang ada di
dalamnya. Kemampuan itu lah yang dinamakan dengan manajemen. Menurut G.R. Terry
(2010;16) menjelaskan bahwa manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri atas
tindakan– tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian untuk
mennetukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber
daya lainnya.
Manajemen agribisnis pada prinsipnya adalah penerapan manajemen dalam sistem
agribisnis. Oleh karena itu, seseorang yang hendak terjun di bidang agribisnis harus
memahami konsep-konsep manajemen dalam agribisnis yang meliputi pengertian
manajemen, fungsi-fungsi manajemen, tingkatan manajemen, prinsip-prinsip manajemen dan
bidang-bidang manajemen (Firdaus, 2007)
Mengingat adanya karakteristik agribisnis yang khas unique maka manajemen agribisnis
harus dibedakan dengan manajemen lainnya. Menurut Downey dan Erickson (1992), terdapat
beberapa hal yang membedakan manajemen agribisnis dari manajemen lainnya, yaitu sebagai
berikut: 1) Keanekaragaman jenis bisnis yang sangat besar pada sektor agribisnis, yaitu dari
para produsen dasar ke konsumen akhir akan melibatkan hampir setiap jenis perusahaan
bisnis yang pernah dikenal oleh peradaban; 2) Besarnya pelaku agribisnis; 3) Hampir semua
agribisnis terkait erat dengan pengusaha tani, baik langsung maupun tidak langsung; 4)
Keanekaragaman skala usaha di sektor agribisnis, dari yang berskala usaha kecil sampai
dengan perusahaan besar; 5) Persaingan pasar yang ketat, khususnya pada agribisnis skala
kecil; dimana penjualan berjumlah banyak, sedangkan pembeli berjumlah sedikit; 6) Falsafah
cara hidup the way of life tradisional yang dianut para pelaku agribisnis cenderung membuat
agribisnis lebih tradisional daripada bisnis lainnya; 7) Kenyataan menunjukkan bahwa badan
usaha agribisnis cenderung berorientasi dan dijalankan oleh petani dan keluarga; 8)
Kenyataan bahwa agribisnis cenderung lebih banyak berhubungan dengan masyarakat luas;
9) Kenyataan bahwa produksi agribisnis sangat bersifat musiman; 10) Kenyataan bahwa
agribisnis sangat tergantung dengan lingkungan eksternalgejala alam; dan 11) Dampak dari
adanya program dan kebijakan pemerintah mengena langsung pada sektor agribisnis. Jadi,
keberhasilan agribisnis untuk mencapai tujuannya sangat ditentukan oleh faktor manajemen.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan dirumuskan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep agribinis dan karakteristik agribisnis
2. Apa saja ruang lingkup dalam sistem agribisnis?
3. Apa itu manajemen agribisnis?
4. Seberapa pentingnya manajemen dalam sistem agribisnis?
5. Apa saja contoh manajemen dalam agribisnis?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep agribinis dan karakteristik agribisnis
2. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup dalam sistem agribisnis
3. Untuk mengetahui apa itu manajemen agribisnis
4. Untuk mengetahui seberapa pentingnya manajemen dalam sistem agribisnis
5. Untuk mengetahui apa saja contoh manajemen dalam agribisnis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen
Pengertian dari manajemen adalah suatu proses yang brmula dari perencanaan,
pengorganisaian, pengarahan, serta pengawasan dan evaluasi pada sebuah kegiatan agar
tercapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Manajemen diserap dari bahasa
Inggris yaitu management, manajement memiliki dua makna yaitu Pimpinan dan
Pengelolaan. Yang pertama manajemen memiliki makana yaitu, pimpinan yang berarti
seseorang yang terlibat dan menjalankan sebuah perusahaan atau organisasi. Sedangkan
unuk makan yang kedua manajemen memiliki makna yaitu, pengelolaan atau tata
pipmpinan yang berarti suatu kegiatan yang mengelola sebuah organisasi atau
perusahaan. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah sebuah kata yang
memiliki makna ganda yaitu “sebuah proses” dan “orang/pelaksana”. Dari kedua makna
tersebut memiliki arti yang berbeda, namun dari keduanya digunakan pada ruang lingkup
yang sama yaitu perusahaan atau organisasi.
Manajemen sangat diperlukan pada setiap kegiatan, khususnya pada setiap kegiatan
yang menggunakan modal, SDA (Sumber Daya Manusia), dan SDM (Sumber Daya
Manusia). Hal itu dilakukan agar dapat tercapai sebuah target atau hasil yang diinginkan.
Misalnya pada seorang petani yang harus mengelola dan mengarur kegiatan
pertaniannya, mulai dari menanam, merawat, memanen, mengolah hasil pertanian,
sampai proses pemasarannya. Semua itu membutuhkan pengaturan dan pengelolaan yang
tepat agar mencapai sebuat target yang diinginkan dan mendapatkan hasil yang optimal.
Oleh karena itu, setiap manusia membutuhkan manajemen dalam segala aspek
kehidupan. Karena dengan menerapkan manajemen yang baik disetiap kegiatan seperti
manajemen waktu dan manajemen ekonomi dapat membantu kita untuk mencapai
sebuah tujuan atau cita-cita. (Dr. Cuk Jaka Purwanggono, 2018)

2.2 Agribisnis
Agribisnis berasal dari kata agri (agriculture) dan bisnis (usaha komersial) sehingga
pada prinsipnya pengertian agribisnis adalah merupakan usaha komersial (bisnis) di
bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan langsung dengan
pertanian. Agribisnis juga dapat didefinisikan sebagai suatu bisnis yang berbasisi pada
kegiatan didalam bidang pertanian dan penduukung kegiatan pertanian, baik yang
berjalan pada sektor hulu samapai kegiatan yang berjalan pada sektor hilir. Dalam hal ini
kegiatan agribisnis mengacu pada suatu rantai pada sektor pertanian, yang dimulai dari
tahapan paling mendasar pada keiatan pertanian yaitu pengolahan tanah sampai kegiatan
pemasaran atau pendistribusian hasil pertanian.
Didalam agribisnis terdapat beberapa subsitem yang menunjang dalam kegiatan
pertanian, sub-sistem tersebut antaralain: subsistem yang membuat atau melakukakan
kegiatan produksi bahan baku atau subsistem usaha tani, subsistem pengolahan hasil
pertanian, dan sub-sistem pemasaran. Bidang-bidang yang berkaitan dengan kegiatan
agribisnis yaitu sebagai berikut :
1. Usaha produksi dan distribusi alat-alat atau mesin pertanian, sarana produksi
pertanian dan input pertanian lainnya (agroindustri hulu).
2. Pengolahan dan manufacturing hasil pertanian serta pemasarannya (agroindustri
hilir).
3. Kegiatan penunjang seperti penyediaan kredit, asuransi pertanian pelatihan,
konsultasi, dan transportasi (Masyhuri, 2000).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen agribisnis adalah suatu kegiatan
dalam bidang pertanian yang menerapkan manajemen dengan melaksanakan fungsi
fungsi perencanaan,fungsi pengorganisasian,fungsi pengarahan dan pengendalian dan
fungsi pengawasan dan pengendalain dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia untuk menghasilkan produk pertanian dan keuntungan yang maksima

2.3 Ruang Lingkup Agribisnis


Ruang lingkup dalam agribisni adalah semua kegiatan yang terlibat pada pembuatan
dan pendistribusian hasil pertanian, atau semua kegiatan produski, penyimpanan,
pengolahan, sampai distribusi hasil kegiatan disektor pertanian. Kegiatan distribusi pada
agribisnins yaitu penyaluran hasil pertanian kepada pedagang/ perusahan atau konsumen.
Dalam hal ini agribisnis meupakan sebuah sistem yang menjadi satu kesatuan dalam
kegiatan pertanian, maka dari itu agribisnis memiliki beberapa subsitem yaitu:
1. Downstream Agribusiness (Subsistem Agribisnis Hulu)
Subsistem agribisnis hulu dapat disebut dengan subsistem faktor input. Subsitem
ini merupakan subsistem bagian pengadaan atau menyiapkan sarana produksi
pada kegiatan pertanian pertanian. Contoh dari subsistem ini adalah kegiatan
memproduksi alat dan bahan pertanian, seperti pembuatan pupuk atau obat-
obatan untuk anaman.

2. On-Farm Agribusiness (Subsistem Agribisnis Usahatani)


Subsistem budidaya (produksi pertanian) atau usahatani adalah kegiatan
mengelola dan mengolah sektor pertanian, pada kegiatan ini bertujuan utuk
menghasilkan komoditas bahan mentah maupun primer pada sektor pertanian.

3. Upstream Agribusiness (Subsistem Agribisnis Hilir)


Subsistem agribisnis hilir adalah subsitem bagian pengolahan hasil pertanian,
tidak hanya pengolahan saja tetapi pada subsitem ini juga melakukan kegiatan
pemasaran atau pendistribusian hasil pertanian dari komoditas primer sampai
komoditas olahan. Kegiatan pengolahan bahan jadi maupun pengolahan bahan
setengah jadi yang akan digunakan oleh konsumen merupakan Agroindustri.

4. Supporting Institution (Subsistem Jasa Pelayanan Pendukung Agribisnis)


Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis adalah subsitem yang bertujuan
melayani dan mendukung setiap kegiatan pertanian yang dilakukan oleh petani
maupun perusahaan. Contoh dari subsitem ini adalah perbankan yaitu jasa
pendukung untuk membantu menyipakan modal untuk kegiatan pertanian yang
akan dilakuakn. Selanjutnya adalah penyuluh pertanian, fungsi dari penyuluh
pertanian adalah memberikan layanan kepada petani untuk berkonsultasi dan
pengarahan dalam kegiatan pertanian.

2.4 Karakteristik Agribisnis


Karakteristik pada agribisnis didasari oleh jenis dan sifat alamnya, yaitu keragaman
perilaku, kinerja, dan struktur agribisnis, struktur pada pasar komoditas agribisnis yang
mendekati pasar bersaing sempurna, memiliki intervensi oleh pemerintah, memiliki
keragaman produksi yang dihasilkan. Menurut Saragih (1998) menjelaskan mengenai
karaktersitik dari agribisnis, yang ditinjau dari peradaban manusia. Karaketristik tersebut
terdiri dari :

1. Agribisnis memiliki sifat yang berbeda dari sektor lainnya dalam aspek budaya,
sosial, dan politik. Karena dengan keberagaman sosial dan budaya dapat
membentuk suatu perilaku dari segi konsumen maupun produsen dalam kegiatan
agribisnis.

2. Komoditas agribisnis sering dianggap sebagai komoditas yang sering diintervansi


oleh pemerintah, karena komoditas –komoditas pertanian terutama tanaman
pangan merupakan kebutuhan pokok masyarakat.

3. Komoditas – komoditas pertanian memiliki berbagaimacam jenisnya, sehingga


struktur pasar pada agribisnis mendekati struktur pada pasar persaingan
sempurna(PPS). (Dr. Sri Ayu Andayani, 2017)

4. Agribisnis mempunyai keunikan dalam intensitas campur tangan politik dari


pemerintah. Produk-produk agribisnis terutama pangan yang merupakan
kebutuhan dasar (basic needs) sehingga hal ini sering dipandang sebagai
komoditas politik yang sering diintervensi oleh politik pemerintah.

5. Agribisnis mempunyai sifat yang unik dalam aspek sosial, budaya, dan politik.
Keberagaman sosial budaya manusia membentuk struktur, perilaku, dan kinerja
agribisnis baik dari segi produsen maupun konsumen. Misalnya jenis usahatani
rakyat di Jawa didominasi oleh usahatani lahan sawah, sedangkan di luar Jawa
yang sering terlihat adalah perkebunannya. Di daerah transmigrasi dalam
mengembangkan agribisnis yang terlihat tekun yaitu petani yang berasal dari
etnis Bali untuk komoditas yang sama.

2.5 Konsep Manajemen Agrbisnis


Agribisnis diartikan sempit yaitu perdagangan hasil pertanian. Konsep agribisnis adalah
suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, pengolahan hasil, pemasaran, dan
aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian (Soekartawi, 2003). Sektor
pertanian memegang peran yang penting apalagi saat Rencana Pembangunan Lima
Tahun (REPELITA) dan saat REPELITA kelima dikarenakan beberapa alasan sebagai
seperti sektor pertanian masih menyumbang angka besar dari Produk Domestik Bruto
(PDB), sektor pertanian mampu menyediakan keragaman menu pangan sehingga dapat
mempengaruhi konsumsi dan gizi masyarakat Sektor pertanian mampu mendukung
sektor industri (hulu dan hilir), ekspor hasil pertanian semakin meningkat menyumbang
devisa, dan lain sebagainya.

Sektor pertanian telah mengalami kemajuan selama 4 PELITA lalu, namun demikian
hambatan masih banyak sehingga perlu adanya pembenahan. Perhepi (1989)
menjelaskan bahwa hambatan dalam pengembangan agribisnis yaitu sebagai berikut.
1. Pola produksi pada beberapa komoditas pertanian tertentu terletak pada daerah yang
terpencar-pencar, hal ini akan menyulitkan dalam pembinaan dan menyulitkan
tercapainya efi siensi pada skala usaha tertentu.
2. Sarana dan prasarana (khusus bagi di luar jawa) belum memadai sehingga biaya
transportasi tinggi maka sulit mencapai efisiensi usaha pertanian.

3. Pemusatan agroindustri di kota besar yang mengakibatkan nilai bahan baku pertanian
semakin mahal dalam mencapai lokasi agribisnis tersebut.

4. Sistem kelembagaan (terutama di pedesaan) masih lemah (Soekartawi, 2003).


BAB 3
MANAJEMEN AGRIBISNIS
3.1 Pengertian Manajemen Agribisnis
Pengertian manajemen agribisnis adalah suatu kegiatan di industri pertanian (agro-
industri) yang menerapkan ilmu manajemen dengan memberlakukan fungsi perencanaan,
penyusunan, pengarahan, dan pengendalian, serta memanfaatkan semua sumber daya
yang ada untuk mencapai tujuan, yaitu menghasilkan produk pertanian yang
menguntungkan.
Dalam bidang bisnis, pengertian manajemen agribisnis sangat luas dan sudah
dijelaskan oleh beberapa ahli. Secara konsepsional, manajemen agribisnis adalah semua
kegiatan dari pengadaan, penyaluran hingga pemasaran produk-produk pertanian serta
agro-industri yang memiliki  kaitan antara satu dengan lainnya. Manajemen dibutuhkan
dalam agribisnis sebagai sarana untuk membentuk perencanaan agribisnis yang
terstruktur dan terorganisasi dengan baik.Dari definisinya tersebut, dapat dipahami
bahwa perencanaan sangat vital dalam bisnis pertanian mengingat sifatnya yang penuh
ketidakpastian dan rentan terhadap risiko kerugian. Manajemen Agribisnis Menurut Para
Ahli :

1. J. E. Austin
Menurut Austin, pengertian Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang
meliputi kegiatan usaha tani, pengolahan bahan makanan, usaha sarana dan
prasarana produksi pertanian, transportasi, perdagangan, kestabilan pangan dan
berbagai kegiatan lainnya termasuk distribusi bahan pangan dan serat-seratan
kepada konsumen.
2. Wibowo
Menurut Wibowo dkk (1994), pengertian Agribisnis adalah semua kegiatan
mulai dari pengadaan, pelaksanaan, penyaluran, sampai pada pemasaran produk
yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agro-industri yang saling terkait satu
sama lain. Dengan kata lain, agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistem
pertanian yang memiliki beberapa komponen sub-sistem yaitu, usaha tani yang
memproduksi bahan baku, pengolahan hasil pertania, dan pemasaran hasil
pertanian.
3. W. David Downey dan Steven P. Erickson
Agribisnis menurut Downey dan Erickson (1987) adalah kegiatan yang berkaitan
dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu
atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran
produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan
kelembagaan penunjang kegiatan.
4. A. Suharjo
Pengertian Agribisnis menurut Soehardjo (1997) adalah sebuah sistem dalam
agro-industri yang terdiri atas beberapa sub-sistem yang saling terkait. Sistem
tersebut bisa berfungsi dengan baik bila tidak ada gangguan pada salah satu sub-
sistem.
5. Hadi
Agribisnis menurut Hadi (1992) adalah suatu rangkaian kegiatan yang  terdiri
dari empat subsistem yang saling mempengaruhi, yaitu penyediaan input
pertanian, produksi pertanian, pengolahan hasil, dan pemasaran hasil pertanian,
dimana semua kinerjanya menjadi tanggungjawab koordinator agribisnis.
3.2 Fungsi Manjaemen
Fungsi dasar dari ilmu manajemen yaitu sebagai elemen yang harus ada dalam kegiatan
manajemen sebagai acuan dari seseorang yang bertugas sebagai pengelola, atau manajer.
Manajer inilah yang bertugas untuk memastikan bahwa tujuan dapat tercapai, dengan
membuat perencanaan, koordinasi, dan pengendalian.

Dalam ilmu manajemen, ada 5 fungsi yang saling mempengaruhi satu sama lain. Fungsi
tersebut, antara lain perencanaan, pengorganisasian, penempatan
atau staffing, pengarahan, dan pengawasan. Tanpa adanya salah satu dari fungsi ini
bukan tidak mungkin kegiatan manajemen akan berakhir tak sesuai rencana atau tujuan.

3.2.1 Fungsi Perencanaan (Planning)

Perencanaan (planning) adalah fungsi dasar dari suatu manajemen karena


kegiatan pelaksanaan, pengarahan, pengorganisasian, pengawasan pun harus
terlebih dahulu direncanakan. Perencanaan ini adalah dinamis. Perencanaan
ditujukan pada masa depan yang penuh dengan ketidakpastian karena adanya
perubahan kondisi dan situasi (Hasibuan, 1996). Fungsi perencanaan
mencakup semua kegiatan yang ditujukan dalam menyusun program kerja
selama periode tertentu pada masa yang akan datang berdasarkan visi, misi,
tujuan, dan sasaran suatu organisasi atau suatu perusahaan. Perencanaan dapat
dijelaskan pula sebagai penetapan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan
kemudian, dalam batas waktu tertentu untuk mendapatkan hasil tertentu
dengan menggunakan faktor-faktor tertentu.
Dalam perencanaan, manajer harus memutuskan tujuan yang harus dicapai
baik berupa tujuan jangka pendek maupun jangka panjang dan memutuskan
alat apa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam
melaksanakan hal ini, seorang manajer perlu melakukan peramalan yang
kemungkinannya dapat dicapai baik dilihat dari aspek ekonomi, politik, sosial
dan sebagainya. Perencanaan secara garis besar menggambarkan tentang apa,
bagaimana, mengapa, dan kapan dilakukan.
Kegiatan perencanaan memang banyak membutuhkan pemikiran, tenaga,
waktu, dan uang. Tetapi jika ada perencanaan yang baik memungkinkan suatu
perusahaan akan memperoleh beberapa keuntungan yaitu sebagai berikut.

1. Mengurangi ketidakpastian (uncertainty) di masa yang akan datang karena


segala sesuatu telah diperkirakan sebelumnya.
2. Adanya perencanaan memungkinkan manajemen selalu memfokuskan
perhatian pada tujuan.
3. Memperoleh tindakan yang terkoordinasi dengan baik dari berbagai
bagian dalam suatu perusahaan karena adanya tujuan.
4. Penentuan dan pemanfaatan metode kerja yang lebih efisien dan efektif
sehingga dapat mengurangi biaya yang harus dikeluarkan suatu
perusahaan.

Ada enam langkah dalam proses perencanaan, yaitu sebagai berikut.

1. Mengumpulkan fakta dan informasi terkait dengan situasi dan kondisi


yang ada;
2. Menganalisis situasi dan masalah yang terlibat;
3. Memperkirakan (forecasting) perkembangan yang akan terjadi pada masa
yang akan datang;
4. Menetapkan tujuan dan hasil sebagai pedoman untuk sasaran yang akan
dicapai. Dalam menetapkan suatu tujuan merupakan langkah yang penting
dalam menyusun sebuah rencana sebelum suatu tindakan perencanaan
dilaksanakan;
5. Mengembangkan berbagai alternatif sebagai arah tindakan dan memilih
alternatif yang paling sesuai dan memberikan hasil yang maksimal;
6. Mengevaluasi kemajuan dan mencocokkan kembali pandangan seseorang
serentak dengan berlangsungnya perencanaan.

3.2.2 Fungsi Pengorganisasian (organizing)

Organisasi pada hakikatnya mempunyai tiga komponen yaitu fungsi,


personalia, dan faktor sarana fi sik. Dalam prosesnya organisasi akan
berusaha mempersiapkan ketiga komponen tersebut sedemikian rupa untuk
mencapai tujuan dari perusahaan atau organisasi. Organisasi merupakan
kelompok orang yang mempunyai kegiatan dan bekerja bersama dalam
mencapai tujuan tertentu dan organisasi ini merupakan suatu alat untuk
mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan upaya manajemen
untuk mengorganisasikan semua sumber daya perusahaan untuk mencapai
tujuan yang ingin dicapai. Efektivitas sebuah organisasi sangat tergantung
pada kemampuan manajemennya untuk menggerakkan semua sumber daya
perusahaan guna mencapai tujuannya. Sumber daya manusia sebagai
penggerak utama sumber daya perusahaan lainnya harus memiliki
kemampuan prima dan kerja yang professional serta ditempatkan pada posisi
yang tepat. Fungsi pengorganisasian diperlukan agar tiap sumberdaya
manusia menempati posisi yang tepat atas apa yang mereka kerjakan, sesuai
dengan bidang dan kemampuan mereka.

3.2.3 Fungsi Pengarahan (Directing)

Pengarahan merupakan pemberian instruksi resmi dari manajer kepada


bawahan agar mau melaksanakan tugasnya. Bentuk pengarahan yang
diberikan oleh manajer dapat berupa orientasi, perintah maupun delegasi
wewenang. Seorang manajer harus mampu membuat para bawahannya untuk
selalu melaksanakan tugas sesuai dengan instruksi yang diberikan.
Pengarahan merupakan jantung dari proses manajemen dan harus didasarkan
pada rencana organisasi yang baik yang menentukan tanggungjawab,
wewenang, dan evaluasi. Fungsi pengarahan ini dapat diartikan juga secara
lebih luas yaitu sebagai tugas untuk membuat suatu organisasi tetap hidup
dalam menciptakan kondisi yang menumbuhkan minat kerja, kekuatan untuk
melakukan tindakan dan kelompok kerja yang berkelanjutan. Tujuan ini dapat
dicapai dengan mutu kepemimpinan yang ditunjukkan oleh seorang manajer.
Downey dan Erickson (1992) menyebutkan bahwa pengarahan mempunyai
tujuan:
1. Untuk menentukan kewajiban dan tanggungjawab
2. Untuk menetapkan hasil yang harus dicapai
3. Untuk mendelegasikan wewenang yang diperlukan
4. Untuk menciptakan hasrat agar berhasil
5. Untuk mengawasi agar pekerjaan benar-benar dilaksanakan sebagaimana
mestinya.

3.2.4 Fungsi Pengkoordinasian (Coordinating)

Koordinasi merupakan suatu upaya dalam mensinkronkan beberapa tindakan


karyawan atau kelompok orang dalam suatu organisasi atau perusahaan dalam
mewujudkan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dapat dikatakan pula
bahwa pengkoordinasian adalah suatu kegiatan untuk membuat keselarasan
beberapa pendapat dari berbagai orang atau unit dan merupakan bagian untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar kegiatan koordinasi ini lebih
mudah dalam pelaksanaannya maka sebuah organisasi atau perusahaan harus
dibentuk dengan struktur yang jelas, tugas dan fungsinya, serta menyusun
stafnya dengan tepat disesuaikan keahlian dari jenis pekerjaannya.
Koordinasi ini merupakan bidang keahlian dari manajemen. Firdaus (2008)
menjelaskan pula tentang pengkoordinasian dapat berlangsung serentak
dengan:
1. Penafsiran program, kebijakan, prosedur, dan praktik;
2. Pengupayaan pertumbuhan dan perkembangan karyawan;
3. Pembinaan hubungan dengan para karyawan dan sikap yang tetap
mengarah ke masa depan;
4. Pengupayaan iklim untuk berhasil;
5. Pengadaan arus informasi yang bebas, dimana komunikasi tidak saja ke
bawah (dari pimpinan kepada bawahan) tetapi juga dapat dilaksanakan ke
atas (dari bawahan kepada pimpinan) dan ke samping (pada tingkat yang
sama) secara efektif.

3.1.5 Fungsi Pengawasan (Controlling)

Pengawasan perlu dilakukan pada setiap tahap dari fungsi manajemen


sehingga memudahkan diadakan perbaikan jika ada penyimpangan. Seorang
manajer perlu mempelajari perencanaan terlebih dahulu untuk mencari
kekurangan-kekurangan dan memastikan apa yang telah terjadi dan segera
mencari penyebabnya untuk melakukan perbaikan-perbaikan. Pengawasan
merupakan penilaian terhadap sebuah pekerjaan atau kegiatan yang sedang
dikerjakan maupun yang sudah selesai dikerjakan sehingga jika terjadi
penyimpangan akan segera dapat diketahui kemudian dilakukan perbaikan
dalam mecapai tujuan yang telah ditetapkan.
Proses pengawasan dilakukan secara bertahap melalui langkah-langkah
sebagai berikut.
1. Menentukan standar-standar yang akan digunakan dasar pengawasan;
2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai;
3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan
penyimpangan jika ada;
4. Melakukan tindakan perbaikan jika terdapat penyimpangan agar
pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.
Pengawasan merupakan pelengkap dari fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Pengawasan meluruskan keputusan yang salah, hal-hal yang tidak diharapkan
dan dampak dari perubahan-perubahan. Prinsip pengawasan adalah prinsip
yang menyadari bahwa pengawasan efektif akan sangat membantu usaha suatu
organisasi atau perusahaan untuk mengatur pekerjaan yang direncanakan serta
memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut sesuai dengan rencana.
Prinsip pengawasan tidak merugikan dan menghambat kegiatan bidang-bidang
lain dalam organisasi tersebut dan akan mempunyai dampak yang positif
dalam mencapai tujuan dari suatu perusahaan.

3.2.5 Fungsi Evaluasi


Fungsi evaluasi ini adalah menekankan pada suatu upaya untuk menilai suatu
proses pelaksanaan rencana, mengenai ada atau tidak adanya suatu
penyimpangan, dan tercapai atau tidak tercapainya sasaran yang telah
ditetapkan dengan berdasarkan rencana yang telah dibuat. Fungsi evaluasi ini
ditujukan pada suatu objek tertentu dan dalam periode tertentu pula. Misalnya
diadakan proses evaluasi dalam pelaksanaan proyek agribisnis yang
dilaksanakan selama satu tahun. Pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab
dalam fungsi evaluasi ini diantaranya adalah hambatan-hambatan apa saja
yang dihadapi dalam pelaksanaannya dan bagaimana hasilnya? (Said dan
Intan, 2001).

Anda mungkin juga menyukai