Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

KOPERASI DAN KELEMBAGAAN PERTANIAN


ACARA IV
KEUANGAN DALAM AGRIBISNIS

Disusun oleh :
Nama anggota kelompok :
1. Muchammad Aqil Ndiaul Chaq NPM 2320403047
2. Ratna Hidayatul Rofiqoh NPM 2340403066
3. Eidur Hilmi Kurnia NPM 2340403071
Kelompok/kelas : 4/2
Asisten praktikum : Syahnanda N. P.

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keuangan dalam agribisnis sangat penting karena sektor agribisnis memiliki peran
penting dalam menyediakan pangan, bahan baku, dan sumber pendapatan bagi jutaan
orang di seluruh dunia. Pertanian dan agribisnis adalah salah satu tulang punggung
perekonomian banyak negara, terutama di negara-negara berkembang. Namun, sektor
ini sering dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti pengumuman harga komoditas,
perubahan iklim, dan faktor risiko lainnya.
Manajemen keuangan yang baik dalam agribisnis menjadi kunci untuk mengatasi
tantangan ini. Ini mencakup pengelolaan aset, pembiayaan proyek pertanian,
manajemen risiko, serta perencanaan keuangan jangka panjang. Keberhasilan dalam
mengelola keuangan agribisnis dapat meningkatkan produktivitas, profitabilitas, dan
ketahanan sektor tersebut dalam menghadapi ancaman eksternal.
Selain itu, perkembangan teknologi juga memainkan peran kunci dalam mengubah
cara agribisnis mengelola keuangannya. Inovasi seperti sistem informasi pertanian,
pemantauan pertanian berbasis data, dan teknologi pembiayaan digital telah membuka
peluang baru dalam meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam agribisnis.

1.2 Tujuan
Tujuan diadakannya praktikum ini ialah untuk mengetahui lembaga keuangan
dalam agribisnis yang meliputi kelembagaan keuangan secara umum, Lembaga
keuangan yang mendukung atau menunjang usaha pertanian khususnya dalam
agribisnis. Selain itu juga untuk mengetahui sumber dana, hambatan, dan juga lembaga
keuangan yang disarankan untuk petani agribisnis dalam melakukan peminjaman dana
untuk modal berjalannya usaha tani.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian KeuanganAgribisnis


Keuangan dalam agribisnis adalah suatu bidang yang mempelajari tentang
pengelolaan keuangan dalam kegiatan agribisnis. Kegiatan agribisnis mencakup
berbagai aspek, mulai dari produksi, pengolahan, pemasaran, hingga distribusi hasil
pertanian. Oleh karena itu, pengelolaan keuangan agribisnis harus dilakukan dengan
cermat agar dapat mendukung kelancaran kegiatan agribisnis dan mencapai tujuan yang
diinginkan.
Keuangan pertanian dalam agribisnis berhubungan dengan permintaan, penawaran,
pengaturan dan permohonan modal di sektor pertanian, sedangkan pembiayaan
perusahaan agribisnis berhubungan dengan semua keperluan dan pengaturan serta
pengontrolan keuangan untuk membiayai status perusahaan/kegiatan di sektor
pertanian. Salah satu bentuk mendorong agribisnis ke arah keberlanjutan, diperlukan
peran pembiayaan. Stakeholder pelaku agribisnis akan menggunakan pembiayaan untuk
menjalankan dan mengembangkan usaha atau bisnis pertanian secara berkelanjutan, hal
ini dapat dilakukan dengan mendorong peran institusi keuangan. Pembiayaan memiliki
peran yang penting untuk meningkatkan kualitas sebuah usaha. Saat ini, lembaga
keuangan telah memberikan pembiayaan kepada berbagai sektor antara lain sektor
lapangan usaha, perdagangan besar, jasa keuangan, sektor pertanian dan lainnya.

2.2 Lembaga Keuangan Agribisnis


Hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga keuangan berperan dalam
meningkatkan kemajuan anggota kelompok tani dan ikut meningkatkan partisipasi
petani dalam kelompok serta berperan dalam meningkatkan jumlah hasil panen tani,
kepemilikan lahan dan penerimaan bagi petani.
Selain itu, dalam agribisnis diperlukan modal guna menunjang kegiatan yang akan
dilakukan dalam hal ini maka keuangan dalam agibisnis ini perlu karena merupakan
kunci dari proses berjalannya usaha dalam agribisnis. Lembaga keuangan berperan
memberikan modal kepada petani di pedesaan. Oleh karena itu, untuk mempermudah
petani dalam memperoleh kemudahan modal, maka dibentuknya lembaga-lembaga
keuangan di pedesaan untuk membantu permodalan suatu usaha khususnya petani.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Peranan dan Pentingnya Keuangan Dalam Agribisnis


Keuangan tentunya tidak terlepas dari tantangan dan hambatan dalam tiap
kegiatannya. Manajemen keuangan yang baik dalam agribisnis menjadi kunci untuk
mengatasi tantangan ini. Hal ini mencakup pengelolaan aset, pembiayaan proyek
pertanian, manajemen risiko, serta perencanaan keuangan jangka panjang. Keberhasilan
dalam mengelola keuangan agribisnis dapat meningkatkan produktivitas, profitabilitas,
dan ketahanan sektor tersebut dalam menghadapi ancaman eksternal.
Selain itu, perkembangan teknologi juga memainkan peran kunci dalam mengubah
cara agribisnis mengelola keuangannya. Inovasi seperti sistem informasi pertanian,
pemantauan pertanian berbasis data, dan teknologi pembiayaan digital telah membuka
peluang baru dalam meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam agribisnis.
Dalam ruang lingkup keuangan dalam agribisnis, pastinya juga tidak terlepas dari
perencanaan, penganggaran, dan lain sebagainya, berikut penjelasan singkatnya :
• Perencanaan keuangan, yaitu proses penyusunan rencana keuangan untuk jangka
pendek, menengah, dan panjang.
• Penganggaran keuangan akan membantu Anda untuk memantau arus kas masuk
dan keluar perusahaan.
• Kelola kas dengan baik. Pengelolaan kas yang baik akan membantu Anda untuk
menghindari terjadinya kekurangan kas.
• Pengelolaan kredit yang bijak. Gunakan kredit hanya untuk keperluan yang
memang diperlukan dan pastikan Anda dapat mengembalikan pinjaman tepat
waktu.
• Pengelolaan investasi yang tepat. Lakukan investasi dengan cermat agar dapat
memberikan keuntungan bagi perusahaan.
• Pengelolaan risiko keuangan yang efektif. Lakukan pengelolaan risiko keuangan
yang efektif agar dapat melindungi perusahaan dari kerugian.

Selain itu, keuangan memiliki peranan yang penting dalam agribisnis, yaitu:
• Menunjang kegiatan produksi, yaitu dengan menyediakan dana untuk pembelian
sarana dan prasarana produksi.
• Menunjang kegiatan pengolahan, yaitu dengan menyediakan dana untuk
pembelian mesin dan peralatan pengolahan.
• Menunjang kegiatan pemasaran, yaitu dengan menyediakan dana untuk promosi
dan distribusi hasil pertanian.
• Menunjang kegiatan distribusi, yaitu dengan menyediakan dana untuk transportasi
dan penyimpanan hasil pertanian.
• Menunjang kegiatan investasi, yaitu dengan menyediakan dana untuk pembelian
aset tetap.
• Menunjang kegiatan riset dan pengembangan, yaitu dengan menyediakan dana
untuk penelitian dan pengembangan produk pertanian.

3.2 Sumber Dana Dalam Agribisnis


Ada dua sumber dana dalam agribisnis, yaitu:
a. Dana internal, yaitu dana yang berasal dari pemilik perusahaan.
b. Dana eksternal, yaitu dana yang berasal dari pihak luar perusahaan, seperti bank,
lembaga keuangan non-bank, dan investor.
Disamping itu, pengelolaan keuangan agribisnis yang baik juga sangat diperlukan.
Pengelolaan keuangan agribisnis yang baik harus dilakukan dengan cermat dan efisien
agar dapat mendukung kelancaran kegiatan agribisnis dan mencapai tujuan yang
diinginkan. Berikut adalah beberapa tips untuk mengelola keuangan agribisnis yang
baik:
1. Buatlah perencanaan keuangan yang matang.
Perencanaan keuangan yang matang akan membantu Anda untuk mengelola
keuangan dengan lebih efektif dan efisien.
2. Lakukan penganggaran keuangan secara rutin.
Penganggaran keuangan akan membantu Anda untuk memantau arus kas
masuk dan keluar perusahaan.
3. Kelola kas dengan baik.
Pengelolaan kas yang baik akan membantu Anda untuk menghindari
terjadinya kekurangan kas.
4. Pengelolaan kredit yang bijak.
Gunakan kredit hanya untuk keperluan yang memang diperlukan dan
pastikan Anda dapat mengembalikan pinjaman tepat waktu.
5. Pengelolaan investasi yang tepat.
Lakukan investasi dengan cermat agar dapat memberikan keuntungan bagi
perusahaan.
6. Pengelolaan risiko keuangan yang efektif.
Lakukan pengelolaan risiko keuangan yang efektif agar dapat melindungi
perusahaan dari kerugian.
Dengan pengelolaan keuangan yang baik, agribisnis dapat menjadi kegiatan
yang menguntungkan dan berkelanjutan.
3.3 Pembiayaan Kegiatan Pertanian
Pembiayaan perusahaan agribisnis adalah studi mikro tentang bagaimana
menyediakan modal, kemudian memakai, dan akhirnya mengontrolnya di dalam suatu
perusahaan agribisnis. Keuangan pertanian dimana pembiayaan perusahaan agribisnis di
dalamnya berhubungan dengan soal-soal keuangan disektor pertanian.
Pembiayaan pertanian terutama permodalan merupakan salah satu elemen kunci
dalam upaya pengembangan sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan
modal dari organisasi formal dan informal merupakan faktor penting bagi kelangsungan
pertanian untuk kelangsungan pertanian. Berkaitan dengan permodalan yang sangat
dibutuhkan oleh petani, pada umumnya dengan melakukan pinjaman pada lembaga-
lembaga keuangan.
Petani pada umumnya dapat mengakses pembiayaan dari berbagai sumber
pembiayaan seperti dari bank, lembaga keuangan mikro, pemerintah, pedagang, kios
input pertanian, dan pinjaman dari keluarga, tetangga dan teman.

3.4 Lembaga Keuangan Dalam Agribinis


Pada umumnya, lembaga keuangan di pedesaan dapat dibedakan dalam 3 jenis, antara
lain :
1. Lembaga keuangan formal
Lembaga keuangan formal biasanya secara operasional diatur dalam undang-
undang (UU) perbankan dan disupervisi oleh bank sentral, baik bank pemerintah
maupun swasta. Seperti Contoh : BRI dan BNI
2. Lembaga keuangan semi-formal
Bank semi-formal adalah perbankan yang tidak diatur dalam UU tetapi disupervisi
dan diregulasi oloeh agen (lembaga) pemerintah selain bank sentral. Sebagai contoh
yaitu BKD (Badan Kredit Desa), LDKP (Lembaga Dana Kredit Desa), dan KUD
(Koperasi Unit Desa).
3. Lembaga keuangan informal
Lembaga keuangan informal adalah lembaga yang menjalankan fungsi lembaga
keuangan namun tidak berlandaskan kekuatan hukum. Lembaga keuangan informal
beroperasi di luar regulasi dan supervisi lembaga pemerintah (negara). Lembaga ini
berisi kegiatan yang benar-benar di luar kelembagaan keuangan resmi, yang sering
kali tidak tercatat. Di Indonesia lembaga-lembaga ini terutama beroperasi di
pedesaan atau masyarakat kelompok bawah. Umumnya prosedur dan perjanjian
peminjaman amat cepat, sederhana dan berdasarkan perjanjian lisan atau tertulis
yang sederhana. Dengan karakter yang fleksibel, biasanya lembaga keuangan
informal ini memiliki daya tahan yang kuat untuk hidup di wilayah perdesaan.
Contohnya ialah sistem riba dan ijon (rentenir, pedagang perantara)

Perbandingan antara kelembagaan keuangan formal, semi formal, dan in formal


terhadap petani dapat dilihat dari beberapa aspek:
1. Kelembagaan Keuangan Formal:
a. Kelembagaan formal seperti bank memiliki regulasi yang ketat dan
menawarkan berbagai produk keuangan seperti pinjaman, tabungan, dan
investasi.
b. Petani dapat mengakses layanan keuangan seperti kredit pertanian dan
asuransi pertanian, tetapi seringkali persyaratan dan prosedurnya lebih
rumit.
c. Suku bunga mungkin lebih rendah, tetapi pemenuhan syarat bisa sulit bagi
petani kecil.
2. Kelembagaan Keuangan Semi Formal:
a. Kelembagaan semi formal seperti koperasi dan lembaga mikrofinansir
umumnya memiliki prosedur yang lebih sederhana daripada bank formal.
b. Mereka cenderung lebih terbuka terhadap petani kecil dan menawarkan
pinjaman serta produk keuangan lainnya dengan syarat yang lebih fleksibel.
3. Kelembagaan Keuangan Non Formal:
a. Kelembagaan non formal termasuk pinjaman dari uang lintas dan pedagang
lokal serta praktik keuangan tradisional dalam komunitas.
b. Mereka seringkali lebih mudah diakses oleh petani kecil tetapi bisa
memiliki suku bunga yang tinggi dan kurang perlindungan hukum.
Kelembagaan keuangan formal cenderung lebih aman dan teratur, tetapi kurang
fleksibel. Kelembagaan semi formal dan non formal lebih mendekati petani kecil, tetapi
bisa memiliki risiko tertentu. Pilihan terbaik tergantung pada situasi dan kebutuhan
individu petani. Kombinasi dari berbagai jenis lembaga keuangan mungkin diperlukan
untuk mendukung keberlanjutan pertanian.

3.5 Hambatan Petani Dalam Peminjaman Dana


Pada sub-bab sebelumnya sudah dibahas bahwasannya Lembaga keuangan yang
lebih disarankan untuk petani dalam peminjaman dana dalam menunjang kegiatan usaha
tani ialah Lembaga formal. Namun, Lembaga formal ini juga memiliki kendala bagi
petani dalam meminjam uang dari lembaga formal meliputi:
a. Persyaratan yang Ketat: Lembaga formal sering memiliki persyaratan yang
ketat, seperti jaminan yang sulit dipenuhi oleh petani dengan aset terbatas.
b. Birokrasi dan Proses yang Lambat: Proses pengajuan pinjaman di lembaga
formal cenderung lambat dan rumit, yang bisa menjadi kendala bagi petani yang
membutuhkan dana cepat.
c. Bunga Tinggi: Lembaga formal dapat memberlakukan bunga yang tinggi, yang
membuat beban utang petani semakin besar.
d. Ketidakpastian Persetujuan: Petani mungkin menghadapi ketidakpastian dalam
persetujuan pinjaman karena lembaga formal cenderung lebih hati-hati dalam
menilai risiko.
e. Akses Terbatas: Petani di daerah terpencil mungkin kesulitan mengakses
lembaga formal karena jarak dan keterbatasan infrastruktur.
f. Kurangnya Pengetahuan Keuangan: Petani mungkin memiliki pengetahuan
terbatas tentang produk keuangan dan peraturan yang berlaku.
g. Kurangnya Inklusi Keuangan: Beberapa petani mungkin tidak memiliki
rekening bank atau sejarah kredit yang memadai untuk memenuhi persyaratan
lembaga formal.
h. Penyalahgunaan Dana: Ada risiko penyalahgunaan dana pinjaman oleh petani
jika penggunaan dana tidak dimonitor dengan baik oleh lembaga formal.
Untuk mengatasi kendala ini, diperlukan upaya untuk menyederhanakan proses,
meningkatkan literasi keuangan petani, dan mungkin melibatkan lembaga keuangan
mikro atau pemerintah dalam mendukung akses ke kredit bagi petani.
BAB IV
KESIMPULAN

Keuangan dalam agribisnis sangat penting karena sektor agribisnis memiliki peran
penting dalam menyediakan pangan, bahan baku, dan sumber pendapatan bagi jutaan orang
di seluruh dunia. Keuangan dalam agribisnis ini sendiri pastinya tgidak terlepas dari yang
namanya dana. Dimana dana ini ialah modal yang digunakan petani agribisnis dalam
menjalankan usahanya. Keuangan tentunya tidak terlepas dari tantangan dan hambatan
dalam tiap kegiatannya. Manajemen keuangan yang baik dalam agribisnis menjadi kunci
untuk mengatasi tantangan ini. Selain itu, perkembangan teknologi juga memainkan peran
kunci dalam mengubah cara agribisnis mengelola keuangannya. Selain itu keuangan dalam
agribisnis juga tidak terlepas dari perencanaan, penganggaran, dan juga pengelolaan.
Lembaga keuangan dalam agribisnis ini terbagi menjadi 3 jenis, yaitu lembaga keuangan
formal, semi-formal, serta informal. Namun, diantara ketiga jenis lembaga keuangan
tersebut, lembaga formal adalah lembaga yang paling direkomendasikan bagi petani dalam
melakukan peminjaman modal dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang ada didalam
ketiga lembaga keuangan yang ada.
Daftar Pustaka

Aini, M. D. (2018). Peran Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Dalam


Permodalan Usaha Tani di Desa Sekarputih Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk.
Susanto, H. (2022). Analisis Kredit Usaha Tani Terhadap Kesejahteraan Petani Di Desa
Kedung Lengkong, Kecamatan Dlangu, Kabupaten Mojokerto.

ACC Asisten
Tgl

Anda mungkin juga menyukai