Anda di halaman 1dari 18

EKONOMI DAN MANAJEMEN AGRIBISNIS

Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Ekonomi Wilayah dan Agribisnis yang diampu Oleh:

Dr. Edy Santoso, S.E., MSc.

Disusun:

Marinda Ayu Nurazizah (190810101132)

Ekonomi Wilayah dan Agribisnis

Kelas A

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS JEMBER

2022
A. Pengertian Manajemen

Manajemen adalah sebuah proses untuk mengatur sesuatu yang dilakukan oleh
sekelompok orang atau organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut dengan cara
bekerja sama memanfaatkan sumber daya yang dimiliki.

Secara etimologi, kata manajemen diambil dari Bahasa prancis kuno, yakni
“management” yang artinya adalah seni dalam mengatur dan melaksanakan. Manajemen
dapat juga didefenisikan sebagai upaya perencanaan, pengkoordinasian,
pengoraganisasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasran secara efisien
dan efektif. Efektif dalam hal ini adalah untuk mencapai tujuan sesuai perencanaan dan
efisiensi untuk melaksanakan pekerjaan dengan benar dan terorganisir.

Pengertian Manajemen menurut Para Ahli, yaitu:

a) George R. Terry, manajemen adalah sebuah proses yang khas yang terdiri dari
beberapa tindakan, perencanaan, pengorganisasian, menggerakan, dan pengawasan.
b) Mary Parker Follet, manajemen adalah sebuah seni dalam menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Dengan kata lain, seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan sebuah perusahaan.
c) Henry Fayol, manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasiaan, dan pengawasan/kontrol terhadap sumber daya yang ada agar
mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
d) Lawrence A. Appley, manajemen adalah sebuah keahlian yang dimiliki seseorang
atau organisasi untuk menggerakkan orang lain agar mau melakukan sesuatu.
B. Pendekatan Manajemen
Apabila dilihat berbagai literatur manajemen, akan ditemukan beberapa pendekatan
dalam pemikiran manajemen, yaitu:
1) Pendekatan Tingkah Laku
Pendekatan ini didasarkan pada teori bahwa manajemen berarti pencapaian tujuan
dengan bantuan orang lain, maka mempelajari manajemen harus dipusatkan pada
hubungan antara orang. Kadang-kadang juga disebut penelaahan “human factor
approach” (Liem Tjeng Bie) atau “behavior science approach”.
Pendekatan ini merupakan perkembangan dari penerapan ilmu-ilmu tentang
perilaku dan ilmu jiwa sosial pada manajemen. Menurut pendekatan ini, titik fokus
tindakan manajerial adalah perilaku manusia. Apa yang dicapai, bagaimana
mencapainya dan mengapa dapat dicapai dipandang ada kaitannya dengan dampaknya
dan pengaruhnya terhadap manusia. Individu dianggap sebagai mahluk sosio-
psikologis. Dengan demikian, yang diper-soalkan dalam pendekatan tingkah laku ini
antara lain: hubungan manusiawi, motivasi, kepemimpinan, latihan dan komunikasi.
Pendekatan perilaku menyatakan “manajemen tidaklah melakukannya: justru
manajemen menyebabkan orang lain melakukannya”.
Pendekatan tingkah laku memberikan sumbangan pikiran yang penting antara lain:
penggunaan “partisipasi” dan cara-cara dalam menghadapi pertentangan yang timbul
akibat perbedaan pendapat, serta penekanan pengaruh lingkungan dan pengaruh
irasionalitas terhadap perilaku.
2) Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif dikenal juga sebagai pendekatan matematis. Di dalam studi
manajemen, pendekatan ini menitik beratkan peranan pemakaian data angka,
matematika, dan statistik dalam membantu manajemen dalam memecahkan persoalan-
persoalan yang dihadapinya. Karena itu, studi manajemen diberi label penelitian
operasi (operations research) atau ilmu manajemen (management science).
Pendekatan kuantitatif terhadap manajemen titik berat terletak pada optimalisasi
atau minimalisasi usaha dengan penggunaan model-model matematika, statistik,
ekonometri, dan lain-lain sangatlah besar. Suatu jawaban yang diperoleh dengan
sendirinya perlu ditafsirkan dan kebijaksanaan dapat digariskan berdasarkan hasil
perhitungan-perhitungan yang diperoleh. Pemanfaatan komputer mempercepat
perhitungan-perhitungan tersebut sehingga manajemen dapat segera menyelesaikan
soal-soal yang dihadapinya.
3) Pendekatan Proses
Pendekatan manajemen dalam hal ini menganggap manajemen sebagai suatu proses
aktivitas yang terdiri dari berbagai sub-aktivitas yang masing-masing merupakan fungsi
fundamental manajemen. Menurut Terry sub-aktivitas tersebut meliputi: perencanaan,
pengorganisasian, peng-gerakan, dan pengawasan. Keempat sub-aktivitas tersebut
merupakan fungsi fundamental manajemen yang berkaitan erat satu sama lain: suatu
fungsi tidak seluruhnya terhenti sebelum fungsi berikutnya dimulai. Dalam keadaan
saling pengaruh keempat fungsi fundamental manajemen itu sama-sama membentuk
proses manajemen merupakan suatu sirkulasi berkelanjutan yang tak berujung.
4) Pendekatan Sistem

Sesuai dengan namanya, pendekatan ini memandang manajemen sebagai suatu


sistem. Pengertian sistem dapat dirumuskan sebagai suatu totalitas himpunan bagian-
bagian yang satu sama lain berinteraksi dan bersama-sama beroperasi mencapai suatu
tujuan tertentu di dalam suatu lingkungan. Bagian-bagian atau subsistem-subsistem
tersebut merupakan kompleksitas tersebut, tetapi dalam kebersamaan mencapai suatu
tujuan itu, berlangsung secara harmonis dalam keteraturan yang pasti.

Suatu sistem terdiri dari “input”, “proses transpormasi”, dan “output” yang
merupakan suatu totalitas, yang digerakkan oleh sistem-sistem yang lebih kecil yang
dinamakan subsistem tadi, dan tidak lepas dari kaitannya dengan sistem yang lebih
kecil yang dinamakan subsistem tadi, dan tidak lepas dari kaitannya dengan sistem
yang lebih luas.
Sebuah organisasi, misalnya perusahaan, adalah sebuah sistem yang meliputi
bagian-bagian yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu, intern dengan
berbagai aktivitas (planning, organizing, actuating, controlling) dan pemanfaatan
sarana bersangkutan (man, money, material, machines, maket, methods dan
information = 6 M + 1 I), ekstern berkaitan dengan elemen lingkungan sebagai
perangsang input dan penerima out-put mereka. Lingkungan ini, oleh Lubis dan
Huseini (1987) seperti: industri, bahan baku, tenaga kerja, keuangan, pasar, teknologi,
kondisi ekonomi, pemerintah, dan kebudayaan. Oleh Pamuji (1989) meliputi faktor
pisik alamiah – trigatra yaitu lokasi dan posisi geografi, iklim dan kekayaan alam, serta
kemampuan penduduk. Faktor sosial pancagatra yaitu Ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, dan hukum. Untuk lebih jelasnya manajemen sebagai suatu sistem dapat dilihat
pada gambar 2.3
5) Pendekatan Kontijensi (Berdasarkan keadaan/Peluang)
Pendekatan kontijensi (contingency approach) disebut juga dengan pendekatan
situasional (situational approach) Pendekatan ini termasuk pendekatan yang relatif
baru muncul yang berpendapat bahwa tidak ada resep yang terbaik untuk mengatasi
masalah tertentu dan menekankan. pentingnya relevansi tindakan manajerial dengan
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam lingkungan. Dengan demikian, menurut
pendekatan ini, manajemen dipandang harus sesuai dengan lingkungan, pemecahan
masalah yang terbaik adalah menyelesaikan dengan situasi/kontijensinya.
Manajemen berdasarkan kontijensi banyak digunakan dalam manajemen
kemiliteran yang menyusun rencana untuk berbagai macam kondisi yang diasumsikan
akan terjadi. Dalam kondisi tertentu rencana tertentu yang akan dilaksanakan tetapi
apabila kondisinya berbeda akan digunakan rencana yang lain pula.
Pendekatan ini berpendapat bahwa tindakan apa pun yang dilakukan manajer,
misalnya berkomunikasi, akan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang timbul dalam situasi
secara keseluruhan. Karena sifatnya itulah maka keberhasilan dalam manajemen
tergantung pada tindakan-tindakan yang sesuai dengan faktor-faktor yang mungkin
terjadi dalam lingkungan.

C. Ciri Khusus Manajemen Agribisnis


Prinsipnya karakteristik Manajemen Agribisnis ini berbeda dengan manajemen lainnya
antara lain dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Besarnya jumlah agribisnis. Secara kasar berjuta juta bisnis yang berada telah lazim
mengenai rute dari produsen sampai ke pemasaran eceran.
2) Cara pembentukan agrbisnis dasar disekeliling pengusaha tani. Para pengusaha tani ini
menghasilkan beratus-ratus macam bahan pangan dan sandang (serat). Hampir semua
agribisnis terkait erat dengan pengusaha tani baik secara langsung maupun tidak. Tidak
ada industri lain yang lokasi operasinya pada umumnya di kelilingi oleh produsen bahan
baku dasar.
3) Keanekaragaman yang tidak menentu dalam hal ukuran agribisnis, dari perusahaan
raksasa seperti Dow Chemical sampai pada organisasi yang di kelola oleh satu orang
atau satu keluarga .
4) Agribisnis berukuran kecil dan harus bersaing di pasar yang relatif bebas dengan penjual
yang berjumlah banyak dan pembeli yang lebih sedikit. Jumlah dan ukuran agribisnis
tidak memungkinanya untuk menyerupai perusuahaan monopoli. Penganekaragaman
produk (product differentiation) juga sulit untuk hampir semua agribisnis, satu ton pupuk
jenis 20- 20-20 atau satu takar jagung akar bervariasi kecil dari produsen satu ke
produsen lainnya.
5) Falsafah hidup tradisional yang di anut para pekerja agribisnis cenderung membuat
agribisnis lebih kolot di banding bisnis lainnya.
6) Kenyataan bahwa agribisnis cenderung berorientasi pada keluarga. Banyak agribisnis di
jalankan oleh keluarga. Suami dan istri sangat terlibat baik tahap pengorprasian maupun
tahap pengambilan keputusan bisnis berdasarkan mitra kerja penuh (full-partener-ship).
7) Kenyataan bahwa agribisnis berorientasi pada masyarakat banyak diantaranya berlokasi
di tempat kecil dan di daerah pedesaan di mana hubungan antara perorangan penting dan
ikatan bersifat jangka panjang antara-penduduk dan antara keluarga terjadi saling
mengenal, barang kali untuk beberapa generasi.
8) Kenyataan bahwa agribisnis, bahkan yang sudah menjadi industri raksasa sekalipun
sangat bersifat musiman. Karena hubungan yang sangat erat dan saling tergantung antara
agribisnis dengan para pengusaha tani, dan Karena sifat alami musim tanam dan panen,
masalah-masalah khusus sering timbul.
9) Agribisnis bertalian dengan gejala alam. Kekeringan, banjir hama dan penyakit
merupakan ancaman yang tetap terhadap agribisnis. Semua orang dari pengusaha bank
sampai pembuat kimia merasa perhatian dengan cuaca.
D. Komponen Pokok Manajemen Agribisnis

Dalam manajemen agribisnis, terdapat beberapa aspek utama yang harus disusun dengan
baik, diantaranya adalah:

1) Penyusunan Visi dan Misi Bisnis

Seperti yang sudah kita bahas bersama dari pengertian manajemen agribisnis di atas,
dalam memutuskan pengemangan pada suatu bisnis pertanian diperlukan adanya
perencanaan visi dan juga misi yang matan sebagai wujud utama pelaksanaannya.

Hal tersebut bisa dilakukan dengan analisa SWOT atau (Strength, Weakness, Opportunity
Threats) terhadap jenis usaha yang sedang dikembangkan. Hal ini dilakukan tidak lain adalah
demi menentukan arah bisnis dan perjalanan bisnis ke depannya.

2) Rencana Pemasaran

Dalam bidang pertanian, manajemen pemasaran harus disusun sebelum adanya rencana
produksi. Tujuannya tentu saja demi membuat bagan yang lebih tertarget, seperti produk apa
yang nantinya akan dihasilkan, siapa saja yang harus membeli, tujuan pemasaran, dan
perkiraan harganya.

Hal tersebutlah yang membuat manajemen agribisnis memiliki peranan yang sangat
penting, karena tanpa adanya rencana pemasaran yang matang, maka produk bisa dipastikan
tidak akan laku di pasaran. Padahal, industri pertanian adalah salah satu industri yang rentan
mengalami kegagalan karena mudah layu dan jika sudah layu maka tidak akan layak untuk
dikonsumsi.

3) Rencana Produksi
Rencana produksi dalam manajemen agribisnis adalah suatu penggunaan aset dan juga
sarana perusahaan dalam menghasilkan suatu produk. Prinsip utama yang ditekankan di
dalamnya mencakup orientasi pasar, yang artinya memproduksi atau menghasilkan suatu
produk atau jasa yang memang diperlukan pasar. Tujuannya adalah bila barang tersebut
sudah diproduksi, maka bisa laris di pasar karena ada nilai guna di dalamnya.

4) Rencana Keuangan

Keuangan adalah salah satu faktor yang paling penting dalam bisnis apapun. Keuangan
juga menjadi tujuan utama dalam melakukan bisnis. Manajemen agribisnis diperlukan untuk
membuat suatu perencanaan keuangan dan bila diperlukan akan dilakukan bersama dengan
para konsultan.

5) Rencana Sumber Daya

Agribisnis adalah bisnis pertanian yang artinya memerlukan banyak sumber daya
manusia. Sehingga, proses perekrutan yang banyak akan memerlukan pengeluaran yang
banyak untuk suatu perusahaan. Dengan adanya manajemen bisnis yang baik, maka akan
membantu menekan keperluan sumber daya manusia, salah satu contohnya adalah dengan
menghimpun beberapa aktivitas pada satu tanggung jawab khusus.

E. Tugas Manajerial dalam Sistem Agribisnis

Untuk terwujudnya sistem agribisnis tersebut, peranan dari manajemen agribisnis


sangat diperlukan di dalam perusahaan agribisnis, antara lain mengoordinasikan,
pelaksanaan, dan mengawasi secara terintegrasi aktivitas-aktivitas di dalam perusahaan
maupun di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi proses bisnis perusahaan. Secara
umum, peranan manajemen agribisnis sangat luas, merupakan koordinasi dari pelaksanaan
bisnis di sektor pertanian, mulai dari subsistem hulu sampai subsistem hilir, merupakan
keterkaitan ke belakang dan ke depan (backward and forward linkage) dari sistem
agribisnis. Aktivitas di luar perusahaan, terutama perilaku konsumen, perusahaan-
perusahaan pesaing dan lingkungan ekonomi-sosial, yang akan mempengaruhi aktivitas
perusahaan, perlu dianalisis dampaknya bagi perusahaan. Oleh sebab itu, manajemen
agribisnis selalu bersifat dinamis, memperhatikan perubahan-perubahan di dalam dan di
luar lingkungan perusahaan. Perubahan-perubahan ini, dapat dianalisis dengan
mempergunakan analisis kuantitatif dan kualitatif sehingga kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman perusahaan dapat diketahui dan diantisipasi untuk pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan) yang pada akhirnya tujuan
perusahaan akan tercapai (keuntungan). Oleh karena itu, manajemen agribisnis,
sebagaimana manajemen secara umum memiliki tiga aspek penting, yaitu manajemen
agribisnis sebagai suatu:

1. proses;
2. pengordinasian sumber daya manusia;
3. seni/pendekatan atau approach.

F. Fungsi Manajemen dalam Sistem Agribisnis

Berikut adalah fungsi-fungsi dalam manajemen dan penerapannya dalam bidang


agribisnis :

a) Perencanaan (Planning)
Di dalam manajemen, perencanaan merupakan fungsi yang paling utama. Perencanaan
merupakan suatu pemikiran yang menyangkut rangkaian tindakan berdasarkan pemahaman
penuh terhadap semua faktor yang terlibat, mengarah ke masa yang akan dating, dan
dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Perencanaan berhubungan dengan tindakan
memilih tujuan-tujuan, tindakan, kebijaksanaan, dan prosedur dengan alternatif yang ada.
 Langkah-langkah kegiatan perencanaan dalam penerapannya dibidang agribisnis meliputi
:
1. Identifikasi kebutuhan pasar
Untuk memulai usaha dalam agribisnis maka perlu dilakukan terlebih dahulu
identifikasi kebutuhan pasar untuk menentukan komoditas apa yang akan dihasilkan dan
segmen pasar yang akan dimasuki.
2. Identifikasi kebutuhan input
Hal ini dilakukan untuk mengatasi masalah keterbatasan sumber daya untuk
untuk mencapai keuntungan dan manfaat yang optimal.
3. Identifikasi jaringan ketersediaan modal usaha
Hal ini dilakukan untuk memilih teknologi yang akan diterapkan dalam Agribisnis
dan jumlah tenaga kerja yang akan diberdayakan.
4. Mengembangkan alternatif tindakan untuk memilih alteratif yang paling sesuai
dan optimal dalam sistem agribisnis.
b) Pengorganisasian
Fungsi ini merupakan tindakan dalam mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang
efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan dengan
demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam
kondisi lingkungan tertentu untuk mencapai tujuan. Dalam fungsi ini dilakukan bermacam-
macam aktifitas yang memiliki tugas-tugas tertentu.
 Adapun beberapa contoh penerapan pengorganisasian dalam agribisnis adalah sebagai
berikut :
1. Membentuk struktur organisasi dalam kegiatan agribisnis.
Hal ini dilakukan agar kegiatan agribisnis berjalan teratur sesuai dengan
perencanaan dan tujuan yang telah ditentukan.
2. Membagi pekerjaan dalam kegiatan agribisnis.
Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan tugas yang telah ditentukan
dalam kegiatan agribisnis yang telah dirancang.
3. Merumuskan tugas yang akan dilakukan dalam kegiatan agribisnis.
c) Koordinasi
Fungsi koordinasi merupakan tindakan untuk menyelaraskan dan tindakan anggota-
anggota organisasi agar terciptanya hubungan kerja yang baik antar anggota. Untuk
penerapannya dalam sistem agribisnis yaitu untuk mengusahakan agar pelaku-pelaku dalam
agribisnis dapat saling membantu mengerjakan tugasnya masing-masing dengan baik
sehingga kendala yang ada dapat dihadapi.
d) Pengendalian
Pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja dapat dilakukan dengan fungsi
pengendalian. Hal ini dilakukan agar rencana-rencana yang dibuat untuk mencapai tujuan-
tujuan dapat diselenggarakan.
 Contoh penerapan fungsi ini dalam sistem agribisnis adalah sebagai berikut :
1. Mengendalikan kinerja pelaku agribisnis agar berjalan sebagaimana mestinya.
2. Memonitor hasil kerja pelaku agribisnis agar sesuai dengan hasil tertentu yang
diharapkan.
3. Mengawasi jalannya usahatani agar sesuai dengan yang diharapan dan dapat
mengantisipasi segala bentuk resiko yang akan dihadapi.
G. Komponen Pokok Manajemen Agribisnis
1. Agroinput atau Agribisnis Hulu
Komponen pertama yang terdapat di dalam agribisnis adalah mencakup kegiatan
perencanaan pengadaan produk, lokasi usaha, standar produksi, pengadaan tenaga kerja
hingga adanya penyaluran produksi terhadap usaha tani.
2. Usaha Tani
Usaha Tani merupakan sebuah tempat diselenggarakannya usaha pertanian yang
dilakukan oleh petani tertentu. Baik kegiatan pertanian tersebut dikerjakan seorang
pemilik atau manajer. Hal-hal penting yang terdapat pada sektor usaha tani antara lain
seperti tanah, air, hingga sinar matahari.
3. Agribisnis Hilir Pengolahan Hasil
Agribisnis hilir pengolahan hasil merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan
mengolah produk usaha tani agar bisa menjadi produk olahan yang baik dari proses
awal hingga akhir.
4. Agribisnis Hilir Pemasaran 
Agribisnis hilir pemasaran merupakan kegiatan yang diadakan untuk memberikan
kelancaran pada pemasaran komoditas pertanian, baik itu hasil pertanian yang segar
ataupun olahan dari dalam dan luar negeri. 
5. Jasa Layanan dan Pendukung
Jasa layanan dan pendukung yaitu kegiatan yang menyediakan jasa terhadap
agribisnis seperti adanya lembaga keuangan, penelitian, pendidikan hingga penyuluhan.

H. Fungsi Manajemen dalam Sistem Agribisnis


a) Pengadaan dan penyaluran sarana produksi
Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi juga sering disebut sebagai
agribisnis hulu (up-stream agribusiness); diartikan sebagai kegiatan yang menginovasi,
memproduksi dan mendistribusikan sarana produksi pertanian, baik industri alat mesin
pertanian, pupuk, benih serta obat pengendalian hama dan penyakit (Saragih, 1999).
Sub sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan
penyaluran. Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi,
teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani
memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk.
b) Kegiatan produksi primer (budidaya)
Subsistem produksi primer membahas pada kegiatan on farm (budidaya). Produksi
primer agribisnis adalah sebagai perangkat prosedur dan kegiatan yangterjadi dalam
penciptaan produk agribisnis (produk usaha pertanian, perikanan, peternakan,
kehutanan, dan perkebunan). Produksi primer pertanian dapatdiartikan sebagai hasil
proses kegiatan budidaya yang menghasilkan produk dasar(raw material) agribisnis,
baik yang siap untuk dikonsumsi ataupun harus diolahterlebih dahulu agar dapat
dikonsumsi
c) Pengolahan (agro-industri)
Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani,
tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk
pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah
value added (nilai tambah) dari produksi primer tersebut. Dengan demikian proses
pengupasan, pembersihan, pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan,
dan peningkatan mutu.
d) Pemasaran
Sub sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri
baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah
pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar
domestik dan pasar luar negeri.
I. Tugas Manajerial dalam Sistem Agribisnis

Manajemen sangat dibutuhkan dalam agribisnis dan memiliki peran aktif dalam
pengembangan agribisnis sesuai dengan fungsi manajemen yaitu :

1. Perencanaan

Perencanaan agribisnis merupakan suatu sistematis untuk mencari alternatif-


alternatif baru, disertai dengan perhitungan konsekuensi finansialnya terhadap hasil dan
biaya. Kegiatan perencanaan agribisnis meliputi beberapa hal yaitu:

a) Identifikasi kebutuhan pasar yang mana perencanaan agribisnis terlebih dahulu


harus dapat menjawab apa yang diinginkan oleh pembeli untuk menekan kerugian
dan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Selain untuk
mengetahui kebutuhan pasar, pengidentifikasian ini juga berfungsi untuk
mengetahui beberapa sumber informasi seperti grosir, warung kecil, konsumen
akhir, dan lembaga keuangan (Bank pemerintah).
b) Identifikasi kebutuhan industri hilir yaitu kegiatan agroindustri, pada proses ini para
manajer wajib pengetahui bagaimana proses penyimpanan, pengeringan,
pengolahan hasil, sampai dengan proses pengangkutan hal tersebut bertujuan untuk
meminalkan kerugian yang mungkin terjadi.
c) Identifikasi jaringan ketersediaan agroinput yang meliputi lembaga penyedia
(industri hulu), mutu, jumlah, harga, dan waktu ketersediannya.
d) Identifikasi jaringan ketersedian modal usaha, hal ini merupakan hal yang penting
karena modal merupakan faktor pertama yang menunjang terjadinya proses
agribisnis.
e) Penyusunan pola usahatani yang memiliki keunggulan kompetitif komoditi.
f) Perencanaan modal dan pengajuan kredit.
g) Perencanaan tenaga kerja hal ini memang terdengar sepele tapi hal ini menjadi
faktor penting dalam memanage suatu kegiatan dalam agribisnis, salah satu
contohnya seorang manajer mie kober lebih memilih tenaga kerja laki-laki
dibandingkan dengan perempuan karena kecenderungan perasaan perempuan yang
lebih perhatian terhadap keluarganya sehingga terkadang jatah makan siang dibawa
pulang, sedangkan laki-laki cenderung hanya memikirkan dirinya sendiri dan laki-
laki tidak banyak berbicara pada saat bekerja, itu sebabnya manajer mie kober
memanage tenaga kerja laki-laki dibandingkan dengan tenaga kerja perempuan.
Dari sekian pembahasan tersebut terlihat bahwasannya perencanaan dibutuhkan
dalam manajemen agribisnis.
2. Pengorganisasian

Langkah selanjutnya setelah perencanaan yaitu pengorganisasian, dalam


pengorganisasian ditetapkan sistem organisasi yang dianut untuk menetapkan
pembagian pekerjaan, tugas dan tanggung jawab dari masing-masing orang yang ikut
bekerja sama untuk mempermudah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Organisasi
mempunyai tiga komponen yaitu fungsi, personalia, dan faktor-faktor sarana fisik.
Seorang manajer sangat berperan dalam pengorganisasian untuk dapat mengelola
orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tersebut. Seorang manajer harus
mampu memberi bimbingan kepada bawahannya dan harus dapat memimpin organisasi
tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab agar menjadi teladan kepada para
bawahannya (Firdaus, 2009).

3. Pengarahan

Fungsi pengarahan merupakan gerak pelaksanaan dari kegiatan-kegiatan fungsi


perencanaan dan pengorganisasian. Menurut Downey dan Erickson (1992), pengarahan
bertujuan untuk menentukan kewajiban dan tanggung jawab, menetapkan hasil yang
harus dicapai, mendelegasikan wewenang yang diperlukan, menciptakan hasrat untuk
berhasil, mengawasi agar pekerjaan benar-benar dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Pengarah merupakan jantung dari proses manajemen dan harus didasarkan pada
rencana organisasi yang baik, yang menentukan tanggung jawab, wewenang, dan
evaluasi. Selain itu pengarahan berfungsi untuk membuat organisasi tetap hidup, untuk
menciptakan kondisi yang menumbuhkan minat kerja, kekuatan untuk bertindak,
pemikiran yang imajinatif dan kelompok kerja yang berkelanjutan.
4. Pengkoordinasian

Dalam suatu organisasi sering terjadi perbedaan antar anggota organisasi, padahal
suatu organisasi disusun untuk mencapai satu tujuan bersama. Hal tersebut dapat
menimbulkan perbedaan yang akhirnya dapat mempengaruhi keputusan yang akan
diambil, oleh karena itu berbagai pendapat tersebut perlu dipadukan agar harmonis
dalam suatu tindakan koordinasi yang akan menuju kesuatu tujuan organisasi.
Koordinasi merupakan daya upaya untuk mensinkronkan dan menyatukan tindakan-
tindakan sekelompok manusia. Koordinasi merupakan otak dalam batang tubuh dari
keahlian manajemen.

5. Pengawasan

Pengawasan merupakan fungsi terakhir yang harus dilakukan dalam manajemen,


sebab dengan pengawasan dapat diketahui hasil yang telah tercapai dan apabila terjadi
penyimpangan dapat dilakukan perbaikan sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai.

J. Ciri Khusus Manajemen Agribisnis


Prinsipnya karakteristik Manajemen Agribisnis ini berbeda dengan manajemen lainnya
antara lain dapat dibedakan sebagai berikut:
10) Besarnya jumlah agribisnis. Secara kasar berjuta juta bisnis yang berada telah
lazim mengenai rute dari produsen sampai ke pemasaran eceran.
11) Cara pembentukan agrbisnis dasar disekeliling pengusaha tani. Para pengusaha tani
ini menghasilkan beratus-ratus macam bahan pangan dan sandang (serat). Hampir
semua agribisnis terkait erat dengan pengusaha tani baik secara langsung maupun
tidak. Tidak ada industri lain yang lokasi operasinya pada umumnya di kelilingi
oleh produsen bahan baku dasar.
12) Keanekaragaman yang tidak menentu dalam hal ukuran agribisnis, dari perusahaan
raksasa seperti Dow Chemical sampai pada organisasi yang di kelola oleh satu
orang atau satu keluarga .
13) Agribisnis berukuran kecil dan harus bersaing di pasar yang relatif bebas dengan
penjual yang berjumlah banyak dan pembeli yang lebih sedikit. Jumlah dan ukuran
agribisnis tidak memungkinanya untuk menyerupai perusuahaan monopoli.
Penganekaragaman produk (product differentiation) juga sulit untuk hampir semua
agribisnis, satu ton pupuk jenis 20- 20-20 atau satu takar jagung akar bervariasi
kecil dari produsen satu ke produsen lainnya.
14) Falsafah hidup tradisional yang di anut para pekerja agribisnis cenderung membuat
agribisnis lebih kolot di banding bisnis lainnya.
15) Kenyataan bahwa agribisnis cenderung berorientasi pada keluarga. Banyak
agribisnis di jalankan oleh keluarga. Suami dan istri sangat terlibat baik tahap
pengorprasian maupun tahap pengambilan keputusan bisnis berdasarkan mitra
kerja penuh (full-partener-ship).
16) Kenyataan bahwa agribisnis berorientasi pada masyarakat banyak diantaranya
berlokasi di tempat kecil dan di daerah pedesaan di mana hubungan antara
perorangan penting dan ikatan bersifat jangka panjang antara-penduduk dan antara
keluarga terjadi saling mengenal, barang kali untuk beberapa generasi.
17) Kenyataan bahwa agribisnis, bahkan yang sudah menjadi industri raksasa
sekalipun sangat bersifat musiman. Karena hubungan yang sangat erat dan saling
tergantung antara agribisnis dengan para pengusaha tani, dan Karena sifat alami
musim tanam dan panen, masalah-masalah khusus sering timbul.
18) Agribisnis bertalian dengan gejala alam. Kekeringan, banjir hama dan penyakit
merupakan ancaman yang tetap terhadap agribisnis. Semua orang dari pengusaha
bank sampai pembuat kimia merasa perhatian dengan cuaca.

K. Tugas Manajerial dalam Sistem Agribisnis


e) Pengadaan dan penyaluran sarana produksi
Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi juga sering disebut sebagai
agribisnis hulu (up-stream agribusiness); diartikan sebagai kegiatan yang menginovasi,
memproduksi dan mendistribusikan sarana produksi pertanian, baik industri alat mesin
pertanian, pupuk, benih serta obat pengendalian hama dan penyakit (Saragih, 1999).
Sub sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan
penyaluran. Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi,
teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani
memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk.
f) Kegiatan produksi primer (budidaya)
Subsistem produksi primer membahas pada kegiatan on farm (budidaya). Produksi
primer agribisnis adalah sebagai perangkat prosedur dan kegiatan yangterjadi dalam
penciptaan produk agribisnis (produk usaha pertanian, perikanan, peternakan,
kehutanan, dan perkebunan). Produksi primer pertanian dapatdiartikan sebagai hasil
proses kegiatan budidaya yang menghasilkan produk dasar(raw material) agribisnis,
baik yang siap untuk dikonsumsi ataupun harus diolahterlebih dahulu agar dapat
dikonsumsi
g) Pengolahan (agro-industri)
Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani,
tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk
pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah
value added (nilai tambah) dari produksi primer tersebut. Dengan demikian proses
pengupasan, pembersihan, pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan,
dan peningkatan mutu.
h) Pemasaran
Sub sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri
baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah
pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar
domestik dan pasar luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai