Peran Penting Hasil Pemikiran Kreatif Atau Kritis Dalam Mengedukasi Petani
Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Panen
Dikerjakan Oleh :
Nama : Nurlinda
Nim : 2169021138
Pendahuluan
Perkembangan sektor pertanian pada dasarnya adalah bagian dari pertumbuhan
ekonomi. Kemampuan memenuhi kebutuhan pangan bagi populasi yang secara
eksponensial terus meningkat adalah suatu upaya yang sangat berat dan menantang,
terutama bila luas lahan yang merupakan faktor utama tidak menunjukkan
peningkatan. Data World Bank (2015) mengindikasikan bahwa dari seluruh
permukaan dunia, lahan yang dapat dimanfaatkan bagi kegiatan pertanaman atau
lahan penggembalaan permanen hanya mendekati angka 38%. Upaya untuk
meningkatkan luas lahan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan bercocok tanam
antara lain adalah dengan upaya remediasi lahan, yaitu upaya meningkatkan
kesuburan lahan. Akan tetapi tindakan demikian menuntut biaya dan investasi yang
besar dengan rentang pengembalian dalam jangka panjang. Dengan pertimbangan
demikian, upaya peningkatan produksi dan produktivitas lahan harus didukung oleh
inovasi yang selaras dengan kondisi dan kebutuhan lahan yang dapat dimanfaatkan
untuk lahan pertanian. Di tingkat mikro operasional, meningkatkan produksi pangan
guna meningkatkan pendapatan rumah tangga bagi petani sudah menjadi tujuan
pembangunan pertanian. Guna mencapai tujuan tersebut, berbagai strategi yang
diterapkan di masa lalu seringkali terhenti di perjalanan karena tidak sejalan dengan
kondisi dan kegiatan usahatani di tingkat operasional. Sering diasumsikan bahwa
upaya meningkatkan produktivitas lahan adalah dengan mengubah strategi
pertanaman tumpangsari dan multiple cropping ke arah praktek monocropping
dengan mengusahakan komoditas yang memiliki nilai pasar dan ekspor yang lebih
baik. Namun dalam kenyataannya sangat sulit untuk mengubah pola pikir dan praktek
usahatani yang telah dilakukan dan diwariskan dari generasi ke generasi. Padahal dari
sisi lain dapat dikembangkan inovasi teknologi dan strategi produksi pertanian yang
dirancang untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya produksi yang terdapat di
lingkungan sekitar lahan usahatani. Hal yang dapat disebutkan antara lain adalah
upaya meningkatkan penggunaan pupuk organik yang diproduksi sendiri seperti
pupuk kandang dan sisa-sisa panen tanaman, memilih spesies ternak atau varietas
tanaman yang tahan stress dan penyakit, dan lain-lain. Menuju Pertanian Modern
Berkelanjutan 59 Sustainabilitas Pembangunan Sektor Pertanian: Inovasi Teknologi
atau Inovasi Sosial Kelembagaan Guna mengimplementasikan pemikiran di atas
diperlukan informasi, keterampilan, dan kemampuan pengelolaan kegiatan usahatani
yang mampu mendukung kelancaran operasional kegiatan usahatani terintegrasi
antara tanaman dan ternak, dan mampu membawa kegiatan tersebut ke arah yang
terstruktur dan efisien. Kondisi demikian memerlukan suatu rancangan berusahatani
yang terfokus, memiliki tujuan yang jelas dan dapat dicapai, serta didukung oleh
inovasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan operasional, baik bagi kegiatan
usahatani keluarga, maupun bagi kegiatan perusahaan pertanian komersil. Dalam hal
ini proses dan kelancaran pembangunan sektor pertanian nasional sangat erat
kaitannya dengan evolusi dan perkembangan inovasi teknologi yang berkaitan dengan
tuntutan kebutuhan pembangunan sektor yang bersangkutan. Berbagai temuan dan
pengalaman telah menunjukkan bahwa inovasi teknologi regeneratif yang memiliki
kemampuan konservasi sumber daya ternyata mampu meningkatkan produktifitas
lahan pertanian, dan dalam waktu yang bersamaan juga memberikan berbagai
keuntungan dan dampak positif terhadap petani sebagai pelaku utama kegiatan sektor,
masyarakat sekitar, dan juga di tingkat nasional. Inovasi teknologi adalah suatu
kreativitas yang menakjubkan dari individu dan kelompok yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam mengatasi berbagai permasalahan
dalam kegiatan sektor pertanian. Kelompok inovator tersebut merupakan ujung
tombak dalam upaya menciptakan kegiatan usahatani alternatif yang diharapkan
mampu mengatasi masalah dan masa depan kegiatan pertanian. Suatu inovasi
merupakan alat yang tepat untuk mengubah suatu sistem (termasuk sistem usahatani)
yang tengah berjalan, baik secara berangsurangsur, maupun melakukan perubahan
drastis, baik terhadap sistem usaha maupun terhadap manusia pelakunya. Perubahan
yang terjadi disebabkan oleh invasi inovasi eksternal yang kemudian berinteraksi dan
berintegrasi dengan kondisi tekno-ekososial sistem tersebut. Proses integrasi inovasi
eksternal demikian berjalan secara bertahap dan secara berangsur-angsur diadopsi
oleh ekosistem yang bersangkutan. Proses demikian disebut proses amalgamasi
(penyerapan, difusi) karena sifatnya relatif lambat, dan pada umumnya terjadi secara
alami tanpa tekanan atau paksaan (Huntington, 1980). Namun walaupun terjadi
secara alami, intervensi inovasi demikian juga disebut inovasi intrusif karena
dianggap mengganggu keseimbangan sistem yang dimasuki inovasi eksternal
tersebut. Intervensi inovasi eksternal dapat juga terjadi secara lebih cepat bila
menerapkan strategi induced innovation, yaitu inovasi melalui upaya mempengaruhi
yang berkisar dari bujukan sampai pemaksaan (coercion, koersi) yang diprakarsai
atau difasilitasi pihak ketiga yang disebut fasilitator atau katalis. Katalis atau
fasilitator tersebut dapat diperankan oleh kelembagaan pemerintah,
swasta/perusahaan, atau individu-individu yang menguasai bidang-bidang yang 60
Menuju Pertanian Modern Berkelanjutan Sustainabilitas Pembangunan Sektor
Pertanian: Inovasi Teknologi atau Inovasi Sosial Kelembagaan berkaitan dengan
proses inovasi tersebut. Namun dalam beberapa dekade terakhir, strategi koersif
sudah mulai ditinggalkan. Berbagai temuan dan inovasi guna meningkatkan produksi
dan produktivitas sektor pertanian terlanjutkan (sustainable) adalah bagian upaya
meningkatkan keberlanjutan pembangunan pertanian dengan menerapkan sistem
usaha pertanian regeneratif. Pearson (2007) menyebutkan bahwa suatu kegiatan
pertanian regeneratif adalah “kegiatan yang dirancang untuk mengurangi input
eksternal dan dampak eksternal terhadap kondisi agronomi lahan.” Usaha pertanian
regeneratif adalah kegiatan sektor yang menggabungkan seluruh sektor yang terlibat
yang secara terintegrasi mampu meningkatkan produktivitas dan produksi sektor
pertanian. Inovasi teknologi tidak akan dapat diterapkan secara efektif bila terpisah
dari pendekatan sosiologis dan ekonomis, dan sebaliknya. Secara timbal balik,
inovasi regeneratif dan sistem pertanian regeneratif akan saling menumbuhkan satu
sama lain. Dalam memburu produksi yang lebih baik tersebut, segala cara telah
dilakukan, termasuk pengembangan dan penerapan teknologi yang lebih modern.
Upaya modernisasi pertanian melalui penerapan berbagai inovasi teknologi, sosial
dan ekonomi, mampu menunjukkan keberhasilan yang signifikan dalam hal
peningkatan produksi melalui penerapan inovasi teknologi secara masif. Revolusi
Hijau juga mendorong perkembangan industrialisasi sektor pertanian. Akan tetapi di
sisi lain masih dijumpai sistem usahatani tradisional, berinput rendah, dan tidak
menunjukkan kemajuan. Namun arah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) yang semakin jeli telah menunjukkan bahwa arus utama sektor pertanian
abad ini adalah kegiatan berusahatani yang merangkul atau mengintegrasikan diri
dengan kondisi agroekosistem setempat. Pertimbangan ini didasarkan pada fakta
bahwa selama ini metode berusahatani dan pengembangan sektor secara negatif telah
menyedot sumber daya air secara berlebihan, meningkatkan erosi lahan, dan
menurunkan kesuburan lahan. Menurut laporan International Water Management
Institute dan UNEP (Boelee, 2011), saat ini tidak tersedia cukup air guna melanjutkan
praktek usahatani seperti itu. Pembangunan sektor pertanian masa depan harus lebih
berhati-hati dalam memanfaatkan sumber daya air, lahan, dan sumber daya
ekosistem. Pertanian masa depan harus mampu mempertahankan dan meningkatkan
sustainabilitas (keberlanjutan) kegiatan sektor pertanian yang memperhatikan
kemampuan ekosistem setempat berserta korbanan yang harus diberikan oleh
lingkungan dan peri kehidupan masyarakat. Ketimpangan atau ketidakmerataan hasil
pembangunan harus segera diatasi seperti pembagian hak atas air, perluasan lahan
pertanian, atau konservasi lahan untuk melindungi kepunahan jenis atau spesies
tanaman dan hewan.