1.3 Tujuan
Untuk memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan pertanian yang unggu dalam dan
memiliki nilai strategis khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi pertanian
dalam negeri serta mempunyai peranan dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja
kariawan atau tenaga kerja .
BAB II
PEMBAHASAN
5.Produktivitas Karyawan
Tingkat produktivitas kerja karyawan yang dapat diukur adalah :
a. Kecepatan waktu kerja yaitu kecepatan karyawan dalam setiap melakukan tugas
dan tanggung jawab pekerjaannya
b. Penghematan waktu kerja yaitu kemampuan karyawan dalam hal mengatur waktu
kerja
c. Kedisiplinan waktu kerja yaitu kesesuaian waktu kerja karyawan dengan jadwal
kerja yang telah ditentukan
d. Output yaitu hasil produksi karyawan yang diperoleh sesuai produk yang
diinginkan perusahaan.Pengukuran produktivitas digunakan sebagai sarana untuk
menganalisa dan mendorong dan efisiensi produksi
Tujuan pengukuran produktivitas adalah membandingkan hasil hal-hal berikut :
a. Pertambahan produksi dari waktu ke waktu.
b. Pertambahan pendapatan dari waktu ke waktu.
c. Pertambahan kesempatan kerja dari waktu ke waktu.
d. Jumlah hasil sendiri dengan orang lain.
e. Komponen prestasi utama sendiri dengan komponen prestasi utama orang lain
(Wuli.R.N.2023) Mengatakan Di era digital sekarang ini, terbentang luas kesempatan
bagi anak milenial dalam mengambil alih sector pertanian, mulai dari memanfaatkan teknologi
dan informasi kedalam berbagai kegiatan pertanian seperti penanaman, pemilihan bibit, sampai
dengan penjualan. Ditunjang dengan adanya inovasi baru terhadap mesin traktor yang dapat
memudahkan penanaman padi. Petani millenial juga tidak perlu akan takut terhadap kegagalan
panen, sebab sekarang sudah ada aplikasi start-up dalam mengawasi hama dan cuaca iklim
sehingga kerugian yang akan di alami menurun. Namun disisi lain, perlu adanya bantuan dari
pemerintah, tentu dari pembahasan diatas ada yang memfasilitasi kebutuhan petani. Seperti akses
permodalan yang menjadi suatu kebingungan bagi petani pemula. Salah satu kegiatan petani
milenial adalah dengan pelatihan sistem informasi dan pemasaran berbasis online, yang juga jadi
salah satubagiandari program untuk meningkatkan SDM petani terutama petani milenilal
Generasi muda adalah kunci, dan pertanian modern adalah solusi untuk menarik generasi muda
untuk terlibat dalam bisnis pertanian. Lakukan gerakan perubahan dari diri petani milenial
sendiri, ubahlah pandangan terkait profesi petani. Pemanfaatan digitialisi tentu akan sangat
membantu dalam bekerja.
(Wuli. R.N. 2022) mengatakan Strategi pengembangan SDM petani milenial diantaranya
sosialisasi, mengoptimalkan pelatihan berbasis kompetensi, magang, dan program-program
penyuluhan pertanian untuk memperkuat kelembagaan ekonomi petani. Para petani muda
diberikan pendampingan dalam pengembangan usaha termasuk penerapan pertanian presisi
smart farming, stimulant pemberian bantuan prasarana dan sarana pertanian hingga monitoring,
pengembangan jejaring usaha dan kemitraan, pengembangan e-commerce, pengelolaan konflik
di tengah dunia kerja yang sangat kompetitif, serta evaluasi yang nantinya akan dilakukan untuk
penumbuhan dan penguatan para petani milenial.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu kendala yang dihadapi sektor pertanian di Indonesia adalah keterbatasan
kualitas sumber daya manusia (SDM) di bidang pertanian adalah Rendahnya kesejahteraan
petani di Indonesia disebabkan oleh kapasitas mereka yang rendah, seperti kemampuan
manajerial, daya tawar cenderung lemah, terbatasnya akses pada permodalan dan informasi, dan
tingkat pendidikan mereka yang rendah Sebagai bagian dari manajemen SDM, pengembangan
SDM strategis sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya sesuai dengan
keyakinan bahwa SDM dari suatu organisasi merupakan sumber utama keunggulan kompetitif.
Kaum muda kurang berminat menggeluti bidang pertanian, selain karena kurang menjanjikan
secara ekonomis, bidang pertanian dianggap pekerjaan yang kurang bergengsi
Pengelolaan SDM dituntut lebih proaktif dan responsif. Segala aktivitas yang dilakukan
harus dapat mengantisipasi berbagai perkembangan yang terjadi, kemudian melakukan tindakan-
tindakan untuk mengahadapi isu-isu bisnis yang berkaitan denganSDM. Manajemen sumber
daya manusia (MSDM) telah berubah dari fungsi spesialisasi yang berdiri sendiri menjadi fungsi
yang terintegrasi dengan seluruh fungsi-fungsi lain dalam organisasi, untuk mencapai sasaran
yang telah ditetapkan.
Berubahnya fungsi dan pusat perhatian MSDM memerlukan perubahan kualifikasi
pengelola MSDM agar dapatmengikuti perkembangan dan memberikan tanggapan yang
sesuai.Meningkatnya isu-isu bisnis yang terkait dengan SDM memiliki pengaruh kuat pada
manajer sumber daya manusia dan manajer fungsional dalam organisasi. Sumber daya manusia
memerlukan pengelolaan yang efektif agar dapat menciptakan kompetensi
bagiperusahaan.Pengembangan dan aplikasi sistem kompensasi (rewards) yang bermakna
merupakan tantangan tersendiri bagi organisasi. Hal ini karena sistem kompensasi merupakan
poros beberapa aktivitas yang akan mempengaruhi motivasi dalam organisasi.
Akibat dariketidak puasan dalam pembayaran yang dirasa kurang akan mengurangi
kinerjadan loyalitas karyawan, meningkatkan keluhan-keluhan, penyebab mogok kerja, dan
mengarah pada tidakan-tindakanfisik dan psikologis, seperti meningkatnya derajat
ketidakhadiran dan perputaran karyawan, yang pada gilirannya akan menurunkan kesehatan jiwa
karyawan yang semakin parah yangberujung pada penurunan produktivitas karyawan
DAFTAR PUSTAKA
Ardana, Mujiati, dan Utama, 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Cetakan
Pertama, Graha Ilmu.
As’ad, M, 1991, Seri Ilmu Sumber Daya Manusia : Psikologi Industri, Edisi IV, Yogyakarta :
Liberty
Gibson, James L, Ivancevich, John M, dan Donelly, James H, 1992, Organisasi : Perilaku,
Struktur dan Proses, Jilid I, Edisi V alih Bahasa : Djarkasin, Jakarta,
Erlangga.
Hasibuan, Melayu, SP, 1997, Organisasi dan Motivasi, Dasar Peningkatan Produktifitas,
Cetakan Pertama, Jakarta : Bumi Aksara..
Pressindo.