BAB VIII
MANAJEMEN KEUANGAN AGRIBISNIS
I. PENDAHULUAN
Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, pengelolaan,
penyimpanan, dan pengendalian dana dan aset yang dimiliki oleh suatu organisasi atau
perusahaan. Manajemen keuangan agribisnis harus mempertimbangkan akibat dari
seluruh keputusan terhadap penerimaan dan laba perusahaan di bidang agribisnis.
Seorang manajer keuangan agribisnis harus mengetahui bagaimana mengelola segala
unsur dan segi keuangan agribsinis. Artinya manajer keuangan agribisnis harus
mempertimbangkan seluruh sumber pembiayaan dari aspek penerimaan atau dengan
kata lain harus mempertimbangkan kesehatan perusahaan. Neraca dan laporan rugi laba
adalah perangkat yang umum digunakan sebagai alat analisis dalam menentukan
kemampuan perusahaan agribisnis dalam menghasilkan laba.
Pemahaman tentang konsep dan ruang lingkup manajemen keuangan agribisnis,
perecanaan keuangan agribisnis, pencatatan keuangan agribisnis, dan alat evaluasi
keuangan dengan analisis rasio ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk dapat melakukan
pengelolaan dan evaluasi keuangan dalam usaha agribisnis.
Materi yang dibahas dalam bab ini meliputi konsep dan ruang lingkup
manajemen keuangan agribisnis, perecanaan keuangan agribisnis, pencatatan keuangan
agribisnis, dan alat evaluasi keuangan dengan analisis rasio.
Fungsi keuangan pada dasarnya terbagi kedalam tiga fungsi utama yaitu
kegiatan perencanaan kebutuhan dana, mencari dan mendapatkan dana, dan kegiatan
menggunakan dana. Kemampuan seorang manajer keuangan dalam mencari dana,
mengivestasikan aktiva serta mengelolanya secara bijaksana akan sangat berpengaruh
terhadap sukses perusahaan secara keseluruhan.
Seorang manajer keuangan dalam kegiatannya harus mengambil keputusan
tentang
a. Kebutuhan dana
b. keputusan investasi yaitu menyangkut penggunaan dana.
c. Keputusan pendanaan yaitu menyangkut kegiatan memperoleh dana.
d. Kebijakan deviden yaitu menyangkut bagaimana pembagian labanya.
Keputusan investasi akan tercermin pada sisi aktiva perusahaan sehingga akan
memengaruhi struktur kekayaan yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan aktiva
tetap. Sebaliknya keputusan pendanaan dan dan kebijakan deviden akan tercermin pada
sisi kewajiban serta ekuitas perusahaan.
Menurut Syaifuddin,D,T (2008), bahwa fungsi pengambilan keputusan
manajemen keuangan dapat dibagi menjadi 3 area utama yaitu, keputusan investasi,
pendanaan, dan manajemen aktiva. Ketiga fungsi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
(1) Keputusan Investasi
Keputusan investasi merupakan keputusan terpenting yang dibuat dalam
perusahaan dengan langkah awal adalah menentukan jumlah keseluruhan aktiva yang
dibutuhkan perusahaan. Manajer keuangan perlu memperhatikan Kewajiban (Hutang
Lancar dan Hutang Jangka Panjang) dan Kekayaan Modal (Modal Sendiri) di sisi kanan
neraca, sedangkan Aktiva di sisi kiri. Manajer keuangan harus menentukan jumlah uang
yang muncul dalam neraca, yang menunjukkan ukuran perusahaan. Walaupun jumlah
tersebut telah berhasil ditentukan, komposisi aktiva harus ditetapkan. Misalnya berapa
banyak Total Aktiva perusahaan yang alokasikan untuk kas atau persediaan. Selain itu
juga perlu ditentukan apakah suatu investasi perlu dikurangi. Aktiva yang secara
ekonomis sudah tidak dapat dipertahankan harus dikurangi, dihilangkan atau diganti.
(2) Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan merupakan keputusan utama kedua, dimana dalam
keputusan ini manajer keuangan berhubungan dengan pembuatan keputusan pada sisi
kanan neraca (sisi passiva). Dengan kata lain, keputusan pendanaan mencakup segala
kebijakan manajemen yang berhubungan dengan cara memperoleh dana perusahaan.
Misalnya, kebijakan perusahaan untuk menerbitkan surat berharga seperti obligasi, serta
kebijakan utang jangka pendek dan panjang.
Kebijakan dividen termasuk sebagai bagian terpadu dari keputusan pendanaan
perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend paid ratio) menentukan jumlah laba
yang dapat dibagi dalam bentuk dividen dan berapa banyak laba yang ditahan (retained
earnings). Semakin besar laba yang ditahan, berarti semakin sedikit uang yang tersedia
untuk pembayaran dividen. Oleh karena itu nilai dividen yang dibayarkan kepada
pemegang saham, harus seimbang dengan biaya kesempatan (opportunity cost) laba
ditahan yang hilang sebagai sarana pendanaan ekuitas (modal sendiri).
(3) Keputusan Manajemen Aktiva
Keputusan ketiga dalam perusahaan adalah keputusan manajemen aktiva. Jika
aktiva telah diperoleh dan pendanaan yang tepat telah tersedia, maka aktiva-aktiva yang
ada tetap memerlukan pengelolaan yang efisien. Manajer keuangan bertanggung jawab
terhadap bermacam-macam tingkatan dalam menjalankan tanggung jawabnya terhadap
aktiva-aktiva yang ada. Tanggung jawab ini menuntut manajer keuangan untuk lebih
memperhatikan manajemen aktiva lancar dari pada aktiva tetap.
Secara garis besar, manajemen keuangan berhubungan dengan dengan 3 (tiga)
aktivitas, yaitu;
1. Aktivitas perencanaan dana, yaitu aktivitas untuk menginvestasikan dana
pada berbagai aktiva.
2. Aktivitas perolehan dana, yaitu aktivitas untuk mendapatkan sumber dana,
baik dari sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan.
3. Aktivitas pengelolaan aktiva, yaitu setelah dana diperoleh dan dialokasikan
dalam bentuk aktiva, dan harus dikelola seefisien mungkin
1) Modal Investasi
Modal investasi disebut juga sebagai modal tetap. Modal tetap adalah modal
investasi yang harus dikeluarkan dan manfaatnya akan diperoleh dalam jangka panjang
sesuai dengan umur proyek (periode usaha) yang telah ditetapkan.
Komponen modal tetap terdiri atas :
a) Pembelian tanah untuk lokasi usaha
Hitunglah berapa besarnya nilai tanah yang harus disediakan sesuai
dengan harga yang berlaku atau harga yang diperoleh pada saat transaksi jual
beli. Bagi kegiatan usaha yang bersifat pengembangan dari usaha yang sudad
ada maka nilai tanah dihitung atas penghitungan ulang (rekapitalisasi) sesuai
dengan situasi dan kondisi setempat.
b) Bangunan yang diperlukan
2) Modal kerja
Setelah persiapan investasi sudah kita lakukan, bangunan sudah dibuat, mesin
sudah dibeli, kelayakan usaha sudah ada, pelatihan karyawan sudah dilakukan, produksi
percobaan sudah dilakukan dan lisensi sudah dimiliki, maka selanjutnya adalah
mengoperasionalkan kegiatan sesuai dengan tujuan usahanya.
Faktor utama dan menentukan untuk operasionalisasi kegiatan tersebut adalah
diperlukannya sejumlah dana, yang dikenal dengan istilah modal kerja. Terdapat
beberapa pengertian tentang modal kerja. Menurut Munawir (1983) dalam Musyadar
dkk (2004) adanya modal kerja yang cukup sangat penting bagi suatu perusahaan karena
dengan modal kerja yang cukup memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi
seekonomis mungkin dan perusahaan tidak akan menghadapi kesulitan atau menghadapi
bahaya-bahaya yang mungkin timbul karena adanya krisis atau kekacauan perusahaan.
Pentingnya modal kerja adalah sebagai berikut :
a) Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai
aktiva lancar.
b) Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban tepat waktu.
c) Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi kesulitan keuangan
yang mungkin terjadi.
d) Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup dan
lebih menguntungkan bagi pelanggan.
e) Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih
menguntungkan bagi pelanggannya.
f) Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien
karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang maupun jasa yang
dibutuhkan.
Bedasarkan pendekatan keuangan modal kerja dibagi ke dalam dua pendekatan :
a) Menurut pendekatan neraca, modal kerja terdiri atas :
Jumlah kebutuhan kas/bank
Persediaan barang dan bahan
Piutang
b) Menurut pendekatan biaya, modal kerja terdiri atas :
Biaya produksi (bahan baku, upah tenaga kerja langsung, dan bahan
pembantu)
Biaya penjualan (pengepakan, pengangkutan dan distribusi)
Biaya Umum dan administrasi (biaya kantor, gaji pegawai, biaya
pemeliharaan)
b. Sumber Pendanaan Agribisnis
Pendanaan Agribisnis bisa diperoleh dari 2 (dua) sumber, yaitu sumber modal
internal dan sumber modal eksternal.
yang berasal atau dipenuhi dari dalam perusahaan. Contohnya laba ditahan, yakni laba
bersih perusahaan yang berhasil diperoleh dan digunakan kembali untuk membiayai
kebutuhan perusahaan.
Laba yang diperoleh perusahaan dari satu periode usaha ( satu tahun buku)
biasanya dialokasikan untuk manajemen dalam bentuk saham (laba ditahan) dan untuk
pemegang saham dalam bentuk dividen. Persetujuan berapa besarnya laba ditahan dan
dividen diperoleh pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Pemegang saham akan memperoleh dividen apabila perusahaan memperoleh
laba dan menanggung risiko kerugian apabila perusahaan tidak memperoleh laba atau
mengalami kebangkrutan.
resmi telah dilegitimasi keberadaannya yang dikenal dengan dual banking system atau
system perbankan ganda yaitu perbankan yang berdasarkan konvensional dan
berdasarkan prinsip syariah (Gunawan, 2004 dalam Musyadar,dkk,2014). Prinsip-
prinsip yang dikembangkan dalam system ekonomi syariah menjanjikan keadilan antar
pelakunya.
Pembiayaan model syariah dapat dilakukan melalui empat prinsip: (1). Prinsip
bagi hasil (syirkah), meliputi mudharabah dan musyarakah; (2). Prinsip jual beli (bai’),
meliputi murabahan, istisha, dan salam; (3). Prisip jasa (ujroh), meliputi ijarah,
muntahiya bittamlik, wakalah, hawalah, kafalah, dan rahn; (4). Prinsip pinjam
meminjam berdasarkan qard.
Produk syariah yang dikembangkan oleh Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis
(LKMA) di perdesaan ada dua macam yaitu Mudharabah dan Musyarakah.
(a) Mudharabah
Dalam operasional LKMA, mudharabah merupakan salah satu bentuk
pembiayaan yang diberikan kepada nasabahnya. Sistem mudharabah merupakan
akad kerjasama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (malik, shahib al-
mal, LKMA) menyediakan seluruh modal (100 %), sedangkan pihak kedua
(amil, mudharib, nasabah) bertindak selaku pengelola. Dan keuntungan usaha
dibagi diantara mereka sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak, misalnya antara LKMA dengan nasabah (50 % : 50 %). Apabila
mengalami kerugian ditanggung oleh pemilik modal selama terjadinya kerugian
tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian pengelola(nasabah). Apabila kerugian
disebabkan oleh kecurangan atau kelalaian pengelola(nasabah), maka
pengelola(nasabah) harus bertanggungjawab sepebuhnya atas kerugian yang
dideritanya.
(b) Musyarakah.
Musyarakah adalah perjanjian pembiayaan antara LKMA dengan
nasabah yang mebutuhkan pembiayaan, di mana LKMA dan nasabah secara
bersama membiayai suatu usaha atau proyek yang juga dikelola secara bersama
atas prisnip bagi hasil sesuai dengan penyertaan modalnya. Dalam prinsip
musyarakah ini keuntungan dan kerugian dibagi berdasarkan kesepakatan
bersama pada saat perjanjian awal.
Perbedaan antara pembiayaan mudharabah dan musyarakah tersaji padi tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan antara Mudharabah dan Musyarakah.
No Mudharaban No Musyarakah
1 Dana investasi 100 % dari 1 Dana investasi berasal dari
Shohibul maal (LKMA) semua partner
2 Shohibul maal (LKMA) tidak 2 Semua partner dapat
terlibat di dalam pengelolaan berpartisipasi dalam usaha
usaha
diungkapkan bahwa nilai uang yang diterima saat ini lebih berharga daripada diterima
pada masa yang akan datang.
Kaitannya dengan nilai waktu uang, kita mengenal dua istilah penting, yaitu :
Discounting atau perhitungan present value menghitung nilai uang yang
akan datang berdasarkan nilai sekarang.
Compounding menghitung nilai uang yang akan diterima pada masa
yang akan datang berdasarkan bunga berganda atas nilai uang pada saat
ini.
Kedua istilah ini walaupun berbeda namun memiliki keterkaitan penting dan
akan banyak digunakan dalam manajemen keuangan, kaitannya dengan perhitungan
nilai uang baik yang bersifat present value maupun future value.
Konsep Compound Factor dan Discout Factor
Jika sejumlah uang P diinvestasikan saat ini dengan tingkat bunga sebesar i
persen per tahun, nilai uang tersebut setiap tahun akan bertambah seperti pada tabel
berikut:
Tahun Jumlah uang awal tahun Bunga yang diterima Jumlah uang akhir
tahun
1 P Pi P(1 +i)
2 P(1 + i) P(1 +i)i P(1 +i)2
3 P(1 + i)2 P(1 +i)2i P(1 + i)3
: : : :
n P(1 + i)n-1 P(1 +i)n-1i P(1 + i)n
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jika investasi awal sebesar P (present)
sedangkan tingkat suku bunga yang berlaku (interset rate) sebesar i per tahun, jumlah
uang yang akan diterima setelah n tahun (pada akhir tahun ke – n) yang diberi notasi F
(future) sebesar :
F = P(1 + i)n
F = nilai uang pada masa yang akan datang (future value)
P = nilai uang saat ini (present value)
(1 + i)n = faktor pengganda (compund factor)
Dari persamaan di atas kita dapat menemukan hubungan lain dari adanya
perbedaan nilai waktu uang, yaitu kita dapat menentukan nilai uang saat ini dari nilai
uang di masa yang akan datang, dengan tingkat bunga tertentu.
Dengan demikian, dari dua persamaan di atas anda dapat menemukan nilai uang
pada masa yang akan datang jika diketahui nilai uang yang diinvestasikan saat ini
dengan tingkat bunga tertentu melalui penggandaan nilai P dengan compound factor.
Demikian pula, jika anda ingin mengetahui nilai uang saat ini berdasarkan jumlah uang
yang akan diterima pada masa yang akan datang dengan tingkat bunga tertentu melalui
penggandaan nilai F dengan discount factor.
Senagai contoh jika kita menyimpan uang di Bank saat ini sebesar Rp
1.000.000,- dengan tingkat bunga 15% per tahun, setelah 8 tahun nilai uang tersebut
akan menjadi :
F = P (1 + i)8 = 1.000.000 (1 + 0,15)8 = 3.005.900,-
Dalam hal ini, compount factor sebesar (1 + 0,15)8 = 3.0590.
Kedua nilai tersebut (nilai compount factor atau nilai discout factor) bisa
dihitung dengan kalkulator atau pada tabel-tabel yang telah tersedia. (terutama buku-
buku keuangan).
3.4.2. Revenur of Cost Ratio (R/C)
Revenue/ Cost Ratio adalah merupakan perbandingan antara total penerimaan
dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut (Soekartawi, 2006).
Revenue Cost Ratio (R/C) = 𝑇𝑅 / 𝑇𝐶
Suatu rencana investasi dikatakan layak jika R/C Ratio > 1, yang berarti usaha
yang dijalankan mengalami keuntungan atau layak untuk dikembangkan. Jika R/C Ratio
< 1, maka usaha tersebut mengalami kerugian atau tidak layak untuk dikembangkan.
Selanjutnya jika R/C Ratio = 1, maka usaha berada pada titik impas (Break Event
Point).
3.4.3. Break Even Point (BEP)
Break Even Point ( Titik Pulang Pokok) adalah suatu keadaan dimana total
revenue sama dengan total cost. Munawir (2002) BEP diartikan sebagai kondisi di mana
perusahaan tidak memperoleh untung, tapi juga tidak menanggung kerugian dalam
operasinya (total penghasilan = total biaya). Penjelasan lain datang dari Mulyadi (2004)
yang menyebutkan bahwa BEP adalah suatu kondisi di mana perusahaan berada di titik
impas. Dengan kata lain bisnis tersebut tidak mendapat laba, juga tidak rugi.
Secara umum, BEP memiliki 3 unsur pembentuk, yaitu biaya tetap, biaya
variabel, dan harga jual. Nah, sebelum belajar perhitungan break even point, yuk, cari
tahu dulu pengertian dari masing-masing komponen tadi.
1. Biaya Tetap (FC), bersifat konstan terlepas perusahaan melakukan produksi
atau tidak. Contoh biaya tetap adalah gaji karyawan dan tarif sewa tempat
usaha.
2. Biaya Variabel (VC), sifatnya dinamis sesuai volume produksi. Artinya,
ketika proses produksi meningkat, maka biaya variabel ikut bertambah.
Contohnya adalah biaya listrik serta ongkos bahan baku.
3. Harga Jual (P), berlaku untuk setiap satuan unit. Nilainya diperoleh dari
penjumlahan harga pokok plus keuntungan yang ingin diperoleh.
Menurut Ibrahim, Y ( 1997), formula yang digunakan untuk menghitung jumlah
produksi dalam keadaan BEP, dapat dilihat dari uraian berikut:
Catatan : Rumus di atas mengasumsikan bahwa besarnya kas masuk bersih adalah sama
pada setiap periode atau arus kas tetap setiap tahunnya.
atau
atau
Di mana
NB = Net Benefit = Benefit – Cost
C = Biaya investasi + Biaya Operasi
= Benefit yang telah di discount
= Cost yang telah di discount
I = Discount factor
n = Tahun (waktu)
Kriteria:
Jika nilai NPV > 0, maka dikatakan bahwa suatu usaha agribisnis itu feasible
atau layak untuk dilanjutkan, jika nilai NPV < 0, berarti usaha tersebut non
feasible,dan jika nilai NPV= 0, berarti usaha tersebut impas (BEP).
3.4.6. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C adalah perbandingan antara net benefit yang telah didiskon positif (+)
dengan net benefit yang telah didiskon negatif, dengan rumus sebagai berikut:
Jika nilai Net B/C > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan, jika nilai
Net B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan, dan jika nilai Net B/C = 1
(satu) berarti cash in flows = cash out flows (BEP) atau TR=TC.
3.4.7. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Gross B/C adalah perbandingan antara benefit kotor yang telah didiskon dengan
cost secara keseluruhan yang telah didiskon, dengan rumus sebagai berikut:
Jika nilai Gross B/C > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan, jika nilai
Gross B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan, dan jika nilai Gross B/C = 1
(satu) berarti proyek dalam keadaan BEP.
3.4.8. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan NPV = 0 (nol).
Untuk menentukan besarnya nilai IRR harus dihitung dulu NPV 1 dan NPV2 dengan cara
coba-coba. Jika NPV1 bernilai positif maka discount factor kedua harus lebih besar dari
SOCC, dan sebaliknya.
Dari percobaan tersebut maka IRR berada antara nilai NPV positif dan NPV
negatif yaitu pada NPV = 0.
Rumus:
dimana: i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1
i2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2
Kiteria
Jika nilai IRR > SOCC, maka proyek dikatakan layak, jika nilai IRR = SOCC
berarti proyek berapa pada posisi BEP, dan jika nilai IRR < SOCC dikatakan bahwa
proyek tidak layak.
Keterangan:
D = Penyusutan (Depresiasi)
P1 = Harga Awal (saat Pembelian).
P2 = Harga Akhir (Perkiraan harga setelah melewati Jangka Usia Ekonomis).
Biasanya diperkiraan 10% X Harga Awal.
Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya bisa
berubah sesuai dengan banyak sedikitnya produk yang dihasilkannya, an besarnya biaya
setiap satuan produk juga akan naik turun sesuai dengan volume kegiatan /jumlah yang
diproduksi.
Yang termasuk kedalam biaya tidak tetap (biaya variabel) pada perusahaan
agribisnis, antar lain; biaya sarana produksi (pupuk, pestisida, benih/bibit, bibit ternak,
pakan ternak, obat-obatan), upah tenaga kerja tidak tetap, biaya pemeliharaan, bahan
baku, bahan penolong, bahan bakar, dan sebagainya.
B. Biaya Total (Total Cost)
Biaya Total adalah penjumlahan biaya tetap (fixed cost) dan biaya titdak tetap
(variable cost), yang secara singkat dirumuskan sebagai berikut:
Atau
Keterangan
TC = Biaya Total (Total Cost)
TFC = Total Biaya Tetap ( Total Fixed Cost)
TVC = Total Biaya Tidak Tetap (Total Variable Cost)
C. Penerimaan (Revenue)
Atau
JumlahI - 12.750.000
2.Penjualan Jerami - -
- -
D. Jumlah Penerimaan Total (C1+C2) - 33.600.000
- -
E. Harga pokok : - -
1. Harga pokok/Kg Gabah Kering Panen (GKG) - -
(Biaya total/Produksi total Gabah Kering
Giling
2. Harga pokok/Kg Beras (Biaya total/Produksi - 3.115
total Beras) = 14.950.000 : 4.800
- -
F. Laba (D-B) - 19.250.000
- -
G. Revenue/Cost (R/C) = (D/B) - 2,25
Berdasarkan analisis usaha pada tabel 2 dapat disimpulkan sebagai berikut :
(1) Harga pokok per kg beras adalah Rp 3.115,-
(2) Keuntungan yang diperoleh adalah Rp 19.250.000,-
(3) R/C adalah Rp 2,25 yang berarti dari setiap pengeluaran biaya total sebesar
Rp 1,- diperoleh keuntungan sebesar Rp 1,25
A. Laporan Keuangan
Untuk dapat melakukan analisis rasio dalam evaluasi kinerja usaha diperlukan
laporan keuangan. Laporan keuangan dibuat oleh berbagai akunting secara periode
berdasarkan standar yang ditetapkan oleh standar akuntansi keuangan (SAK) dan
berlaku secara umum artinya, setiap perusahaan wajib mengikuti kaidah atauran
tersebut.
Ada banyak laporan keuangn yang dkeluarkan perusahaan, tepai yang umum
digunakan adalah, Laporan Arus Kas, Laporan Rugi Laba, Neraca, dan Laporan Laba
Ditahan. Untuk keperluan evaluasi kinerja usaha berdasarkan analisis rasio keuangan,
disini akan dijelaskan tentang teknik membuat Laporan Rugi Laba dan Neraca
A.1. Laporan Rugi - Laba
Laporan Rugi Laba merupakan laporan kegiatan operasi perusahaan dalam
periode tertentu yang berisi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh perusahaan,
Umumnya dilaksanakan setiap akhir tahun, tetapi untuk keperluan tertentu, perusahaan
bisa membuat laporan Rugi Laba untuk 3 bulan, 6 bulan atau 9 bulan. Dengan kata lain,
laporan rugi – laba merupakan laporan yang menunjukkan pendapatan atau penghasilan
yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan serta laba rugi dalam periode waktu
tertentu.
Secara umum, komponen-kompenen yang terdapat pada laporan rugi – laba
adalah:
1. Penjualan ( penerimaan)
2. Harga Pokok Penjualan (HPP)
3. Laba Kotor
4. Biaya operasional yang terdiri atas; a) Biaya Umum; b) Biaya Penjualan; c)
Biaya sewa; d) Biaya Administrasi; dan e) Biaya operasi lainnya.
5. Laba Kotor Operasional.
6. Penyusutan (depresiasi)
7. Pendapatan Bersih Operasional
8. Pendapatan Lainnya.
9. Laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT ( Earning Before Interest and
Tax).
10. Biaya bunga, terdiri atas; a) bunga bank; b) Bunga obligasi; dan c) Bunga
lainnya.
11. Laba sebelum pajak atau EBT (Earning Before Tax)
12. Pajak
13. Laba sesudah bunga dan pajak atau EAIT (Earning After Interest and Tax)
Dalam praktik, neraca bisa dibuat dalam bentuk skontro (account form), bentuk
laporan (report form), maupun bentuk lain yang dikehendaki oleh perusahaan.
Contoh Neraca dalam bentuk skontro atau horizontal (account form) adalah sebagai
berikut:
Rasio likuiditas
PT AGRO LESTARI
Per Tanggal 31 Desember 2019
RASIO PENGERTIAN RUMUS DAN HITUNGAN INTERPRETASI
Current Rasio yang Artinya, setiap
Ratio dipergunakan untuk utang lancar Rp
mengukur 1,- dijamin oleh
kemampuan aktiva lancar Rp
perusahaan dalam 2,50,’
memenuhi = 2,5 atau 250%
kewajiban jangka
pendek atau hutang
yang segera jatuh
tempo.
Quick Sama dengan Artinya, setiap
Ratio current ratio, tanpa utang lancar Rp.
memperhitungkan 1,- dijamin oleh
komponen quick asets Rp.
persediaan. 1,-.
= 1,00 atau 100%
Cash Untuk mengukur Artinya, setiap
Ratio kemampuan untuk utang lancar Rp.
membayar utang 1,- dijamin oleh
lancar dengan kas kas dan setara
yang tersedia dalam kas Rp. 1,-.
perusahaan dan = 0,71 atau 71%
efek yang segera
dapat diuangkan.
B.2. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas atau biasa juga disebut leverage ratio merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur sejauhmana asset (aktiva) perusahaan dibiayai dengan
utang. Dalam arti luas dikatakan bahwa solvabilitas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek
maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan atau dilikuidasi (Kasmir, 2014).
Jenis-jenis rasio solvabilitas antara lain:
a. Rasio Hutang terhadap asset (Debt to Asset Ratio)
b. Rasio Hutang terhadap Modal (Debt to Equity Ratio)
c. Rasio Hutang Jangka Panjang terhdap Modal (Long Term Debt to Equity
Ratio)
d. Rasio Kelipatan Bunga yang dihasilkan (Times Interest Earned Ratio)
c) Rasio Hutang Jangka Panjang terhdap Modal (Long Term Debt to Equity
Ratio)
Rasio hutang jangka panjang terhadap modal merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur besarnya proporsi hutang jangka panjang terhadap modal. Rasio ini
berguna untuk mengetahui besarnya perbandingan antara jumlah dana yang disediakan
oleh kreditor jangka panjang dengan jumlah dana dari pemilik perusahaan. Rumus
untuk menghitungnya adalah sebagai berikut:
A. RANGKUMAN
Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, perencanaan, analisis
dan pengendalian keuangan. Fungsi keuangan yaitu kegiatan menggunakan dana dan
kegiatan mencari pendanaan. Keputusan yang harus dilakukan oleh manajer keuangan ,
adalah Keputusan investasi, Keputusan pendanaan,dan Kebijakan deviden. Tujuan
manajemen keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Modal pertanian dalam arti makro adalah factor produksi modal yang
disalurkan, dikelola, dikontrol di dalam kegiatan ekonomi di sector pertanian dalam arti
luas, dan merupakan salah satu sector ekonomi nasional. Dalam arti mikro modal usaha
pertanian adalah factor produksi modal yang disediakan, diolah, dan dikontrol di dalam
suatu usaha pertanian skala kecil, menengah dan besar.
Menurut Munawir (1981) dalam Musyadar(2004), modal adalah hak atau bagian
yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal
saham), surplus dan laba yang ditahan. Modal perusahaan terbagi menjadi dua yaitu
modal investasi dan modal kerja . Bedasarkan pendekatan keuangan modal kerja
dibagi ke dalam dua pendekatan yaitu pendekatan neraca dan pendekatan biaya.
Berdasarkan sumbernya modal dapat diperoleh dari modal internal yaitu dip
eroleh dari saham pemilik dan laba ditahan , sedangkan modal eksternal dapat
diperoleh dari lembaga keuangan bank( bank konvensional dan bank syariah) serta
lembaga keuangan bukan bank.
Skim kredit program pemerintah antara lain : Kredit Pengembangan Enerji
Nabati-Revitalisasi Perkebunan(KPEN-RP), Kredit pada Koperasi Primer untuk
Anggotanya (KKPA), Kredit Ketahanan Pangan dan Enerji (KKP-E)
B. SOAL LATIHAN
1. Jelaskan pengertian dan tujuan manajemen keuangan !
2. Jelaskan dengan singkat keputusan yang harus diambil oleh manajer
keunangan !
3. Jelaskan dengan singkat perbedaan antar modal investasi dan modal kerja !
4. Dimana letak perbedaan antara lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan
bukan bank ?
5. Dimana letak perbedaan antara analisis finansial yang memperhatikan faktor
waktu terhadap nilai uang (time value of money) dan analisis finansial yang
tidak memperhatikan faktor waktu terhadap nilai uang (time value of money)
6. Jelaskan dengan singkat apa yang dimaksud dengan analisis rasio keuangan serta
berikan concoh-contoh rasionya !
C. TUGAS PRAKTIKUM
1. Buatlah perencanaan keuangan dari suatu rencana agribisnis (usaha agroinput,
agroproduksi, agroindusri dan agroniaga ) secara berkelompok (3-5 orang)
2. Tentukan kebutuhan modal investasi dan modal kerjanya !
3. Lakukan analisis finansialnya
4. Presentasikan hasil penugasannya !
5. Laporan diserahkan kepada dosen pengampu setelah dipresentasikan !
6. Pelajari dan diskusikan materi bahan ajar di atas bersama kelompok Anda dan
buatlah persiapan presentasi hasil diskusi Anda di depan kelas
D. REFERENSI
Alma, B. 2009. Kewirausahawan Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Bagi Mahasiswa Dan
Masyarakat Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Amstrong, G., dan Kotler, P. 2007. Marketing: An Introductuon. New Jersey: Pearson
Prentice Inc.
Anonimous , 2013 ; Kewirausahaan Modul Pembelajaran Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Ditjen Dikti, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Barringer, B.R dan Ireland R.D. 2008. Entrepreneurship and Regional Growth: An
Evolutionary Intrepretation. Journal of Evolutionary Economics.
Brygrave, W.D. 1994. The Portable MBA in Entrepreneurship. New York: John Wiley
& Son Inc.
College of Agriculture Pennsylvania State University, 2002, Agribusiness Planning,
Pennsylvania, US.
Darmawan, J. 2010. Profit and Beyond, Proses Mencetak Para Wirausahawan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Dedy Takdir, Mahmudin, dan Sudirman Zaid ; Kewirausahaan ; Wijana Mahadi Karya,
Yogyakarta
Department of Agriculture, 1991, Preparing an Agribusiness Plan, The Nova Scotia
Farm Load Board, Canada.
Skinner. 2015. Business Plan, Business Reality Starting and ManagingYour Own
Business In Canada. Ontario: Pearson Canada Inc.
Suryani, Penti dan Rahmadani, Elfi. 2014. Manajemen Agribisnis.Aswaja Pressindo,
Yogyakarta Firdaus, Muhammad. 2009. Manajemen Agribisnis. Bumi
Aksara, Jakarta
Sutoyo, dkk ; 2018 ; Modul Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian ( Strategi
Bersaing dan Keberhasilan Usaha, Teknik Evaluasi Kinerja, Organisasi dan
Kepemimpinan ; Pusat Pendidikan Pertanian Jakarta.
Syahza, Al Masdi, 2012, Perencanaan Produksi dan Strategi Pemasarannya, Bahan
Kuliah Manajemen Agribisnis. Fekon UNRI.
Weston, J. F. dan Copeland T. E.; 1992 : Dasar – Dasar Manajemen Keuangan,
Erlangga.
-----oooo00oooo-----