9
10
semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan
fisik dan modal atau sumber daya manusia (2) pertambahan penduduk, yang
beberapa tahun selanjutnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja dan
tingkat produksi (3) kemajuan teknologi.
upah yang berlaku. Penduduk yang bekerja adalah mereka yang melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan,
baik yang bekerja penuh maupun yang tidak bekerja penuh (Irawan dan
Suparmoko, 1992:114).
Tenaga kerja menurut Simanjulak (1998:3) terdiri alas angkatan kerja dan
bukan angkatan kerja. Angkatan kerja (labor force) terdiri atas:
a. Golongan bekerja: tenaga kerja yang suclah aktif dalam kegiatan
menghasilkan barang atau jasa;
b. Golongan menganggur dan mencari pekerjaan: tenaga kerja yang tidak
menghasilkan barang atau jasa tetapi siap dan sedang mencari pekerjaan.
Sedangkan kelompok bukan angkatan kerja terdiri atas:
a. Golongan bersekolah: mereka yang kegiatannya hanya bersekolah.
b. Golongan mengurus rumah tangga: mereka yang mengurus rumah tangga
tanpa memperoleh upah.
c. Golongan lain-lain:
1) Penerima pendapatan: mereka yang tidak melakukan suatu kegiatan.
Ekonomi tetapi meinperoleh pendapatan seperti tunjangan pensiun, bunga
atas simpanan atau sewa atas milik;
2) Mereka yang hidup tergantung pada orang lain, misalnya karena lanjut usia,
cacat, dalam penjara atau sakit kronis.
Angkatan kerja dadalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum
bekerja namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat
upah yang berlaku. Kemudian penduduk yang bekerja adalah mereka yang
melakukan pekerjaan guna manghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh
penghasilan baik bekerj penuh maupun bekerja tidak penuh (Irawan dan
Suparmoko 1992 : 67).
Tenaga kerja yang dapat diserap perusahaan adalah tenaga kerja yang
tidak berpendidikan khusus atau memiliki ketcrampilan tertentu. Hal ini
disebabkan karena perusahaan tidak menuntut prasyarat pengetahuan teknis atau
keterampilan yang tinggi bagi tenaga kerjanya, karena alat-alat produksi yang
12
industri sebagai Rd2 (MPPL2) dimana kurva ini terbentuk akibat adanya
perhitungan dalam cick harga output. Dalam kondisi ini terjadi koreksi
pcnyerapan tenaga kerja, yailu sebesar I’ pada perusahaan dan L’ pada industri
(titik C).
Bila efek harga output sangat besar, artinya permintaan konsunien akan
produk industri sangcit inelastis sehingga harga output turun dengan drastis, maka
perusahaan baru cenderung sedikit untuk masuk kedalam industri tersebut. Ini
akan mengakibatkan kurva permintaan tenaga kerja pada industri (yang
merupakan kurva penyerapan tenaga kerja pada industri sesunggulmya)
cenderung menjadi lebih curam (inelastis) daripada kurva penjumlahan (Ed2). Ini
digambarkan oleh kurva D dalam gambar 2b. Akan tetapi bila berlaku sebaliknya.
artinya efek harga output kecil dan permintaan konsumen akan produk sangat
elastis sehingga turunnya harga relatif kecil, maka penurunan tingkat upah akan
menyebabkan kenaikan pendapatan yang cukup besar bagi perusahaan. Ini akan
mendorong masuknya unit usaha baru dalam industri sehingga kurva permintaan
industri terhadap tenaga kerja (kurva D) akan lebih elastis (mendatar)
dibandingkan dengan kurva penjumlahan (Ed2).
W/P W/unit
W/P0 W0
W/P1 W1 C
d1=MPPL1 ED=MPPL1
d2=MPPL2 D ED=MPPL
2
0 Q0 Q’ Q1 Q 0 L0 L’ L1 L
2a. Permintaan Individu 2b. Permintaan Pasar
Pada Teori Pasar Tenaga Kerja pada prinsipnya ada dua pendapat tentang
pasar tenaga kerja, yaitu menurut Kaum Klasik dan menurut Keynes.
WL NS
P1
W1
W2
ND
0 N2 N1 N3 L
Upah
nominal Pengangguran NS
terpaksa
Pengangguran
sukarela
ND
0 Nd Ne Ns Tenaga kerja
Dengan kata lain perbedaan teori klasik dan teori Keynes adalah teori
klasik mengenal dikotomi dan tidak bisa mengenal kerja sektor riil dan teori
Keynes bisa alasanya tingkat upah tidak bisa turun terus menerus, teori klasik
bisa dikatakan full employment dan teori Keynes tidak dan tingkat full
employmenya hanya kesepakatan antara penjual dan pembeli. Dan aspek
pengangguranpun ada.
pedesaan dalam rangka menyerap tenaga kerja yang ada, terutama untuk
mencegah arus urbanisasi ke kota dan yang terpenting adalah untuk
meningkatkan pendapatan yang tergolong ekonomi lemah.
Shiddiqi (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Penyerapan Tenaga
Kerja Industri Kecil dan Kontribusinya Terhadap PDRB di Kabupaten Lumajang
Tahun 1999-2003” diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Pertumbuhan yang terjadi pada nilai produksi industri kecil di Kabupaten
Lumajang dalam kurun waktu 1999-2003 sebesar 1,68% sedangkan
pertumbuhan yang terjadi pada tenaga kerja industri kecil sebesar 3,63%,
sehingga dapat diketahui elastisitas penyerapan tenaga kerja industri kecil di
Kabupaten Lumajang sebesar 1,54%. Hal ini berarti bahwa setiap ada
kenaikan nilai produksi sebesar 1% maka akan diikuti oleh kenaikan jumlah
tenaga kerja sebesar 1,54%;
2. Besarnya kontribusi nilai produksi industri kecil lerhadap PDRB di Kabupaten
Lumajang tiap tahunnya berfluktuasi. Rata-rata kontribusi industri kecil
terhadap PDRB di di Kabupaten Lumajang sebesar 21,1 1 %.
2.4 Hipoetsis
Berdasarkan pada landasan teori dan tekaah hasil penelitiasn sebelumnya,
maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian in adalah;
1. Elastisitas tenaga kerja pada sektor industri kecil di Kabupaten Jember tahun
2000-2009.
2. Nilai produksi pada sektor industri kecil di Kabupaten Jember tahun 2000-2009
mengalami perkembangan dari tahun ke tahun.