Anda di halaman 1dari 7

Peran Program Studi Manajemen Agribisnis dalam Mendukung

Pertanian

Pada dasarnya kemampuan manusia terbatas (fisik, pengetahuan, waktu dan


perhatian) sementara kebutuhan manusia tidak terbatas. Usaha atau kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan, terbatasnya kemampuan dalam melakukan pekerjaan
mendorong manusia membagi pekerjaan, tugas dan tanggung jawabnya. Dengan
adanya pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab ini menyebabkan terbentuknya
kerjasama dan keterkaitan formal dalam suatu organisasi atau perusahaan. Dengan
demikian dalam suatu organisasi pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat
diselesaikan dengan baik serta tujuanyang ditetapkan akan tercapai (Hasibuan, 1996).

Manajemen dalam bisnis pertanian dihadapkan pada lingkungan yang


semakin dinamis, kompleks, dan tidak pasti untuk mengambil keputusan. Diperlukan
seperangkat alat yang berbeda untuk mengatasi lingkungan yang semakin kompleks
ini (Boehlje, 1999). Kemajuan teknologi yang cepat, ledakan informasi, dan
kesenjangan yang melebar antara negara-negara dunia yang terbelakang dan
terbelakang di dunia semuanya berkontribusi pada lingkungan yang kompleks saat ini
(Daellenbach 1994).

Kompleksitas industri pertanian didokumentasikan dengan baik.


Faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap kompleksitas dalam pertanian
termasuk masalah demografi (kemiskinan, pertumbuhan populasi yang tinggi, dan
tingkat pertumbuhan pendapatan), perubahan preferensi makanan dan konsumen, aksi
pemerintah, penelitian pertanian, penggunaan lahan, dan perubahan iklim (Pinstrup –
Andersen dan Pandya-Lorch, 1998).

Hasil keputusan agribisnis tidak diketahui secara ex ante dan seringkali tidak
segera direalisasi, sehingga berkontribusi pada kompleksitas lingkungan. Sifat
musiman pertanian berarti hasil keputusan yang dibuat hari ini mengenai penanaman
dan aplikasi kimia seringkali membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk terwujud.
Selanjutnya, keputusan terkait dengan investasi, adopsi teknologi, pengembangan
pasar, dan penelitian agro-kimia di sektor input pertanian dapat memakan waktu
bertahun-tahun, atau bahkan puluhan tahun, untuk memberikan hasil.
Kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai tujuan tertentu
diupayakan dapat dilaksanakan secara efektif dan efi sien (berdaya guna dan berhasil
guna). Dalam mencapai hal itu, kegiatan yang dilakukan perlu dilaksanakan secara
terencana dan sistematis yang memerlukan keterlibatan orang lain dalam bekerja sama
dalam sebuah kelompok kerja. Kegiatan kejasama dengan melibatkan orang lain
merupakan salah satu dari kegiatan manajemen (Firdaus, 2008).

Penerapan manajemen dalam sistem agribisnis adalah manajemen agribisnis.


Dengan banyaknya karakteristik khusus yang dimiliki agribisnis maka penerapan
manajemennya berbeda dengan bisnis lainnya. Beberapa hal yang membedakan
manajemen agribisnis dengan manajemen lainnya (Downey dan Erickson, 1992)
adalah sebagai berikut.

 Keanekaragaman jenis bisnis pada sektor agribisnis sangat besar yaitu dari para
produsen primer sampai ke konsumen akhir akan melibatkan hampir setiap jenis
perusahaan bisnis yang pernah dikenal oleh peradaban (perantara, pedagang
borongan, pengolah, manufaktur, perusahaan penyimpanan, pengangkutan,
lembaga keuangan, dan lain sebagainya).

 Jumlah pelaku agribisnis sangat besar.

 Hampir semua kegiatan agribisnis terkait dengan pengusaha tani baik langsung
maupun tidak langsung.

 Skala usaha agribisnis beragam dari yang kecil, menengah, hingga yang sangat
besar.

 Persaingan pasar yang ketat khususnya bagi agribisnis yang berskala kecil
dimana penjual berjumlah banyak sedangkan pembeli sedikit.

 Falsafah hidup tradisional/cara hidup (way of life) yang dianut sebagian besar
produsen menyebabkan agribisnis lebih ketinggalan dibanding dengan bisnis
lainnya (lebih tradisional).

 Usaha agribisnis mempunyai kecenderungan berorientasi dan dijalankan oleh


petani dan keluarga.

 Agribisnis kebanyakan berbasis pedesaan sehingga masih masih memiliki ikatan


kekeluargaan (berhubungan dengan masyarakat luas).
 Sifat produk agribisnis yang pada umumnya cepat busuk, kamba, dan tidak tahan
lama sehingga menuntut penanganan khusus, di samping mempunyai sifat
produksi yang musiman, kecil, tersebar sehingga menuntut penerapan manajemen
yang berbeda.

 Ancaman dari gejala alam yang tidak dapat diprediksikan menjadi pembeda
dengan usaha lainnya.

 Kebijakan dan program pemerintah sering sangat berpengaruh kepada sektor


agribisnis.

Usaha pertanian harus dapat tumbuh berkembang secara progresif karena


dianggap sebagai lokomotif penggerak perekonomian desa. Dengan sumber daya
yang terbatas dan dalam tatanan pasar yang sangat kompetitif, sumber pertumbuhan
agribisnis yang paling dapat diandalkan adalah inovasi teknologi. Inovasi teknologi
sangat diperlukan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan produktivitas sehingga
dapat memacu tidak hanya pertumbuhan produksi tetapi juga meningkatkan daya
saing. Inovasi teknologi juga diperlukan dalam pengembangan produk (product
development) dalam rangka peningkatan nilai tambah, diversifi kasi produk, dan
transformasi produk sesuai preferensi konsumen. Dengan demikian, inovasi teknologi
mempunyai peran yang sangat vital dalam mendukung pengembangan sistem dan
usaha agribisnis yang dinamis, efi sien, dan berdaya saing tinggi (Suryana, 2007).

Pemahaman tentang manajemen agribisnis harus diawali dengan batasan dari


pengertian manajemen. Batasan tentang manajemen telah banyak dikemukakan oleh
para pakar yaitu manajemen merupakan seni untuk melaksanakan suatu rangkaian
pekerjaan melalui orang-orang. Secara khusus manajemen diperlukan pada setiap
kegiatan yang melibatkan penggunaan sumberdaya alam, manusia maupun modal
untuk mencapai hasil tertentu yang diinginkan. Seorang petani harus mengatur
kegiatan usahataninya mulai dari menanam apa, kapan akan menanam, siapa saja
yang akan dilibatkan, berapa banyak buruh tani yang akan dipekerjakan, akan ke
mana produk yang dihasilkan akan dijual dan lain sebagainya. Hal tersebut
memerlukan pengelolaan sedemikian rupa agar dapat berjalan sesuai harapan.
Kemudian terbersit pertanyaan apakah para petani sudah menerapkan suatu
manajemen?
Secara luas dapat dijelaskan bahwa setiap manusia memerlukan penerapan
manajemen. Setiap individu mempunyai tujuan hidup sehingga memerlukan
manajemen dalam mengatur waktunya, keuangannya dan kegiatan lainnya yang
dilakukan. Misalkan seorang mahasiswa memerlukan penerapan manajemen dalam
membagi waktunya untuk kuliah, membaca buku, praktikum, berorganisasi dan
kegiatan lainnya dalam mewujudkan tujuan hidupnya. Begitu pula dengan sebuah
keluarga harus menerapkan manajemen dalam mencapai tujuan hidup keluarganya.
Manajemen dapat dikatakan pula sebagai sebuah subjek yang mempersoalkan usaha
penetapan dan pencapaian tujuan. Sebagai alat manajemen bukan saja ditujukan untuk
mengidentifi kasi, menganalisa dan menetapkan tujuan-tujuan yang harus dicapai
tetapi juga untuk mengkombinasikan secara efektif bakat dan keahlian orang-orang
dan mendayagunakan sumber-sumber material secara efisien.

Mekanisme kerja dari fungsi manajemen dalam jangka panjang dapat berjalan
dimulai dari kegiatan perencanaan, kegiatan pengorganisasian, kegiatan pengarahan,
pengoordinasian, dan pengawasan. Kemudian setelah kegiatan pengawasan
dilaksanakan maka akan dijadikan dasar bagi perencanaan kembali sehingga hal ini
dapat disebutkan bahwa kegiatan manajemen adalah suatu siklus seperti roda yang
berputar. Seorang manajer harus mempunyai keterampilan-keterampilan yang lebih
daripada yang dimiliki para karyawannya dalam melaksanakan tugasnya sebagai
seorang manajer selain memperhatikan prinsip-prinsip yang harus dipegang seperti
yang telah diungkapkan di atas.

Manajer dalam bisnis pertanian dihadapkan pada lingkungan yang dinamis,


kompleks, dan tidak pasti untuk mengambil keputusan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil keputusan berubah dari waktu ke waktu, hasilnya tidak diketahui
pada saat keputusan dibuat, dan seringkali ada jeda panjang antara waktu
pengambilan keputusan dan ketika hasilnya diketahui. Salah satu metode yang dapat
digunakan manajer untuk meningkatkan pengambilan keputusan dalam lingkungan
seperti itu adalah penggunaan alat manajemen yang canggih. Pengaturan ini
memungkinkan manajer untuk mengeksplorasi efek dari keputusan yang berbeda,
melihat hasil, dan mempelajari tentang faktor-faktor yang memengaruhi hasil. Artinya,
alat manajemen dapat seperti simulator terbang karena mereka memungkinkan
manajer untuk belajar tentang implikasi potensial dari keputusan saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

M. Z, Muttaqin. 2004. Manajemen Teknologi Agribisnis. Jakarta: Ghalia Indonesia

Shinta, Agustina. 2011. Manajemen Agribisnis. Malang. Universitas Brawijaya Press

Fisher, Donna. 2000. Understanding technology adoption through system dynamics


modeling: implications for agribusiness management.
https://tind-customer-agecon.s3.amazonaws.com/ . Diakses pada tanggal 21 Juli
2019

King, Robert. 2010. Agribusiness Economics and Management.


https://www.researchgate.net/profile/Michael_Boehlje/publication/227348790_A
gribusiness_Economics_and_Management/links/0deec517ba0068f8b5000000.pdf.
Diakses pada tanggal 21 Juli 2019

Akridge, J. T. 1989. Measuring Productive Effi-ciency in Multiple Product


AgribusinessFirms.American Journal of AgriculturalEconomics71: 116–125.

Boland, M., and J. Akridge, eds. 2006. Food and Agribusiness Management
Education:Future Directions. Final report of the National Food and Agribusiness
Man-agement Education Commission, KansasState University and Purdue
University.

Manajemen memiliki banyak pengertian, menurut (Stoner & dkk, 1996) manajemen
adalah proses perencanaaan, pengorganisasian dan penggunaan terhadap
sumberdaya organisasi lainnya supaya tujuan organisasi dapat tercapai sesuai
dengan yang ditetapkan.

Penerapan manajemen dalam sistem pertanian disebut sebagai manajemen


agribisnis. Manajemen Agribisnis adalah suatu kegiatan di industri pertanian
(agro-industri) yang menerapkan ilmu manajemen dengan memberlakukan fungsi
perencanaan, penyusunan, pengarahan, dan pengendalian, serta memanfaatkan
semua sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan, yaitu menghasilkan produk
pertanian yang berkualitas sehingga kebutuhan atau keinginan konsumen terpenuhi
dan produsen juga mendapatkan keuntungan.

Definisi agribisnis adalah semua usaha yang berhubungan dengan aktivitas


produksi pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan atau
pengusahaan produksi itu sendiri serta pengusahaan pengelolaan hasil
pertanian.(Sjarkowi dan Sufri, 2004).

Agribisnis memiliki banyak karakteristik khusus maka penerapan


manajemennya pun berbeda dengan bisnis yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai