Anda di halaman 1dari 12

CORPORATE GOVERNANCE (EMA 469A D2)

“Memahami Implementasi Corporate Governance Perusahaan”

“PT JASARAHARJA PERSERO TBK”

Dosen Pengampu: Dr. Made Gede Wirakusuma, S.E., M.Si. Ak., CA

Disusun Oleh :

Kelompok 4

I Wayan Ananta Dharma Darminta (1907531149)

I Nengah Adi Nugraha (1907531225)

I Nyoman Gede Suwantara (1907531228)

Gilbertus Aur (1812531021)

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2022
PT. JASARAHARJA PERSERO TBK

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Memperoleh skor 96,31 dalam Assessment Good Corporate Governance (GCG) dengan predikat


‘SANGAT BAIK’. Perolehan skor tersebut menunjukkan bahwa Jasa Raharja telah
menempatkan GCG bukan hanya sekadar upaya pemenuhan regulasi, namun juga sebagai bentuk
kesadaran internal untuk membuat Perseroan berjalan dalam suasana bisnis yang sehat,
bertanggung jawab, dan berdaya tahan tinggi di tengah tantangan bisnis yang semakin masif.
Memperoleh penghargaan BUMN Excellence Performance Award 2019 dengan “Level Band:
Good Performance" dengan perolehan skor KPKU Tahun 2019 sebesar 598 dengan
status Emerging Industry Leader.

TUJUAN

Dalam sebuah perusahaan, penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance) adalah sangat penting sebagai salah satu proses untuk menjaga kesinambungan
usaha perusahaan dalam jangka panjang dengan mengutamakan kepentingan para pemegang
saham (shareholders) dan pemangku kepentingan (stakeholders). Secara teoritis, praktek good
corporate governance dapat meningkatkan nilai perusahaan diantaranya meningkatkan kinerja
keuangan, mengurangi risiko yang merugikan akibat tindakan pengelola yang cenderung
menguntungkan diri sendiri serta dapat meningkatkan kepercayaan investor. BUMN sebagai
salah satu pilar perekonomian Indonesia dituntut untuk dapat menjadi pelopor implementasi
GCG. PT Jasa Raharja (Persero) sebagai salah satu BUMN mengambil posisi utama untuk
mendorong terlaksananya pengelolaan perusahaan dengan berupaya merumuskan dan
menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik. Penerapan prinsip-prinsip ini
sangat diperlukan agar perusahaan dapat bertahan dan tangguh dalam menghadapi persaingan
yang semakin kuat.

Kementerian BUMN pada tahun 2010-2012 telah menerbitkan serangkaian kebijakan dalam
bentuk peraturan/keputusan Menteri Negara BUMN diantaranya Peraturan Menteri Negara
BUMN Nomor: KEP-01/MBU/2011 tentang Penerapan Praktek Good Corporate
Governance pada BUMN, yang secara signifikan berpengaruh terhadap kebijakan GCG pada PT
Jasa Raharja (Persero) serta Keputusan Sekretaris Menteri BUMN No. SK-16/S.MBU/2012
Tanggal 6 Juni 2012 Tentang Indikator/Parameter Penilaian Dan Evaluasi Atas Penerapan Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada BUMN.
Maksud:

1. Sebagai salah satu konsep kebijakan yang dapat membantu Perusahaan meningkatkan
kinerja dan nilai (value) Perusahaan dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan,
akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab dan adil agar perusahaan memiliki
daya saing yang kuat baik secara nasional maupun internasional.
2. Sebagai fundamental penting aktivitas bisnis Perusahaan untuk menciptakan suasana
yang kondusif bagi pencapaian visi dan misi Perusahaan serta akan menciptakan motivasi
dan rasa tanggung jawab terhadap pencapaian tujuan Perusahaan.
3. Sebagai salah satu proses dalam upaya mendeteksi dan mencegah terjadinya pelanggaran
dalam Perusahaan serta merupakan wujud nyata implementasi GCG di tingkat
operasional.
4. Sebagai salah satu acuan bagi Dewan Komisaris, Direksi dan Pegawai Perusahaan,
sehingga diharapkan akan tercapai standar kerja yang tinggi selaras dengan GCG.
5. Sebagai salah satu acuan bagi stakeholders dalam berhubungan dengan Perusahaan yang
selanjutnya ditetapkan sebagai dasar pengembangan standar kerja di lingkungan
Perusahaan.

Ditujukan Untuk:

1. Menjadi rujukan/pedoman bagi insan Jasa Raharja untuk melakukan pengelolaan


Perusahaan sesuai dengan ketentuan sehingga dapat mencegah dan mengurangi
kecurangan yang dapat menimbulkan kerugian finansial dan non finansial serta merusak
citra Perusahaan.
2. Menjadi sebuah kebijakan yang berlaku bagi segenap insan Jasa Raharja dimana
Perusahaan akan menginformasikan kebijakan ini kepada semua pihak yang
berkepentingan agar memahami dan memaklumi apa yang menjadi standar kerja
Perusahaan.
3. Menjadi sebuah dokumen yang dinamis dimana Perusahaan akan selalu mengkaji
pedoman GCG secara berkesinambungan sebagai upaya mencapai standar kerja yang
terbaik bagi Perusahaan. Untuk itu Perusahaan akan selalu menerbitkan setiap perubahan
dan tambahan yang terjadi pada Pedoman GCG.
4. Memudahkan manajemen untuk menangani secara efektif penyimpangan terhadap
kebijakan Perusahaan mengenai penerapan pedoman GCG.
5. Memperoleh persamaan persepsi dan pemahaman antar insan Jasa Raharja dalam
menerapkan tata nilai etika Perusahaan.

MANAJEMEN RISIKO

Pengelolaan Manajemen Risiko pada PT Jasa Raharja secara terpadu dilakukan oleh Divisi
Manajemen Risiko dan Transformasi Perusahaan (MRTP) yang berada di bawah Direktorat
Manajemen Risiko dan Teknologi Informasi. Penerapan Manajemen Risiko PT Jasa Raharja
berbasis ISO 31000 : 2018, yang terintegrasi di seluruh proses kegiatan/ proses bisnis Perusahaan
sebagai bagian dari Good Governance. Penerapan manajemen risiko di PT Jasa Raharja didasari
oleh beberapa hal, diantaranya, dengan ditetapkannya visi dan misi serta mempertimbangkan
perubahan eksternal maupun internal yang berpotensi menimbulkan berbagai jenis risiko, maka
diperlukan pengelolaan semua risiko secara sistematis, terstruktur, dan komprehensif. Tujuannya
adalah meningkatkan kepastian tercapainya tujuan dan sasaran perusahaan sebagaimana yang
dituangkan dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) maupun Rencana Kerja
Anggaran dan Pendapatan (RKAP). Pengelolaan risiko juga menjadi kebutuhan untuk
memperkuat penerapan prinsip-prinsip governance terutama terkait dengan penegakan praktik
bisnis yang sehat dan dapat memberikan nilai tambah yang sesuai dengan harapan para
pemangku kepentingan (stakeholders).

PT Jasa Raharja menggunakan pendekatan Three Lines of Defense untuk membangun


kapabilitas manajemen risiko dalam perusahaan, yang terdiri dari Unit Kerja Teknis atau Risk
Taking Unit (RTU) sebagai pemilik risiko yang menjalankan fungsi mengelola risiko (managing
risk), Divisi Manajemen Risiko dan Transformasi Perusahaan yang menjalankan fungsi untuk
mengawasi risiko (overseeing risk), dan Satuan Pengawasan Intern (SPI) yang melakukan
pemastian independen (independent assurance).
Fungsi Manajemen Risiko untuk GRC

PT Jasa Raharja mengimplementasikan sistem pengelolaan manajemen risiko dengan model


GRC (Governance, Risk, and Compliance), yakni integrasi dan penyelarasan proses pemastian
pada suatu organisasi untuk memaksimalkan pengawasan risiko dan tata kelola serta efisiensi
pengendalian dan optimalisasi pemastian menyeluruh terhadap komite audit dan risiko dengan
memperhitungkan risiko perusahaan. Melalui GRC akan terwujud efektivitas dan efisiensi
pelaksanaan proses governance, manajemen risiko, kontrol internal, pengendalian kualitas, dan
kepatuhan, dalam rangka memastikan pencapaian tujuan organisasi. Sebagai bagian dari
implementasi GRC, dalam pengelolaan risiko, prinsip patuh pada aturan juga harus
dikedepankan. Kepatuhan ini merupakan tindak pemenuhan atas kewajiban atau kepatuhan pada
peraturan perundang-undangan dan prosedur dan dapat dilakukan melalui “Proactive
Compliance”, yakni kebijakan yang bersifat konsultatif untuk mencapai tujuan bisnis, namun
tetap mematuhi kewajiban terhadap Peraturan perundangan dan prosedur yang ditetapkan.
Melalui proactive compliance diharapkan dapat mendorong tumbuhnya inovasi serta kesesuaian
kebijakan dan prosedur dalam menghadapi perubahan yang dinamis.

STRUKTUR

Sesuai Peraturan Menteri Negara Badan Usaha No. PER- 01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara
dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 152/PMK.01/2012 Tentang Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Perasuransian, terdapat Organ Perseroan yang
terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris dan Direksi beserta Unit
Kerjanya yang memainkan peran kunci dalam keberhasilan pelaksanaan GCG. Masing-masing
Organ Perseroan tersebut mempunyai tugas, fungsi dan tanggung jawab dalam memastikan
bahwa penerapan GCG di perusahaan berjalan dengan optimal.

ORGAN UTAMA

RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS)

Pemegang saham/Pemilik Modal melaksanakan GCG sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya. RUPS Perusahaan Perasuransian wajib diselenggarakan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan dan standar operasional prosedur Perusahaan Perasuransian yang
transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam mengambil keputusan, RUPS wajib
berupaya menjaga keseimbangan kepentingan semua pihak, khususnya kepentingan pemegang
saham minoritas, kepentingan pemegang polis, tertanggung, peserta, dan/atau pihak yang berhak
memperoleh manfaat.

DEWAN KOMISARIS

Dewan Komisaris/Dewan Pengawas bertanggung jawab dan berwenang melakukan pengawasan


atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai BUMN maupun
usaha BUMN dan memberikan nasihat kepada Direksi. Dewan Komisaris/Dewan Pengawas
harus memantau dan memastikan bahwa GCG telah diterapkan secara efektif dan berkelanjutan
di BUMN.

DIREKSI

Direksi harus melaksanakan tugasnya dengan itikad baik untuk kepentingan BUMN dan sesuai
dengan maksud dan tujuan BUMN, serta memastikan agar BUMN melaksanakan tanggung
jawab sosialnya serta memperhatikan kepentingan dari berbagai Pemangku Kepentingan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Salah seorang anggota Direksi ditunjuk oleh
Rapat Direksi sebagai penanggung jawab dalam penerapan dan pemantauan GCG di BUMN
yang bersangkutan.

ORGAN PENDUKUNG

SEKRETARIAT PERUSAHAAN

Fungsi Sekretaris Perusahaan adalah:

1. Memastikan perusahaan mematuhi peraturan tentang persyaratan keterbukaan sejalan


dengan penerapan prinsip-prinsip GCG;
2. Memberikan informasi yang dibutuhkan oleh Direksi dan Dewan Komisaris/Dewan
Pengawas secara berkala dan/atau sewaktu-waktu apabila diminta;
3. Sebagai penghubung (liaison officer); dan
4. Menatausahakan serta menyimpan dokumen perusahaan, termasuk tetapi tidak terbatas
pada Daftar Pemegang

SATUAN PENGAWASAN INTERN

Fungsi Pengawasan Intern adalah:

1. Evaluasi atas efektifitas pelaksanaan pengendalian intern, manajemen risiko, dan proses
tata kelola perusahaan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
perusahaan;
2. Pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektifitas di bidang keuangan, operasional,
sumber daya manusia, teknologi informasi, dan kegiatan lainnya;

DIVISI MANAJEMEN RISIKO & TRANSFORMASI PERUSAHAAN

Divisi Manajemen Risiko dan Transformasi Perusahaan berfungsi untuk mengelola manajemen
risiko yang ada di perusahaan secara terpadu yang merupakan bagian dari pelaksanaan program
GCG
BIRO HUKUM DAN KEPATUHAN

Biro Hukum dan Kepatuhan berfungsi :

1. Memastikan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang


Usaha Perasuransian dan peraturan perundang-undangan lainnya;
2. Memastikan perusahaan menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam menjalankan aktivitas
bisnis;
3. Sosialisasi, Implementasi dan evaluasi pedoman GCG secara berkesinambungan.

KOMITE INVESTASI

Direksi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi wajib membentuk Komite Investasi.
Komite Investasi bertugas membantu Direksi dalam merumuskan kebijakan investasi dan
memantau pelaksanaan kebijakan investasi yang telah ditetapkan.

KOMITE AUDIT

Komite audit bertugas membantu Dewan Komisaris dalam memantau dan memastikan efektifitas
sistem pengendalian internal dan pelaksanaan tugas auditor internal dan auditor eksternal dengan
melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan audit dalam rangka
menilai kecukupan pengendalian.

KOMITE MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI

Komite Manajemen Risiko bertugas untuk mengelola eksposur risiko yang timbul baik secara
langsung maupun tidak langsung dari kegiatan usaha perusahaan anak, perusahaan terelasi dan
entitas lainnya yang tergabung dalam suatu konglomerasi keuangan.

KOMITE PENGARAH TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI

Komite Pengarah Teknologi Informasi dan Komunikasi dibentuk untuk memastikan rencana
strategis Teknologi Informasi dan Komunikasi yang telah terintegrasi dapat terlaksana secara
berkelanjutan dan penerapan sistem teknologi informasi (TI) sejalan dengan rencana strategis
Perusahaan.

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK

Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) di PT Jasa Raharja
(Persero) berpedoman kepada beberapa aturan formal yang sumber dasar penerapannya yaitu:

1. Undang Undang No. 19 tahun 2003 tentang BUMN


2. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha No. PER- 01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik
Negara dan perubahannya Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara No.
PER-09/MBU/2012 tanggal 06 Juli 2012.
3. Keputusan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara No. SK-16/S.MBU/2012
tanggal 06 Juni 2012 tentang Indikator/Parameter Penilaian dan Evaluasi atas Penerapan
Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha
Milik Negara.
4. Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi Nomor: DK/02/SP/2017 dan Nomor:
P/34/SP/2017 tentang Panduan (Guidelines) Untuk Mendukung Implementasi Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance)
5. Keputusan Direksi Nomor KEP/7/2015 Tentang Petunjuk Teknis Sosialisasi Good
Corporate Governance PT Jasa Raharja (Persero)

IMPLEMENTASI CGC

Sosialisasi dan Penerapan GCG

Program sosialisasi pedoman GCG dilakukan kepada pihak internal dan eksternal. Bagi pihak
internal, sosialisasi diarahkan untuk menumbuhkan adanya pemahaman mengenai GCG serta
kesadaran dan kebutuhan untuk menerapkan GCG secara konsisten. Implementasi GCG
dikaitkan dengan sistem reward and punishment yang dikembangkan oleh perusahaan. Bagi
pihak eksternal, sosialisasi diarahkan untuk memberikan pemahaman tentang cara kerja
perusahaan sesuai dengan prinsip-prinsip GCG, sehingga terjadi proses bisnis yang sehat serta
terbebaskan aktivitas perusahaan dari kegiatan-kegiatan yang dapat merugikan perusahaan.
Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa perusahaan telah memiliki Buku Pedoman Penerapan
GCG sebagaimana diatur dalam Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi Nomor:
DK/I/SP/2014 dan Nomor: P/31.1/SP/2014 tentang Panduan (Guidelines) Untuk Mendukung
Implementasi Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance). Berkaitan
dengan hal tersebut telah dilakukan berbagai kegiatan sosialisasi atas penerapan GCG melalui :

1. Kegiatan Training of Trainers (ToT) GCG sebagai langkah awal sosialisasi pedoman


GCG yang diikuti oleh semua Kepala Cabang dan Kepala Perwakilan seluruh Indonesia.
2. Pembuatan Petunjuk Teknis Sosialisasi GCG PT Jasa Raharja (Persero) sesuai keputusan
Direksi No. KEP/128/2017 Tanggal 23 Maret 2017.
3. Pada tahun 2019, telah melaksanakan kegiatan Sosialisasi GCG bagi pegawai di 29
Kantor Cabang dan 63 Kantor Perwakilan serta Penandatangan Pernyataan Komitmen
Pedoman perilaku (Code of Conduct) oleh seluruh pegawai Perusahaan
4. Melakukan uji tingkat pemahaman pegawai atas pedoman dan penerapan GCG di
lingkungan perusahaan
5. Pembentukan Unit Pengendali Gratifikasi (UPG), sebagaimana diatur dalam Keputusan
Direksi No. KEP/240/2015 Tanggal 31 Desember 2015

Evaluasi Penerapan CGC

Perusahaan secara berkesinambungan melakukan penilaian dan evaluasi terhadap implementasi


GCG. Penilaian atas penerapan tata kelola perusahaan yang baik dilakukan secara berkala setiap
2 (dua) tahun sekali dengan mengundang assesor independen dengan tujuan untuk mengukur
kedalaman implementasi praktik GCG di lingkungan perusahaan sekaligus mendapatkan umpan
balik bagi perbaikan di masa yang akan datang. Hasil penilaian yang dilakukan oleh assesor
independen berupa skor dan rekomendasi perbaikan akan ditindaklanjuti oleh perusahaan.
Kegiatan tindak lanjut atas hasil penilaian ini dilakukan dalam bentuk kegiatan monitoring dan
evaluasi penerapan GCG. PT Jasa Raharja (Persero) telah melakukan assessment GCG sejak
tahun 2008, berikut ini adalah pencapaian skor GCG dalam kurun lima (5) tahun terakhir:
Tahun Skor Klasifikasi Kualitas :

1. 2015 94,51 Sangat Baik


2. 2016 95,28 Sangat Baik
3. 2017 96,14 Sangat Baik
4. 2018 96,22 Sangat Baik
5. 2019 96,31 Sangat Baik

Pelaporan Penerapan CGC

Sebagai wujud akuntabilitas dan pertanggungjawaban atas penerapan GCG perusahaan harus
menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan GCG kepada Pemegang Saham dan
stakeholders lainnya pada setiap akhir tahun yang dimuat dalam laporan manajemen dan laporan
tahunan. Laporan sekurang-kurangnya mengungkap praktik Tata kelola Perusahaan yang baik
minimal mencakup informasi mengenai :

1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris:


2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Direksi
3. Komite-Komite penunjang Dewan Komisaris, seperti komite Audit
4. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Sekretaris Perusahaan
5. Urain Tugas dan Tanggung Jawab Satuan Pengawasan Intern
6. Uraian implementasi manajemen risiko
7. Uraian tentang aktivitas dan biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan tanggung jawab
sosial perusahaan
8. Akses informasi dan data perusahaan yaitu uraian mengenai tersedianya akses informasi
dan data perusahaan kepada publik (website, media massa, mailing list, buletin dan
sebagainya).
9. Etika Perusahaan
10. Infrastruktur good corporate governance
11. Hasil pengukuran penerapan GCG 
DAFTAR PUSTAKA

PT, Jasa Raharja (2019). Pedoman Tata Kelola Perusahaan.

https://www.jasaraharja.co.id/profile/tatakelola

Anda mungkin juga menyukai