“BUAH SEMANGKA”)
KELAS : F/BLORA
NPM : 211003632011186
TAHUN PELAJARAN
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengidentifikasi kualifikasi dan keterampilan yang diperlukan dalam
tim manajemen untuk menanam semangka secara efektif?
2. Bagaimana mengembangkan dan melatih anggota tim dalam manajemen SDM
untuk meningkatkan keahlian dan pengetahuan mereka dalam menanam
semangka?
3. Bagaimana menciptakan lingkungan kerja yang memotivasi dan melibatkan
anggota tim dalam menanam semangka?
4. Bagaimana cara mengatur manajemen SDM untuk menanam semangka?
5. Bagaimana mengatasi masalah yang mungkin muncul dalam manajemen SDM
untuk menanam semangka?
C. Tujuan Penelitian
1. Menentukan kebutuhan sumber daya manusia yang optimal dalam manajemen
penanaman semangka.
2. Mengukur dan mengevaluasi kinerja tim manajemen SDM yang terlibat dalam
menanam semangka.
3. Mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan kompetensi tim manajemen SDM
dalam konteks menanam semangka.
4. Menganalisis faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi kinerja anggota tim
manajemen SDM dalam menanam semangka.
5. Mengidentifikasi tantangan dan kendala yang dihadapi dalam manajemen SDM
untuk menanam semangka.
BAB II
Kesempatan:
1. Kemajuan dalam teknologi pertanian memberikan kesempatan untuk
meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam menanam semangka.
2. Melalui pelatihan dan pengembangan yang tepat, manajemen SDM dapat
meningkatkan kualitas tenaga kerja dalam pertanian semangka.
3. Manajemen SDM dapat memanfaatkan peluang kolaborasi dengan lembaga
penelitian, universitas, atau mitra bisnis untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan dalam pertanian semangka.
BAB III
1. Skala Usaha: Apakah penanaman semangka akan dilakukan dalam skala kecil,
menengah, atau besar? Skala usaha ini akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja
yang dibutuhkan. Usaha skala kecil mungkin dapat dijalankan oleh sejumlah kecil
tenaga kerja, sedangkan usaha skala besar memerlukan lebih banyak tenaga kerja.
2. Metode Budidaya: Metode budidaya semangka dapat dilakukan secara tradisional
(tanpa teknologi modern) atau dengan menggunakan teknologi pertanian yang
canggih seperti rumah kaca atau sistem irigasi otomatis.
3. Tahapan Budidaya: Proses menanam semangka melibatkan beberapa tahapan,
seperti persiapan lahan, penanaman bibit, pemeliharaan tanaman, pengendalian
hama dan penyakit, pemanenan, dan penjualan. Setiap tahapan ini dapat
memerlukan jenis tenaga kerja yang berbeda. Misalnya, pada tahap persiapan
lahan mungkin membutuhkan tenaga kerja kasar, sementara pada tahap
pemanenan diperlukan tenaga kerja yang cermat dan terampil.
4. Infrastruktur: Ketersediaan infrastruktur seperti jalan, irigasi, dan fasilitas
pengolahan merupakan faktor penting dalam menentukan kebutuhan tenaga kerja.
Jika infrastruktur yang baik ada di tempat, beberapa pekerjaan dapat dilakukan
secara efisien dengan menggunakan peralatan dan mesin yang sesuai.
5. Musim dan waktu: Menanam semangka biasanya dilakukan pada musim tertentu
dan membutuhkan waktu yang cukup lama sebelum panen.
1. Skala Usaha: Tentukan skala usaha menanam semangka, apakah itu skala kecil,
menengah, atau besar. Skala usaha akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan. Misalnya, pada skala kecil, seorang petani mungkin dapat melakukan
sebagian besar tugas sendiri atau dengan bantuan beberapa pekerja tambahan. Di
sisi lain, pada skala besar, diperlukan lebih banyak tenaga kerja untuk
melaksanakan tugas-tugas yang lebih luas.
2. Metode Budidaya: Perhatikan metode budidaya semangka yang akan digunakan.
Jika menggunakan metode tradisional, di mana banyak pekerjaan dilakukan
secara manual, kemungkinan besar akan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja
dibandingkan dengan metode budidaya modern yang lebih termechanisasi.
Metode modern dengan penggunaan teknologi seperti rumah kaca, irigasi
otomatis, dan mesin-mesin pertanian dapat mengurangi kebutuhan tenaga kerja.
3. Tahapan Budidaya: Identifikasi tahapan-tahapan utama dalam menanam
semangka, seperti persiapan lahan, penanaman bibit, pemeliharaan tanaman,
pengendalian hama dan penyakit, pemanenan, dan penjualan. Setiap tahapan ini
memerlukan jumlah tenaga kerja yang berbeda. Misalnya, persiapan lahan
mungkin membutuhkan lebih banyak tenaga kerja pada tahap awal, sementara
pemanenan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja pada tahap akhir.
4. Mekanisasi: Pertimbangkan tingkat mekanisasi dalam operasional pertanian
semangka. Penggunaan mesin dan peralatan pertanian seperti traktor, alat
penyemprot, mesin pemanen, dan lainnya dapat mengurangi kebutuhan tenaga
kerja manusia. Jika ada mekanisasi yang baik, jumlah tenaga kerja manusia dapat
dikurangi, tetapi diperlukan tenaga kerja yang terampil untuk mengoperasikan
dan memelihara peralatan tersebut.
5. Efisiensi dan Produktivitas: Pertimbangkan efisiensi dan produktivitas tenaga
kerja dalam konteks menanam semangka. Pekerja yang terampil dan terlatih
dapat menghasilkan pekerjaan yang lebih efisien dan produktif, yang pada
gilirannya dapat mengurangi jumlah tenaga kerja yang diperlukan. Penting untuk
memastikan bahwa pekerja memiliki kualifikasi dan keterampilan yang sesuai
dengan tugas yang dihadapi.
6. Musim dan Waktu: Pertimbangkan jadwal musim dan waktu budidaya semangka.
Jumlah tenaga kerja mungkin akan berfluktuasi tergantung pada tahapan
budidaya dan tingkat intensitas pekerjaan pada setiap periode waktu. Misalnya,
pada tahap penanaman atau pemanenan, mungkin diperlukan lebih banyak
tenaga.
BAB IV
1. Wawancara: Melakukan wawancara dengan petani atau anggota tim kerja yang
terlibat dalam budidaya semangka. Pertanyaan-pertanyaan yang relevan dapat
diajukan untuk memahami motivasi mereka dalam menanam semangka.
2. Observasi Langsung: Melakukan observasi langsung terhadap petani atau anggota
tim kerja saat mereka melakukan kegiatan budidaya semangka. Observasi ini
dapat memberikan gambaran tentang tingkat keterlibatan mereka, dedikasi
mereka dalam melakukan tugas-tugas yang diperlukan, dan sikap mereka
terhadap pekerjaan tersebut.
3. Survei dan Kuesioner: Menyusun survei atau kuesioner yang berfokus pada
motivasi dan komitmen dalam menanam semangka.
4. Evaluasi Kinerja dan Produktivitas: Mengukur kinerja dan produktivitas petani
atau anggota tim kerja dapat memberikan indikasi tentang motivasi dan komitmen
mereka. Petani atau anggota tim kerja yang memiliki tingkat kinerja yang tinggi
dan hasil yang baik dapat menunjukkan tingkat motivasi dan komitmen yang
tinggi dalam menanam semangka.
5. Analisis Retensi Tenaga Kerja: Melakukan analisis retensi tenaga kerja untuk
melihat tingkat keberhasilan dalam mempertahankan petani atau anggota tim
kerja dalam jangka panjang. Tingkat retensi yang tinggi dapat menunjukkan
tingkat motivasi dan komitmen yang kuat dalam budidaya semangka.
BAB V
Dalam menilai motivasi dan komitmen calon tenaga kerja dalam menanam
semangka, berikut adalah beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan:
1. Identifikasi dan Analisis Konflik: Identifikasi sumber konflik secara jelas dan
berupaya memahami perspektif dan kepentingan semua pihak yang terlibat.
Lakukan analisis mendalam tentang akar permasalahan dan dampak yang
mungkin timbul.
2. Mediasi atau Negosiasi: Fasilitasi mediasi atau negosiasi antara pihak yang
bertikai. Libatkan pihak yang netral dan terpercaya sebagai mediator untuk
membantu memfasilitasi dialog yang konstruktif. Dorong semua pihak untuk
mendengarkan dengan seksama, berbagi pandangan mereka, dan mencari solusi
yang saling menguntungkan.
3. Transparansi dan Keterbukaan: Pastikan semua pihak terlibat memperoleh
informasi yang sama tentang konflik dan proses penyelesaiannya. Berikan
transparansi yang tinggi dalam menjelaskan langkah-langkah yang diambil,
keputusan yang dibuat, dan pertimbangan yang menjadi dasar penyelesaian
konflik.
4. Partisipasi dan Inklusi: Libatkan semua pihak yang terlibat secara aktif dalam
proses penyelesaian konflik. Dengan memastikan partisipasi dan inklusi, setiap
pihak memiliki kesempatan untuk menyampaikan pandangan mereka dan
berkontribusi dalam menemukan solusi yang adil.
5. Penyelesaian Berdasarkan Fakta dan Keadilan: Pastikan bahwa penyelesaian
konflik didasarkan pada fakta yang dapat dipertanggungjawabkan dan prinsip
keadilan. Hindari penyelesaian yang didasarkan pada preferensi atau diskriminasi
pribadi. Upayakan keputusan yang berdasarkan data objektif, hukum yang
berlaku, dan prinsip-prinsip etika yang adil.
6. Komitmen untuk Melaksanakan Keputusan: Setelah penyelesaian konflik
ditentukan, pastikan bahwa semua pihak yang terlibat berkomitmen untuk
melaksanakan keputusan tersebut. Dorong pihak-pihak terkait untuk menghormati
komitmen dan mengambil langkah-langkah konkret untuk mengimplementasikan
solusi yang telah disepakati.
7. Evaluasi dan Pembelajaran: Setelah konflik diselesaikan, lakukan evaluasi untuk
mengevaluasi efektivitas penyelesaian yang diterapkan. Identifikasi pelajaran
yang dapat dipetik dari pengalaman tersebut dan gunakan pengetahuan ini untuk
meningkatkan sistem pengelolaan konflik di masa depan.
8. Mengadopsi Pendekatan Pencegahan: Selain menyelesaikan konflik, berupaya
untuk mengadopsi pendekatan pencegahan dalam budidaya semangka.
Identifikasi dan tangani masalah atau perbedaan pendapat sejak awal sebelum
mereka berkembang menjadi konflik yang lebih besar.
BAB VII
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Penelitian ini telah menyoroti beberapa faktor penting dalam budidaya semangka.
Dalam hal kualifikasi dan keterampilan, penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan
yang mendalam tentang teknik budidaya semangka sangat penting. Hal ini meliputi
persiapan lahan, penanaman bibit, pemeliharaan tanaman, pemupukan, irigasi, dan
pengendalian gulma. Selain itu, pengelolaan hama dan penyakit juga merupakan
aspek kunci yang perlu dikuasai.
Selain itu, motivasi dan komitmen juga berperan penting dalam menanam semangka.
Tanaman semangka membutuhkan perawatan dan perhatian yang konsisten, dan
tingkat motivasi dan komitmen yang tinggi akan berdampak positif terhadap hasil
panen.
Dalam menghadapi tantangan dan konflik yang mungkin muncul dalam budidaya
semangka, penting untuk mengadopsi pendekatan yang adil dan transparan.
Identifikasi dan pengelolaan konflik harus dilakukan dengan komunikasi terbuka,
mediasi jika diperlukan, serta penyelesaian berdasarkan fakta dan keadilan. Partisipasi
semua pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian konflik juga menjadi faktor
penting. Penting juga untuk memperhatikan kebutuhan pelatihan dalam budidaya
semangka. Pelatihan teknis, seperti teknik budidaya, pengendalian hama dan penyakit,
pengelolaan irigasi, praktik pertanian berkelanjutan, dan pengelolaan pasca-panen,
merupakan bagian penting dalam meningkatkan keterampilan tenaga kerja.