Anda di halaman 1dari 21

KETENAGAKERJAAN

INDONESIA
• Amalia Fakhrun Nisa (190810101131)
• Marinda Ayu Nurazizah (190810101132)
• Bima Satria Sukmajati (190810101136)
• Farhat Muzacky (190810101150)
• Ahmad Fauzi (190810101155)
1 Teori-Teori
Ketenagakerjaan
Teori-Teori
Ketenagakerjaan
1. Teori Klasik Adam
Smith

7. Teori penawaran 2. Teori Malthus


dan permintaan
tenaga kerja

6. Teori Pasar
Tenaga Kerja 4. Teori Harrod 3. Teori Keynes
5. Teori Ester -Domar
Boserup
Teori-Teori Ketenagakerjaan
1. Teori Adam Smith
Menurut Mulyadi (2003), teori klasik menganggap bahwa manusialah sebagai faktor produksi utama yang
menentukan kemakmuran bangsa-bangsa. Alasannya, alam (tanah) tidak ada artinya kalau tidak ada sumber
daya manusia yang pandai mengolahnya sehingga bermanfaat bagi kehidupan. Dalam hal ini teori klasik Adam
Smith (1729-1790) juga melihat bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan
ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi
tumbuh. Dengan kata lain, alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessary
condition) bagi pertumbuhan ekonomi.
2. Teori Malthus
Sesudah Adam Smith, Thomas Robert Malthus (1766-1834) dianggap sebagai pemikir klasik yang sangat berjasa dalam
pengembangan pemikiran-pemikiran ekonomi. Buku Malthus yang dikenal paling luas adalah Principles of Population.
Menurut Mulyadi (2003), dari buku tersebut akan dilihat bahwa meskipun Malthus termasuk salah seorang pengikut Adam
Smith, tidak semua pemikirannya sejalan dengan pemikiran Smith. Disatu pihak Smith optimis bahwa kesejahteraan umat
manusia akan selalu meningkat sebagai dampak positif dari pembagian kerja dan spesialisasi. Sebaliknya, Malthus justru
pesimis tentang masa depan umat manusia. Kenyataan bahwa tanah sebagai salah satu faktor produksi utama tetap
jumlahnya. Dalam banyak hal justru luas tanah untuk pertanian berkurang karena sebagian digunakan untuk membangun
perumahan, pabrik-pabrik dan bangunan lain serta pembuatan jalan. Menurut Malthus manusia berkembang jauh labih
cepat dibandingkan dengan produksi hasil-hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan umat manusia. Malthus tidak percaya
bahwa teknologi mampu berkembang lebih cepat dari jumlah penduduk sehingga perlu dilakukan pembatasan dalam jumlah
penduduk. Pembatasan ini disebut Malthus sebagai pembatasan moral.
Teori-Teori Ketenagakerjaan
3. Teori Keynes
Kritikan Jhon Maynard Keynes (1883-1946) terhadap sistem klasik salah satunya adalah tentang pendapatnya
yang mengatakan bahwa tidak ada mekanisme penyesuaian (adjustment) otomatis yang menjamin bahwa
perekonomian akan mencapai keseimbangan pada tingkat penggunaan kerja penuh. Dalam kenyataan pasar
tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik di atas. Di manapun para pekerja mempunyai
semacam serikat kerja (labor union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan pekerja dari
penurunan tingkat upah. Kalaupun tingkat upah diturunkan maka boleh jadi tingkat pendapatan masyarakat
akan turun. Turunnya pendapatan sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli
masyarakat, yang pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara keseluruhan akan berkurang.
Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong turunnya harga-harga.
4. Teori Harrod-Domar
Teori Harrod-Domar dikenal sebagai teori pertumbuhan. Menurut teori ini dalam Mulyadi (2003), investasi
tidak hanya menciptakan permintaan, tetapi juga memperbesar kapasitas produksi. Peran modal fisik di
dalam model pertumbuhan sangat penting, akan tetapi kapasitas produksi hanya dapat meningkat bila
sumber daya lain (modal fisik) membesar. Di samping itu dalam model pertumbuhan, jumlah penduduk yang
besar tidak mengurangi pendapatan per kapita asalkan modal fisiknya meningkat. Model yang sama juga
dikemukakan oleh model Solow di mana dalam model ini dipakai suatu fungsi produksi Cobb-Douglas.
Angkatan kerja diasumsikan tumbuh secara geometris dan full employment selalu tercapai. Tetapi, dalam
model ini pekerja sudah diperluaskan secara jelas sebagai salah satu faktor produksi, dan bukan sekedar
pembagi (untuk memperoleh output pekerja Dalam model ini juga dilihat substitusi antara modal fisik dan
pekerja.
Teori-Teori Ketenagakerjaan
5. Teori Ester Boserup
Boserup berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk justru menyebabkan dipakainya sistem pertanian yang lebih intensif disuatu
masyarakat dan meningkatnya output di sektor pertanian. Boserup juga berpendapat bahwa pertambahan penduduk berakibat dipilihnya
sistem teknologi pertanian pada tingkatan yang lebih tinggi. Dengan kata lain, inovasi (teknologi) ada lebih dahulu. Inovasi itu hanya
menguntungkan bila jumlah penduduk lebih banyak. Inovasi menurut Boserup dapat meningkatkan output pekerja, tetapi hanya dilakukan
bila jumlah pekerjanya banyak. Pertumbuhan penduduk justru mendorong diterapkannya suatu inovasi (teknologi) baru (Mulyadi, 2003).
6. Teori Pasar Tenaga Kerja
Solmon (1980) dalam Sinaga (2005) menjelaskan, bahwa pasar tenaga kerja adalah tempat aktivitas dari bertemunya pelaku-pelaku,
pencari kerja dan pemberi lowongan kerja. Proses bertemunya pencari kerja dan pemberi lowongan kerja dapat terjadi sebentar saja
namun dapat pula memakan waktu yang lama, masalah yang dihadapi oleh kedua belah pihak di pasar yaitu: setiap perusahaan yang
menawarkan lowongan kerja maka menginginkan kualitas serta keahlian pekerja berbeda-beda sehingga menyebabkan terjadinya
perbedaan tingkat upah. Sedangkan pencari kerja memiliki keahlian juga berbeda-beda sehingga pekerja menginginkan tingkat upah yang
juga berbeda-beda pula. Di mana letak masalah dari kedua belah pihak adalah keterbatasan informasi.
Teori-Teori Ketenagakerjaan
7. Teori penawaran dan permintaan tenaga kerja
Suparmoko dan Maria (2000) dalam Sinaga (2005) menjelaskan bahwa pada prinsipnya teori penawaran tenaga kerja
dan teori permintaan tenaga kerja merupakan fungsi dari tingkat upah, di mana pendapat dari kaum klasik menyatakan,
jika semakin tinggi tingkat upah yang diminta oleh kaum pekerja maka akan semakin sedikit jumlah penawaran tenaga
kerja (lowongan kerja) yang dapat diberikan dan akan berlaku sebaliknya. Dalam memahami mekanisme pasar tenaga
kerja harus dilihat bagaimana individu pekerja terdapat perbedaan, maka untuk menentukan kuva penawaran tenaga
kerja pada suatu daerah adalah dengan menjumlahkan kurva-kurva penawaran dari setiap individu, oleh sebab itu
kurva dari penawaran tenaga kerja berbentuk melengkung kebelakang (backward bending curve).
2 Konsep
Ketenagakerjaan
Konsep Ketenagakerjaan

Tenaga Kerja (Manpower)

Angkatan Kerja (Labor


Force)

Bukan Angkatan Kerja


(Unlabor Force)

Tingkat Partisipasi Angkatan


Kerja

Tingkat Pengangguran
Konsep Ketenagakerjaan
1. Tenaga kerja (manpower)
Tenaga Kerja (manpower) atau penduduk usia kerja (UK),Tenaga kerja adalah penduduk usia
kerja (berusia 15 tahun ke atas) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat
memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka
mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.
2. Angkatan Kerja (labor force)
 
Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat atau berusaha untuk terlibat,
atau berusaha terlibat dalam kegiatan produksi barang dan jasa, maka yang merupakan angkatan kerja
adalah penduduk yang kegiatan utamanya selama seminggu yang lalu bekerja (K) dan penduduk yang
sedang mencari pekerjaan (MP). Jadi angkatan kerja dapat diformulasikan melalui persamaan identitas
sebagai berikut:
Konsep Ketenagakerjaan
3.● Bukan
  Angkatan Kerja (unlabour force)
Bukan angkatan kerja adalah penduduk yang berusia (15 tahun ke atas), namun kegiatan utama selama seminggu yang lalu
adalah sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Apabila seseorang yang sekolah, mereka bekerja minimal 1 jam
selama seminggu yang lalu, tetapi kegiatan utamanya adalah sekolah, maka individu tersebut tetap termasuk adalam
kelompok bukan angkatan kerja. Jadi jumlah usia kerja (UK) apabila dilihat melalu persamaan identias adalah sebagai
berikut:

4. Tingkat Partisipasi Angkatan kerja


  Tingkat partisipasi angkatan kerja adalah menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umur sebagai persentase
penduduk dalam kelompok umur tersebut, yaitu membandingkan angkatan kerja dengan tenaga kerja. Untuk menghitung tingkat
partisipasi angkatan kerja (TPAK) dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Konsep Ketenagakerjaan

●  
5. Tingkat Pengangguran (unemployment rate)
Tingkat pengangguran adalah angka yang menunjukkan berapa banyak dari jumlah angkatan kerja
sedang aktif mencari pekerjaan, yaitu membandingkan jumlah orang yang mencari pekerjaan
dengan jumlah angkatan kerja. Tingkat pengangguran (TP) dapat dirumus sebagai berikut:
 
3 Keadaan
Ketenagakerjaan di
Indonesia
Kondisi KetenagaKerjaan di Indonesia

● Pada Februari 2020, jumlah angkatan kerja tercatat 137,91 juta orang. Angka tersebut
menunjukkan peningkatan sebanyak 1,49 persen atau sebesar 2,92 juta orang dibandingkan
dengan Februari 2019. Akan tetapi hal ini tidak diiringi dengan peningkatan tingkat
partisipasi angkatan kerja yang menurun 0,15 persen poin menjadi sebesar 69,17
persen. Hal ini menunjukkan adanya penurunan pasokan tenaga kerja di Indonesia. Pada
periode yang sama, tercatat bahwa penduduk yang bekerja mengalami peningkatan sebesar
1,67 juta orang menjadi sebanyak 131,03 juta orang. Penduduk yang bekerja paling banyak
berada di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yaitu sebesar 29,04 persen.
Kondisi KetenagaKerjaan di Indonesia

● Di sisi lain, tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2020 adalah sebesar 4,99
persen. Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia menunjukkan tren menurun dari Februari
2018 sampai dengan Februari 2020. Meskipun mengalami penurunan, tingkat pengangguran
terbuka tersebut masih lebih tinggi dari proyeksi ILO untuk negara-negara di Asia Pasifik
yaitu sebesar 3,2 persen pada tahun 2020 .
Meskipun karakteristik pekerja di perkotaan merupakan pekerja dengan keterampilan tinggi
dan adaptasi teknologi serta arus informasi lebih masif dibandingkan dengan di
pedesaan, timpangnya tingkat pengangguran antarwilayah tersebut dimungkinkan sebagai
akibat dari tingginya arus urbanisasi pekerja dari pedesaan ke perkotaan.
Kondisi KetenagaKerjaan di Indonesia

● Ketimpangan kondisi tenaga kerja di perkotaan dan pedesaan tidak hanya dicerminkan oleh
tingkat pengangguran, tetapi juga ditunjukkan oleh perbedaan upah harian buruh di
perkotaan dan pedesaan. BPS mencatat bahwa secara rata-rata, upah nominal harian buruh
tani nasional pada Mei 2020 naik sebesar 0,14 persen dibanding upah nominal buruh tani
April 2020 dan naik sebesar 2,48 persen dibandingkan dengan upah nominal buruh tani
pada Mei 2019. Sementara itu, pola berbeda terjadi pada upah riil buruh tani pada Mei 2020
yang meningkat sebesar 0,21 persen dibandingkan dengan upah riil buruh tani April
2020, tetapi menurun sebesar 0,33 persen dibandingkan dengan upah riil butuh tani pada
Mei 2019
Kesimpulan

Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan masalah tenaga kerja pada waktu sebelum,
selama, dan sesudah masa kerja , Tenaga kerja dalam pembangunan nasional merupakan faktor dinamika penting
yang menentukan laju pertumbuhan perekonomian baik dalam kedudukannya sebagai tenaga kerja produktif maupun
sebagai konsumen. Ketidakseimbangan dalam penyebaran penduduk antar daerah atau wilayah mengakibatkan
tidak proporsionalnya penggunaan tenaga kerja secara regional dan sektoral sehingga menghambat pula laju
pertumbuhan perekonomian nasional. Secara praktis, pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan
hanya oleh batas umur. Dimana tiap-tiap negara memberi batasan umur yang berbeda.

Permasalahan paling pokok dalam ketenagakerjaan Indonesia terletak pada kesempatan kerja. Dimensi
masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja maupun rendahnya
produktivitas para pekerja, namun dapat disebabkan oleh beberapa faktor-faktor eksternal seperti memburuknya
kondisi neraca pembayaran, meningkatnya masalah utang luar negeri yang pada akhirnya mengakibatkan
kemerosotan pertumbuhan industri, tingkat upah, dan akhirnya, penyediaan lapangan kerja. Jadi, Semakin besar
kesempatan kerja bagi tenaga kerja maka akan meningkatkan penyerepan tenaga kerja, sehingga kegiatan ekonomi
masyarakat akan semakin baik.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai