Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN USAHATANI DAN FAKTOR

SOSIAL-KOMUNIKASI PETANI
Ir. Agustina Shinta, MP
Lab of Agribusiness Analysis and Management,
Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya
Email: shint4_71ub@yahoo.com

MODUL

3
1. Manajemen Usahatani

2. Faktor Sosial – Komunikasi Petani Dalam Berusahatani

1. MANAJEMEN USAHATANI
Modernisasi dan restrukturisasi produksi tanaman pangan
yang berwawasan agribisnis dan berorientasi pasar memerlukan

SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT


kemampuan manajemen usaha yang profesional. Oleh sebab itu,
kemampuan manajemen usahatani kelompok tani perlu didorong
dan dikembangkan mulai dari perencanaan, proses produksi,
pemanfaatan potensi pasar, serta pemupukan modal/investasi.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam mendorong peran serta
petani dalam penyediaan modal/investasi untuk pengembangan
usahatani antara lain:
1. Memberikan penyuluhan/informasi
2. Insentif dan kondisi yang kondusif agar petani
(SPEED)
mampu memanfaatkan sumber permodalan dan sumber
daya lainnya secara optimal.

KONDISI PETANI
Usahatani di Jawa terutama, telah dicirikan dengan lahan
sempit, sehingga pendapatan yang diperoleh dari usahatani
sangat kecil, petani dikawasan agropolitan di Jatim (Kecamatan
Senduro, Pasrujambe, Lumajang, Batu dan Pacet-Mojokerto),
umumnya juga dicirikan pemilikan lahan sawah, tegal atau
pekarangan yang sempit.
Ilmu Usaha Tani Brawijaya University 2012
Untuk menambah penghasilan keluarga, umumnya petani merangkap bekerja
di sektor jasa dan industri. Sebagai konsekuensinya, setelah musim tanam
selesai atau waktu tertentu, petani harus meninggalkan usahataninya untuk
bekerja di luar usahatani.

Dengan melihat kondisi seperti diatas, muncul sederetan pertanyaan


mengenai masalah itu: siapakah yang mengurus usahataninya sehari-hari?
Bagaimana produksi dan kualitas hasilnya jika usaha tidak ditunggui?
Bagaimana penerapan teknologi pada usahataninya? Apakah produknya dapat
bersaing pada era globalisasi saat ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, paling
tidak ada tiga hal yang harus diperbaiki, yaitu :
a. Inovasi Teknologi
Melalui inovasi teknologi, diyakini keuntungan usahatani persatuan luas
akan dapat terdongkrak, komoditas unggulan yang menggiurkan akan dapat
diciptakan. Akan tetapi, teknologi yang diintroduksi ke petani akan lebih disukai
jika teknologi tersebut mudah diaplikasikan, kurang intensif penanganannya,
tidak memerlukan pengamatan tiap hari dan tidak memerlukan kontrol terlalu
ketat. Teknologi semacam ini akan memberikan peluang bagi petani untuk
dapat meninggalkan usahtaninya, menyerahkan penanganannya pada orang
lain dengan hasil yang memuaskan. Contoh: teknologi yang diterapkan untuk
tanaman tebu. Setelah tanam dan pemupukan, petani bisa meninggalkan
usahataninya dan diserahkan orang lain untuk mengelola. Dengan demikian
petani bisa akan kembali lagi pada saat panen. Jika teknologi yang tersedia
justru mengharuskan petani selalu berada di lahan (menunggui), maka
manajemen usaha kelompok secara bertahap harus dirubah, yaitu dari
manajemen konvensional menjadi kooperatif (cooperative farming) atau
menjadi korporasi (corporate farming). Manajemen ini memungkinkan anggota
kelompok tidak mengelola penuh usahataninya. Akan lebih manfaat lagi jika
teknologi yang tersedia dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi petani.

b. Manajemen usaha yang dilakukan kelompok


Manajemen “bakul sate” yang selama ini dijalani petani harus
ditinggalkan, yaitu manajemen yang mengharuskan petani selalu menungggui
dan mengerjakan usahataninya sendiri mulai dari hulu sampai hilir. Ada
alternatif manajemen usaha yang dapat dilakukan orang lain tanpa mengurangi
jumlah dan mutu hasil. Manajemen usaha yang dimaksud adalah manajemen
kooperatif dan korporasi. Manajemen korporasi merupakan alternatif karena

Page 2 of 9
Ilmu Usaha Tani Brawijaya University 2012
punya beberapa kelebihan, yaitu:
1. Pengambilan keputusan usaha harian dapat dilakukan secara cepat,
sehingga usahatani tanggap terhadap perubahan pasar dan harga.
2. Pengelolaan lahan, irigasi, dan teknik budidaya lainnya, dikelola oleh tim
manajer dibantu tenaga teknis, teknis lapangan terampil, sehingga
pengelolaan efisien.
3. Mobilisasi sumber daya pertanian (lahan, tenaga kerja dan modal) mudah,
karena sumber daya dikelola oleh tim manajer
4. Pembagian keuntungan yang dihasilkan dari jenis lahan, tenaga dan modal
sebagai saham anggota, berdasarkan perjanjian.

Manajemen seperti ini akan sesuai untuk lingkungan perkotaan


(agropilitan) atau masyarakat urban yang mempunyai peluang kerja di sektor
jasa dan industri.

Kelompok tani yang belum menerapkan manajemen korporsi, secara


perlahan-lahan sebaiknya dapat memperbaiki manajemen usahanya dengan
lebih fokus pada faktor pengambilan keputusan usaha, pengelolaan sumber
daya dan pembagian keuntungan. Manajemen secara bertahap dirubah dari
konvensional, ke kooperatif dan akhirnya korporasi. Saat ini masih banyak
kelompok tani yang anggotanya merangkap kerja dibidang jasa dan industri,
tetapi manjemen yang diterapkan kelompok tani masih konvensional, sehingga
hasilnya tidak masksimal.

c. Metode penyuluhan
Metode penyuluhan juga harus diubah disesuaikan pola manajemen
modal yang diterapkan kelompok. Terdapat tiga metode penyuluhan, yaitu
pendektan personal, pendekatan kelompok dan pendekatan masal. Pada waktu
lalu strategi dititik beratkan [pada pendekatan missal dan kelompok karena
pendektan personal terlalu mahal. Dengan penerapn manajemen koperasi
maka metode pendekatan penyuluhan difokuskan pada pendekatan personal.
Tim mnajer yang hanya terdiri dri beberapa orang merupkan target
penyuluhan.kebutuhan materi pelatihan bgi anggot kelompok diganti dengan
kebutuhan materi pelatihan bagi tim mnajer. Materi pelatihn bagi tim
difokuskan pada masalah manajemen , seperti pemasaran, analisiskeuangan,
pengambilan keputusan, kewirausahaan, dan lain-lain.
(Nugroho Pangarso, 2006)

Page 3 of 9
Ilmu Usaha Tani Brawijaya University 2012
Salah satu kesulitan sosialisasi inovasi teknologi antara lain adanya
keterbatasan sumber daya petani. Dengan kelompok koperasi, maka teknologi
dapat lebih mudah diadopsi. Teknologi yang disosialisasikan bisa mulai dari
yang mudah diapliklasikan sampai canggih, karena yang menerapkan teknologi
adalah tim manajer, bukan anggota kelompok tani.

Teknologi pertanian organik, teknologi kultur jaringan, dan teknologi


persilangan untuk memproduksi benih yang selama ini cukup sulit diajarkan
pada kelompok tani, mungkin akan lebih mudah diajarkan pada kelompok
dengan manajemen korponasi. Kesulitan utama menerapkan manajemen
korporasi bukan pada masalah faktor fisik (lahan, tenaga, modal), tetapi lebih
pada faktor psikologi, yaitu ketidakrelaan petani (anggota kelompok) untuk
mengakui kelebihan teman petani lain sebagai manajer usaha.

Masih banyak kegiatan dalam program revitalisasi yang harus


disempurnakan, antara lain seperti kelembagaan penyuluhan, system
penyuluhan dan penyusunan program penyuluhan, tetapi untuk teknologi,
manajemen usaha dan metode penyuluhan harus mulai dirintis dari sekarang.
Membuat rekayasa dan sinkronisasi ketiga unsur tersebut cukup dilakukan oleh
penyuluh yang dapat memotivasi dan diterima di kelompok binaannya.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MANAJEMEN USAHA TANI


Peningkatan produktifitas komoditi tanaman pangan dilakukan dengan
meningkatkan mutu intensifikasi yang dijalankan secara berkelanjutan dan efisien
guna meningkatkan daya saing, dengan tetap mengacu kepada kelestarian
lingkungan. Peningkatan produktifitas usahatani dilakukan dengan penerapan
teknologi maju dan alsin pertanian

Cara lain untuk meningkatkan usahatani adalah dengan perluasan areal


tanam. Peningkatan Intensitas Pertanaman (PIP) baik dari intensitas pertanaman
(IP) 100 menjadi IP 200 maupun dari IP 200 menjadi IP 300 pada berbagai tipologi
lahan. Penambahan baku lahan (PBL) yang diupayakan melalui pemanfaatan lahan-
lahan potensial, terutama diluar Jawa.

Untuk meningkatkan produksi baik melalui peningkatan produktifitas maupun


perluasan areal tanam diperlukan penyebarluasan penerapan teknologi. Teknologi
yang diterapkan diarahkan yang bersifat lebih unggul, tepat guna, spesifik lokasi
dan berwawasan lingkungan. Teknologi yang disebarluaskan mencakup mulai dari

Page 4 of 9
Ilmu Usaha Tani Brawijaya University 2012
teknologi pra produksi, proses produksi, hingga pasca panen dan pengolahan hasil
dengan fokus antara lain: penggunaan varietas unggul bermutu, pemupukan
berimbang, efisiensi pemanfatan air, PHT, serta teknologi pengolahan hasil.

PENINGKATAN NILAI TAMBAH


Upaya pengembangan usaha yang mampu memberikan nilai tambah bagi
petani perlu terus ditingkatkan, sehingga petani dapat memasarkan produknya
bukan hanya dalam bentuk makanan mentah akan tetapi dalam bentuk olahan.
Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya antara lain:
a. Penerapan teknologi panen dan pasca panen yang tepat

b. Penyebarluasan teknologi pengolahan hasil

c. Pemasyarakatan penerapan standart mutu

d. Pemanfaatan peluang kredit

Sedangkan pengembangan sarana dan prasarana pertanian tanaman pangan


diarahkan untuk menjamin aksesbilitas guna mendukung keberhasilan upaya
peningkatan produktifitas, perluasan areal tanam. Termasuk pengolahan dan
pemasaran hasil, melalui paya-upaya antara lain sebagai berikut:
 Peningkatan fasilitas penyediaan dan distribusi sarana produksi dilapangan
untuk menciptakan iklim yang kondusif dan berusahatani

 Peningkatan efektivitas dan efisiensi koordinasi antar instansi terkait dalam


melakukan pengembangan sarana dan prasarana

Untuk pemasaran komoditi usahatani, dikembangkan dengan sistem


pemasaran yang efisien dan berorientasi pada kebutuhan konsumen melalui upaya-
upaya pengembangan kelembagaan informasi pemasaran, standarisasi dan mutu
produk, pengamanan harga, kemitraan usaha, serta promosi pemasaran.

PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
Upaya pemberdayaan petani diperlukan pengembangan kelembagaan baik
kelembagaan petani maupun pemerintah sebagai berikut:
 Pengembangan kelompok tani melalui peningkatan kemampuannya tidak
hanya dari aspek budidayanya saja namun juga aspek agribisnis secara
keseluruhan dan kemampuan bekerja sama sehingga dapat berkembang
menjadi kelompok usaha baik dalam bentuk koperasi maupun unit usaha kecil
Page 5 of 9
Ilmu Usaha Tani Brawijaya University 2012
mandiri dan tumbuh dari bawah.

 Peningkatan kualitas SDM, bantuan alat-alat prosessing, penyediaan kredit,


dan mengembangkan pola kemitran.

 Pengembangan usaha Pelayanan Jasa Alsin (UPJA) dengan memperkuat dan


melakukan pembinaan terhadap petugas, manajer, operator, dan petani
melalui peningkatan fasilitas perbengkelan, kerjasama dengan swasta,
pelayanan kredit dan pelatihan.

 Penguatan lembaga pemerintah seperti BPSB, BPTPH, balai benih maupun


Brigade proteksi sehingga dapat memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat terutama petani melalui upaya peningkatan profesionalisme terus
operasional dan admisnistrasi, serta peningkatan kerja sama antar petugas
lapangan dan intansi terkait melalui forum konsultasi dan konsolidasi.
(http://www.go.id/ditsentp/kebijakan/fokus-kebijakan.htm)

Penyuluhan pertanian sangat diperlukan dalam peningkatan usahatani. Akan


tetapi penyuluhan pertanian sebagai ujung tombak pembangunan pertanian akhir-
akhir ini terlihat lesu, revitalisasi kelembagaan penyuluhan perlu segera diwujudkan
sehigga kinerja penyuluhan dapat bangkit kembali.
Revitalisasi penyuluhan terutama diperlukan dalam hal pemasyarakatan
teknologi dan manajemen produksi, serta fasilitas aksesibilitas petani terhadap
pasar, permodalan, informasi serta sarana dan prasarana. Untuk itu agar
penyuluhan dapat efektif mendukung program pembangunan usahatani diperlukan
upaya-upaya koordinasi dan sinkronisasi, sosialisasi program pembangunan
usahtani, serta mengisi materi penyuluhan sesuai dengan kebutuhan program
pembangunan usahatani.

2. FAKTOR SOSIAL DAN KOMUNIKASI PETANI


DALAM BERUSAHATANI
Di dalam klasifikasi usahatani, ada pembagian kategori berdasarkan pola
usahatani, tipe usahatani, struktur usahatani, bentuk usahatani dan corak
usahatani. Dalam modul ini, akan ditekankan pada corak usahataninya karena
sangat erat hubungannya dengan faktor dan peran sosial yang dihadapi oleh
seorang petani. Corak usahatani diukur berdasarkan kriteria antara lain ; nilai
umum (sikap dan motivasi), tujuan produksi, pengambilan keputusan, tingkat
Page 6 of 9
Ilmu Usaha Tani Brawijaya University 2012
tehnologi serta derajat komersialisasi dari produksi dan input usahataninya,
proporsi penggunaan faktor produksi dan tingkat keuntungan (yang akan dibahas
di bagian lain), pendayagunaan lembaga, tersedianya sumber yang sudah
digunakan dalam usahatani serta tingkat dan keadaan sumbangan pertanian
dalam keseluruhan tingkat ekonomi.

Salah satu variabel utama dalam sistem usahatani adalah pengambilan


keputusan di dalam rumah tangga petani tentang corak usahatani, bagaimana
petani memilih kombinasi pembudidayaan tanaman dengan ternak, tehnik dan
strategi apa yang harus diterapkan. Dalam pengambilan keputusan di dalam
berusahatai, petani tidak sendiri, petani butuh seseorang baik sesama petani
ataupun penyuluh bahkan referensi kelompok untuk menetapkan pilihan. Petani
juga makhluk sosial, sehingga petani perlu berinteraksi sosial, untuk
mendapatkan pengetahuan dan tambahan ketrampilan. Dengan interaksi sosial,
maka berlangsunglah proses sosialisasi. Sosialisasi adalah proses interaksi sosial
melalui bagaimana kita berfikir, berperasaan dan berperilaku sehingga dapat
berperan serta secara efektif dalam masyarakat. Proses interaksi sosial
memerlukan komunikasi baik itu lisan maupun tertulis.

Komunikasi juga merupakan proses, bisa proses komunikasi primer yaitu


secara langsung tanpa bantuan alat, dengan bahasa, gerakan yang diberi arti
khusus, aba-aba, dan sebagainya, bisa proses komunikasi sekunder, berlaku
dengan menggunakan alat agar dapat melipatgandakan jumlah penerima pesan /
amanat, yang berarti pula mengatasi hambatan-hambatan geografis (lewat radio,
televisi) serta hambatan waktu (lewat buku, telepon, radio). Suatu jaringan
komunikasi baik tradisional maupun modern sangatlah penting di tingkat petani
berkaitan dengan aktifitas berusahataninya secara pribadi, kelompok maupun
komunikasi sosial budaya.

Sebelum proses sosialisasi terjadi di masyarakat pertanian, interaksi sosial


akan terlebih dahulu terjadi di keluarga tani tersebut. Dengan berbagai topik,
keluarga, ekonomi, kegiatan usahatani, tetangga, dan lain-lain. Selain keluarga
dan masyarakat tani, petani berinteraksi juga dengan kelembagaan baik itu
formal maupun non formal, dengan tujuan yang berkaitan dengan peningkatan
sosial ekonomi keluarga petani.

Komunikasi di antara petani, keluarga, lembaga tidak selalu berjalan


lancar, Banyak kendala dan hambatan yang akan menghadang, seperti dalam

Page 7 of 9
Ilmu Usaha Tani Brawijaya University 2012
penelitian yang dilakukan ILEIA sebuah wadah pusat informasi pertanian dengan
LEISA (Low External Input and Suistanable Agriculture), hambatan-hambatan
komunikasi antar kelompok tani antara lain ; jarak yang jauh, kendala fisik
(sungai yang lebar, barisan gunung, jalan yang rusak) dan perbatasan nasional
antar masyarakat tani karena tidak ada transportasi umum, masalah bahasa,
masalah politik antar negara, daerah bahkan antar suku.

Aktifitas interaksi sosial dan tindakan komunikasi itu dilakukan baik secara
verbal, non verbal maupun simbolis. Kebutuhan adanya sebuah sinergi fungsional
dan akselerasi positif dalam melakukan pemenuhan kebutuhan manusia satu
dengan yang lainnya ini melahirkan kebutuhan tentang adanya norma-norma dan
nilai-nilai sosial yang mampu mengatur tindakan manusia dalam memenuhi
berbagai kebutuhannya, sehingga tercipta keseimbangan sosial antara hak dan
kewajiban dalam pemenuhan kebutuhan manusia terutama juga kondisi
keseimbangan itu akan menciptakan tatanan sosial dalam proses kehidupan
masyarakat saat ini dan waktu yang akan datang.

Page 8 of 9
Ilmu Usaha Tani Brawijaya University 2012
REFERENSI

Fadholi Hernanto, 1991, Ilmu Usahatani, BPFE, Yogjakarta


Hananto, S. 1980. Masalah perhitungan distribusi pendapatan di Indonesia. Prisma.
No. 1. LP3S. Jakarta
Hernanto, Fadholi. 1991, Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya: Jakarta
Irawijaya. 2006. Prospek Sektor Pertanian Lombok. (Available on-line with updates
at http://www.kompas.com/KabupatenLombokBarat.htm)
Makeham and Malcolm, 1981, Manajemen Usahatani di daerah Tropis
Moenandir, Jody, Prof, Dr, Ir. 2004. Diktat Kuliah Pengantar Ilmu Pertanian: Ilmu
Pertanian Umum. Universitas Brawijaya: Malang.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi III. LP3ES: Jakarta

PROPAGASI
TUGAS PEMBELAJARAN MODUL 3

1. Dalam kegiatan berusahatani, petani dan keluarganya melakukan proses


sosialisasi dan interaksi sosial. Dalam kegiatan berusahatani apakah, petani
membutuhkan interaksi sosial dan komunikasi dengan petani lain,
penyuluh, keluarga ataupun lembaga lainnya? Jelaskan.
2. Apa pengaruh interaksi dan proses sosialiasi terhadap perkembangan petani
dan masyarakat desa ?Bisakah petani mengalami proses desosialisasi?
Apakah ada dampak komunikasi sosial budaya terhadap aktifitas
berusahatani?
3. Strategi komunikasi apakah yang dilakukan penyuluh atau peneliti agar
materi yang disampaikan tercapai tujuannya.
4. Ringkaslah penelitian (boleh skripsi ataupun jurnal penelitian )yang
berhubungan dengan proses interaksi sosial ataupun komunikasi di tingkat
petani.

Page 9 of 9

Anda mungkin juga menyukai