Anda di halaman 1dari 10

DAYA DUKUNG KAWASAN PERKEBUNAN

Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Ekonomi Perkebunan yang diampu Oleh:

Dr. Duwi Yunitasari, S.E.,M.E.

Disusun oleh Kelompok 5:

Regita Maheswari Tjahjono (190810101082)

Devi Agustia Vernanda (190810101083)

Amalia Fakhrun Nisa (190810101131)

Marinda Ayu Nurazizah (190810101132)

Anti Baidilah (190810101140)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS JEMBER

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Daya Dukung
Kawasan Perkebunan” guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Perkebunan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada Ibu Dr. Duwi Yunitasari, S.E.,M.E. selaku dosen mata kuliah
Ekonomi Perkebunan.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Demikian penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah
dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Jember,29 April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
A. Pengertian Daya Dukung Kawasan Perkebunan........................................................................4
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Daya Dukung Kawasan Perkebunan......5
C. Metode Pengukuran Daya Dukung Kawasan Perkebunan........................................................5
D. Strategi Menjaga Kualitas Daya Dukung Kawasan Perkebunan..............................................7
KESIMPULAN..........................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................10
A. Pengertian Daya Dukung Kawasan Perkebunan
Dalam perspektif biofisik wilayah, daya dukung dapat didefinisikan sebagai jumlah
maksimum populasi yang dapat didukung oleh suatu wilayah, sesuai dengan kemampuan
teknologi yang ada (Binder and Lopez, 2000).

Daya dukung (carrying capacity) diartikan sebagai kapasitas atau kemampuan lahan yang
berupa lingkungan untuk mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Daya
dukung lahan perkebunan memiliki keanekaragaman yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan
(baik tanah, air, udara, suhu, ketinggian tempat, dan cahaya) dan faktor jenis tanaman yang
dibudidayakan pada lahan tersebut. Daya dukung lahan perkebunan bukan merupakan besaran
yang tetap akan tetapi cenderung berubah ubah menurut waktu akibat dari adanya perubahan
teknologi dan kebudayaan. Teknologi akan mempengaruhi produktivitas lahan, sedangkan
kebudayaan akan menentukan kebutuhan hidup setiap individu. Oleh karena itu, perhitungan
daya dukung lahan seharusnya dihitung dari data yang dikumpulkan cukup lama sehingga dapat
menggambarkan keadaan daerah yang sebenarnya (Sanusi, 2017).

Daya dukung lahan (Land Carrying Capacity) dinilai menurut ambang batas kesanggupan
lahan sebagai suatu ekosistem menahan keruntuhan akibat penggunaan. Daya dukung lahan
ditentukan oleh banyak faktor baik biofisik maupun sosial-ekonomi-budaya yang saling
mempengaruhi. Daya dukung tergantung pada presentasi lahan (land performance) yang dapat
digunakan untuk peruntukan tertentu yang berkelanjutan dan lestari, presentasi lahan ditentukan
oleh kesesuaian lahan untuk peruntukan tertentu. Daya dukung harus merujuk pada aras
(level) penggunaan lahan yang akan meluangkan pemeliharaan secara sinambung suatu aras
mutu lingkungan tertentu dalam suatu aras tujuan pengelolaan tertentu yang ditetapkan
dengan mengingat biaya pemeliharaan mutu sumberdaya pada suatu aras yang akan
mendatangkan kepuasan pengguna sumberdaya (McDonald dan Patterson, 2004). Daya dukung
lahan merupakan gabungan kemampuan dan kesesuaian lahannya; (1) Ditaksir berdasarkan
batas ketahanan suatu ekosistem dalam menghadapi dampak penggunaan yang bertujuan
menumbuhkan dan meningkatkan manfaatnya yang masih dapat mendatangkan kepuasan kepada
pemakainya, (2). Bergantung pada imbangan kemampuan lahan yang dijadikan tolok ukur
dengan latar belakang keperluan dan kepentingan yang dipilih. Ada daya dukung ekologi,
ekonomi, fasilitas, rekreasi, estetika, psikologi, keberlanjutan fungsi, dan sebagainya, dan
(3) Kelayakan lahan menurut pertimbangan kemampuan dan kesesuaian (Syakur, 2019).

Daya dukung kawasan perkebunan merupakan kemampuan suatu lingkungan untuk


mendukung kehidupan. Untuk daya dukung lahan perkebunan pada dasarnya bergantung pada
persentasi lahan yang dapat dipakai untuk perkebunan dan besarnya hasil perkebunan persatuan
luas dan waktu. Makin besar persentase lahan yang dapat digunakan sebagai lahan perkebunan
makin besar pula daya dukung lahan daerah tersebut. Menurut Soerjani (1987), pengertian daya
dukung lingkungan adalah batas teratas dari pertumbuhan suatu populasi saat jumlah populasi
tidak dapat didukung lagi oleh sarana, sumber daya dan lingkungan yang ada

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Daya Dukung Kawasan


Perkebunan
Dalam usaha perkebunan terdapat dua faktor penting yang potensial menimbulkan dampak
pada sumberdaya lahan baik dampak positif maupun dampak negatif, yaitu tanaman dan manusia
(sosio kultural) sebagai penggerak berbagai kegiatan pertanian di atas lahan. Diantara kedua
faktor tersebut, faktor manusialah yang menjadi penentu apakah akan berdampak positif atau
negatif pada lahan, tergantung bagaimana cara menjalankan perkebunannya. Apabila dalam
menjalankan usaha perkebunan mengikuti rambu-rambu yang benar maka akan berdampak
positif, namun apabila cara menjalankan usaha perkebunannya keliru, maka akan berdampak
negatif, seperti dalam hal pengolahan tanah, penggunaan sarana produksi yang tidak ramah
lingkungan (pupuk kimia dan pestisida) serta sistem budidaya termasuk pola tanam yang
digunakan (Sanusi, 2017).

C. Metode Pengukuran Daya Dukung Kawasan Perkebunan


 Analisis Ketersediaan Lahan = Supllied Land (SL)
Ketersediaan lahan ditentukan berdasarkan data total produksi aktual setempat dari setiap
komoditas di suatu wilayah, dengan menjumlahkan produk dari semua komoditas yaitu
pertanian, perkebunan dan peternakan yang ada di wilayah tersebut. Untuk penjumlahan
ini digunakan harga sebagai faktor konversi karena setiap komoditas memiliki satuan
yang beragam. Analisis ketersediaan lahan dilakukan dengan memperhitungkan
ketersediaan lahan. Rumus ketersediaan lahan seperti pada persamaan 1.
S L=
∑ ( Pi × Hi ) × 1
Hb Pt
Keterangan:
SL = Ketersediaan lahan (ha)
Pi = Produksi aktual tiap jenis komoditi (satuan tergantung kepada jenis komoditas).
Komoditas yang diperhitungkan meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan dan perikanan.
H = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan) ditingkat produsen.
Hb = Harga satuan beras (Rp/kg) di tingkat produsen.
Pt = Produktivitas beras (kg/ha) Produktivitas beras (kg/ha) yaitu total produksi
beras
(Pb) dibagi total luas panen padi sawah dan padi
Ketersediaan lahan di tentukan berdasarkan data total produksi aktual setempat dari tiap
komoditas di suatu wilayah, dengan menjumlahkan produk dari semua komoditas yang
ada di wilayah tersebut. Untuk menjumlahkan ini di gunakan harga sebagai faktor
konversi karena setiap komoditas memiliki satuan yang beragam. Perhitungan
ketersediaan lahan diperoleh dari variabel: total nilai produksi, harga beras, total beras
dari padi sawah dan ladang, luas panen padi, serta produktivitas beras, selanjutanya
dilakukan perhitungan ketersediaan lahan berdasarkan Permen LH No. 17 Tahun 2009.
 Penghitungan Kebutuhan (Demand) Lahan, dengan menggunakan rumus:
D L=N × KHL L
Keterangan:
DL = Total kebutuhan lahan setara beras (ha)
N = Jumlah penduduk (orang)
KHLL = Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk
= Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk
merupakan kebutuhan hidup layak per penduduk dibagi produktivitas beras
lokal.
= Kebutuhan hidup layak per penduduk diasumsikan sebesar 1 ton setara beras
/kapita/tahun;
= Daerah yang tidak memiliki data produktivitas beras lokal dapat menggunakan data
rata-rata produktivitas beras nasional sebesar 2.400 kg/ha/tahun.
 Penentuan status daya dukung lahan
Status daya dukung lahan diperoleh dari pembandingan antara ketersediaan lahan (SL)
dan kebutuhan lahan (DL) (Permen LH No. 17 Tahun 2009):
 Bila SL > DL, daya dukung lahan dinyata-kan surplus.
 Bila SL < DL, daya dukung lahan dinyatakan defisit.

D. Strategi Menjaga Kualitas Daya Dukung Kawasan Perkebunan


Berikut ini akan dijabarkan beberapa strategi dalam menjaga kualitas daya dukung kawasan
perkebunan yang secara umum berkaitan dengan kondisi sumber daya alam, lahan dan air,
sumber daya insani, inovasi teknologi, lingkungan, demografi, bahan baku biologi/ benih,
sistem infomasi manajemen, partisipasi masyarakat, semangat desentralisasi, anggaran,
kelembagaan, pasar dan aspek kepemerintahan/ reformasi birokrasi dalam membangun
perkebunan kedepan.

a. Modernisasi Perkebunan
Strategi yang digunakan untuk melaksanakan program modernisasi perkebunan adalah
dengan mengadakan program pengembangan mekanisme dan digitalisasi perkebunan
dengan peningkatan bantuan alat dan mesin perkebunan.
b. .Optimalisasi peningkatan produksi perkebunan
Peningkatan efisiensi produksi dan kualitas hasil perkebunan dilakukan melalui program
Pengembangan Logistik Benih 500 juta batang (LogBen5), yang dimana dalam program
tersebut pemerintah menyediaan dan produksi benih unggul 100 juta batang per tahun.
c. Penguatan daya saing dan ekspor komoditas perkebunan
Kebijakan ini dilakukan dengan strategi .peningkatan nilai tambah produk perkebunan
dengan program yang diadakan yakni dengan tujuan untuk peningkatan daya saing dan
ekspor komoditas perkebunan. Bentuk dari adanya kebijakan ini adalah dengan adanya
langkah operasional seperti Peremajaan (replanting) komoditas perkebunan rakyat,
Pengembangan kawasan/cluster berbasis korporasi pekebunan, Penguatan kapasitas
pekebunan.
d. Peningkatan Kapasitas SDM & Kelembagaan Ekonomi Pekebunan
Memberikan pendidikan kepada para generasi milenial dengan mengadakan program
Gerakan 1 juta pekebun milenial
KESIMPULAN
Daya dukung harus merujuk pada aras (level) penggunaan lahan yang akan meluangkan
pemeliharaan secara sinambung suatu aras mutu lingkungan tertentu dalam suatu aras tujuan
pengelolaan tertentu yang ditetapkan dengan mengingat biaya pemeliharaan mutu
sumberdaya pada suatu aras yang akan mendatangkan kepuasan pengguna sumberdaya
(McDonald dan Patterson, 2004). Daya dukung lahan merupakan gabungan kemampuan dan
kesesuaian lahannya; (1) Ditaksir berdasarkan batas ketahanan suatu ekosistem dalam
menghadapi dampak penggunaan yang bertujuan menumbuhkan dan meningkatkan manfaatnya
yang masih dapat mendatangkan kepuasan kepada pemakainya, (2). Bergantung pada imbangan
kemampuan lahan yang dijadikan tolok ukur dengan latar belakang keperluan dan kepentingan
yang dipilih.

Apabila dalam menjalankan usaha perkebunan mengikuti rambu-rambu yang benar maka akan
berdampak positif, namun apabila cara menjalankan usaha perkebunannya keliru, maka akan
berdampak negatif.

DAFTAR PUSTAKA

Sanusi, I. (2017, May 01). OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN PERKEBUNAN SAWIT


BERKELANJUTAN. Retrieved from perhepi.org:
http://www.perhepi.org/wp-content/uploads/2017/01/5.-Ilham-Sanusi_Ketua-GPPI-
Kalbar.pdf

Syakur, S. H. (2019). Mambangun Kemitraan dalam Meningkatkan Produktivitas, Nilai Tambah


dan Daua Saing Produk Perkebunan Menyongsong Revolusi Industri 4.0. Prosiding, 91.

Akuba, S. . ., Polii, B. J. V., & Husain, J. . . (2019). Analisis Daya Dukung Lahan Berdasarkan
Kebutuhan Dan Ketersediaan Lahan Pertanian Di Kabupaten Gorontalo Utara. Agri-
Sosioekonomi, 16(1), 17. https://doi.org/10.35791/agrsosek.16.1.2020.26939

Kusmawati, I. (2016). Analisa Daya Dukung Lahan Dan Daya Tampung Air Di Sungai Pudu
Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Journal of Env. Engineering &
Waste Management, 1(1), 35–45.

Sugianto, S., Suhendrayatna, S., Rusdi, M., & Iqbal, M. (2020). PERLUKAH DAYA DUKUNG
LAHAN DALAM PEMBANGUNAN PERKEBUNAN BERKELANJUTAN? SUATU
TINJAUAN DAYA DUKUNG LAHAN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI KR. TAMIANG,
ACEH (Is Land Carrying Capacity Needed for Sustainable Plantation Development? A
Review of Land Carrying Capacit. May.

Dr. Antarjo Dikin Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan (15 Juli 2020). KEBIJAKAN DAN
STRATEGI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DALAM MENGHADAPI
PELUANG DAN TANTANGAN SEKTOR PERKEBUNAN DI NEW NORMAL.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai