Anda di halaman 1dari 17

PAPER MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA (EKU307A)

TUJUAN PEMBANGUNAN, STRATEGI PEMBANGUNAN, SISTEM PELAKSANAAN


PEMBANGUNAN

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Ni Nyoman Yuliarmi, S.E., MP

Oleh:

KELOMPOK II

1. Ni Nyoman Yuliana Damayanti (1907531206)


2. Ni Putu Manik Julythiawati (1907531211)
3. Luh Gede Rai Rahayu Pradnyani (1907531212)
4. I Gusti Ayu Agung Ratna Kusuma Dewi (1907531214)
5. I Nengah Adi Nugraha (1907531225)

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

2021
1. Tujuan Pembangunan
Tujuan mengadakan pembangunan ekonomi di Indonesia dapat ditemukan dalam
Undang – Undang Dasar 1945 yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur, material
dan spiritual. Tujuan pembangunan ekonomi Indonesia yang lebih umum adalah
membangun masyarakat Indonesia yang seutuhnya, ini berarti sebagai suatu proses yang
berkesinambungan atas satu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang
lebih baik atau lebih manusiawi. Baik aspek material dan spritual maupun aspek adil-
makmur keduanya dilukiskan oleh tingkat pendapatan yang diperoleh masyarakat,
sehingga pembahasan teredukasi menjadi masyarakat adil makmur.
1.1 Tujuan Masyarakat Makmur
a. Pertumbuhan Ekonomi
Tujuan pembangunan ekonomi pada umumnya adalah agar pendapatan
nasional (total maupun per kapita) tumbuh untuk memperoleh tingkat
kemakmuran (pendapatan nasional) yang lebih tinggi. Kalau demikian halnya,
ukuran mengenai kemakmuran dapat dikatakan sebagai tingkat pertumbuhan
ekonomi (tingkat pertumbuhan pendapatan nasional).
b. Elemen Pertumbuhan Ekonomi
Ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari
setiap bangsa. Ketiga faktor tersebut adalah :
1. Akumulasi modal (Capital Accumulation)
Akumulasi modal meliputi semua bentuk investasi baru yang ditambahkan
pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia. Akumulasi
modal ini dapat terjadi apabila sebagian dari pendapatan di tabung dan
diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di
kemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin – mesin, peralatan dan bahan
baku meningkatkan stok modal negara dan hal itu jelas memungkinkan
terjadinya peningkatan output di masa – masa mendatang. Investasi produktif
yang bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan berbagai investasi
penunjang yang disebut investasi “infrastruktur” ekonomi dan sosial.
Akumulasi modal dapat menambah sumber daya baru atau meningkatkan
kualitas sumber daya yang sudah ada.
2. Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja
Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara
tradisional dapat dianggap sebagai salah satu faktor positif untuk memacu
pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan
menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk
yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domestiknya.
Meskipun demikian, kita masih mempertanyakan apakah begitu cepatnya
pertumbuhan penawaran angkatan kerja sehingga terjadi kelebihan tenaga
kerja benar-benar akan memberikan dampak positif atau justru negatif
terhadap pembangunan ekonominya.
3. Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang
paling penting dan terjadi karena ditemukannya cara baru atau perbaikan
atas cara – cara lama dalam menangani pekerjaan – pekerjaan tradisional.
Ada 3 jenis kemajuan teknologi yaitu :
 Kemajuan teknologi yang bersifat netral (neutral technological
progress)
, terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai
tingkat produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan
kombinasi faktor input yang sama.
 Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor saving
technological progress), terjadi apabila teknologi tersebut
memungkinkan kita mampu memanfaatkan barang modal yang ada
secara lebih produktif.
 Kemajuan teknologi yang hemat modal (capital saving technological
progress), merupakan fenomena relative langka. Terjadi apabila
teknologi tersebut memungkinkan kita memperoleh output yang lebih
tinggi dari jumlah input tenaga kerja atau modal yang sama.
c. Pertumbuhan Ekonomi (Kurva Kemungkinan Produksi)
Pada tingkat penguasaan teknologi tertentu dan jumlah sumber daya
manusia dan modal fisik yang tertentu pula, kurva kemungkinan produksi
memperlihatkan jumlah output maksimum yang bisa dicapai berupa kombinasi
dua jenis komoditi.
d. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Sejalan dengan pendapat kebanyakan ekonom bahwa kemajuan teknologi
merupakan sumber pertumbuhan yang paling penting, Presiden Sukarno pada
sekitar tahun 1960 menyarankan agar bangsa Indonesia loncat jauh (frog jump)
dalam pemilihan teknologi. Artinya adalah bahwa kita sebaiknya memakai
teknologi yang paling mutakhir, tidak perlu lagi memakai teknologi yang sudah
usang di negara maju, maka jumlah produksi nasional akan meloncat jauh dan
mungkin akan mampu mendekati produksi nasional negara-negara maju.
Sehubungan dengan anjuran ini, Indonesia tidak memperkenankan impor barang
modal bekas. Yang dumpor mestinya hanya mesin-mesin terbaru dan paling
canggih untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Kemudian sekitar 1970n telah
diperkenankan teknologi penyosokan beras untuk mengganti teknologi
menumbuk beras, ani-ani diganti dengan sabit, bajak dengan traktor dan banyak
lagi kemajuan teknologi yang diterapkan di sektor pertanian. Demikian juga
halnya di sektor lain, penerapan teknologi baru di sektor industry.
1.2 Tujuan Masyarakat Adil
a. Distribusi Pendapatan
Keadilan diukur melalui bagaimana kekayaan (pendapatan) didistribusikan
di antara yang berhak. Makin merata pembagiannya makin adil dan sebaliknya
makin timpang pembagiannya makin kurang adil.
b. Mengukur Masyarakat Adil
Para ekonom berusaha mengukur tingkat keadilan pembagian pendapatan
nasional satu negara dengan menghitung Rasio Gini dan Rasio Kuznets. Rasio
Gini merupakan perangkat yang paling sering digunakan untuk mengukur derajat
keadilan/ketimpangan pendapatan relative di satu negara. Rasio ini dapat dihitung
dengan memakai rumus yang sangat rumit (kompleks) dan oleh karenanya rumus
tersebut tidak disajikan kali ini. Rasio ini juga dikenal dengan nama konsentrasi
Gini atau koefisien Gini yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan
sempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna). Pada prakteknya koefisien Gini
untuk negara-negara yang derajat ketimpangannya tinggi berkisar 0,50 hingga
0,70, sedangkan untuk negara-negara dengan distribusi pendapatan relatif merata,
angkanya berkisar antara 0,20 hingga 0,35. Rasio Gini antara 0, 36 hingga 0,49
menunjukkan pembagian pendapatan dengan keadilan yang sedang. Rasio
Kuznets adalah perbandingan antara jumlah pendapatan dari 40 persen individu
(rumah tangga) termiskin dengan jumlah pendapatan dari 20 persen individu
(rumah tangga) terkaya. Rasio ini diberi nama sesuai dengan nama penganjurnya,
yakni nama pemenang hadiah Nobel Simon Kuznets.
c. Pencapaian Masyarakat Adil di Indonesia
Pemerintah Indonesia telah berusaha memperbaiki keadilan pembagian
pendapatan nasionalnya dengan menjalankan berbagai kebijaksanaan ekonomi.
Sesungguhnya setiap kebijaksanaan ekonomi pemerintah bersifat memperparah
ketimpangan (kalau kebijaksanaan tersebut bersifat lebih menguntungkan kaum
kaya dibandingkan dengan kaum miskin), atau bersifat mengurangi ketimpangan
(kalau kebijaksanaan tersebut bersifat lebih memihak kaum miskin). Berikut ini
beberapa kebijakan pemerintah yang bersifat memperbaiki dan memperburuk
kesenjangan distribusi pendapatan nasional.
1. Undang-undang pokok Agraria tahun 1960. Dalam undang undang ini ditentukan
batas maksimum pemilikan tanah sawah atau tanah tegalan atau gabungan dari
keduanya. Luas maksimum kepemilikan hanyalah 9 hektar untuk tanah tegalan
per keluarga petani dan hanya 7,5 hektar untuk sawah dan tegalan. Maksud dari
pembatasan ini adalah agar supaya tidak terjadi ketimpangan yang mencolok
dalam hal kepemilikan tanah.
2. Pajak penghasilan untuk perorangan dan untuk badan (dari laba). Dari sejak
pemerintahan Belanda sampai sekarang ini pajak ini selalu bersifat progresif,
yakni makin besar pendapatan seorang (laba satu perusahaan) makin tinggi
persentase pajaknya. Dengan sifat pajak seperti ini diharapkan distribusi
pendapatan antar perorangan (rumah tangga) menjadi lebih merata.
3. Berbagai kebijaksanaan kredit perbankan yang bersifat memihak kepada rakyat
kecil (kaum yang lebih rendah tingkat penghasilannya), seperti misalnya kredit
investasi kecil, kredit modal kerja permanen (KMKP), kredit usaha tani (KUT),
knedit usaha kecil (KUK), kredit program bimas padi, bimas palawija, dan
sebagainya yang khusus untuk petani.
4. Berbagai program pengeluaran pemerintah yang lebih memihak kepada meneka
yang berpenghasilan rendah, seperti misalnya pengeluaran pemerintah secara
besar-besaran untuk membangun dam, waduk dan saluran irigasi untuk para
petani. pengeluaran pemerintah untuk kesehatan dan keluarga berencana dan
wajib belajar sembilan tahun, dan sebagainya.
5. Berbagai kebijaksanaan jaring pengaman sosial yang dilaksanakan barubaru ini
yang bersifat khusus untuk memerangi kemiskinan seperti misalnya beras untuk
orang miskin (raskin), jaminan kesehatan masyarakat untuk orang miskin
(iamkesmas), bantuan langsung tunai (BLT), PNPM Mandiri (pemberdayaan
masyarakat mandiri untuk kaum miskin), berbagai jenis subsidi untuk para petani,
dan sebagainya.

Kesemua kebijaksanaan ini dimaksudkan untuk mengurangi kesenjangan


pembagian pendapatan nasional, atau dengan kata lain untuk mencapai pembagian
pendapatan yang lebih adil di antara masyarakat Indonesia. Di samping
kebijaksanaan tersebut di atas yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan
pembagian pendapatan nasional, ternyata pemerintah juga melaksanakan
kebijaksanaan yang mengutamakan orang kaya, atau membuat modal menjadi
lebih murah dari semestinya dan membuat tenaga kerja relatif mahal, sehingga
kaum pengusaha dan investor lebih memilih teknologi yang padat modal,
memerlukan lebih sedikit tenaga kerja yang muaranya memperburuk distribusi
pendapatan nasional. Di antara kebijaksanaan yang ternyata lebih memihak kaum
kaya dan/ atau menyebabkan harga modal relatif murah, yaitu:

1. Undang-undang Penanaman Modal Asing, yang memberi fasilitas kepada investor


asing (investor besar) untuk menanamkan modalnya di dalam negeri.
2. Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri, yang menyediakan fasilitas
kredit kepada investor besar dalam negeri untuk lebih aktif dalam pembangunan
ekonomi.
3. Kredit dan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia, yang memberikan fasilitas kredit
dengan Bungan yang relative rendah atau malah tanpa bunga kepada bank
nasional yang mengalami kesulitan likuiditas.
4. Tingkat bunga kredit yang relative lebih rendah untuk investasi jangka panjang
dibandingkan dengan tingkat bunga untuk kredit konsumtif.
5. Pembebasan bea masuk bagi investor yang memasukkan barang modal dari luar
negeri.
6. Nilai rupiah yang dibuat terlalu mahal (over valued currency) oleh pemerintah
terhadap mata uang asing (terutama US$) sehingga 9 pemerintah berkali-kali
melaksanakan kebijaksanaan devaluasi nilai rupiah.
2. Strategi Pembangunan

Bagi negara-negara berkembang, perencanaan menimbulkan tekad dan kemauan


untuk membangun karena keadaan objektif tekad yang dihadapi. Strategi pembangunan
ekonomi diberi batasan sebagai suatu tindakan pemilihan atas faktor-faktor yang menjadi
penentu jalannya proses pertumbuhan. Beberapa strategi pembangunan ekonomi yang
dapat disampaikan dan beberapa unsur yang harus diperhatikan dimana secara umum
menjadi hal yang berpengaruh yakni:

2.1 Strategi Pembangunan Ekonomi


2.1.1 Strategi Pertumbuhan

Dari perspektif ini, pertumbuhan ekonomi menjadi kriteria utama


untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan. Pertumbuhan
pembangunan ekonomi juga akan dinikmati oleh mereka yang ekonominya di
bawah rata-rata melalui efek stratifikasi atau melalui tindakan regulasi yang
diambil oleh pemerintah untuk mendistribusikan hasil
pembangunan.Ketimpangan atau ketidakmerataan adalah semacam prasyarat
atau kondisi yang harus terjadi untuk menciptakan pertumbuhan, yaitu melalui
akumulasi modal pada bagian kaya.

Inti dari konsep strategis ini adalah bahwa strategi pembangunan


ekonomi suatu negara akan difokuskan pada upaya membangun modal, serta
bagaimana menanamkannya secara seimbang, menyebar, terarah, dan
memusatkan, sehingga dapat menimbulkan efek pertumbuhan ekonomi.
Selanjutnya pertumbuhan ekonomi akan dinikmati oleh golongan lemah
melalui proses merambat ke bawah (trickle-down-effect), dan pendistribusian
kembali. Jika terjadi ketimpangan atau ketidakmerataan, hal tersebut
merupakanpersyaratan terciptanya pertumbuhan ekonomi. Kritik terberat dari
strategi pertama ini adalah kenyataan bahwa yang terjadi adalah ketimpangan
yang semakin besar.

2.1.2 Strategi Pembangunan dengan Pemerataan

Situasi sosial antara kaya dan miskin mendorong para ilmuwan untuk
mencari alternatif baru, yaitu munculnya strategi pembangunan yang
mengutamakan pemerataan. Strategi ini diusulkan oleh Ilma Aldeman dan
Morris. Yang muncul dari pertumbuhan pemerataan ini adalah penekanan
pada peningkatan pembangunan melalui teknik-teknik rekayasa sosial, seperti
penyusunan rencana induk, paket program terpadu.

2.1.3 Strategi Ketergantungan

Strategi teori ketergantungan muncul dari pertemuan tahun 1965 para


ekonom Amerika Latin di Mexico City. Menguraikan terkait dasar kemiskinan
yang dialami oleh negara-negara berkembang, khususnya negara-negara
Amerika Latin. Hal yang menarik dari teori ini adalah munculnya istilah
dualisme utara-selatan, desa-kota, corepriphery yang pada dirinya
mencerminkan adanya pemikiran pembangunan yang berwawasan ruang.
Pada tahun 1965, lahirlah sebuah strategi pengembangan yang disebut dengan
strategi ketergantungan. Konsep ini muncul karena strategi pertumbuhan dan
pembangunan yang tidak sempurna dengan pemerataan.

Inti dari konsep strategi ketergantungan adalah bahwa kemiskinan di


negara berkembang lebih disebabkan oleh ketergantungan negara itu pada
pihak atau negara lain. Oleh karena itu, jika suatu negara ingin keluar dari
kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi, maka harus mengarahkan upaya
pembangunan ekonominya dengan membebaskan diri dari ketergantungan
pada pihak lain. Langkah yang dapat diambil adalah dengan meningkatkan
produksi nasional yang disertai dengan peningkatan kemampuan dalam
bidang produksi, lebih mencintai produk nasional.
2.1.4 Strategi yang Berwawasan Ruang

Strategi berwawasan ruang dikemukakan oleh Myrdall dan


Hirschman, yang memberikan alasan mengapa daerah yang lebih miskin
tidak dapat tumbuh pada tingkat yang sama dengan daerah yang lebih kaya
atau lebih maju. Dengan demikian, muncul dua istilah, yaitu back wash
effects dan spread effects.
Kedua ahli tersebut berpendapat bahwa, daerah miskin cenderung
tumbuh dengan laju yang kurang dengan daerah maju karena
kemungkinan/efek perpindahan dari daerah kaya ke daerah miskin (spread
effect) lebih kecil daripada terjadnya aliran sumber daya dari daerah miskin
ke daerah kaya (back wash effects). Perbedaan pendapat kedua tokoh
tersebut adalah bahwa Myrdall bahwa Myrdall tidak percaya bahwa
keseimbangan daerah kaya dan miskin akan tercapai, sedangkan Hirschman
percaya, sekalipun baru akan tercapai dalam jangka panjang

2.1.5 Strategi Pendekatan Kebutuhan Pokok


Tujuan dari strategi ini adalah untuk mengentaskan kemiskinan
secara massal. Dikembangkan lebih lanjut oleh Organisasi Perburuhan
Sedunia (ILO) pada tahun 1975 dengan diterbitkannya dokumen:
Employment, Growth, and Basic Needs: A One World Problem. ILO
menekankan bahwa kebutuhan dasar manusia tidak dapat terpengaruh jika
pendapatan tetap rendah karena kemiskinan akibat pengangguran. Oleh
karena itu, upaya harus difokuskan pada penciptaan kesempatan kerja,
peningkatan pemenuhan kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya.

2.2 Cara Mencapai Masyarakat Adil Makmur


Menurut Nehen (2010) terdapat dua cara untuk mencapai masyarakat adil-
makmur, masyarakat adil-makmur (Growth with Equity Objective) dapat dicapai
ketika tujuan pembangunan ekonomi dalam pencapaian bersama dapat diwujudkan.
Berikut diantaranya :
1. Makmur dan Adil (Growth and Equity)
2. Makmur dengan Adil (Growth with Equity)

2.2.1 Masyarakat Makmur dan Adil (Growth and Equity)


Dalam literatur ekonomi pembangunan cara yang demikian ini
dikenal dengan istilah tujuan pembangunan makmur dan adil (growth and
equity objectives). Dalam cara ini, semula dikejar kemakmuran (tingkatkan
pendapatan nasional secara maksimum), setelah diadakan pembagian
pendapatan nasional yang lebih adil, tidak terlalu timpang. Cara ini adalah
cara yang biasa diterapkan oleh negara-negara maju. Pertumbuhan
pendapatan nasionalnya dikejar agar terjadi penggunaan sumber produksi
yang efisien (penerapan teori ekonomi tradisional), kemudian melalui
berbagai kebijaksanaan fiskal dikejar pemerataan.
Tujuan pemerataan ini diusahakan melalui sistem pajak yang
progresif (pajak penghasilan, pajak kekayaan, dan pajak/pungutan lainnya)
disertai dengan sistem kesejahteraan (bantuan) sosial yang masif untuk
penduduk yang kurang beruntung dalam proses pembangunan ekonomi.
Sistem kesejahteraan sosialnya terlihat dari pos pengeluaran dalan anggaran
belanja negaranya, sangat memihak kepada kaum miskin. Karena
kebijaksanaan sosialnya yang masif ini kebanyakan negara yang sebelumnya
dikenal sebagai negara kapitalis, kemudian (dewasa ini) dikenal sebagai
negara kesejahteraan (welfare states). Pencapaian tujuan pembangunan di
negara maju biasanya ditandai dengan tingkat pertumbuhan yang sedang
(sekitar 3-5 persen per tahun) dengan tingkat ketimpangan yang kecil (Gini
rasio kurang dari 0,20).

2.2.2 Masyarakat Makmur dengan Adil (Growth with Equity)


Cara kedua yang dikenal dalam literatur ekonomi pembangunan
adalah cara gabungan, masyarakat makmur berkeadilan di mana
kemakmuran dan keadilan dikejar dalam waktu bersamaan. Cara pencapaian
ini dikenal dengan istilah tujuan makmur dengan adil (growth with equity
objectives). Dasar logika dari pendekatan ini adalah bahwa pembangunan
ekonomi terdiri dari serangkaian proyek pembangunan, dari A sampai Z.
Dalam mengimplementasikan setiap proyek mestinya tidak hanya utamakan
pertumbuhan ekonomi (penggunaan sumber produksi secara efisien),
melainkan sekaligus mempertimbangkan bagaimana pembagian (distribusi)
keuntungan dari proyek tersebut.
Bank Dunia (the World Barnk), Organisasi Pembangunan Industri
PBB (the United Nations Industrial Development Organisation, UNIDO),
Program Pembangunan PBB (the United Nations Development Program,
UNDP), Organisasi Negara-negara Maju (Organization of Economic
Cooperation and Development, OECD), dengan cara menerapkan harga
bayangan (shadow prices) untuk input dan output setiap proyek. Dalam
mencari harga bayangan mereka mempertimbangkan tujuan efisiensi
(efficiency objective), tujuan pertumbuhan (growth objective), dan tujuan
pemerataan negara (distribution objective). Kalau harga bayangan diterapkan
kepada semua input dan output setiap proyek pembarngunan, maka dapat
diharapkan distribusi pendapatan tidak begitu timpang
3. Sistem Pelaksanaan Pembangunan

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang


berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional. Menurut Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang,
jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan
masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Adapun tujuan perencanaan pembangunan, yaitu
:

1. Mengkoordinasikan pelaku-pelaku pembangunan.


2. Mengintegrasikan pembangunan antara daerah, waktu, fungsi pemerintah yang
berbeda (pusat maupun daerah).
3. Menghubungkan dan menyelarakan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan.
4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
5. Memanfaatkan sumber daya dengan baik.

Di Indonesia sendiri, kontribusi yang dapat diandalkan dalam menyumbang


pertumbuhan ekonomi dan sumber devisa serta modal pembangunan adalah dari sumber
daya alam, dapat dikatakan bahwa sumber daya alam mempunyai peranan penting dalam
perekonomian Indonesia baik pada masa lalu, saat ini maupun masa mendatang.
Meskipun sumber daya alam mendatangkan kontribusi besar bagi pembangunan, di satu
sisi pemerintah perlu memperhatikann keberlanjutan atas ketersediaan sumber daya alam.
Begitu pula dengan peraturan yang mestinya ditaati sebagai landasan melaksanakan
pengelolaan suatu usaha dan atau kegiatan mendukung pembangunan dari sektor
ekonomi. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir penurunan daya dukung lingkungan dan
menipisnya ketersediaan sumberdaya alam yang ada serta penurunan kualitas lingkungan
hidup.

Dalam mewujudkan strategi untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi


Indonesia, pemerintah perlu menerapkan sistem pelaksanaan pembangunan sehingga
mampu mencapai tujuan yang sebelumnya direncanakan. Adapun penerapan sistem
pelaksanaan pembangunan dari masing-masing strategi yaitu, sebagai berikut :

3.1 Sistem Pelaksanaan Pembangunan dalam Strategi

Pertumbuhan strategi merupakan pertumbuhan yang menitikberatkan pada


pembentukan modal diiringi dengan bagaimana menanamkannya secara seimbang,
menyebar, terarah dan memusat, sehingga dapat menimbulkan efek pertumbuhan
ekonomi. Usaha pembentukan modal tersebut telah dilakukan oleh pemerintah
melalui kemudahan dalam mengakses modal, salah satunya yaitu dengan
mempermudah pengurusan sertifikat tanah. Selain itu, pemerintah juga memperluas
kerangka peraturan bagi pemberi layanan untuk menggunakan perbankan lewat
ponsel (mobile banking). Saat ini peraturan Bank Indonesia memperkenankan
pemberi layanan non-bank untuk menerbitkan uang elektronik hanya untuk
kepentingan pembayaran. Reformasi kebijakan juga dapat membantu memperluas
peran Bank Perkreditan Rakyat (BPR), terutama untuk membantu mereka yang
beroperasi di daerah-daerah yang lebih terpencil. Selain itu, pengecualian persyaratan
NPWP dari syarat pemberian kredit berukuran kecil dapat membuka akses terhadap
banyak rumah tangga miskin dan usaha mikro. Sejumlah perubahan kebijakan yang
berguna dapat menetapkan suatu tingkat yang rendah bagi modal awal minimum
untuk BPR kecil di lokasi terpencil dan memperkenankan investor dan LSM asing
untuk bermitra dengan BPR yang lebih besar yang mencari permodalan.

Indonesia memiliki sejumlah besar koperasi simpan pinjam yang memberikan


layanan keuangan kepada rumah tangga berpenghasilan rendah. Dibutuhkan
pengawasan koperasi yang memadai untuk memastikan sektor koperasi yang sehat
dan memangkas risiko yang dapat dihadapi oleh penabung UMKM dan rumah tangga
miskin yang disebabkan oleh kepailitan suatu koperasi. Selain itu, penyesuaian lain
terhadap kebijakan dapat memperkenankan suku bunga berbasis pasar yang lebih
lentur, kemudahan untuk membuka kantor cabang baru, dan memberikan kriteria
yang lebih longgar bagi pelaporan dan pengungkapan.

Kebijakan lainnya dari pemerintah dalam kemudahan mengumpulkan modal


adalah dengan memberikan kesempatan bagi orang asing untuk berinvestasi di
Indonesia. Hal tersebut berdampak positif dalam perluasan sumber modal di
Indonesia walaupun masih banyak kalangan yang menentang masuknya modal asing
ke Indonesia. Dengan berbagai kebijakan tersebut maka target pemerintah untuk
mempermudah akses modal bagi semua kalangan masyarakat akan lebih mudah
tercapai.

3.2 Sistem Pelaksanaan Pembangunan dalam Strategi Pemerataan Pembangunan

Pemerintah telah melakukan berbagai cara agar pembangunan ekonomi tidak


hanya terpusat pada kota-kota besar, hal ini dilaksanakan dalam upaya pemerataan
pembangunan ekonomi. Terdapat 4 hal yang harus dilakukan pemerintah yakni:
 Distribusi Pendapatan
 Mekanisme Pemerataan
 Pembangunan dan Potensi Masyarakat
 Hubungan Antara Peningkatan Pendapatan dengan Kesejahteraan Masyarakat.

Selain itu munculnya Demokrasi Lokal dengan keluarnya UU No 32 Tahun


2004 tentang Otonomi Daerah. UU yang dahulunya mengamanatkan kebijakan
sentralisasi oleh pemerintah pusat, kini telah diserahkan kembali ke masing-masing
daerah. UU ini diharapkan membuka ruang agar terjadinya pemerataan pembangunan
sosial di seluruh daerah yang dianggap tertinggal akibat sentralisasi pada zaman orde
baru. Namun sampai saat ini pembangunan masih berkonsentrasi di daerah pusat
khususnya di Ibukota dan sekitarnya, keadaan seperti ini sangatlah jauh dari apa yang
dicita-citakan dalam tujuan nasional Indonesia mengenai usaha-usaha untuk
pemerataan pembangunan termasuk pembangunan dalam bidang ekonomi.

3.3 Sistem Pelaksanaan Pembangunan dalam Strategi Ketergantungan

Berangkat dari terlalu mengantungkan pada modal asing dan utang luar
negeri, Revrisond Baswir pernah mengatakan Ekonomi Nasionalis Populis, yakni
Ekonomi yang sangat menekankan arti kemandirian dalam pentas ekonomi
internasional dan mendudukkan Indonesia sebagai sebuah negara merdeka. Ekonomi
ini memaknai nasionalisme ekonomi dalam pengertian kepentingan ekonomi seluruh
rakyat Indonesia, artinya pergaulan ekonomi dunia bukanlah harga mati, ini dilakukan
hanya sejalan dengan kepentingan seluruh rakyat. Tinggal dibutuhkan kemauan
ekonomi (Economic Will) untuk melaksanakan ekonomi nasionalis ini dalam negeri
Indonesia. Untuk mendukung ekonomi ini beberapa perlakuan-perlakuan solusi untuk
tidak menggantungkan pembangunan pada utang luar negeri yaitu

Pertama, Meningkatkan daya beli masyarakat, yakni melalui pemberdayaan


ekonomi pedesaan dan pemberian modal usaha kecil seluasnya. Dengan peningkatan
daya beli masyarakat ini membuat barang-barang hasil buatan dalam negeri terjual
habis tentu akan memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kedua, meningkatkan pajak secara progresif terhadap barang mewah dan
impor. Realitas yang ada saat ini pemerintah mengambil pajak barang mewah

Ketiga, Konsep pembangunan yang berkesinambungan, berlanjut dan


mengarah pada satu titik maksimalisasi kekuatan ekonomi nasional, melepaskan
secara bertahap ketergantungan utang luar negeri. Telah di jelaskan pada awal prinsip
pembangunan yang diusung Orde Baru yakni mengutang untuk pembangunan,
sekarang saatnya membangun Indonesia dari keringat peluh yang dihasilkan diri
sendiri Indonesia walaupun harus bertahap sesuai dengan pendapatan yang diraih.

Keempat menggalakkan kebanggaan akan produksi dalam negeri,


meningkatkan kemauan dan kemampuan ekspor produk unggulan dan membina jiwa
kewirausahaan masyarakat. Hal yang memprihatinkan dengan televisi atau surat
kabar di negeri ini yakni banyaknya iklan swasta produk luar negeri berkembang di
dalam negeri, sadar atau tidak iklan-iklan ini mempengaruhi pergaulan masyarakat di
negeri ini, para remaja lebih suka makanan produk luar negeri daripada produk-
produk dalam negeri seperti kacang rebus, ketela godok.

Kelima, mengembangkan sumber daya manusia berkualitas dan menempatkan


kesejahteraan yang berkeadilan dan merata sebagai landasan penyusunan
operasionalisasi pembangunan ekonomi.

3.4 Sistem Pelaksanaan Pembangunan dalam Strategi Berwawasan Ruang

Strategi ini memfokuskan diri bahwa penyebab dari tersendatnya


pembangunan perekonomian karena adanya penyebaran kekayaan dari daerah kaya
ke daerah miskin kurang baik. Oleh karena itu kembali disini peran pemerintah dalam
menciptakan pemerataan pembangunan ekonomi, untuk mengatasi permasalahan ini
maka pemerintah dapat menciptakan sarana dan prasarana transportasi yang
mendukung mobilitas dari perekonomian ini agar daerah miskin dan kaya memiliki
akses yang lancar. Selain itu pemerintah juga dapat memberikan kemudahan dalam
transaksi keuangan dengan menambah cabang-cabang bank, atm, serta
mensosialisasikan mengenai mobile banking
3.5 Sistem Pelaksanaan Pembangunan dalam Strategi Pendekatan Kebutuhan
Pokok

Inti dari strategi ini adalah seseorang tidak dapat bertahan hidup jika
kebutuhan pokoknya tidak terpenuhi. Tentunya masyarakat harus memiliki
kemampuan finansial untuk memperoleh kebutuhan pokoknya tersebut. Untuk dapat
mendapatkan dana tersebut tentunya masyarakat harus memiliki suatu pekerjaan yang
menghasilkan upah atau gaji bagi mereka. Disinilah peran pemerintah dalam
menciptakan lapangan kerja. Melalui paket kebijakan ekonominya. Presiden Jokowi
juga kembali menggalakkan UMKM yang didukung dengan penurunan tingkat bunga
pinjaman KUR serta memperluas cakupan peminjam dana tersebut. Selain itu
pemerintah juga membekali masyarakat dengan kemampuan atau skill untuk nantinya
menjadi bekal mereka di dunia kerja. Untuk mengatasi masalah pengangguran ini
pemerintah melakukan pelatihan bagi tenaga kerja sehingga tenaga kerja memiliki
keahlian sesuai dengan lapangan kerja yang tersedia, pembukaan investasi baru,
terutama yang bersifat padat karya, pemberian informasi yang cepat mengenai
lapangan kerja
DAFTAR PUSTAKA

Nehen, Ketut. 2012. Perekonomian Indonesia. Udayana University Press: Kampus Universitas
Udayana Denpasar, Bali.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Hidayat, Mualana. 2017. Tujuan Pembangunan Ekonomi Indonesia.


https://id.scribd.com/document/364694949/Tujuan-Pembangunan-EkonomiIndonesia
diakses pada hari Senin, 4 Oktober 2021.

Anda mungkin juga menyukai