Anda di halaman 1dari 17

KETENAGAKERJAAN INDONESIA

Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Ekonomi Sumber Daya Manusia I yang diampu Oleh:

Fivien Muslihatinningsih, S.E., M.Si.

Disusun oleh Kelompok 7:

Amalia Fakhrun Nisa (190810101131)

Marinda Ayu Nurazizah (190810101132)

Bima Satria Sukmajati (190810101136)

Farhat Muzacky (190810101150)

Ahmad Fauzi (190810101155)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, dan hidayah-Nya kepada kelompok kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan pada waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ekonomi Sumber Daya
Manusia I”. Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca tentang
materi di dalamnya. Selain itu tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fivien
Muslihatinningsih, S.E., M.Si. selaku dosen mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Manusia I
Universitas Jember serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Kami
berharap semoga semua yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini mendapat balasan
yang sebaik-baiknya dari Allah SWT.

Kami selaku penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu
kami daya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, sehingga makalah
ini bisa mencapai kesempurnaan.

Jember, 7 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5
1.3 Tujuan...............................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
2.1 Teori-Teori Ketenagakerjaan............................................................................................6
2.1.1 Teori Klasik Adam Smith..........................................................................................6
2.1.2 Teori Malthus.............................................................................................................6
2.1.3 Teori Keynes..............................................................................................................7
2.1.4 Teori Harrod-Domar..................................................................................................8
2.1.5 Teori Ester Boserup...................................................................................................8
2.1.6 Teori Pasar Tenaga Kerja..........................................................................................9
2.1.7 Teori penawaran dan permintaan tenaga kerja..........................................................9
2.2 Konsep Ketenagakerjaan..................................................................................................9
2.3 Keadaan Ketenagakerjaan di Indonesia..........................................................................12
BAB III....................................................................................................................................15
KESIMPULAN.......................................................................................................................15
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................15
BAB IV....................................................................................................................................16
REFERENSI...........................................................................................................................16
4.1 Jurnal :............................................................................................................................16
4.2 Berita:.............................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan masalah tenaga kerja
pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja (Undang-undang RI Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan), Tenaga kerja dalam pembangunan nasional merupakan
faktor dinamika penting yang menentukan laju pertumbuhan perekonomian baik dalam
kedudukannya sebagai tenaga kerja produktif maupun sebagai konsumen.
Ketidakseimbangan dalam penyebaran penduduk antar daerah atau wilayah mengakibatkan
tidak proporsionalnya penggunaan tenaga kerja secara regional dan sektoral sehingga
menghambat pula laju pertumbuhan perekonomian nasional. Tenaga kerja merupakan faktor
yang terpenting dalam proses produksi, Sebagai sarana produksi, tenaga kerja sangatlah
penting dalam proses produksi daripada sarana produksi lain seperti bahan mentah, tanah, air,
dan sebagainya, dikarenakan manusialah yang menggerakkan atau mengoperasikan seluruh
sumber-sumber tersebut untuk menghasilkan suatu barang yang bernilai yang nantinya akan
berpengaruh terhadap besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di suatu wilayah.

Tenaga kerja (manpower) merupakan penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang
sedang mencari kerja, dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus
rumah tangga. Tiga golongan yang disebut pencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah
tangga, walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-
waktu dapat ikut bekerja. Secara praktis, pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja
dibedakan hanya oleh batas umur. Dimana tiap-tiap negara memberi batasan umur yang
berbeda.
Permasalahan paling pokok dalam ketenagakerjaan Indonesia terletak pada
kesempatan kerja. Ketidakseimbangan antara peningkatan penduduk usia kerja dengan
kesempatan kerja yang tersedia akan menimbulkan pengangguran yang akan berdampak pada
ketidakstabilan ekonomi dan bidang kehidupan lainnya. Oleh karena itu dengan
meningkatkan kegiatan pembangunan ekonomi, maka kesempatan kerja yang tersedia juga
akan semakin banyak dan kemajuan kegiatan ekonomi masyarakat akan semakin baik.

Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau


peluang kerja maupun rendahnya produktivitas para pekerja, namun dapat disebabkan oleh
beberapa faktor-faktor eksternal seperti memburuknya kondisi neraca pembayaran,
meningkatnya masalah utang luar negeri yang pada akhirnya mengakibatkan kemerosotan
pertumbuhan industri, tingkat upah, dan akhirnya, penyediaan lapangan kerja (Todaro,
2000:253).

Semakin besar kesempatan kerja bagi tenaga kerja maka akan meningkatkan
penyerapan tenaga kerja, sehingga kemajuan kegiatan ekonomi masyarakat akan semakin
baik. Inilah yang membuat penyerapan tenaga kerja secara langsung maupun tidak langsung
akan berkaitan dengan masalah-masalah lainnya seperti pendapatan yang merata,
kesejahteraan masyarakat, pertumbuhan ekonomi yang meningkat, berkurangnya urbanisasi,
dan stabilitas politik. Oleh karena itu, berbagai upaya terus dilakukan pemerintah dalam
rangka meningkatkan kesempatan kerja seperti meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
meningkatkan pembangunan di pedesaan, membangun proyek-proyek padat karya dan
menyelenggarakan kursus-kursus keterampilan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja teori ketenagakerjaan?
2. Apa konsep ketenagakerjaan?
3. Bagaimana keadaan ketenagakerjaan di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui teori ketenagakerjaan
2. Untuk mengetahui konsep ketenagakerjaan
3. Untuk mengetahui keadaan ketenagakerjaan di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori-Teori Ketenagakerjaan


2.1.1 Teori Klasik Adam Smith
Menurut Mulyadi (2003), teori klasik menganggap bahwa manusialah sebagai faktor
produksi utama yang menentukan kemakmuran bangsa-bangsa. Alasannya, alam (tanah)
tidak ada artinya kalau tidak ada sumber daya manusia yang pandai mengolahnya
sehingga bermanfaat bagi kehidupan. Dalam hal ini teori klasik Adam Smith (1729-1790)
juga melihat bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula
pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai
dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh. Dengan kata lain, alokasi sumber daya
manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan
ekonomi.

2.1.2 Teori Malthus


Sesudah Adam Smith, Thomas Robert Malthus (1766-1834) dianggap sebagai
pemikir klasik yang sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran-pemikiran ekonomi.
Buku Malthus yang dikenal paling luas adalah Principles of Population. Menurut Mulyadi
(2003), dari buku tersebut akan dilihat bahwa meskipun Malthus termasuk salah seorang
pengikut Adam Smith, tidak semua pemikirannya sejalan dengan pemikiran Smith. Disatu
pihak Smith optimis bahwa kesejahteraan umat manusia akan selalu meningkat sebagai
dampak positif dari pembagian kerja dan spesialisasi. Sebaliknya, Malthus justru pesimis
tentang masa depan umat manusia. Kenyataan bahwa tanah sebagai salah satu faktor
produksi utama tetap jumlahnya. Dalam banyak hal justru luas tanah untuk pertanian
berkurang karena sebagian digunakan untuk membangun perumahan, pabrik-pabrik dan
bangunan lain serta pembuatan jalan. Menurut Malthus manusia berkembang jauh labih
cepat dibandingkan dengan produksi hasil-hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan
umat manusia. Malthus tidak percaya bahwa teknologi mampu berkembang lebih cepat
dari jumlah penduduk sehingga perlu dilakukan pembatasan dalam jumlah penduduk.
Pembatasan ini disebut Malthus sebagai pembatasan moral.

2.1.3 Teori Keynes


Kaum klasik percaya bahwa perekonomian yang dilandaskan pada kekuatan
mekanisme pasar akan selalu menuju keseimbangan (equilibrium). Dalam posisi
keseimbangan semua sumber daya, termasuk tenaga kerja, akan digunakan secara penuh
(full-employed). Dengan demikian di bawah sistem yang didasarkan pada mekanisme
pasar tidak ada pengangguran. Kalau tidak ada yang bekerja, daripada tidak memperoleh
pendapatan sama sekali, maka mereka bersedia bekerja dengan tingkat upah yang lebih
rendah. Kesediaan untuk bekerja dengan tingkat upah lebih rendah ini akan menarik
perusahaan untuk memperkerjakan mereka lebih banyak.
Kritikan Jhon Maynard Keynes (1883-1946) terhadap sistem klasik salah satunya
adalah tentang pendapatnya yang mengatakan bahwa tidak ada mekanisme penyesuaian
(adjustment) otomatis yang menjamin bahwa perekonomian akan mencapai
keseimbangan pada tingkat penggunaan kerja penuh. Dalam kenyataan pasar tenaga kerja
tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik di atas. Di manapun para pekerja
mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan berusaha memperjuangkan
kepentingan pekerja dari penurunan tingkat upah. Kalaupun tingkat upah diturunkan
maka boleh jadi tingkat pendapatan masyarakat akan turun. Turunnya pendapatan
sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang
pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara keseluruhan akan berkurang.
Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong turunnya harga-harga.
Kalau harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas marjinal tenaga kerja
(marginal value of productivity of labor), yang dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha
dalam memperkerjakan tenaga kerja akan turun. Jika penurunan dalam harga-harga tidak
begitu besar, maka kurva nilai produktivitasnya hanya turun sedikit. Meskipun demikian
jumlah tenaga kerja yang bertambah tetap saja lebih kecil dari jumlah tenaga kerja yang
ditawarkan. Lebih parah lagi kalau harga-harga turun drastis maka kurva nilai
produktivitas marginal dari tenaga kerja juga turun drastis dimana jumlah tenaga kerja
yang tertampung menjadi semakin kecil dan pengangguran menjadi semakin bertambah
luas (Mulyadi, 2003).

2.1.4 Teori Harrod-Domar


Teori Harrod-Domar dikenal sebagai teori pertumbuhan. Menurut teori ini dalam
Mulyadi (2003), investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tetapi juga memperbesar
kapasitas produksi. Peran modal fisik di dalam model pertumbuhan sangat penting, akan
tetapi kapasitas produksi hanya dapat meningkat bila sumber daya lain (modal fisik)
membesar. Di samping itu dalam model pertumbuhan, jumlah penduduk yang besar tidak
mengurangi pendapatan per kapita asalkan modal fisiknya meningkat. Model yang sama
juga dikemukakan oleh model Solow di mana dalam model ini dipakai suatu fungsi
produksi Cobb-Douglas. Angkatan kerja diasumsikan tumbuh secara geometris dan full
employment selalu tercapai. Tetapi, dalam model ini pekerja sudah diperluaskan secara
jelas sebagai salah satu faktor produksi, dan bukan sekedar pembagi (untuk memperoleh
output pekerja Dalam model ini juga dilihat substitusi antara modal fisik dan pekerja.

2.1.5 Teori Ester Boserup


Boserup berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk justru menyebabkan dipakainya
sistem pertanian yang lebih intensif disuatu masyarakat dan meningkatnya output di
sektor pertanian. Boserup juga berpendapat bahwa pertambahan penduduk berakibat
dipilihnya sistem teknologi pertanian pada tingkatan yang lebih tinggi. Dengan kata lain,
inovasi (teknologi) ada lebih dahulu. Inovasi itu hanya menguntungkan bila jumlah
penduduk lebih banyak. Inovasi menurut Boserup dapat meningkatkan output pekerja,
tetapi hanya dilakukan bila jumlah pekerjanya banyak. Pertumbuhan penduduk justru
mendorong diterapkannya suatu inovasi (teknologi) baru (Mulyadi, 2003).
Dari keseluruhan teori tenaga kerja dan pertumbuhan yang mendominasi sebagian
besar teori-teori pembangunan pada tahun 1950-an dan 1960-an dan pada awal tahun
1980-an dikenal bentuk aliran ekonomi sisi penawaran atau supply-side economics, yang
memfokuskan pada kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan output nasional melalui
akumulasi modal. Karena model ini menghubungkan tingkat penyediaan kesempatan
kerja dengan tingkat pertumbuhan GNP, artinya dengan memaksimumkan penyerapan
tenaga kerja, untuk memaksimumkan pertumbuhan GNP dan kesempatan kerja dengan
cara memaksimumkan tingkat tabungan dan investasi.

2.1.6 Teori Pasar Tenaga Kerja


Solmon (1980) dalam Sinaga (2005) menjelaskan, bahwa pasar tenaga kerja adalah
tempat aktivitas dari bertemunya pelaku-pelaku, pencari kerja dan pemberi lowongan
kerja. Proses bertemunya pencari kerja dan pemberi lowongan kerja dapat terjadi sebentar
saja namun dapat pula memakan waktu yang lama, masalah yang dihadapi oleh kedua
belah pihak di pasar yaitu: setiap perusahaan yang menawarkan lowongan kerja maka
menginginkan kualitas serta keahlian pekerja berbeda-beda sehingga menyebabkan
terjadinya perbedaan tingkat upah. Sedangkan pencari kerja memiliki keahlian juga
berbeda-beda sehingga pekerja menginginkan tingkat upah yang juga berbeda-beda pula.
Di mana letak masalah dari kedua belah pihak adalah keterbatasan informasi.

2.1.7 Teori penawaran dan permintaan tenaga kerja


Suparmoko dan Maria (2000) dalam Sinaga (2005) menjelaskan bahwa pada
prinsipnya teori penawaran tenaga kerja dan teori permintaan tenaga kerja merupakan
fungsi dari tingkat upah, di mana pendapat dari kaum klasik menyatakan, jika semakin
tinggi tingkat upah yang diminta oleh kaum pekerja maka akan semakin sedikit jumlah
penawaran tenaga kerja (lowongan kerja) yang dapat diberikan dan akan berlaku
sebaliknya. Dalam memahami mekanisme pasar tenaga kerja harus dilihat bagaimana
individu pekerja terdapat perbedaan, maka untuk menentukan kuva penawaran tenaga
kerja pada suatu daerah adalah dengan menjumlahkan kurva-kurva penawaran dari setiap
individu, oleh sebab itu kurva dari penawaran tenaga kerja berbentuk melengkung
kebelakang (backward bending curve).
2.2 Konsep Ketenagakerjaan
Tenaga Kerja adalah penduduk pada usia kerja yaitu antara 15 sampai 64 tahun.
Penduduk dalam usia kerja ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu angkatan kerja dan
bukan angkatan kerja, atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat
memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka
mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.
Angkatan kerja (labor force) adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya
terlibat, atau berusaha terlibat, dalam kegiatan produksi yaitu produksi barang dan jasa.
Bukan angkatan kerja adalah mereka yang sedang bersekolah, mengurus rumah
tangga tanpa mendapat upah, lanjut usia, cacat jasmani dan sebagainya, dan tidak melakukan
suatu kegiatan yang dapat dimasukkan kedalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja,
atau mencari pekerjaan.
Beberapa konsep ketenagakerjaan yang berlaku secara umum (Nainggolan, 2009):
a) Tenaga Kerja (manpower) atau penduduk usia kerja (UK),
Tenaga kerja adalah penduduk usia kerja (berusia 15 tahun ke atas) atau jumlah
seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa
jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi
dalam aktivitas tersebut.
b) Angkatan Kerja (labor force)
Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat atau
berusaha untuk terlibat, atau berusaha terlibat dalam kegiatan produksi barang dan
jasa, maka yang merupakan angkatan kerja adalah penduduk yang kegiatan
utamanya selama seminggu yang lalu bekerja (K) dan penduduk yang sedang
mencari pekerjaan (MP). Angkatan kerja yang masuk kategori bekerja apabila
minimum bekerja selama 1 jam selama seminggu lalu untuk kegiatan produktif
sebelum pencacahan dilakukan. Mencari pekerjaan adalah seseorang yang
kegiatan utamanya sedang mencari pekerjaan, atau sementara sedang mencari
pekerjaan dan belum bekerja minimal 1 jam selama seminggu yang lalu. Jadi
angkatan kerja dapat diformulasikan melalui persamaan identitas sebagai berikut:
AK =K + MP
Penjumlahan angka angka angkatan kerja dalam bahasa ekonomi disebut sebagai
penawaran angkatan kerja (labour supply). Sedangkan penduduk yang berstatus
sebagai pekerja atau tenaga kerja termasuk ke dalam sisi permintaan (labour
demand).
c) Bukan Angkatan Kerja (unlabour force)
Bukan angkatan kerja adalah penduduk yang berusia (15 tahun ke atas), namun
kegiatan utama selama seminggu yang lalu adalah sekolah, mengurus rumah
tangga dan lainnya. Apabila seseorang yang sekolah, mereka bekerja minimal 1
jam selama seminggu yang lalu, tetapi kegiatan utamanya adalah sekolah, maka
individu tersebut tetap termasuk adalam kelompok bukan angkatan kerja. Mereka
yang tercatat lainnya jumlahnya tidak sedikit dan mungkin sebagian besar masuk
ke dalam transisi antara sekolah untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi atau tidak dalam ketegori bukan angkatan kerja (BAK). Jadi jumlah
usia kerja (UK) apabila dilihat melalu persamaan identias adalah sebagai berikut:
UK = AK + BAK
d) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (labour force participation rate)
Tingkat partisipasi angkatan kerja adalah menggambarkan jumlah angkatan kerja
dalam suatu kelompok umur sebagai persentase penduduk dalam kelompok umur
tersebut, yaitu membandingkan angkatan kerja dengan tenaga kerja. Untuk
menghitung tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
AK
TPAK = × 100 %
UK
e) Tingkat Pengangguran (unemployment rate)
Tingkat pengangguran adalah angka yang menunjukkan berapa banyak dari
jumlah angkatan kerja sedang aktif mencari pekerjaan, yaitu membandingkan
jumlah orang yang mencari pekerjaan dengan jumlah angkatan kerja. Tingkat
pengangguran (TP) dapat dirumus sebagai berikut:
MP
TP= ×100 %
AK

Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan (demand) dan
lapangan pekerjaan yang tersedia di dalam masyarakat. Permintaan tenaga kerja
dipengaruhi oleh kegiatan perekonomian dan tingkat upah. Besar penempatan
(jumlah orang yang bekerja atau tingkat employment) dipengengaruhi oleh faktor
kekuatan penyediaan dan permintaan tersebut, sedangkan besarnya penyediaan
dan permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat upah (Nainggolan, 2009).
Pada ekonomi ekonomi klasik bahwa penyediaan atau penawara tenaga kerja akan
meningkat ketika upah naik, sebaliknya permintaan tenaga kerja akan berkurang
ketika upah turun.

2.3 Keadaan Ketenagakerjaan di Indonesia

Pada Februari 2020, jumlah angkatan kerja tercatat 137,91 juta orang. Angka tersebut
menunjukkan peningkatan sebanyak 1,49 persen atau sebesar 2,92 juta orang dibandingkan
dengan Februari 2019. Akan tetapi hal ini tidak diiringi dengan peningkatan tingkat
partisipasi angkatan kerja yang menurun 0,15 persen poin menjadi sebesar 69,17 persen. Hal
ini menunjukkan adanya penurunan pasokan tenaga kerja di Indonesia. Pada periode yang
sama, tercatat bahwa penduduk yang bekerja mengalami peningkatan sebesar 1,67 juta orang
(1,29
persen) menjadi sebanyak 131,03 juta orang. Pertumbuhan jumlah penduduk yang bekerja di
Indonesia pada Februari 2020 lebih tinggi dari proyeksi ILO untuk negara-negara di Asia
Tenggara dan Pasifik yaitu sebesar 1,1 persen pada tahun 2020 (ILO, 2020).
Dari total penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2020, sebanyak 56,5
persen adalah pekerja dengan status informal. Sebanyak 38,89 persen dari penduduk yang
bekerja, pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah SD ke bawah. Penduduk yang bekerja
paling banyak berada di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yaitu sebesar 29,04
persen.
Di sisi lain, tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2020 adalah sebesar 4,99
persen. Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia menunjukkan tren menurun dari Februari
2018 (5,13 persen) sampai dengan Februari 2020. Meskipun mengalami penurunan, tingkat
pengangguran terbuka tersebut masih lebih tinggi dari proyeksi ILO untuk negara-negara di
Asia Pasifik yaitu sebesar 3,2 persen pada tahun 2020 (ILO, 2020).
Tingkat pengangguran terbuka dari Sekolah Menengah Kejuruan (8,49 persen)
merupakan yang paling tinggi dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya. Kelompok
umur 15-24 tahun juga merupakan kelompok umur dengan tingkat pengangguran terbuka
paling tinggi (16,28 persen) dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Provinsi Banten
tercatat memiliki tingkat pengangguran terbuka terbesar (8,01 persen) dibandingkan
denganprovinsi lainnya dan Provinsi Sulawesi Barat mengalami peningkatan tingkat
pengangguran terbuka paling tinggi (1,16 persen poin) dibandingkan provinsi lainnya pada
Februari 2019.
Tingkat pengangguran terbuka di perkotaan juga tercatat lebih tinggi (6,15 persen)
dibandingkan dengan tingkat pengangguran terbuka di pedesaan (3,45 persen). Meskipun
karakteristik pekerja di perkotaan merupakan pekerja dengan keterampilan tinggi dan
adaptasi teknologi serta arus informasi lebih masif dibandingkan dengan di pedesaan,
timpangnya tingkat pengangguran antarwilayah tersebut dimungkinkan sebagai akibat dari
tingginya arus urbanisasi pekerja dari pedesaan ke perkotaan (ILO, 2020).
Ketimpangan kondisi tenaga kerja di perkotaan dan pedesaan tidak hanya
dicerminkan oleh tingkat pengangguran, tetapi juga ditunjukkan oleh perbedaan upah harian
buruh di perkotaan (buruh bangunan) dan pedesaan (buruh tani). BPS (2020)mencatat bahwa
secara rata-rata, upah nominal harian buruh tani nasional pada Mei 2020 (Rp55.396) naik
sebesar 0,14 persen dibanding upah nominal buruh tani April 2020 (Rp55.318) dan naik
sebesar 2,48 persen dibandingkan dengan upah nominal buruh tani pada Mei 2019.
Sementara itu, pola berbeda terjadi pada upah riil buruh tani pada Mei 2020 yang meningkat
sebesar 0,21 persen dibandingkan dengan upah riil buruh tani April 2020, tetapi menurun
sebesar 0,33 persen dibandingkan dengan upah riil butuh tani pada Mei 2019. Hal tersebut
menunjukkan bahwa terjadi penurunan daya beli dari pendapatan buruh tani pada Mei 2020
dibandingkan dengan kondisi pada tahun sebelumnya.
Di sisi lain, secara rata-rata pada periode yang sama juga terjadi kenaikan upah
nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) yang lebih kecil yaitu sebesar 0,01
persen pada Mei 2020 (Rp89.684) disbanding upah nominal harian buruh bangunan pada
April 2020 (Rp89.675). Akan tetapi, upah riil harian buruh bangunan mengalami penurunan
sebesar 0,06 persen pada periode yang sama. Jika dibandingkan dengan upah harian buruh
bangunan pada Mei 2019, tercatat bahwa upah nominal naik 1,15 persen dan upah riil turun
sebesar 1,02 persen. Angka tersebut menunjukkan bahwa pada Mei 2020, penurunan daya
beli pendapatan buruh bangunan lebih besar dibandingkan dengan penurunan daya beli
pendapatan buruh tani pada Mei 2019.
BAB III

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan masalah tenaga
kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja , Tenaga kerja dalam
pembangunan nasional merupakan faktor dinamika penting yang menentukan laju
pertumbuhan perekonomian baik dalam kedudukannya sebagai tenaga kerja produktif
maupun sebagai konsumen. Ketidakseimbangan dalam penyebaran penduduk antar
daerah atau wilayah mengakibatkan tidak proporsionalnya penggunaan tenaga kerja
secara regional dan sektoral sehingga menghambat pula laju pertumbuhan
perekonomian nasional. Secara praktis, pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga
kerja dibedakan hanya oleh batas umur. Dimana tiap-tiap negara memberi batasan
umur yang berbeda.

Permasalahan paling pokok dalam ketenagakerjaan Indonesia terletak pada


kesempatan kerja. Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar
keterbatasan lapangan atau peluang kerja maupun rendahnya produktivitas para
pekerja, namun dapat disebabkan oleh beberapa faktor-faktor eksternal seperti
memburuknya kondisi neraca pembayaran, meningkatnya masalah utang luar negeri
yang pada akhirnya mengakibatkan kemerosotan pertumbuhan industri, tingkat upah,
dan akhirnya, penyediaan lapangan kerja .

Semakin besar kesempatan kerja bagi tenaga kerja maka akan meningkatkan
penyerapan tenaga kerja, sehingga kemajuan kegiatan ekonomi masyarakat akan
semakin baik.
BAB IV

REFERENSI

4.1 Jurnal :
- http://e-journal.uajy.ac.id/8224/3/EP217671.pdf (konsep ketenagakerjaan)
- http://eprints.ums.ac.id/21822/2/bab_1.pdf (pendahuluan)
- http://repo.iain-tulungagung.ac.id/7832/5/BAB%20II.pdf (teori
ketenagakerjaan)

4.2 Berita:
- https://www.lpem.org/wpcontent/uploads/2021/03/Labor_Market_Brief_Juli
_2020_ISSN.pdf (keadaan ketenagakerjaan di Indonesia)

Anda mungkin juga menyukai