Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PENGANGGURAN TENAGA KERJA TERDIDIK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kebijakan Publik dan
Pemerintahan Otonomi Daerah

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Dewi Elvila Anggraini (24023118114)
Noviearti Widiasih (24023118126)
Gilang Satria Pamungkas (24023118128)
Sony Whisnu Budiawan (24023118129)
Yuniar Fitria Hendrawati (24023118136)
Nasa Ramdhani (24023118138)

Dosen Pembimbing:
Bapak Dodi Yudiardi, Dr., S.Sos., M.Si.

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GARUT
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang MahaEsa, atas


segala limpahan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pengangguran Tenaga Kerja Terdidik”
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan tetapi berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak
lepas dari anggota kelompok. untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Dan kami menyadari bahwa
dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik
materi maupun cara penulisannya.
Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyeselesaikan makalah ini dengan
baik dan oleh karenanya, Kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.Akhirnya
tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Garut, 7 Januari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ....................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 3
2.1 Pengertian Pengangguran Terdidik .......................................................... 3
2.2 Lama Masa Pengangguran ....................................................................... 5
2.3 Indikator Pengangguran ............................................................................
2.4 Mutu Pendidikan dan Pengangguran Lulusan...........................................
2.5 Faktor Penyebab Pengangguran ................................................................
BAB III ANALISIS ............................................................................................ 6
3.1 Pembahasan .............................................................................................. 6
BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 10
4.1 Simpulan ................................................................................................. 11
4.2 Saran ........................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai negara berkembang tentu tidak pernah lepas dari
pembangunan ekonomi.Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses
peningkatan pendapatan perkapita dalam jangka panjang disuatu negara (Oka
Artana Yasa dan Sudarsana, 2015). Tujuan pembangunan ekonomi untuk
menciptakan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (SDM). Aspek penting dalam keberhasilan pembangunan ekonomi di
suatu negara yaitu sumber daya manusia (SDM). Dengan kata lain, jika disuatu
negara kualitas sumber daya manusia semakin meningkat maka cenderung lebih
cepat pula keberhasilan pembangunan ekononi di negara tersebut. Hal itu dapat
terjadi apabila jumlah sumber daya manusia yang dimiliki tidak diimbangi dengan
kualitas yang cukup baik. Akibatnya, akan menimbulkan masalah seperti masalah
pengangguran. Masalah ketenagakerjaan seperti pengangguran merupakan
masalah makro ekonomi yang komplek yang hampir dihadapi oleh setiap negara
berkembang dan bahkan juga negara maju (Murialti, 2016). Salah satu yang
menjadi penyebab tingginya angka pengangguran adalah kurangselarasnya antara
pertumbuhan tenaga kerja dengan lapangan pekerjaan yang tersedia (Ningsih,
2015).
Pengangguran adalah salah satu indikator terpenting dalam ekonomi
ketenagakerjaan. Salah satu karakteristik dari pengangguran di Indonesia adalah
tingginya pengangguran dengan pendidikan tinggi atau disebut dengan
pengangguran terdidik. Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional 2016
pengangguran di Indonesia didominasi oleh angkatan kerja dengan pendidikan
sekolah menengah atas (baik umum maupun kejuruan) dan pendidikan tinggi
(sarjana dan diploma). Fenomena ini menjadi ironis mengingat bahwa berarti
semakin tinggi pendidikan seseorang, probabilitas atau kemungkinan seseorang
menjadi penganggur pun semakin tinggi. Selain kesulitan untuk memasuki pasar
kerja yang diinginkan (pasar kerja sektor formal), beberapa kondisi menambah
parah transisi ini, antara lain masih sedikitnya lembaga pelatihan atau institusi
yang menyalurkan angkatan kerja terampil ke pasar kerja, semakin cepatnya
pertumbuhan angkatan kerja muda berpendidikan di dalam populasi penduduk,
dan juga relatifnya kecilnya lingkup pasar kerja sektor formal apabila
dibandingkan dengan lingkup pasar kerja sektor informal. Kondisi ini sebenarnya
hampir sama dengan yang terjadi di Filipina, terutama untuk kasus „middle class‟
nya, namun angkatan kerja Indonesia cenderung kurang memiliki mobilitas
mengingat keterbatasan bahasa, kualitas sekolah, ataupun sedikitnya kontak
keluarga di daerah lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh bagi pengangguran tenaga kerja
terdidik.
2. Bagaimana pengaruh lama masa pengangguran, indikator pengangguran,
mutu pengangguran, dan pengangguran lulusan bagi tenaga kerja terdidik.

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


1. Mendeskripsikan faktor-faktor yang berpengaruh bagi tenaga kerja terdidik.
2. Medeskripsikan pengaruh faktor lama masa pengangguran, indikator
pengangguran, mutu pengangguran, dan pengangguran lulusan bagi tenaga
kerja terdidik.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Pengangguran Terdidik


Pengangguran terdidik adalah seseorang yang telah lulus pendidikan dan ingin
mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Para penganggur
terdidik biasanya dari kelompok masyarakat menengah ke atas yang
memungkinkan adanya jaminan kelangsungan hidup meski menganggur.
Pengangguran terdidik sangat berkaitan dengan masalah pendidikan di Negara
berkembang pada umumnya, antara lain berkisar pada masalah mutu pendidikan,
kesiapan tenaga pendidik, fasilitas dan pandangan masyarakat. Pada masyarakat
yang sedang berkembang, pendidikan dipersiapkan sebagai sarana untuk
peningkatan kesejahteraan melalui pemanfaatan kesempatan kerja yang ada.
Dalam arti lain tujuan akhir program pendidikan bagi masyarakat pengguna jasa
pendidikan.
Penyebab utama pengangguran terdidik adalah kurang selarasnya perencanaan
pembangunan pendidikan dan berkembangnya lapangan kerja yang tidak sesuai
dengan jurusan mereka, sehingga para lulusan tersebut tidak terserap kedalam
lapangan kerja yang ada. Faktanya lembaga pendidikan di Indonesia hanya
menghasilkan pencari kerja bukan pencipta kerja.
Menurut Gilarso (1992:53) berdasarkan penggolongan ini pengangguran dapat
dibedakan kepada jenis pengangguran berikut :
1. Pengangguran konjunktural (sering juga disebut pengangguran siklis), yaitu
jenis pengangguran yang disebabkanoleh adanya gelombang konjunktur
karena adanya resessi atau kemunduran kegiatan ekonomi nasional.
2. Pengangguran struktural terjadi karena kelemahan segi penawaran : kalau
masyarakat kekurangan prasarana, kekurangan modal, kekurangan keahlian,
kekurangan industri, maka produksi tidak bisa ditingkatkan dan akan banyak
faktor produksi yang belum digunakan.
3. Pengangguran musiman yaitu jenis pengangguran yang terjadi secara berkala,
misalnya pengangguran pada saat selang antara musim tanam dan musim
panen.
4. Pengangguran friksional terjadi karena adanya perpindahan tenaga kerja dari
sektor/pekerjaan yang satu ke sektor/pekerjaan yang lain.

Biro Pusat Statistik mendefinisikan penganggur adalah mereka yang tidak


bekerja atau mencari pekerjaan, seperti mereka yang belum bekerja dan yang
sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. Termasuk di dalam kategori ini adalah
mereka yang sudah bekerja karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan dan
sedang berusahan untuk mendapatkan pekerjaan (Biro Pusat Statistik, 1976).

Untuk pengangguran terdidik digunakan batasnya yang menunjukkan mereka


yang termasuk kategori menganggur menurut konsep SAKERNAS, yaitu
penduduk yang berada dalam kelompok umur 15-24 tahun dan pendidikan
tertinggi yang ditamatkan adalah minimal adalah SLTP, baik SLTP umum
maupun SLTP kejuruan. Didalam penulisan skripsi ini, tamatan pendidikan yang
penulis gunakan adalah tamatan SLTA dan Perguruan Tinggi.

Menurut konsep yang digunakan Biro Pusat Statistik dalam SAKERNAS


2007, angkatan kerja yang merupakan penduduk usia kerja (10 tahun atau lebih)
punya pekerjaan sementara, tidak bekerja dan mencari pekerjaan. Sedangkan yang
diartikan bekerja disini adalah mereka yang melakukan pekerjaan dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan
lamanya bekerja sedikit satu jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu.
Di dalam penulisan skripsi ini yang dimaksud dengan angkatan kerja oleh penulis
adalah angkatan kerja tamatan SLTA dan Perguruan Tinggi.
2.2 Lama Masa Pengangguran
Menurut Dharmakusuma (2000:212) masa pengangguran adalah periode
dimana seseorang terus menerus menganggur atau lamanya menganggur rata-rata
seorang pekerja. Lama pengangguran tersebut tergantung pada :

a. Organisasi pasar tenaga kerja, berkenaan dengan ada atau tidak adanya
lembaga / penyalur tenaga kerja dan sebagainya.
b. Keadaan demografis dari angkatan kerja, sebagaimana telah dibahas di atas.
c. Kemampuan dari keinginan para penganggur untuk tetap mencari pekerjaan
yang lebih baik.
d. Tersedianya dan bentuk perusahaan.

2.3 Indikator Pengangguran


Menurut Ritongga (2007:09) berdasarkan kepada indikator pengangguran
yang berlaku, pengangguran dapat pula digolongkan sebagai berikut :

1. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment). Pengangguran terbuka adalah


tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan.
Pengangguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat
pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
2. Pengangguran Terselubung atau Tersembunyi (Disguissed Unemployment)
Penganggurn terselubung atau tersembunyi adalah tenaga kerja yang tidak
bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu, misalnya pekerjaan yang
tidak sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki.
3. pengangguran Musiman (Seasonal Unemployment). Pengangguran musiman
adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiatan ekonomi
jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus menganggur.
4. Setengah Menganggur (Under Unemployment). Pengangguran setengah
menganggur adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah pengangguran
ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama
seminggu.

Menurut Ritongga (2007:13) adapun faktor- faktor yang menyebabkan


meningkatnya pengangguran terdidik adalah sebagai berikut :

1. Ketidakcocokan antara karakteristik lulusan baru yang memasuki dunia kerja


(sisi penawaran tenaga kerja), ketidakcocokan ini bersifat geografis, jenis
pekerjaan, orientasi status, atau nasalah keahlian khusus.
2. Terbatasnya daya serap tenaga kerja disektor formal (tenaga kerja terdidik yang
jumlahnya cukup besar memberi tekanan yang kuat terhadap kesempatan kerja
di sektor formal yang jumlahnya relative kecil.
3. Belum efesiennya fungsi pasar kerja. Di samping faktor kesulitan memperoleh
lapangan kerja, arus informasi tenaga kerja yang tidak sempurna dan tidak
lancar menyebabkan banyak angkatan kerja bekerja di luar bidangnya.
Kemudian faktor gengsi juga menyebabkan lulusan akademi atau universitas
memilih menganggur karena tidak sesuai dengan bidangnya.
4. Budaya malas juga sebagai salah satu faktor penyebab tingginya angka
pengangguran terdidik di Indonesia.

2.4 Mutu Pendidikan dan Pengangguran Lulusan


Bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan
kebangsaan yang sangat krusial dan multidimensional. Hampir semua bidang
kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, mengalami krisis yang
berkepanjangan. Reformasi yang digulirkan bangsa Indonesia melalui gerakan
mahasiswa hingga saat ini belum membuahkan hasil yang memuaskan. Banyak
kalangan berpendapat bahwa persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia
disebabkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang masih rendah, baik secara
akademis maupun non akademis.
Menilai kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa secara umum
dapat dilihat dari mutu pendidikan bangsa tersebut. Sejarah membuktikan bahwa
kemajuan dan kejayaan suatu bangsa di dunia ditentukan oleh pembangunan
dibidang pendidikan. Wajah pendidikan di Indonesia kerap disorot karena deraan
jumlah lulusan sekolah atau lembaga pelatihan yang menganggur.
Pengangguran lulusan sekolah merupakan salah satu dari sekian banyak isu
pendidikan dan ketenagakerjaan. Melihat fenomena pengangguran ini, lembaga
sekolah ditantang untuk melakukan prakarsa dalam meningkatkan mutu. Namun
demikian prakarsa mutu proses dan produk pendidikan bukan semata urusan
komunitas sekolah, melainkan bersentuhan dengan faktor eksternalnya. Kondisi
eksternal yang kurang kondusif, anomaly perilaku masyarakat pada jaring-jaring
kemasyarakatan, beban ekonomi, beban tugas-tugas pembelajaran dan sebagainya
tidak boleh mengurungkan niat guru untuk mendapatkan luaran pendidikan yang
bermutu.
Mutu pendidikan dapat dilihat dari empat perspektif, yaitu masukan, proses
atau transformasi, luaran atau prestasi belajar, dan dampak atau utilitas lulusan.
Dengan demikian , kebiasaan kita menilai mutu proses pembelajaran, dan lebih
khusus lagi mutu sekolah, dengan melihatnya dari persfektif luaran atau prestasi
belajar anak didik tidaklah tepat. Luaran itu dapat berupa kognitif, afektif,
psikomotor, emosi, dan spirit untuk hidup. Jadi tugas utama guru bukanlah
mentransmisikan ilmu, apalagi hanya sebatas menuangkan materi pembelajaran
seperti layaknya mengucurkan air ke dalam botol. Tugas mereka adalah
menciptakan kondisi agar anak dapat mempelajari cara belajar (learning how to
learn). Mereka dituntut dapat mendidik anak menjadi orang yang memiliki standar
perolehan pendidikan secara baik dengan proses yang baik, karena tugas guru
adalah memandu anak “belajar bagaimana belajar”.
Pendidikan dan pekerjaan, meskipun berbeda substansi dan kelembagaannya,
memiliki kaitan yang erat. Sekolah merupakan lembaga utama yang paling
dirasakan kepentingannya oleh kaum muda peminat pendidikan, sementara dunia
kerja adalah bagian dari proses hidup yang menjadi perhatian utama orang
dewasa. Sebutan kaum muda dan orang dewasa hanyalah soal waktu, sementara
kemampuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan bersifat
sepanjang hidup, meskipun sebagian diantaranya berpotensi terlupakan.
Karenanya lembaga sekolah didorong menjadi penghasil pekerja terampil dan
spisialis di bidangnya. Di banyak Negara digunakan manpower-planning untuk
menghubungkan luaran ekonomi, kebutuhan pekerja, dan persyaratan
persekolahan, walaupun seleksi kelas social pada pencapaian pendidikan tetap
dominan seperti halnya terjadi pada masyarakat kapitalis.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab dari
pengangguran terdidik adalah kurang selarasnya perencanaan pembagunan
pendidikan dan berkembangnya lapangan pekerjaan yang tidak sesuai dengan
jurusan mereka. Untuk pengangguran terdidik digunakan batasannya penduduk
umur 15-24 tahun dengan jenjang pendidikan SLTA ke atas.

2.5 Pengertian tenaga kerja


Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan
pekerjaan, yaitu usia 15-65 tahun. Berdasarkan UU No 13. tahun 2003, tenaga
kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat
kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
Klasifkasi Tenaga Kerja
Berdasarkan penduduknya
 Tenaga kerja
Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja
dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut Undang-
Undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja
yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.
 Bukan tenaga kerja
Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau
bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga
Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka
yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh
kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.
Berdasarkan batas kerja
 Angkatan kerja
 Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun
yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun
yang sedang aktif mencari pekerjaan.
 Bukan angkatan kerja
Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang
kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya.
Contoh kelompok ini adalah:
1. anak sekolah dan mahasiswa,
2. para ibu rumah tangga dan orang cacat, dan
3. para pengangguran sukarela
Berdasarkan kualitasnya
 Tenaga kerja terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian
atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan
formal dan nonformal. Contohnya: pengacara,dokter, guru, dan lain-lain.
 Tenaga kerja terlatih
Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerjayang memiliki keahlian dalam
bidang tertentudengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini
dibutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai
pekerjaan tersebut. Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.
 Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar
yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu
rumah tangga, dan sebagainya
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan
Faktor- faktor yang menyebabkan pengangguran adalah:
a. Adanya peralihan lahan dari pertanian menjadi kawasan industri dan real
estate. Peralihan ini mendorong peralihan mata pencaharian juga. Bagi yang
tidak mempunyai kompetensi akan kesulitan menghadapinya dan bukan tidak
mungkin akan menjadi pengangguran
b. Kawasan industri dianggap sebagai satu-satunya tempat untuk merubah nasib
dari yang miskin menjadi kaya sehingga banyak orang-orang yang datang ke
kawasan industri untuk mencari pekerjaan agar dapat merubah nasibnya
c. Kurangnya lapangan kerja yang tersedia di kawasan Industri untuk mencari
kerja.disebabkan lowongan pekerjaan yang diinginkan oleh pencari pekerjaan
sedikit. Sebagai contoh, banyak orang yang yang memiliki skill dan
pendidikan di bidang obat-obatan sedangkan lowongan pekerjaan yang sesuai
kriteria mereka sedikit, sehingga banyak yang tidak dapat bekerja karma
perusahaan yang membutuhkan skill dan pendidikan mereka sedidit.
d. Kurangnya tingkat pendidikan dan skill bagi pendatang yang ke kawasan
Industri dalam mencari pekerjaan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya para
pencari kerja yang berasal dari desa, yang datang ke kawasan industri
bermodalkan nekat. Sehingga mereka akan kesulitan untuk mencari pekerjaan
karena tidak di butuhkan oleh perusahaan atau pabrik karma skill dan tingkat
pendidikan yang tidak memenuhi.
e. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap masyarakat yang membutuhkan
pekerjaan. Perhatian dari pemerintah sangat penting untuk mengurangi
pengangguran di kawasan industri, perhatian yang dapat diberikan seperti
membuka tempat kursus atau BLK (Balai Latiahan Kerja) untuk menambah
skill dan mempermudah pencarian pekerjaan.
f. Kurangnya informasi, hal inilah yang paling besar pengaruhnya dalam dunia
kerja sekarang ini, kurangnya informasi dapat menjadi faktor yang paling
berpengaruh, hal ini diakibatkan keadaan lingkungan tempat tinggal yang
tidak memungkinkan untuk terus meng update informasi tentang lowongan
pekerjaan.
g. Banyaknya urbanisasi yang menimbulkan pemanfaatan tenaga kerja antar
daerah tidak seimbang.
Dampak pengangguran terhadap perekonomian negara
a. Penurunan pendapatan perkapita suatu negara
Tingkat pengangguran negara yang tinggi akan menyebabkan kegiatan
perekonomian negara tersebut menurun sehingga pendapatan masyarakat pun
akan menurun. Tujuan yang dicapai masyarakat lebih rendah daripada
pendapatan seharusnya, sehingga kemakmuran yang dicapai masyarakat akan
rendah.
b. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak
Tingginya tingkat pengangguran mengakibatkan pajak yang harus diterima
dari masyarakat akan menurun. Dengan turunnya tingkat produksi nasional
maka pajak atau pendapatan negara mengalami penurunan yang
mengakibatkan dana untuk pembangunan infrastruktur juga terus mengalami
penurunan. Karena minimnya pembayar pajak menyebabkan penerimaan
pajak yang kecil.
c. Dapat menambah hutang negara
Banyaknya jumlah angkatan kerja yang belum mendapat pekerjaan akan
menimbulkan beban negara menjadi bertambah banyak, karena negara
menanggung kehidupan masyarakat. Banyaknya biaya sosial yang harus
dikeluarkan oleh pemerintah mengakibatkan negara harus mendapatkan dana
yang lebih banyak, sehingga pemerintah terpaksa menambah utang untuk
belanja negara dan hutang negara menjadi bertambah banyak.
d. Tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi
Karena meningkatnya tingkat pengangguran pada suatu negara, daya beli
masyarakat menjadi berkurang , sehingga mengakibatkan permintaan terhadap
barang- barang hasil produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak
merangsang kalangan investor untuk melakukan perluasan atau pendirian
industri – industri baru. dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga
pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.
e. Timbulnya kemiskinan
Dengan menganggur, tentunya seseorang tidak akan bisa memperoleh
penghasilan. Bagaimana mungkin seseorang yang menganggur bisa
memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Orang yang menganggur tidak mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika angka pengangguran semakin
meningkat, tentu angka kemiskinan pun akan meningkat. Pengangguran
menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran
yang dicapainya.
Dampak pengangguran bagi masyarakat
1. Makin beragamnya tindak pidana kriminal
Seseorang pasti dituntut untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam kehidupan
sehari - harinya agar tetap bisa bertahan hidup. Ketiadaan pekerjaan tidak
akan mengurangi kebutuhannya untuk berbelanja. Sewa rumah harus dibayar,
keluarga perlu melakukan pengeluaran baik untuk akanan maupun untuk
kepentingan sekolah.
2. Bertambahnya jumlah anak jalanan, pengemis, pengamen dan sebagainya
Bertambahnya tingkat penggangguran maka bertambah pula para pengamen
atau pengemis. Karena orang tua mereka yang tidak bekerja, pendidikan
mereka harus terhenti. Atau bahkan mereka tidak melaksanakan pendidikan
sedari dini. Sehingga mereka membantu orang tua mereka untuk mencari
uang dengan mengamen maupun mengemis. Namun, kadang tingkah laku
mereka mulai meresahkan warga. Karena mereka dapat saja untuk tak segan-
segan mengancam para korban atau bisa melukai apabila tidak diberi uang.
3. Terjadinya kekacauan sosial dan politik seperti terjadinya demonstrasi dan
perebutan kekuasaan
Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak merasa puas dengan pihak
pemerintah dan mereka merasa pemerintah tidak melakukan suatu tindakan yang
cukup dan tepat untuk masyarakat. Dalam suatu negara dengan tingkat
pengangguran yang tinggi, masyarakat seringkali melakukan demonstrasi
sebagai kritikan terhadap pemerintah. Oleh karena itu, kegiatan tersebut akan
menimbulkan halangan untuk melakukan investasi dan mengembangkan kegiatan
politik.
Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja merupakan kebutuhan yang muncul akan tenaga kerja
untuk menghasilkan barang dan jasa dengan memanfaatkan SDM yang ada.
Semakin banyak atau tinggi pembangunan maka semakin besar pula angka dalam
kesempatan kerja sehingga angka permintaan akan tenaga kerja akan meningkat
pula.
Masalah dalam Ketenagakerjaan
Di setiap negara baik negara maju maupun berkembang memiliki masalah
ketenagakerjaan, masalah ketenagakerjaan yang dihadapai negara maju misalkan
gaji angkatan kerja yang tinggi (mahal), bertambahnya pengangguran karena
mekanisasi (robotisasi) pergantian tenaga manusia dengan tenaga robot yang
dianggap lebih efektif dan efisien, tenaga kerja ilegal, serta tuntutan
penyempurnaan status ekonomi, dan sosial, bahkan politis. Kemudian masalah
ketenagakerjaan di negara berkembang misalkan sempitnya peluang kerja,
tingginya angka pengangguran, rendahnya kemampuan SDM tenaga kerja, tingkat
gaji yang rendah, serta jaminan sosial nyaris tidak ada, perlakuan pengusaha yang
merugikan pekerja, seperti perlakuan buruk, tindak asusila, penghinaan, pelecehan
seksual, larangan berjilbab, beribadah, dan lain-lain. Dengan kata lain masalah
utama yang berhadapan dengan ketenagakerjaan yakni pengangguran
Pengangguran
Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali,
sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para
pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang
mampu menyerapnya.
Jenis-jenis pengangguran
 Pengangguran Terselubung
Tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
 Setengah Menganggur
Tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan
pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga
kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
 Pengangguran Terbuka
Tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan.
Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat
pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
Berdasarkan penyebab terjadinya
Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 9
macam:
 Pengangguran friksional (sementara)
Pengangguran friksional adalah pengangguran karena pekerja menunggu
pekerjaan yang lebih baik.
 Pengangguran Struktural
Pengangguran yang disebabkan oleh penganggur yang mencari lapangan
pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka
lapangan kerja.
 Pengangguran Teknologi
Pengangguran yang disebabkan perkembangan/pergantian teknologi.
Perubahan ini dapat menyebabkan pekerja harus diganti untuk bisa
menggunakan teknologi yang diterapkan.
 Pengangguran Siknikal
Pengangguran yang disebabkan kemunduran ekonomi yang menyebabkan
perusahaan tidak mampu menampung semua pekerja yang ada. Contoh
penyebabnya, karena adanya perusahaan lain sejenis yang beroperasi atau
daya beli produk oleh masyarakat menurun.

 Pengangguran Musiman
Pengangguran akibat siklus ekonomi yang berfluktuasi karena pergantian
musim. Umumnya pada bidang pertanian. Contoh lainnya, para pelaut.
 Setengah Menganggur
Pengangguran dimana pekerja yang hanya bekerja dibawah jam normal
(sekitar 7-8 jam per hari).
Contoh Kasus
Pada masyarakat yang tengah berkembang, pendidikan ditempatkan
sebagai sarana untuk meningkatkan mutu dan kesejahteraan melalui pemanfaatan
kesempatan kerja yang ada. Tujuan akhir pendidikan bagi masyarakat pengguna
jasa pendidikan adalah teralihnya lapangan kerja yang diharapkan, maksudnya
bahwa mereka yang lulus sebagai sarjana dapat bekerja di sektor formal seperti di
bidang pendidikan. Namun menurut data Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas) tahun 2009 membuktikan bahwa hampir 2.900 lulusan sarjana dari
berbagai perguruan tinggi di Indonesia dan berasal dari berbagai disiplin ilmu
masih belum memiliki pekerjaan alias menganggur. Hal ini disebabkan mereka
tidak memiliki keterampilan lain di luar kompetensi utama mereka sebagai
sarjana.
Namun disisi lain, penyebab utama para sarjana itu menganggur adalah
kurang seimbangnya perencanaan pembangunan pendidikan dan berkembangnya
lapangan pekerjaan yang tidak sesuai dengan jurusan mereka, sehingga banyak
dari sarjana tersebut yang tidak terserap ke dalam lapangan pekerjaan yang ada.
Faktanya, lembaga pendidikan di Indonesia hanya menghasilkan pekerjaan, bukan
pencipta kerja sesuai dengan pribadi masyarakat Indonesia yang memiliki gaya
hidup konsumtif. Tidak hanya itu, seorang sarjana juga harus memiliki
keterampilan lain disisi keterampilan kompetensi agar kelak jika suatu saat sarjana
tersebut belum mendapatkan pekerjaan bisa menggunakan keterampilannya
tersebut untuk membuka suatu usaha.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun masyarakat kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa
kerja. Sedangkan kesempatan kerja merupakan kebutuhan yang muncul akan
tenaga kerja untuk menghasilkan barang dan jasa dengan memanfaatkan SDM
yang ada. Semakin banyak atau tinggi pembangunan maka semakin besar pula
angka dalam kesempatan kerja sehingga angka permintaan akan tenaga kerja
akan meningkat pula. Jadi, apabila jumlah tenaga kerja terlalu besar dari
kesempatan kerja maka akan mengakibatkan pengangguran.
Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali,
sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para
pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang
mampu menyerapnya. Hal itu mngakibatkan masalah bagi Negara mapun
kehidupan mereka sendiri Karen belum mencukupi kebutuhan mereka. Cara
mengurangi pengagguran misalnya Wiraswasta , Memberikan pelatihan /
pendidikan non-formal (BLK), Pemerataan / mobilitas penduduk, Program KB
(Keluarga Berencana),Usaha padat karya.
4.2 Saran
Untuk mengurangi tingkat pengangguran, harus ada peran pemerintah.
Pemerintah harus bisa mengeluarkan kebijakan yang bisa terciptanya lapangan
pekerjaan, serta menjalankan kebijakan yang konsisten tersehut dengan
sungguh-sungguh sampai terlihat hasil yang maksimal. Pemerintah
memberikan penyuluhan, pembinaan dan pelatihan kerja kepada masyarakat
untuk bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri sesuai dengan kemampuan
dan minatnya masing- masing untuk mengembangkan kompetensi kerja guna
meningkatkan kemampuan, produktifitas dan kesejahteraan. Selain dari
pemerintah, masyarakat juga harus ikut berpartisipasi dalam upaya
pengurangan jumlah pengangguran yang terjadi di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Yasa, Oka Artana dan Sudarsana, (2015), Pembangunan Ekonomi, Jakarta


Murialti, (2016), Masalah Makro Ekonomi Kompleks, Jakarta
Ningsih, (2015), Pertumbuhan Lapangan Kerja, Jakarta
Gilarso (1992), Penggolongan Pengangguran .Jakarta
Dharmakusuma (2000), Masa Pengangguran. Yogyakarta
Ritongga (2007), Indikator Pengangguran, faktor-faktor pengangguran, Jakarta
Gramedia

Anda mungkin juga menyukai