Oleh:
KELOMPOK II
Universitas Udayana
2021
1. Tujuan Pembangunan
Tujuan mengadakan pembangunan ekonomi di Indonesia dapat ditemukan dalam
Undang – Undang Dasar 1945 yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur, material
dan spiritual. Tujuan pembangunan ekonomi Indonesia yang lebih umum adalah
membangun masyarakat Indonesia yang seutuhnya, ini berarti sebagai suatu proses yang
berkesinambungan atas satu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang
lebih baik atau lebih manusiawi. Baik aspek material dan spritual maupun aspek adil-
makmur keduanya dilukiskan oleh tingkat pendapatan yang diperoleh masyarakat,
sehingga pembahasan teredukasi menjadi masyarakat adil makmur.
1.1 Tujuan Masyarakat Makmur
a. Pertumbuhan Ekonomi
Tujuan pembangunan ekonomi pada umumnya adalah agar pendapatan
nasional (total maupun per kapita) tumbuh untuk memperoleh tingkat
kemakmuran (pendapatan nasional) yang lebih tinggi. Kalau demikian halnya,
ukuran mengenai kemakmuran dapat dikatakan sebagai tingkat pertumbuhan
ekonomi (tingkat pertumbuhan pendapatan nasional).
b. Elemen Pertumbuhan Ekonomi
Ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari
setiap bangsa. Ketiga faktor tersebut adalah :
1. Akumulasi modal (Capital Accumulation)
Akumulasi modal meliputi semua bentuk investasi baru yang ditambahkan
pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia. Akumulasi
modal ini dapat terjadi apabila sebagian dari pendapatan di tabung dan
diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di
kemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin – mesin, peralatan dan bahan
baku meningkatkan stok modal negara dan hal itu jelas memungkinkan
terjadinya peningkatan output di masa – masa mendatang. Investasi produktif
yang bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan berbagai investasi
penunjang yang disebut investasi “infrastruktur” ekonomi dan sosial.
Akumulasi modal dapat menambah sumber daya baru atau meningkatkan
kualitas sumber daya yang sudah ada.
2. Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja
Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara
tradisional dapat dianggap sebagai salah satu faktor positif untuk memacu
pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan
menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk
yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domestiknya.
Meskipun demikian, kita masih mempertanyakan apakah begitu cepatnya
pertumbuhan penawaran angkatan kerja sehingga terjadi kelebihan tenaga
kerja benar-benar akan memberikan dampak positif atau justru negatif
terhadap pembangunan ekonominya.
3. Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang
paling penting dan terjadi karena ditemukannya cara baru atau perbaikan
atas cara – cara lama dalam menangani pekerjaan – pekerjaan tradisional.
Ada 3 jenis kemajuan teknologi yaitu :
Kemajuan teknologi yang bersifat netral (neutral technological
progress)
, terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai
tingkat produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan
kombinasi faktor input yang sama.
Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor saving
technological progress), terjadi apabila teknologi tersebut
memungkinkan kita mampu memanfaatkan barang modal yang ada
secara lebih produktif.
Kemajuan teknologi yang hemat modal (capital saving technological
progress), merupakan fenomena relative langka. Terjadi apabila
teknologi tersebut memungkinkan kita memperoleh output yang lebih
tinggi dari jumlah input tenaga kerja atau modal yang sama.
c. Pertumbuhan Ekonomi (Kurva Kemungkinan Produksi)
Pada tingkat penguasaan teknologi tertentu dan jumlah sumber daya
manusia dan modal fisik yang tertentu pula, kurva kemungkinan produksi
memperlihatkan jumlah output maksimum yang bisa dicapai berupa kombinasi
dua jenis komoditi.
d. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Sejalan dengan pendapat kebanyakan ekonom bahwa kemajuan teknologi
merupakan sumber pertumbuhan yang paling penting, Presiden Sukarno pada
sekitar tahun 1960 menyarankan agar bangsa Indonesia loncat jauh (frog jump)
dalam pemilihan teknologi. Artinya adalah bahwa kita sebaiknya memakai
teknologi yang paling mutakhir, tidak perlu lagi memakai teknologi yang sudah
usang di negara maju, maka jumlah produksi nasional akan meloncat jauh dan
mungkin akan mampu mendekati produksi nasional negara-negara maju.
Sehubungan dengan anjuran ini, Indonesia tidak memperkenankan impor barang
modal bekas. Yang dumpor mestinya hanya mesin-mesin terbaru dan paling
canggih untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Kemudian sekitar 1970n telah
diperkenankan teknologi penyosokan beras untuk mengganti teknologi
menumbuk beras, ani-ani diganti dengan sabit, bajak dengan traktor dan banyak
lagi kemajuan teknologi yang diterapkan di sektor pertanian. Demikian juga
halnya di sektor lain, penerapan teknologi baru di sektor industry.
1.2 Tujuan Masyarakat Adil
a. Distribusi Pendapatan
Keadilan diukur melalui bagaimana kekayaan (pendapatan) didistribusikan
di antara yang berhak. Makin merata pembagiannya makin adil dan sebaliknya
makin timpang pembagiannya makin kurang adil.
b. Mengukur Masyarakat Adil
Para ekonom berusaha mengukur tingkat keadilan pembagian pendapatan
nasional satu negara dengan menghitung Rasio Gini dan Rasio Kuznets. Rasio
Gini merupakan perangkat yang paling sering digunakan untuk mengukur derajat
keadilan/ketimpangan pendapatan relative di satu negara. Rasio ini dapat dihitung
dengan memakai rumus yang sangat rumit (kompleks) dan oleh karenanya rumus
tersebut tidak disajikan kali ini. Rasio ini juga dikenal dengan nama konsentrasi
Gini atau koefisien Gini yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan
sempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna). Pada prakteknya koefisien Gini
untuk negara-negara yang derajat ketimpangannya tinggi berkisar 0,50 hingga
0,70, sedangkan untuk negara-negara dengan distribusi pendapatan relatif merata,
angkanya berkisar antara 0,20 hingga 0,35. Rasio Gini antara 0, 36 hingga 0,49
menunjukkan pembagian pendapatan dengan keadilan yang sedang. Rasio
Kuznets adalah perbandingan antara jumlah pendapatan dari 40 persen individu
(rumah tangga) termiskin dengan jumlah pendapatan dari 20 persen individu
(rumah tangga) terkaya. Rasio ini diberi nama sesuai dengan nama penganjurnya,
yakni nama pemenang hadiah Nobel Simon Kuznets.
c. Pencapaian Masyarakat Adil di Indonesia
Pemerintah Indonesia telah berusaha memperbaiki keadilan pembagian
pendapatan nasionalnya dengan menjalankan berbagai kebijaksanaan ekonomi.
Sesungguhnya setiap kebijaksanaan ekonomi pemerintah bersifat memperparah
ketimpangan (kalau kebijaksanaan tersebut bersifat lebih menguntungkan kaum
kaya dibandingkan dengan kaum miskin), atau bersifat mengurangi ketimpangan
(kalau kebijaksanaan tersebut bersifat lebih memihak kaum miskin). Berikut ini
beberapa kebijakan pemerintah yang bersifat memperbaiki dan memperburuk
kesenjangan distribusi pendapatan nasional.
1. Undang-undang pokok Agraria tahun 1960. Dalam undang undang ini ditentukan
batas maksimum pemilikan tanah sawah atau tanah tegalan atau gabungan dari
keduanya. Luas maksimum kepemilikan hanyalah 9 hektar untuk tanah tegalan
per keluarga petani dan hanya 7,5 hektar untuk sawah dan tegalan. Maksud dari
pembatasan ini adalah agar supaya tidak terjadi ketimpangan yang mencolok
dalam hal kepemilikan tanah.
2. Pajak penghasilan untuk perorangan dan untuk badan (dari laba). Dari sejak
pemerintahan Belanda sampai sekarang ini pajak ini selalu bersifat progresif,
yakni makin besar pendapatan seorang (laba satu perusahaan) makin tinggi
persentase pajaknya. Dengan sifat pajak seperti ini diharapkan distribusi
pendapatan antar perorangan (rumah tangga) menjadi lebih merata.
3. Berbagai kebijaksanaan kredit perbankan yang bersifat memihak kepada rakyat
kecil (kaum yang lebih rendah tingkat penghasilannya), seperti misalnya kredit
investasi kecil, kredit modal kerja permanen (KMKP), kredit usaha tani (KUT),
knedit usaha kecil (KUK), kredit program bimas padi, bimas palawija, dan
sebagainya yang khusus untuk petani.
4. Berbagai program pengeluaran pemerintah yang lebih memihak kepada meneka
yang berpenghasilan rendah, seperti misalnya pengeluaran pemerintah secara
besar-besaran untuk membangun dam, waduk dan saluran irigasi untuk para
petani. pengeluaran pemerintah untuk kesehatan dan keluarga berencana dan
wajib belajar sembilan tahun, dan sebagainya.
5. Berbagai kebijaksanaan jaring pengaman sosial yang dilaksanakan barubaru ini
yang bersifat khusus untuk memerangi kemiskinan seperti misalnya beras untuk
orang miskin (raskin), jaminan kesehatan masyarakat untuk orang miskin
(iamkesmas), bantuan langsung tunai (BLT), PNPM Mandiri (pemberdayaan
masyarakat mandiri untuk kaum miskin), berbagai jenis subsidi untuk para petani,
dan sebagainya.
Situasi sosial antara kaya dan miskin mendorong para ilmuwan untuk
mencari alternatif baru, yaitu munculnya strategi pembangunan yang
mengutamakan pemerataan. Strategi ini diusulkan oleh Ilma Aldeman dan
Morris. Yang muncul dari pertumbuhan pemerataan ini adalah penekanan
pada peningkatan pembangunan melalui teknik-teknik rekayasa sosial, seperti
penyusunan rencana induk, paket program terpadu.
Berangkat dari terlalu mengantungkan pada modal asing dan utang luar
negeri, Revrisond Baswir pernah mengatakan Ekonomi Nasionalis Populis, yakni
Ekonomi yang sangat menekankan arti kemandirian dalam pentas ekonomi
internasional dan mendudukkan Indonesia sebagai sebuah negara merdeka. Ekonomi
ini memaknai nasionalisme ekonomi dalam pengertian kepentingan ekonomi seluruh
rakyat Indonesia, artinya pergaulan ekonomi dunia bukanlah harga mati, ini dilakukan
hanya sejalan dengan kepentingan seluruh rakyat. Tinggal dibutuhkan kemauan
ekonomi (Economic Will) untuk melaksanakan ekonomi nasionalis ini dalam negeri
Indonesia. Untuk mendukung ekonomi ini beberapa perlakuan-perlakuan solusi untuk
tidak menggantungkan pembangunan pada utang luar negeri yaitu
Inti dari strategi ini adalah seseorang tidak dapat bertahan hidup jika
kebutuhan pokoknya tidak terpenuhi. Tentunya masyarakat harus memiliki
kemampuan finansial untuk memperoleh kebutuhan pokoknya tersebut. Untuk dapat
mendapatkan dana tersebut tentunya masyarakat harus memiliki suatu pekerjaan yang
menghasilkan upah atau gaji bagi mereka. Disinilah peran pemerintah dalam
menciptakan lapangan kerja. Melalui paket kebijakan ekonominya. Presiden Jokowi
juga kembali menggalakkan UMKM yang didukung dengan penurunan tingkat bunga
pinjaman KUR serta memperluas cakupan peminjam dana tersebut. Selain itu
pemerintah juga membekali masyarakat dengan kemampuan atau skill untuk nantinya
menjadi bekal mereka di dunia kerja. Untuk mengatasi masalah pengangguran ini
pemerintah melakukan pelatihan bagi tenaga kerja sehingga tenaga kerja memiliki
keahlian sesuai dengan lapangan kerja yang tersedia, pembukaan investasi baru,
terutama yang bersifat padat karya, pemberian informasi yang cepat mengenai
lapangan kerja
DAFTAR PUSTAKA
Nehen, Ketut. 2012. Perekonomian Indonesia. Udayana University Press: Kampus Universitas
Udayana Denpasar, Bali.