Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

POTENSI PENINGKATAN TANAMAN PANGAN PADA KAWASAN HUTAN


TANAMAN RAKYAT

Dosen Pengampu :

Khoirul Bariyyah, S.P .,M.P

Di susun oleh :

Arya Rasendriya (41221388)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI 2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. karena atas izin dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Sang Baginda Nabi Muhammad Saw. Semoga syafaatnya mengalir
pada kita di hari kelak. Adapun Makalah yang berisi tentang “POTENSI
PENINGKATAN TANAMAN PANGAN PADA KAWASAN HUTAN TANAMAN
RAKYAT” telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca guna memperbaiki makalah Belajar Pembelajaran ini. Penulis menyadari
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan .............................................................................................................................


5

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................................


5

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................................


5

1.3 Tujuan ............................................................................................................................................


5

BAB II Tinjauan Pustaka....................................................................................................................


6

2.1 Klasifikasi Potensi peningkatan tanaman pangan pada kawasan hutan


tanaman rakyat ....................................................................................................................................
6

2.2 Morfologi Potensi peningkatan tanaman pangan pada kawasan hutan tanaman
rakyat ....................................................................................................................................................
7

2.3 Teknik Potensi peningkatan tanaman pangan pada kawasan hutan tanaman
rakyat ....................................................................................................................................................
8

BAB III DATA DAN PEEMBAHASAN ...........................................................................................


12

3.1 indeks komoditas tanaman pangan .............................................................................................


12

3.2 Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk ..............................................................................


16

BAB IV KESIMPULAN .....................................................................................................................


16

iii
BAB V DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................
17

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kawasan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dapat menjadi salah satu alternatif sumber
baru produksi tanaman pangan. HTR merupakan program Kementeria Kehutanan
dengan tujuan utama meningkatkan pemenuhan kebutuhan kayu nasional. Direktorat
Jenderal Bina Usaha Kehutanan menargetkan membangun 5,4 juta ha HTR (Dephut
2007). Pemanfaatan kawasan hutan sebagai HTR maksimal 60 tahun. Hingga tahun
2020, Kemenhut menargetkan luas hutan yang dikelola masyarakat mencapai 10 juta ha
(RRI 2014). Pengembangan tanaman pangan pada kawasan HTR dapat memanfaatkan
area di antara tanaman hutan yang umumnya ditanam dengan jarak 2–4 m. Dengan
demikian tanaman pangan diusahakan sebagai tanaman sela Penanaman tanaman
pangan dapat dilakukan hingga kanopi tanaman hutan saling menutup, biasanya antara
3–5 tahun. Namun, kawasan HTR memiliki beberapa faktor pembatas, di antaranya
naungan sehingga cahaya berkurang, ketersediaan air terbatas, serta kesuburan tanah
relatif rendah (Nugroho 2009; Sundari dan Gatut 2012). Makalah ini membahas potensi,
faktor pembatas, dan strategi pengembangan tanaman pangan pada kawasan HTR.
Informasi yang disajikan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
peningkatan produksi tanaman pangan nasional.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana mengoptimalkan potensi peningkatan produksi tanaman pangan pada


kawasan hutan tanaman rakyat untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat secara
berkelanjutan?

2. Berapa jarak tanaman hutan yg di manfaatkan di area tersebbut?

3. Sebutkan faktor pembatas yang mempengaruhi kawasan HTR

1.3 Tujuan

1. Meningkatkan produksi tanaman pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan


masyarakat lokal dan nasional.
2. Mendukung ketahanan pangan dengan diversifikasi sumber pangan melalui
pengembangan tanaman pangan di kawasan hutan tanaman rakyat.
3. Memperkuat ekonomi masyarakat lokal dengan meningkatkan produktivitas dan nilai
tambah dari tanaman pangan di kawasan hutan tersebut.
4. Mengurangi tekanan terhadap hutan alam dengan memberdayakan kawasan hutan
tanaman rakyat sebagai alternatif untuk produksi tanaman pangan.

vi
BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Klasifikasi Potensi peningkatan tanaman pangan pada kawasan hutan


tanaman rakyat

Klasifikasi Berdasarkan Jenis Tanaman:


 Tanaman padi: Pengembangan teknologi pertanian untuk meningkatkan
produktivitas padi di kawasan hutan tanaman rakyat.
 Tanaman palawija (misalnya kacang tanah, kedelai, jagung): Pemanfaatan
kawasan hutan untuk diversifikasi produksi palawija dan meningkatkan
ketersediaan sumber protein nabati.
 Tanaman buah-buahan: Peningkatan produksi buah-buahan seperti durian,
mangga, dan rambutan di kawasan hutan tanaman rakyat.

Klasifikasi Berdasarkan Teknologi Pertanian:


 Penggunaan metode pertanian organik atau agroekologi untuk meningkatkan
produktivitas tanaman pangan dengan meminimalkan penggunaan bahan kimia
sintetis.
 Penerapan sistem agroforestri untuk memanfaatkan kawasan hutan tanaman
rakyat secara berkelanjutan dengan mengintegrasikan tanaman pangan dan
pepohonan.
 Pengembangan varietas tanaman pangan unggul yang adaptif terhadap kondisi
lingkungan di kawasan hutan.

Klasifikasi Berdasarkan Aspek Sosial dan Ekonomi:


 Pelatihan dan pendampingan bagi petani dalam pengelolaan dan pemasaran hasil
pertanian dari kawasan hutan tanaman rakyat.
 Pengembangan kemitraan antara petani, pemerintah, dan lembaga swadaya
masyarakat (LSM) untuk meningkatkan akses pasar dan nilai tambah produk
pertanian.

Klasifikasi Berdasarkan Aspek Lingkungan:


 Konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistem di kawasan hutan tanaman
rakyat melalui pengelolaan yang berkelanjutan.
 Penggunaan praktik pertanian yang ramah lingkungan, seperti pengelolaan
limbah organik dan pengurangan penggunaan bahan kimia berbahaya.

vii
2.2 Morfologi Potensi peningkatan tanaman pangan pada kawasan hutan tanaman
rakyat

Morfologi potensi peningkatan tanaman pangan pada kawasan hutan tanaman rakyat
mencakup berbagai aspek yang dapat dilihat dari sudut pandang struktural dan
fungsional tanaman yang berkembang di area tersebut. Berikut adalah beberapa contoh
morfologi potensi peningkatan tanaman pangan pada kawasan hutan tanaman rakyat:

Struktur Tanaman:

 Tinggi tanaman: Tanaman pangan seperti jagung dan padi memiliki tinggi yang
bervariasi. Padi biasanya lebih rendah, sedangkan jagung bisa mencapai
ketinggian yang lebih tinggi.
 Daun: Tanaman pangan memiliki daun yang bervariasi dalam bentuk dan
ukuran. Misalnya, daun padi yang panjang dan ramping, serta daun jagung yang
lebar dan panjang.
 Batang: Batang tanaman pangan bisa berkayu seperti pada tanaman pisang atau
herbaceous seperti pada padi.

Sistem Akar:
 Sistem akar pada tanaman pangan dapat bervariasi dari akar tunggang pada
tanaman jagung hingga akar serabut pada tanaman padi.
 Sistem akar yang kuat dan mendalam dapat meningkatkan kemampuan tanaman
untuk menyerap air dan nutrisi dari tanah, terutama penting di kawasan hutan
tanaman rakyat yang mungkin memiliki kondisi tanah yang beragam.

Struktur Reproduksi:
 Tanaman padi memiliki struktur malai atau malai bunga yang menghasilkan
bulir-bulir padi.
 Tanaman jagung memiliki tongkol yang berisi butir-butir jagung.

Adaptasi Lingkungan:
 Tanaman pangan di kawasan hutan tanaman rakyat biasanya memiliki adaptasi
terhadap kondisi lingkungan yang bervariasi, seperti toleransi terhadap naungan
dari pepohonan atau kemampuan beradaptasi dengan kondisi tanah yang
mungkin berbeda-beda.

viii
Fungsi Tanaman:
 Selain sebagai sumber pangan, tanaman pangan pada kawasan hutan tanaman
rakyat juga dapat memiliki fungsi lain seperti menyediakan penyangga tanah,
meningkatkan keanekaragaman hayati, dan mendukung siklus nutrisi dalam
ekosistem.

ix
2.3 Teknik Potensi peningkatan tanaman pangan pada kawasan hutan tanaman
rakyat

Terdapat berbagai teknik potensi peningkatan tanaman pangan pada kawasan


hutan tanaman rakyat yang dapat diterapkan untuk meningkatkan
produktivitas, keberlanjutan, dan kesejahteraan masyarakat. Berikut adalah
beberapa teknik yang umumnya digunakan:

1. Agroforestri:
 Sistem agroforestri menggabungkan tanaman pangan dengan
pepohonan atau tanaman kayu di kawasan hutan tanaman rakyat.
 Tanaman pangan seperti jagung, kacang-kacangan, atau ubi dapat
ditanam di antara pepohonan atau di bawah kanopi pepohonan yang
memberikan naungan.
 Keuntungan dari agroforestri termasuk peningkatan keanekaragaman
hayati, pemulihan ekosistem, dan peningkatan produktivitas tanaman
pangan dan pepohonan secara bersamaan.

2. Penggunaan Varietas Unggul:


 Pengembangan dan penggunaan varietas tanaman pangan yang unggul
dan adaptif terhadap kondisi lingkungan di kawasan hutan tanaman
rakyat.
 Varietas unggul ini dapat memiliki resistensi terhadap hama penyakit,
toleransi terhadap kondisi tanah yang berbeda-beda, dan produktivitas
yang tinggi.

3. Penerapan Teknologi Pertanian Ramah Lingkungan:


 Penggunaan teknologi pertanian organik atau agroekologi yang
mengurangi penggunaan bahan kimia sintetis dan memperhatikan aspek
keseimbangan ekosistem.
 Contoh teknologi termasuk pengomposan, penggunaan pupuk organik,
rotasi tanaman, dan pengendalian hama secara biologis.

4. Irigasi dan Pengelolaan Air:


 Pengembangan sistem irigasi yang efisien untuk memastikan tanaman
pangan mendapatkan pasokan air yang cukup, terutama di kawasan
hutan yang mungkin memiliki keterbatasan air.
 Pengelolaan air yang baik juga meliputi pengendalian erosi tanah dan
pelestarian kualitas air.

x
5. Pelatihan dan Pendampingan Petani:
 Memberikan pelatihan dan pendampingan kepada petani di kawasan
hutan tanaman rakyat dalam teknik-teknik pertanian modern yang
berkelanjutan.
 Pendampingan ini meliputi pemilihan varietas tanaman, penggunaan
pupuk dan pestisida yang tepat, manajemen tanah yang baik, dan
strategi pemasaran hasil pertanian.
6. Pengembangan Infrastruktur Pertanian:
 Meningkatkan infrastruktur pertanian seperti jalan, irigasi, dan pasokan
energi untuk mendukung produksi dan distribusi hasil pertanian dari
kawasan hutan tanaman rakyat.
 Infrastruktur yang baik dapat membantu mengatasi kendala logistik dan
memperluas akses pasar bagi petani.

xi
BAB III

Data dan Pembahasan

3.1 indeks komoditas tanaman pangan

Tabel 1. Self-sufficiency achievement index (SAI) beberapa komoditas tanaman pangan, 2011
2012.

komoditas ( 000 ton) 2011 2012


Padi Produksi 36.969 38.564
Permintaan 33.045 33.035
SAI 111 ,87 116,74
jagung Produksi 17.643 18.945
Permintaan 15.272 16.097
SAI 115,52 117,69
kedelai Produksi 851 780
Permintaan 2.122 2.246
SAI 40,10 34,71

* Angka tetap 2011.

** Angka sementara 2012.

Tabel 2. Sifat kimia tanah di hutan lindung Gunung Sebatung Kabupaten Kotabaru,
Kalimantan Selatan

Satuan Lokasi
Parameter
penngamatan
Kebun buah Teggakan Tegakan Semak
hhutan hutan belukar
C % 2,68 (S) 3,13(T) 3,16(T) 2,12(S)
N % 0,19 (R) 0,22(S) 0,19(R) 0,09(SR)
P total Ppm 159,95(ST) 168,70(ST) 76,28(ST) 16,81(R)
P bray Ppm 0,15(SR) 0,09(SR) 0,32(SR) 0,04(SR)
K total Ppm 501,74(ST) 1.992,99(ST 882,57(ST) 1.326,26(ST)
)
K-d Me/100 0,71(T) 1,87(ST) 1,43(ST) 2,46(ST)
g
Ca-dd Me/100 g 10,32(T) 20,48(ST) 4,66(R) 20,51(ST)
Mg-dd Me/100 g O,29(SR) 0,77(R) 0,55(R) 0,72(R)

xii
Na-dd Me/100 g 0,89(Y 1,05(ST) 1,42(ST) 1,19(ST)
KTK Me/100 g 16,04(R) 28,25(T) 9,41(R) 27,85(T)
pH (H2O) - 5,64 (agak 6,02(agak 4,82(masam) 5,83(agak
masam) masam) masam

Tabel 3. Genotipe jagung toleran intensitas cahaya rendah

Genotipe Reakdsi terhadap intensitas cahaya


rendah
G 02 x7 Toleran
CY 15 x MAL 03 Toleran
AP 1 x 1042-37 Toleran
B 11 x 265-A Toleran
MR 12 x MAL 04 Toleran
MR 14 x 270 C Toleran
G 02 x 5 Tpleran
AMB 07 x CML 161 Sangat toleran
1044-9 x 1027-11 Sangant toleran

Tabel 4. Pedoman pemilihan teknologi konservasi tanah secara mekanis dan vegetatif
berdasarkan tingkat kemiringan lahan, erodibilitas tanah, dan kedalaman solum (P3HTA
dengan modifikasi).

Kedalama Propor Tanama


n solam si n (%)
(cm)/
eerodibilit
as
Leren >90 40-90 < Semusi Tahuna
g (%) cm cm 40cm m n
Renda Tinggi Renda Ting Renda Ting
h h gi h gi
15-25 TB, TB, BL, TB, TB, TB, TB, Maks Min
BL ,P PH, SP, BL, BL, BL, BL, 50% 50%
H PT, RR, PH, PH, PH, PH,
ST SP, SP, SP, PT SP,

xiii
PT, PT, RR, PT,
RR, RR, ST RR
ST ST
SP,
PT,
RR,
ST
25-40 TB, TG, BL, TG, TG, TG, TI, Maks Min
BL, PH, PT BL, BL , BL RR, 25 %
25%
PH, PH, PH, PH, BL,
PT PT PT PT PH
>40 TI, TI, TK TI, TI, TI, TI ,T 0 0
TK TK TK TK K

Untuk tanah peka erosi (Ultisol, Entisol, Vertisol, Alfisol) dibatasi sampai lereng 65%,
sedangkan untuk tanah yang kurang peka sampai lereng 100%. TB = teras bangku; BL = budi
daya lorong, TG = teras gulud; TI = teras individu; RR = rorak; TK = teras kebun, PH = pagar
hidup; ST = strip rumput atau strip tanaman alami; SP = silvipastura; PT = tanaman penutup
tanah Sumber: Departemen Pertanian (2006).

xiv
Tabel 5. Kandungan nutrisi limbah kedelai.

Jenis Bahan Protein Lemak Serat Total


bahan kering kasar (%) kasar (%) kasar (%) digetification
(%) nutrien (%)
Bugkil 89,413 52,075 1,001 25,528 40,625
kedelai
Tumpi 91,417 21,134 3,029 23,179 69,425
kedelai
Jerami 30,389 14,097 3,542 20,966 61,592
kedelai
Kulit 90,369 18,962 1,249 22,833 62,717
kedelai
Ampas 10,788 25,651 5,317 14,257 76,000
tahu

3.2 PEMANFAATN KOTORAN TERNAK SEBAGAI PUPUK

Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk organik selain dapat menghemat


penggunaan pupuk anorganik, juga mampu memperbaiki struktur dan ketersediaan
unsur hara tanah. Dampak ini terlihat dengan meningkatnya produktivitas lahan. Model
sistem integrasi tanamanternak yang dikembangkan petani di Jawa Barat dan Jawa
Timur mampu mengurangi penggunaan pupuk anorganik 25–35% dan meningkatkan
produktivitas padi 2029%

BAB IV

KESIMPULAN

Pengembangan tanaman pangan pada kawasan HTR dapat meningkatkan produksi


pangan nasional, khususnya padi, jagung, dan kedelai. Pemerintah telah mencanangkan
area HTR hingga 5,4 juta ha dan akan dikembangkan menjadi 10 juta ha hingga tahun
2020. Pengembangan tanaman pangan pada kawasan HTR menghadapi faktor pembatas
naungan dari tanaman utama, ketersediaan air terbatas, dan kesuburan tanah rendah.
Strategi pengembangan tanaman pangan pada Potensi pengembangan tanaman pangan

xv
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto,T., Suhartina, dan Soegiyatni. 2000. Respons kedelai terhadap beberapa tingkat
naungan. Edisi Khusus Balitkabi No. 16: 12–21.

Aregheore, E.M. 1995. Effect of sex on grouth rate, voluntary fed intake and nutrient
digestibility of west African dwarf goats fed crop residue rations. Small Rum. Res. 15: 217–221.

Arifin, M.Z. 2007. Pembangunan hutan tanaman rakyat, Mungkinkah?


http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/ opini/1id14691. [12 Juni 2012].

Balitkabi. 2007. Kedelai Tahan Naungan. http://balitkabi.litbang. deptan.go.id. [3 April 2013].

Balitkabi. 2013. Dena 1 dan Dena 2 Calon Varietas Unggul Kedelai Toleran Naungan.
http://balitkabi.litbang.deptan.go.id. [10 Desember 2013].

Brandt, Jr. R.T. and T.J. Klopfenstein. 1986. Evaluation of alfalfacorn cob associative action. I.
Interactions between alfalfa hay and ruminal escape protein on growth of lambs and steers. J.
Anim.Sci. 63: 894–901. Dephut (Departemen Kehutanan). 2007.

Dephut alokasikan lahan hutan 5,4 juta ha untuk usaha HTR dengan dukungan dana reboisasi.
Siaran pers Nomor S.51/II/PIK-1/2007. http:// www.dephut.go.id/index.php [21 Maret 2013].

Nama arya rasendriya

Nim 41221388

Tugas biotek

xvi

Anda mungkin juga menyukai