Dosen Pengampu :
Di susun oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. karena atas izin dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Sang Baginda Nabi Muhammad Saw. Semoga syafaatnya mengalir
pada kita di hari kelak. Adapun Makalah yang berisi tentang “POTENSI
PENINGKATAN TANAMAN PANGAN PADA KAWASAN HUTAN TANAMAN
RAKYAT” telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca guna memperbaiki makalah Belajar Pembelajaran ini. Penulis menyadari
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
2.2 Morfologi Potensi peningkatan tanaman pangan pada kawasan hutan tanaman
rakyat ....................................................................................................................................................
7
2.3 Teknik Potensi peningkatan tanaman pangan pada kawasan hutan tanaman
rakyat ....................................................................................................................................................
8
iii
BAB V DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................
17
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
Kawasan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dapat menjadi salah satu alternatif sumber
baru produksi tanaman pangan. HTR merupakan program Kementeria Kehutanan
dengan tujuan utama meningkatkan pemenuhan kebutuhan kayu nasional. Direktorat
Jenderal Bina Usaha Kehutanan menargetkan membangun 5,4 juta ha HTR (Dephut
2007). Pemanfaatan kawasan hutan sebagai HTR maksimal 60 tahun. Hingga tahun
2020, Kemenhut menargetkan luas hutan yang dikelola masyarakat mencapai 10 juta ha
(RRI 2014). Pengembangan tanaman pangan pada kawasan HTR dapat memanfaatkan
area di antara tanaman hutan yang umumnya ditanam dengan jarak 2–4 m. Dengan
demikian tanaman pangan diusahakan sebagai tanaman sela Penanaman tanaman
pangan dapat dilakukan hingga kanopi tanaman hutan saling menutup, biasanya antara
3–5 tahun. Namun, kawasan HTR memiliki beberapa faktor pembatas, di antaranya
naungan sehingga cahaya berkurang, ketersediaan air terbatas, serta kesuburan tanah
relatif rendah (Nugroho 2009; Sundari dan Gatut 2012). Makalah ini membahas potensi,
faktor pembatas, dan strategi pengembangan tanaman pangan pada kawasan HTR.
Informasi yang disajikan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
peningkatan produksi tanaman pangan nasional.
1.3 Tujuan
vi
BAB II
Tinjauan Pustaka
vii
2.2 Morfologi Potensi peningkatan tanaman pangan pada kawasan hutan tanaman
rakyat
Morfologi potensi peningkatan tanaman pangan pada kawasan hutan tanaman rakyat
mencakup berbagai aspek yang dapat dilihat dari sudut pandang struktural dan
fungsional tanaman yang berkembang di area tersebut. Berikut adalah beberapa contoh
morfologi potensi peningkatan tanaman pangan pada kawasan hutan tanaman rakyat:
Struktur Tanaman:
Tinggi tanaman: Tanaman pangan seperti jagung dan padi memiliki tinggi yang
bervariasi. Padi biasanya lebih rendah, sedangkan jagung bisa mencapai
ketinggian yang lebih tinggi.
Daun: Tanaman pangan memiliki daun yang bervariasi dalam bentuk dan
ukuran. Misalnya, daun padi yang panjang dan ramping, serta daun jagung yang
lebar dan panjang.
Batang: Batang tanaman pangan bisa berkayu seperti pada tanaman pisang atau
herbaceous seperti pada padi.
Sistem Akar:
Sistem akar pada tanaman pangan dapat bervariasi dari akar tunggang pada
tanaman jagung hingga akar serabut pada tanaman padi.
Sistem akar yang kuat dan mendalam dapat meningkatkan kemampuan tanaman
untuk menyerap air dan nutrisi dari tanah, terutama penting di kawasan hutan
tanaman rakyat yang mungkin memiliki kondisi tanah yang beragam.
Struktur Reproduksi:
Tanaman padi memiliki struktur malai atau malai bunga yang menghasilkan
bulir-bulir padi.
Tanaman jagung memiliki tongkol yang berisi butir-butir jagung.
Adaptasi Lingkungan:
Tanaman pangan di kawasan hutan tanaman rakyat biasanya memiliki adaptasi
terhadap kondisi lingkungan yang bervariasi, seperti toleransi terhadap naungan
dari pepohonan atau kemampuan beradaptasi dengan kondisi tanah yang
mungkin berbeda-beda.
viii
Fungsi Tanaman:
Selain sebagai sumber pangan, tanaman pangan pada kawasan hutan tanaman
rakyat juga dapat memiliki fungsi lain seperti menyediakan penyangga tanah,
meningkatkan keanekaragaman hayati, dan mendukung siklus nutrisi dalam
ekosistem.
ix
2.3 Teknik Potensi peningkatan tanaman pangan pada kawasan hutan tanaman
rakyat
1. Agroforestri:
Sistem agroforestri menggabungkan tanaman pangan dengan
pepohonan atau tanaman kayu di kawasan hutan tanaman rakyat.
Tanaman pangan seperti jagung, kacang-kacangan, atau ubi dapat
ditanam di antara pepohonan atau di bawah kanopi pepohonan yang
memberikan naungan.
Keuntungan dari agroforestri termasuk peningkatan keanekaragaman
hayati, pemulihan ekosistem, dan peningkatan produktivitas tanaman
pangan dan pepohonan secara bersamaan.
x
5. Pelatihan dan Pendampingan Petani:
Memberikan pelatihan dan pendampingan kepada petani di kawasan
hutan tanaman rakyat dalam teknik-teknik pertanian modern yang
berkelanjutan.
Pendampingan ini meliputi pemilihan varietas tanaman, penggunaan
pupuk dan pestisida yang tepat, manajemen tanah yang baik, dan
strategi pemasaran hasil pertanian.
6. Pengembangan Infrastruktur Pertanian:
Meningkatkan infrastruktur pertanian seperti jalan, irigasi, dan pasokan
energi untuk mendukung produksi dan distribusi hasil pertanian dari
kawasan hutan tanaman rakyat.
Infrastruktur yang baik dapat membantu mengatasi kendala logistik dan
memperluas akses pasar bagi petani.
xi
BAB III
Tabel 1. Self-sufficiency achievement index (SAI) beberapa komoditas tanaman pangan, 2011
2012.
Tabel 2. Sifat kimia tanah di hutan lindung Gunung Sebatung Kabupaten Kotabaru,
Kalimantan Selatan
Satuan Lokasi
Parameter
penngamatan
Kebun buah Teggakan Tegakan Semak
hhutan hutan belukar
C % 2,68 (S) 3,13(T) 3,16(T) 2,12(S)
N % 0,19 (R) 0,22(S) 0,19(R) 0,09(SR)
P total Ppm 159,95(ST) 168,70(ST) 76,28(ST) 16,81(R)
P bray Ppm 0,15(SR) 0,09(SR) 0,32(SR) 0,04(SR)
K total Ppm 501,74(ST) 1.992,99(ST 882,57(ST) 1.326,26(ST)
)
K-d Me/100 0,71(T) 1,87(ST) 1,43(ST) 2,46(ST)
g
Ca-dd Me/100 g 10,32(T) 20,48(ST) 4,66(R) 20,51(ST)
Mg-dd Me/100 g O,29(SR) 0,77(R) 0,55(R) 0,72(R)
xii
Na-dd Me/100 g 0,89(Y 1,05(ST) 1,42(ST) 1,19(ST)
KTK Me/100 g 16,04(R) 28,25(T) 9,41(R) 27,85(T)
pH (H2O) - 5,64 (agak 6,02(agak 4,82(masam) 5,83(agak
masam) masam) masam
Tabel 4. Pedoman pemilihan teknologi konservasi tanah secara mekanis dan vegetatif
berdasarkan tingkat kemiringan lahan, erodibilitas tanah, dan kedalaman solum (P3HTA
dengan modifikasi).
xiii
PT, PT, RR, PT,
RR, RR, ST RR
ST ST
SP,
PT,
RR,
ST
25-40 TB, TG, BL, TG, TG, TG, TI, Maks Min
BL, PH, PT BL, BL , BL RR, 25 %
25%
PH, PH, PH, PH, BL,
PT PT PT PT PH
>40 TI, TI, TK TI, TI, TI, TI ,T 0 0
TK TK TK TK K
Untuk tanah peka erosi (Ultisol, Entisol, Vertisol, Alfisol) dibatasi sampai lereng 65%,
sedangkan untuk tanah yang kurang peka sampai lereng 100%. TB = teras bangku; BL = budi
daya lorong, TG = teras gulud; TI = teras individu; RR = rorak; TK = teras kebun, PH = pagar
hidup; ST = strip rumput atau strip tanaman alami; SP = silvipastura; PT = tanaman penutup
tanah Sumber: Departemen Pertanian (2006).
xiv
Tabel 5. Kandungan nutrisi limbah kedelai.
BAB IV
KESIMPULAN
xv
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto,T., Suhartina, dan Soegiyatni. 2000. Respons kedelai terhadap beberapa tingkat
naungan. Edisi Khusus Balitkabi No. 16: 12–21.
Aregheore, E.M. 1995. Effect of sex on grouth rate, voluntary fed intake and nutrient
digestibility of west African dwarf goats fed crop residue rations. Small Rum. Res. 15: 217–221.
Balitkabi. 2013. Dena 1 dan Dena 2 Calon Varietas Unggul Kedelai Toleran Naungan.
http://balitkabi.litbang.deptan.go.id. [10 Desember 2013].
Brandt, Jr. R.T. and T.J. Klopfenstein. 1986. Evaluation of alfalfacorn cob associative action. I.
Interactions between alfalfa hay and ruminal escape protein on growth of lambs and steers. J.
Anim.Sci. 63: 894–901. Dephut (Departemen Kehutanan). 2007.
Dephut alokasikan lahan hutan 5,4 juta ha untuk usaha HTR dengan dukungan dana reboisasi.
Siaran pers Nomor S.51/II/PIK-1/2007. http:// www.dephut.go.id/index.php [21 Maret 2013].
Nim 41221388
Tugas biotek
xvi