Anda di halaman 1dari 36

Bab VIII.

Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

BAB VIII
MANAJEMEN KEUANGAN AGRIBISNIS

I. PENDAHULUAN
Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, pengelolaan,
penyimpanan, dan pengendalian dana dan aset yang dimiliki oleh suatu organisasi atau
perusahaan. Manajemen keuangan agribisnis harus mempertimbangkan akibat dari
seluruh keputusan terhadap penerimaan dan laba perusahaan di bidang agribisnis.
Seorang manajer keuangan agribisnis harus mengetahui bagaimana mengelola segala
unsur dan segi keuangan agribsinis. Artinya manajer keuangan agribisnis harus
mempertimbangkan seluruh sumber pembiayaan dari aspek penerimaan atau dengan
kata lain harus mempertimbangkan kesehatan perusahaan. Neraca dan laporan rugi laba
adalah perangkat yang umum digunakan sebagai alat analisis dalam menentukan
kemampuan perusahaan agribisnis dalam menghasilkan laba.
Pemahaman tentang konsep dan ruang lingkup manajemen keuangan agribisnis,
perecanaan keuangan agribisnis, pencatatan keuangan agribisnis, dan alat evaluasi
keuangan dengan analisis rasio ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk dapat melakukan
pengelolaan dan evaluasi keuangan dalam usaha agribisnis.
Materi yang dibahas dalam bab ini meliputi konsep dan ruang lingkup
manajemen keuangan agribisnis, perecanaan keuangan agribisnis, pencatatan keuangan
agribisnis, dan alat evaluasi keuangan dengan analisis rasio.

II. CAPAIAN PEMBELAJARAN


Setelah selesai mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan
untuk
1. Menjelaskan Pengertian dan Ruang Lingkup manajemen keuangan agribisnis
2. Membuat perecanaan keuangan agribisnis
3. Melakukan Perhitungan Kelayakan Investasi Agribisnis
4. Melakukan pencatatan keuangan agribisnis
5. Melakukan evaluasi dan Pengukuran Agribisnis

III. MATERI PEMBELAJARAN

3.1. Pengertian dan Ruang Lingkup manajemen keuangan agribisnis


Husnan dan Pudjiastuti (1996) menyatakan bahwa manajemen keuangan
menyangkut kegiatan perencanaan, pengadaan, penggunaan, analisis dan pengendalian
keuangan. Mereka yang melaksanakan kegitan tersebut disebut sebagai manajer
keuangan.

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 1


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

Fungsi keuangan pada dasarnya terbagi kedalam tiga fungsi utama yaitu
kegiatan perencanaan kebutuhan dana, mencari dan mendapatkan dana, dan kegiatan
menggunakan dana. Kemampuan seorang manajer keuangan dalam mencari dana,
mengivestasikan aktiva serta mengelolanya secara bijaksana akan sangat berpengaruh
terhadap sukses perusahaan secara keseluruhan.
Seorang manajer keuangan dalam kegiatannya harus mengambil keputusan
tentang
a. Kebutuhan dana
b. keputusan investasi yaitu menyangkut penggunaan dana.
c. Keputusan pendanaan yaitu menyangkut kegiatan memperoleh dana.
d. Kebijakan deviden yaitu menyangkut bagaimana pembagian labanya.
Keputusan investasi akan tercermin pada sisi aktiva perusahaan sehingga akan
memengaruhi struktur kekayaan yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan aktiva
tetap. Sebaliknya keputusan pendanaan dan dan kebijakan deviden akan tercermin pada
sisi kewajiban serta ekuitas perusahaan.
Menurut Syaifuddin,D,T (2008), bahwa fungsi pengambilan keputusan
manajemen keuangan dapat dibagi menjadi 3 area utama yaitu, keputusan investasi,
pendanaan, dan manajemen aktiva. Ketiga fungsi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
(1) Keputusan Investasi
Keputusan investasi merupakan keputusan terpenting yang dibuat dalam
perusahaan dengan langkah awal adalah menentukan jumlah keseluruhan aktiva yang
dibutuhkan perusahaan. Manajer keuangan perlu memperhatikan Kewajiban (Hutang
Lancar dan Hutang Jangka Panjang) dan Kekayaan Modal (Modal Sendiri) di sisi kanan
neraca, sedangkan Aktiva di sisi kiri. Manajer keuangan harus menentukan jumlah uang
yang muncul dalam neraca, yang menunjukkan ukuran perusahaan. Walaupun jumlah
tersebut telah berhasil ditentukan, komposisi aktiva harus ditetapkan. Misalnya berapa
banyak Total Aktiva perusahaan yang alokasikan untuk kas atau persediaan. Selain itu
juga perlu ditentukan apakah suatu investasi perlu dikurangi. Aktiva yang secara
ekonomis sudah tidak dapat dipertahankan harus dikurangi, dihilangkan atau diganti.
(2) Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan merupakan keputusan utama kedua, dimana dalam
keputusan ini manajer keuangan berhubungan dengan pembuatan keputusan pada sisi
kanan neraca (sisi passiva). Dengan kata lain, keputusan pendanaan mencakup segala
kebijakan manajemen yang berhubungan dengan cara memperoleh dana perusahaan.
Misalnya, kebijakan perusahaan untuk menerbitkan surat berharga seperti obligasi, serta
kebijakan utang jangka pendek dan panjang.
Kebijakan dividen termasuk sebagai bagian terpadu dari keputusan pendanaan
perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend paid ratio) menentukan jumlah laba
yang dapat dibagi dalam bentuk dividen dan berapa banyak laba yang ditahan (retained
earnings). Semakin besar laba yang ditahan, berarti semakin sedikit uang yang tersedia

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 2


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

untuk pembayaran dividen. Oleh karena itu nilai dividen yang dibayarkan kepada
pemegang saham, harus seimbang dengan biaya kesempatan (opportunity cost) laba
ditahan yang hilang sebagai sarana pendanaan ekuitas (modal sendiri).
(3) Keputusan Manajemen Aktiva
Keputusan ketiga dalam perusahaan adalah keputusan manajemen aktiva. Jika
aktiva telah diperoleh dan pendanaan yang tepat telah tersedia, maka aktiva-aktiva yang
ada tetap memerlukan pengelolaan yang efisien. Manajer keuangan bertanggung jawab
terhadap bermacam-macam tingkatan dalam menjalankan tanggung jawabnya terhadap
aktiva-aktiva yang ada. Tanggung jawab ini menuntut manajer keuangan untuk lebih
memperhatikan manajemen aktiva lancar dari pada aktiva tetap.
Secara garis besar, manajemen keuangan berhubungan dengan dengan 3 (tiga)
aktivitas, yaitu;
1. Aktivitas perencanaan dana, yaitu aktivitas untuk menginvestasikan dana
pada berbagai aktiva.
2. Aktivitas perolehan dana, yaitu aktivitas untuk mendapatkan sumber dana,
baik dari sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan.
3. Aktivitas pengelolaan aktiva, yaitu setelah dana diperoleh dan dialokasikan
dalam bentuk aktiva, dan harus dikelola seefisien mungkin

3.2. Tujuan manajemen keuangan


Untuk dapat mengambil keputusan yang berhubungan dengan keuangan yang
benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai . Keputusan yang
benar adalah keputusan yang membantu mencapai tujuan tersebut. Secara normatif
tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Yang
dimaksud dengan nilai perusahaan adalah harga yang bersedia dibayar oleh calon
pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Semakin tinggi nilai perusahaan, semakin
besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan. Bagi perusahaan yang
menerbitkan saham di pasar modal harga saham yang diperjualbelikan di bursa
merupakan indikator nilai perusahaan.
Untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut di atas, manajemen keuangan
agribisnis harus melaksanakan fungsi-fungsi manajemen sebagai berikut:
• Perencanaan Keuangan, yaitu membuat rencana pemasukan dan pengeluaraan
serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu.
• Penganggaran Keuangan, yaitu tindak lanjut dari perencanaan keuangan
dengan membuat detail pengeluaran dan pemasukan.
• Pencarian Keuangan, yaitu mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada
untuk operasional kegiatan perusahaan.
• Penggunaan Keuangan, yaitu mengatur penggunaan dana perusahaan agribisnis
secara efektif dan efisien.
Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 3
Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

• Penyimpanan Keuangan, yaitu mengumpulkan dana perusahaan serta


menyimpan dan mengamankan dana tersebut.
• Pengendalian Keuangan, yaitu melakukan evaluasi serta perbaikan atas
keuangan dan sistem keuangan pada perusahaan.
• Pemeriksaan Keuangan, yaitu melakukan audit internal atas keuangan
perusahaan yang ada agar tidak terjadi penyimpangan.
• Pelaporan Keuangan, yaitu penyediaan informasi tentang kondisi keuangan
perusahaan sekaligus sebagai bahan evaluasi

3.3. Perecanaan keuangan agribisnis


a. Kebutuhan modal investasi & modal kerja,
Terdapat berbagai macam pengertian tentang modal ini tergantung dari mana
melihatnya dan siapa yang melihatnya serta apa kepentingannya.
Menurut Kadarsan (1992), modal pertanian dalam arti makro adalah factor
produksi modal yang disalurkan, dikelola, dikontrol di dalam kegiatan ekonomi di
sector pertanian dalam arti luas, dan merupakan salah satu sector ekonomi nasional.
Dalam arti mikro modal usaha pertanian adalah factor produksi modal yang disediakan,
diolah, dan dikontrol di dalam suatu usaha pertanian skala kecil, menengah dan besar.
Munawir ( 1981). Mengatakan, modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh
pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba
yang ditahan. Modal perusahaan pada dasarnya dimiliki dan dikuasai perusahaan baik
dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk barang dan lainnya. Modal perusahaan dapat
diperoleh dari investor pemegang saham. Pemegang saham akan memperoleh dividen
apabila perusahaan memperoleh laba dan menanggung risiko kerugian apabila
perusahaan tidak memperoleh laba atau mengalami kebangkrutan

1) Modal Investasi
Modal investasi disebut juga sebagai modal tetap. Modal tetap adalah modal
investasi yang harus dikeluarkan dan manfaatnya akan diperoleh dalam jangka panjang
sesuai dengan umur proyek (periode usaha) yang telah ditetapkan.
Komponen modal tetap terdiri atas :
a) Pembelian tanah untuk lokasi usaha
Hitunglah berapa besarnya nilai tanah yang harus disediakan sesuai
dengan harga yang berlaku atau harga yang diperoleh pada saat transaksi jual
beli. Bagi kegiatan usaha yang bersifat pengembangan dari usaha yang sudad
ada maka nilai tanah dihitung atas penghitungan ulang (rekapitalisasi) sesuai
dengan situasi dan kondisi setempat.
b) Bangunan yang diperlukan

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 4


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

Bangunan dalam agribisnis dapat berupa pabrik, kantor, gudang, kolam,


kandang, dll. Untuk proyek yang baru maka nilai bangunan diasumsikan
sebagai nilai bangunan diasumsikan sebagai nilai pembangunan baru, sedangkan
bagi usaha pengembangan biasanya ada modifikasi yaitu menilai bangunan
yang ada setelah ditambahkan biaya perbaikan, atau biaya peningkatan
bangunan dan akhirnya akan diperoleh nilai bangunan yang baru.
c) Pembelian mesin-mesin dan peralatan yang diperlukan
Mesin-mesin dan peralatan yang diperlukan merupakan komponen yang
harus dipenuhi dengan baik, baik dalam artian jenis, kualitas maupun kuantiítas
mesin yang dibutuhkan. Sebagai acuan dalam pemilihan mesin-mesin dan
peralatan tersebut kita dapat mencari rujukan melalui spesifikasi yang bisa
diperoleh di dealer mesin dan peralatan tersebut. Dalam pemilihan mesin mana
yang akan dibeli sebaiknya juga melibatkan orang-orang yang ahli dan memiliki
pengalaman dalam mengoperasikan jenis mesin yang akan dibeli. Disamping itu
aspek jaminan dan layanan purna jual juga tidak kalah pentingnya (terutama
untuk mesin-mesin yang menggunakan teknologi madya atau teknologi maju).
d) Biaya pendahuluan (initial cost)
Biaya pendahuluan adalah sejumlah biaya yang diperlukan sebelum
kegiatan usaha dimulai dan sering pula sebagai biaya para operasi. Pengeluaran
biaya ini dibutuhkan dalam rangka melaksanakan persiapan-persiapan sebelum
kegiatan usaha berjalan normal.
Alokasi biaya pendahuluan ini ada yang menyangkut persiapan teknis
maupun non teknis pada saat kegiatan studi kelayakan.
Beberapa contoh biaya pendahuluan ini adalah :
(1) Biaya pembuatan akte notaris
(2) Biaya uji coba mesin
(3) Biaya produksi percobaan
(4) Biaya lisensi (waralaba)
(5) Biaya pelatihan karyawan
(6) Biaya pembuatan studi kelayakan usaha.

2) Modal kerja
Setelah persiapan investasi sudah kita lakukan, bangunan sudah dibuat, mesin
sudah dibeli, kelayakan usaha sudah ada, pelatihan karyawan sudah dilakukan, produksi
percobaan sudah dilakukan dan lisensi sudah dimiliki, maka selanjutnya adalah
mengoperasionalkan kegiatan sesuai dengan tujuan usahanya.
Faktor utama dan menentukan untuk operasionalisasi kegiatan tersebut adalah
diperlukannya sejumlah dana, yang dikenal dengan istilah modal kerja. Terdapat
beberapa pengertian tentang modal kerja. Menurut Munawir (1983) dalam Musyadar

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 5


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

dkk (2004) adanya modal kerja yang cukup sangat penting bagi suatu perusahaan karena
dengan modal kerja yang cukup memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi
seekonomis mungkin dan perusahaan tidak akan menghadapi kesulitan atau menghadapi
bahaya-bahaya yang mungkin timbul karena adanya krisis atau kekacauan perusahaan.
Pentingnya modal kerja adalah sebagai berikut :
a) Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai
aktiva lancar.
b) Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban tepat waktu.
c) Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi kesulitan keuangan
yang mungkin terjadi.
d) Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup dan
lebih menguntungkan bagi pelanggan.
e) Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih
menguntungkan bagi pelanggannya.
f) Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien
karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang maupun jasa yang
dibutuhkan.
Bedasarkan pendekatan keuangan modal kerja dibagi ke dalam dua pendekatan :
a) Menurut pendekatan neraca, modal kerja terdiri atas :
 Jumlah kebutuhan kas/bank
 Persediaan barang dan bahan
 Piutang
b) Menurut pendekatan biaya, modal kerja terdiri atas :
 Biaya produksi (bahan baku, upah tenaga kerja langsung, dan bahan
pembantu)
 Biaya penjualan (pengepakan, pengangkutan dan distribusi)
 Biaya Umum dan administrasi (biaya kantor, gaji pegawai, biaya
pemeliharaan)
b. Sumber Pendanaan Agribisnis
Pendanaan Agribisnis bisa diperoleh dari 2 (dua) sumber, yaitu sumber modal
internal dan sumber modal eksternal.

1) Sumber modal internal (modal sendiri / ekuitas)


Modal pribadi perusahaan pada dasarnya dimiliki dan dikuasai perusahaan baik
dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk barang dan lainnya. Modal sendiri bisa
diperoleh dari tabungan individu, teman dan atau saudara, investor perorangan lain,
perusahaan-perusahaan besar, perusahaan modal ventura dan penjualan saham. Modal
sendiri (ekuaitas) juga dapat dikatakan sebagai dana internal perusahaan, yaitu dana
Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 6
Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

yang berasal atau dipenuhi dari dalam perusahaan. Contohnya laba ditahan, yakni laba
bersih perusahaan yang berhasil diperoleh dan digunakan kembali untuk membiayai
kebutuhan perusahaan.
Laba yang diperoleh perusahaan dari satu periode usaha ( satu tahun buku)
biasanya dialokasikan untuk manajemen dalam bentuk saham (laba ditahan) dan untuk
pemegang saham dalam bentuk dividen. Persetujuan berapa besarnya laba ditahan dan
dividen diperoleh pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Pemegang saham akan memperoleh dividen apabila perusahaan memperoleh
laba dan menanggung risiko kerugian apabila perusahaan tidak memperoleh laba atau
mengalami kebangkrutan.

2) Modal eksternal dari lembaga keuangan Bank:


Modal eksternal dari lembaga keuangan bank bisa diperoleh baik dari bak
konvensional maupun dari bank syariah.
a) Modal dari bank konvensional
Modal perbankan adalah modal yang diperoleh perusahaan dari hasil
peminjaman kepada perbankan konvensional. Untuk modal perbankan ini pelaksanaan
peminjamannya dilakukan melalui proses dan mekanisme perbankan dengan
persyaratan tertentu. Perusahaan yang akan meminjam dipersyaratkan untuk membuat
pengajuan pinjaman dalam bentuk proposal dengan isi yang menggambarkan bahwa
kegiatan usaha yang akan dilakukan perusahaan agribisnis secara teknis dapat
dilaksanakan , secara ekonomis menguntungkan, secara sosial diterima dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan bank pemberi pinjaman. Selain persyaratan tersebut
perbankan dalam pertimbangannya juga menerapkan prinsip 5 C (Character, Collateral,
Condition, Capacity, dan Capital).
Modal perbankan yang dipinjamkan kepada perusahaan agribisnis harus
dikembalikan kepada bank pemberi pinjaman sesuai dengan aturan dan kesepakatan
antara perusahaan penerima pinjaman dan bank pemberi pinjaman.
Modal dari perbankan konvensional yang relevan dengan kegiatan agiribisnis
dapat berbentuk kredit program dan kredit komersial, seperti :
 Kredit Program, beberapa contoh kredit program adalah Kredit Ketahanan
Pangan dan Enerji (KKP-E), Kredit Pengembangan Enerji Nabati dan
Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP), Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS),
Kredit Usaha Rakyat(KUR),dll.
 Kredit Komersial Bank konvensional, beberapa contoh kredit komersial
adalah Kredit Investasi Kecil (KIK), Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP),
dll.
b) Modal dari Perbankan Syariah
Perbankan syariah merupakan suatu opsi dari pembiayaan perbankan yang
selama ini ada (perbankan konvensional). Perbankan berdasarkan prinsip syariah secara

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 7


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

resmi telah dilegitimasi keberadaannya yang dikenal dengan dual banking system atau
system perbankan ganda yaitu perbankan yang berdasarkan konvensional dan
berdasarkan prinsip syariah (Gunawan, 2004 dalam Musyadar,dkk,2014). Prinsip-
prinsip yang dikembangkan dalam system ekonomi syariah menjanjikan keadilan antar
pelakunya.
Pembiayaan model syariah dapat dilakukan melalui empat prinsip: (1). Prinsip
bagi hasil (syirkah), meliputi mudharabah dan musyarakah; (2). Prinsip jual beli (bai’),
meliputi murabahan, istisha, dan salam; (3). Prisip jasa (ujroh), meliputi ijarah,
muntahiya bittamlik, wakalah, hawalah, kafalah, dan rahn; (4). Prinsip pinjam
meminjam berdasarkan qard.
Produk syariah yang dikembangkan oleh Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis
(LKMA) di perdesaan ada dua macam yaitu Mudharabah dan Musyarakah.
(a) Mudharabah
Dalam operasional LKMA, mudharabah merupakan salah satu bentuk
pembiayaan yang diberikan kepada nasabahnya. Sistem mudharabah merupakan
akad kerjasama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (malik, shahib al-
mal, LKMA) menyediakan seluruh modal (100 %), sedangkan pihak kedua
(amil, mudharib, nasabah) bertindak selaku pengelola. Dan keuntungan usaha
dibagi diantara mereka sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak, misalnya antara LKMA dengan nasabah (50 % : 50 %). Apabila
mengalami kerugian ditanggung oleh pemilik modal selama terjadinya kerugian
tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian pengelola(nasabah). Apabila kerugian
disebabkan oleh kecurangan atau kelalaian pengelola(nasabah), maka
pengelola(nasabah) harus bertanggungjawab sepebuhnya atas kerugian yang
dideritanya.
(b) Musyarakah.
Musyarakah adalah perjanjian pembiayaan antara LKMA dengan
nasabah yang mebutuhkan pembiayaan, di mana LKMA dan nasabah secara
bersama membiayai suatu usaha atau proyek yang juga dikelola secara bersama
atas prisnip bagi hasil sesuai dengan penyertaan modalnya. Dalam prinsip
musyarakah ini keuntungan dan kerugian dibagi berdasarkan kesepakatan
bersama pada saat perjanjian awal.
Perbedaan antara pembiayaan mudharabah dan musyarakah tersaji padi tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan antara Mudharabah dan Musyarakah.
No Mudharaban No Musyarakah
1 Dana investasi 100 % dari 1 Dana investasi berasal dari
Shohibul maal (LKMA) semua partner
2 Shohibul maal (LKMA) tidak 2 Semua partner dapat
terlibat di dalam pengelolaan berpartisipasi dalam usaha
usaha

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 8


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

3 Kerugian merupakan beban dari 3 Kerugian merupakan beban


Shohibul maal (LKMA) proposional sesuai dengan
rasio investasi
4 Liabilitas Shohibul maal 4 Liabilitas para partner
(LKMA) terbatas pada jumlah biasanya tidak terbatas
dana yang diinvestasikan.
5 Aset yang dibeli mudhorib/amil 5 Aset musyarakah adalah milik
(nasabah) adalah milik Shohibul bersama para partner.
maal (LKMA)
c) Modal eksternal dari lembaga keuangan bukan bank (perusahaan
pembiayaan)
Modal eksternal non perbangkan dapat diperoleh dari lembaga keuangan bukan
bank salah satu sumbernya dari perusahaan multi finance.
Jenis modal yang dapat dijadikan sumber modal adalah modal ventura, anjak
piutang (factoring) , sewa guna (leasing), pegadaian, kontrak produksi, dan kontrak
pemasaran.
 Modal ventura adalah suatu jenis pembiayaan berupa penyertaan modal
untuk jangka waktu tertentu oleh Perusahaan Modal Ventura (PMV)
kepada Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) baik perorangan, kelompok,
maupun usaha berbadan hukum dengan pola pembagian keuntungan
yang akan ditentukan bersama PMV dan PPU.
Karakterstik modal ventura :
1. Bersifat Risk Capital, yaitu mempunyai tingkat risiko atas modal
yang ditanamkan karena bertindak sebagai investor dan bukan
pemberi pinjaman (lender) .
2. Merupakan “Active investment”, yaitu jika dipandang perlu
melibatkan diri dalam pengelolaan PPU.
3. Pembiayaan modal ventura hanya dalam kurun waktu 3-6 tahun.
Diharapkan dalam kurun waktu tersebut PPU yang bersangkutan
sudah mencapai tingkat pertumbuhan yang diinginkan. Pada saat
PPU berkembang PMV akan menarik diri karena PPU tidak lagi
memerlukan modal ventura.
4. PMV dapat membiayai pada berbagai tingkat pertumbuhan ventura.
5. PMV mengharapkan bagi hasil (capital gain) atas investasi yang
ditanamkan.
6. Usaha agribisnis yang layak didanai PMV adalah yang mempunyai
peluang keberhasilan yang besar, memiliki risiko rendah, dan
mempunyai prospek untuk berkembang dalam tempo yang cukup
singkat.
 Anjak piutang, merupakan salah satu instrumen untuk memperoleh
modal dari luar perusahaan. Mekanisme kerja anjak piutang adalah pihak
yang membutuhkan modal kerja dapat menyerahkan surat piutangnya

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 9


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

kepada perusahaan anjak piutang. Untuk selanjutnya perusahaan anjak


piutang akan menjualnya kepada pihak lain yang berminat dengan surat
piutang tersebut. Hasil penjualan surat piutang oleh perusahaan anjak
piutang akan diserahkan kepada perusahaan yang membutuhkan modal
tersebut.
 Sewa guna (leasing) adalah suatu cara untuk dapat menggunakan suatu
aset/aktiva tanpa harus membeli secara tunai. Secara formal kepemilikan
akan aktiva tersebut berada pada pihak yang menyewakan (leasor), tetapi
pemanfaatann ekonominya dilakukan oleh pihak yang menyewa (leasee).
 Pegadaian merupakan salah satu sumber modal di luar mekanisme
pembiayaan yang dapat dimanfaatkan. Dalam mekanisme pegadaian
pihak yang membutuhkan modal harus menyerahkan aset tertentu kepada
perusahaan pegadaian. Setelah melalui penilaian maka pihak pegadaian
selanjutnya akan menyerahkan sejumlah uang kepada pemohon
pinjaman. Apabila dalam kurun waktu tertentu penggadai tidak dapat
mengembalikan pinjamannya maka kelebihan perusahaan pegadaian
akan melelangnya. Apabila hasil penjualannya lebih besar dari jumlah
pinjamannya maka kelebihannya dikembalikan kepada pemilik aset
tersebut.
 Kontrak produksi merupakan salah satu cara untuk memperoleh
permodalan usaha bagi para pelaku agribisnis. Dalam kontrak produksi
pihak pengusaha mitra akan memberikan permodalan dalam bentuk
sarana produksi dan biaya tenaga kerja. Pelunasan pinjaman oleh petani
penerima kontrak kepada pengusaha mitra dilakukan pada saat hasil
panen terjual (bisa saja hasil panennya dibeli oleh pengusaha mitra).
 Kontrak pemasaran. Dalam kontrak pemasaran biaya produksi
seluruhnya dikeluarkan oleh petani produsen. Pengusaha mitra
berkewajiban untuk membeli seluruh produk yang dihasilkan sesuai
dengan kesepakatan yang sudah ditetapkan bersama.
c. Pemilihan dan penentuan jumlah pinjaman berdasarkan jenis dan skim kredit.
Beberapa jenis modal agribisnis telah diluncurkan oleh pemerintah dengan
berbagai kebijakan. Bank BRI telah lama memiliki komitmen tinggi dalam pembiayaan
agribisnis dalam arti luas, yaitu untuk kegiatan on-farm dan off-farm. Sektor yang
masuk ke dalam pembiayaan BRI adalah Pertanian (Tanaman pangan, hortikultura dan
peternakan), kehutanan, perikanan, perdagangan, jasa penunjang dan jasa lainnya yang
terkait dengan agribisnis.
Beberapa kebijakan pembiayaan BRI untuk mendukung agribisnis adalah sbb :
a. Subsistem Upper Stream Off-farm yaitu pembiayaan usaha untuk
menghasilkan sarana produksi pertanian seperti pembibitan, agrokimia,
pestisida, alat mesin pertanian, dan pakan ternak.
b. Subsistem Upper Stream On-farm yaitu pembiayaan usaha untuk budidaya
pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 10


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

c. Subsistem Down Stream yaitu pembiayaan usaha untuk pengolahan produk


primer(hasil budidaya) untuk menjadi produk antara atau produk jadi.
d. Subsistem Supporting Services yaitu pembiayaan usaha untuk mendukung
usaha agribisnis, misalnya perdagangan produk agribisnis, pengangkutan
produk agribisnis, dll.
Kebijakan BRI lainnya adalah pembiayaan pada susbsistem agribisnis pada
sector industri yang kompetitip dengan mengutamakan pembiayaan pola inti-plasma
yang sejalan dengan kebijakan ekonomi pemerintah yang Pro-Poor, Pro-Job dan Pro-
Growth. Kebijakan mekanisme pembiayaan tersebut adalah sbb :
(1) Kredit Pengembangan Enerji Nabati-Revitalisasi Perkebunan(KPEN-RP)
Kredit pembiayaan ini ditujukan untuk kegiatan perluasan, peremajaan,
rehabilitasi tanaman dan perkebunan. KPEN-RP ini ditujukan untuk komoditas
Kelapa Sawit, Karet dan Kakao. Program revitalisasi perkebunan dimulai tahun
2009.
(2) Kredit pada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA)
Kredit pembiayaan ini penyalurannya untuk Koperasi Primer kepada anggota.
Penyalurannya dapat dilakukan dengan Pola Kemitraan maupun Pola Non
Kemitraan.
(3) Kredit Ketahanan Pangan dan Enerji (KKP-E)
Kredit pembiayaan ini ditujukan untuk mendukung ketahanan pangan dan eneri
dengan cakupan :
(a) Pengembangan padi, jagung, kedelai, ubi jalar, tebu, ubi kayu, kacang tanah
dan sorgum
(b) Pengembangan tanaman hortikultura berupa cabe, bawang merah, jahe,
kentang dan pisang.
(c) Pengadaan pangan berupa gabah, jagung dan kedelai.
(d) Peternakan sapi potong, sapi perah, pembibitan sapi, ayam ras petelur, ayam
ras pedaging, ayam buras, itik dan burung puyuh.
(e) Penangkapan ikan, budidaya udang, nila, gurame, patin, lele, kerapu macan,
ikan mas serta pengembangan rumput laut.
(f) Pengadaan/peremajaan peralatan, mesin, dan sarana lainnya yang diperlukan
untuk menunjang kegiatan usaha.
Tujuan KKP-E adalah :
(a) Menyediakan kredit investasi dan atau modal kerja dengan suku bunga
terjangkau
(b) Mengoptimalkan pemanfaatan dana kredit yang disediakan oleh perbankan
untuk petani/peternak yang memerlukan pembiayaan usahanya secara
efektif, efisien dan berkelanjutan guna peningkatan produksi sekaligus
peningkatan pendapatan dan kesejahteraannya.

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 11


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

(c) Mendukung peningkatan ketahanan pangan nasioanl dan ketahanan enerji


lain melalui pengembangan tanaman bahan bakar nabati

3.4. Kelayakan Investasi Agribisnis


Dalam rangka memenuhi kebutuhan modal usahanya selain dapat dipenuhi dari
modal sendiri juga dapat dipenuhi dari modal luar seperti dalam bentuk pinjaman dari
luar perusahaan seperti lembaga perbankan dan lembaga keuangan bukan bank.
Sebagai salah satu kelengkapan yang dipersyaratkan oleh oleh kreditor lazimnya
adalah dalam bentuk proposal yang di dalamnya terdapat komponen analisis kelayakan
finansial.
Tujuan analisis finansial (Kusnadi,1994 dalam Musyadar 2004) adalah untuk
memastikan seberapa jauh mana usaha yang direncanakan dinyatakan sehat dari segi
keuangan. Suatu usaha dinyatakan mempunyai keuangan yang sehat apabila dapat
memenuhi kewajiban finansial ke dalam dan keluar serta mampu mendatangkan
keuntungan yang layak kepada perusahaan dan pemiliknya.
Kewajiban finansial ke dalam perusahaan merupakan berbagai macam beban
biaya yang harus dibayar perusahaan seperti untuk upah dan gaji, biaya bahan baku,
listrik, air serta bebab lainnya.
Sedangkan yang termasuk kewajiban ke luar berkaitan dengan pembayaran
utang perusahaan berupa pembayaran bunga dan pokok pinjaman, pajak, dll baik untuk
jangka pendek maupun panjang .
Berkaitan dengan rencana penggunaan dana untuk investasi perlu diperlukan
adanya kajian melalui suatu analisis kelayakan investasi. Beberapa kriteria kelayakan
investasi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
 Kriteria analisis finansial yang mengabaikan nilai uang karena faktor waktu
(time value of money) seperti R/C dan BEP.
 Kriteria analisis finansial yang memperhatikan nilai uang karena faktor
waktu seperti Pay Back Priode, NPV, B/C, dan IRR.
3.4.1. Time Value of Money
Konsep nilai waktu uang (time value of money) merupakan suatu pemikiran
yang didasarkan atas perhitungan bahwa nilai uang yang diterima saat ini lebih berharga
daripada diterima hari esuk. Uang Rp. 1.000,- saat ini lebih berharga dari Rp. 1.000,-
yang diterima esok hari, karena nilai uang yang diterima saat ini memiliki kesempatan
lebih besar untuk diinvestasikan. Konsep nilai waktu uang ini berimplikasi terhadap
adanya masalah bunga (interest).
Konsep nilai waktu uang (time value of money) perlu dipahami dengan baik
karena ini akan memberikan landasan dan konsep yang mendasar masalah-masalah
keuangan. Konsep nilai waktu uang dasarnya merujuk kepada suatu asumsi bahwa nilai
uang pada masa yang akan datang tidak sama dengan nilai uang saat ini atau sering juga

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 12


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

diungkapkan bahwa nilai uang yang diterima saat ini lebih berharga daripada diterima
pada masa yang akan datang.
Kaitannya dengan nilai waktu uang, kita mengenal dua istilah penting, yaitu :
 Discounting atau perhitungan present value menghitung nilai uang yang
akan datang berdasarkan nilai sekarang.
 Compounding menghitung nilai uang yang akan diterima pada masa
yang akan datang berdasarkan bunga berganda atas nilai uang pada saat
ini.
Kedua istilah ini walaupun berbeda namun memiliki keterkaitan penting dan
akan banyak digunakan dalam manajemen keuangan, kaitannya dengan perhitungan
nilai uang baik yang bersifat present value maupun future value.
Konsep Compound Factor dan Discout Factor
Jika sejumlah uang P diinvestasikan saat ini dengan tingkat bunga sebesar i
persen per tahun, nilai uang tersebut setiap tahun akan bertambah seperti pada tabel
berikut:
Tahun Jumlah uang awal tahun Bunga yang diterima Jumlah uang akhir
tahun
1 P Pi P(1 +i)
2 P(1 + i) P(1 +i)i P(1 +i)2
3 P(1 + i)2 P(1 +i)2i P(1 + i)3
: : : :
n P(1 + i)n-1 P(1 +i)n-1i P(1 + i)n

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jika investasi awal sebesar P (present)
sedangkan tingkat suku bunga yang berlaku (interset rate) sebesar i per tahun, jumlah
uang yang akan diterima setelah n tahun (pada akhir tahun ke – n) yang diberi notasi F
(future) sebesar :
F = P(1 + i)n
F = nilai uang pada masa yang akan datang (future value)
P = nilai uang saat ini (present value)
(1 + i)n = faktor pengganda (compund factor)
Dari persamaan di atas kita dapat menemukan hubungan lain dari adanya
perbedaan nilai waktu uang, yaitu kita dapat menentukan nilai uang saat ini dari nilai
uang di masa yang akan datang, dengan tingkat bunga tertentu.

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 13


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

P = nilai sekarang dari uang yang diinvestasikan


F = nilai yang akan datang dari sejumlah P yang diinvestasikan

= faktor nilai sekarang (discount factor)

Dengan demikian, dari dua persamaan di atas anda dapat menemukan nilai uang
pada masa yang akan datang jika diketahui nilai uang yang diinvestasikan saat ini
dengan tingkat bunga tertentu melalui penggandaan nilai P dengan compound factor.
Demikian pula, jika anda ingin mengetahui nilai uang saat ini berdasarkan jumlah uang
yang akan diterima pada masa yang akan datang dengan tingkat bunga tertentu melalui
penggandaan nilai F dengan discount factor.
Senagai contoh jika kita menyimpan uang di Bank saat ini sebesar Rp
1.000.000,- dengan tingkat bunga 15% per tahun, setelah 8 tahun nilai uang tersebut
akan menjadi :
F = P (1 + i)8 = 1.000.000 (1 + 0,15)8 = 3.005.900,-
Dalam hal ini, compount factor sebesar (1 + 0,15)8 = 3.0590.
Kedua nilai tersebut (nilai compount factor atau nilai discout factor) bisa
dihitung dengan kalkulator atau pada tabel-tabel yang telah tersedia. (terutama buku-
buku keuangan).
3.4.2. Revenur of Cost Ratio (R/C)
Revenue/ Cost Ratio adalah merupakan perbandingan antara total penerimaan
dengan total biaya dengan rumus sebagai berikut (Soekartawi, 2006).
Revenue Cost Ratio (R/C) = 𝑇𝑅 / 𝑇𝐶
Suatu rencana investasi dikatakan layak jika R/C Ratio > 1, yang berarti usaha
yang dijalankan mengalami keuntungan atau layak untuk dikembangkan. Jika R/C Ratio
< 1, maka usaha tersebut mengalami kerugian atau tidak layak untuk dikembangkan.
Selanjutnya jika R/C Ratio = 1, maka usaha berada pada titik impas (Break Event
Point).
3.4.3. Break Even Point (BEP)
Break Even Point ( Titik Pulang Pokok) adalah suatu keadaan dimana total
revenue sama dengan total cost. Munawir (2002) BEP diartikan sebagai kondisi di mana
perusahaan tidak memperoleh untung, tapi juga tidak menanggung kerugian dalam
operasinya (total penghasilan = total biaya). Penjelasan lain datang dari Mulyadi (2004)
yang menyebutkan bahwa BEP adalah suatu kondisi di mana perusahaan berada di titik
impas. Dengan kata lain bisnis tersebut tidak mendapat laba, juga tidak rugi.

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 14


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

Secara umum, BEP memiliki 3 unsur pembentuk, yaitu biaya tetap, biaya
variabel, dan harga jual. Nah, sebelum belajar perhitungan break even point, yuk, cari
tahu dulu pengertian dari masing-masing komponen tadi.
1. Biaya Tetap (FC), bersifat konstan terlepas perusahaan melakukan produksi
atau tidak. Contoh biaya tetap adalah gaji karyawan dan tarif sewa tempat
usaha.
2. Biaya Variabel (VC), sifatnya dinamis sesuai volume produksi. Artinya,
ketika proses produksi meningkat, maka biaya variabel ikut bertambah.
Contohnya adalah biaya listrik serta ongkos bahan baku.
3. Harga Jual (P), berlaku untuk setiap satuan unit. Nilainya diperoleh dari
penjumlahan harga pokok plus keuntungan yang ingin diperoleh.
Menurut Ibrahim, Y ( 1997), formula yang digunakan untuk menghitung jumlah
produksi dalam keadaan BEP, dapat dilihat dari uraian berikut:

Sedangkan formula untuk menghitung BEP dalam rupiah adalah mengalikan


dengan harga per unit produksi (P)

Dimana: q = jumlah produksi


FC = Fixed cost (biaya tetap)
VC = Biaya variabel per unit
P = Harga per unit produksi.
3.4.4. Pay Back Period
Pay Back Period (PBP) adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan arus
penerimaan (cash in flows) secara komulatif sama dengan jumlah investasi dalam
bentuk present value. Pay Back Period ini dipergunakan untuk mengetahui berapa lama
usaha agribisnis, baru dapat mengembalikan dana investasi.
Payback Period atau Periode Pengembalian Modal dapat dihitung dengan cara
membagikan nilai investasi (cost of invesment) dengan aliran kas bersih yang masuk per
tahun (annual net cash flow).
Rumus Payback Period
Metode Payback Period dapat dirumuskan sebagai berikut:

Catatan : Rumus di atas mengasumsikan bahwa besarnya kas masuk bersih adalah sama
pada setiap periode atau arus kas tetap setiap tahunnya.

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 15


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

3.4.5. Net Present Value (NPV).


Perhitungan Net Present Value merupakan Net Benefit yang telah didiskon
dengan menggunakan Social Opportunity Cost of Capital ( SOCC) sebagai discount
factor.
Rumus NPV adalah sebagai berikut:

atau

atau

Di mana
NB = Net Benefit = Benefit – Cost
C = Biaya investasi + Biaya Operasi
= Benefit yang telah di discount
= Cost yang telah di discount
I = Discount factor
n = Tahun (waktu)
Kriteria:
Jika nilai NPV > 0, maka dikatakan bahwa suatu usaha agribisnis itu feasible
atau layak untuk dilanjutkan, jika nilai NPV < 0, berarti usaha tersebut non
feasible,dan jika nilai NPV= 0, berarti usaha tersebut impas (BEP).
3.4.6. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C adalah perbandingan antara net benefit yang telah didiskon positif (+)
dengan net benefit yang telah didiskon negatif, dengan rumus sebagai berikut:

Jika nilai Net B/C > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan, jika nilai
Net B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan, dan jika nilai Net B/C = 1
(satu) berarti cash in flows = cash out flows (BEP) atau TR=TC.
3.4.7. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 16


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

Gross B/C adalah perbandingan antara benefit kotor yang telah didiskon dengan
cost secara keseluruhan yang telah didiskon, dengan rumus sebagai berikut:

Jika nilai Gross B/C > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan, jika nilai
Gross B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan, dan jika nilai Gross B/C = 1
(satu) berarti proyek dalam keadaan BEP.
3.4.8. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan NPV = 0 (nol).
Untuk menentukan besarnya nilai IRR harus dihitung dulu NPV 1 dan NPV2 dengan cara
coba-coba. Jika NPV1 bernilai positif maka discount factor kedua harus lebih besar dari
SOCC, dan sebaliknya.
Dari percobaan tersebut maka IRR berada antara nilai NPV positif dan NPV
negatif yaitu pada NPV = 0.

Rumus:
dimana: i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1
i2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2
Kiteria
Jika nilai IRR > SOCC, maka proyek dikatakan layak, jika nilai IRR = SOCC
berarti proyek berapa pada posisi BEP, dan jika nilai IRR < SOCC dikatakan bahwa
proyek tidak layak.

3.5. Pencatatan Keuangan Agribisnis


Agribisnis berusaha untuk menghasilkan pengembalian (return) terbesar yang
bisa diperoleh dari sumberdaya yang dimiliki. Ada beberapa sasaran lain yang terkait
dengan usaha untuk menghasilkan laba, misalnya keinginan untuk mengahasilkan
produk dan pelayanan yang bermutu, keinginan memberi imbalan kepada karyawan,
keinginan untuk membantu pertumbuhan bisnis, dan memperoleh citra sebagai
perusahaan yang peduli terhadap lingkungan.( Downey dan Erickson,1992).
Sasaran demikian tidak akan dapat dicapai hanya dengan satu gerakan taktis
yang brilian, tetapi harus melalui penggunaan sumberdaya secara maksimal yang
dilaksanakan secara konsisten dalam jangka waktu yang panjang.
Untuk mencapai penggunaan sumberdaya secara konsiten, manajer agribisnis
membutuhkan informasi atau catatan yang tepat. Catatan bisnis merupakan alat bantu
bagi manajer agribisnis untuk mengarahkan pelaksanaan manajemen bisnis secara jitu
dan membuat keputusan manajemen agar selaras dengan kebutuhan, sasaran, dan tujuan
perusahaan.

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 17


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

Catatan Bisnis diperlukan untuk memenuhi tuntutan pemerintah, lembaga


pemberi pinjaman, para penanam modal, karyawan, serta para pemasok . Bahkan lebih
penting lagi catatan perusahaan akan merupakan daya tarik dan daya gerak bagi semua
perencanaan keuangan dan keputusan manajemen.
Sistem pencatatan harus menyajikan pengetahuan yang memenuhi kriteria
sebagai berikut :
 Harus sederhana dan mudah dimengerti
 Harus dapat dipercaya, cermat, konsisten, dan tepat waktu.
 Harus didasarkan pada keunikan bisnis tertentu
Salah satu pencatatan yang penting dalam agribisnis adalah pencatatan
keuangan. Pencatatan keuangan yang baik harus menyediakan dasar untuk :
(1) Menentukan keberhasilan bisnis dalam bentuk profitabilitas dalam periode
atau siklus tertentu
(2) Menentukan keadaan umum keuangan perusahaan pada saat tertentu
(3) Memperkirakan kemampuan bisnis untuk memenuhi tuntutan kreditor,
perubahan, dan tuntutan perluasan.
(4) Menganalisis kecenderungan prestasi kerja sehubungan dengan kemampuan
manajemen dan baik-tidaknya keputusan serta hasil-hasil yang dicapai pada
masa lalu.
(5) Memilih cara penggunaan sumber-sumberdaya untuk masa mendatang dari
berbagai alternatif yang mungkin atau tersedia
Beberapa hal yang perlu memperoleh perhatian dalam pencatatan keuangan
adalah dipahaminya beberapa pengertian yang merupakan komponen dari pencatatan
keuangan seperti : Biaya (cost), Penerimaan(revenue); Harga pokok(unit cost); laba atau
rugi (profit or loss) dan Revenue-cost ratio (R/C).
A. Biaya (cost)
Biaya adalah seluruh korbanan ekonomis yang dibutuhkan, dapat diperkirakan
dan dapat dinilai dengan uang. Secara umum biaya terbagi ke dalam dua golongan yaitu
biaya tetap dan biaya variabel ( Musyadar, 2004)
Biaya tetap (Fixed cost) adalah biaya yang jumlah totalnya tetap tidak
terpengaruh terhadap banyak sedikitnya produk yang dihasilkan, tetapi untuk setiap
satuan produk akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan produksi. Semakin besar
produksi, maka biaya tetap persatuan perduk semakin kecil, sebaliknya semakin rendah
produksi maka biaya tetap persatuan produk akan semakin besar.
Yang termasuk ke dalam biaya tetap di dalam perusahaan agribisnis, terdiri atas:
 Gaji dan jaminan sosial: untuk personalia pimpinan, supervisi, tenaga
administrasi, dan tenaga kerja tetap lainnya.

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 18


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

 Premi asuransi: dihitung berdasarlan presentase tertentu terhadap gedung,


peralatan, kendaraan, meubel dan alat kantor (0,5%).
 Pajak dan sewa tanah: dihitung persatuan luas dengan jangka waktu tertentu.
 Biaya overhead: terdiri dari biaya perjalanan dinas, biaya kantor, servis dan
reparasi kendaraan, alat-alat kantor, telepon, listrik, air dan biaya retribusi.
 Bunga pinjanman: nuga kredit jangka pendek, jangka panjang, kredit
investasi/ modal kerja.
 Biaya penyusutan gedung dan alat-alat tahan lama.
Secara sederhana nilai penyusutan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
D = Penyusutan (Depresiasi)
P1 = Harga Awal (saat Pembelian).
P2 = Harga Akhir (Perkiraan harga setelah melewati Jangka Usia Ekonomis).
Biasanya diperkiraan 10% X Harga Awal.
Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya bisa
berubah sesuai dengan banyak sedikitnya produk yang dihasilkannya, an besarnya biaya
setiap satuan produk juga akan naik turun sesuai dengan volume kegiatan /jumlah yang
diproduksi.
Yang termasuk kedalam biaya tidak tetap (biaya variabel) pada perusahaan
agribisnis, antar lain; biaya sarana produksi (pupuk, pestisida, benih/bibit, bibit ternak,
pakan ternak, obat-obatan), upah tenaga kerja tidak tetap, biaya pemeliharaan, bahan
baku, bahan penolong, bahan bakar, dan sebagainya.
B. Biaya Total (Total Cost)
Biaya Total adalah penjumlahan biaya tetap (fixed cost) dan biaya titdak tetap
(variable cost), yang secara singkat dirumuskan sebagai berikut:

Atau

Keterangan
TC = Biaya Total (Total Cost)
TFC = Total Biaya Tetap ( Total Fixed Cost)
TVC = Total Biaya Tidak Tetap (Total Variable Cost)
C. Penerimaan (Revenue)

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 19


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

Penerimaan merupakan sejumlah output yang diperoleh dari kegiatan operasi


utama perusahaan pada suatu periode tertentu, dan dinyatakan dengan jumlah
barang/produk atau nilai uang. Penerimaan dari perusahaan agribisnis biasanya terdiri
atas penerimaan utama (main product) dan penerimaan sampingan/tambahan(by
product)
Menurut Soekartawi (1991) penerimaan adalah total nilai uang yang diterima
dari penjualan produk, yaitu hasil kali antara jumlah output dengan harga satuan hasil
produk tersebut. Secara matematik dirumuskan sebagai berikut:

Atau

D. Harga pokok produk (Pruduct unit cost)


Harga pokok produk merupakan hasil pembagian dari biaya total (biaya tetap
dan biaya variabel) dari suatu kegiatan agribisnis dengan jumlah produk yang dihasilkan
dan dinyatakan dengan nilai uang.
E. Laba rugi
Laba rugi merupakan suatu ikhtisar pendapatan dan pengeluaran/beban dari
suatu entitas perusahaan pada suatu jangka waktu tertentu (lazimnya 1 tahun). Pelaporan
laba rugi disebut juga sebagai laporan laba atau laporan operasi (Hongren dkk,1997
dalam Musyadar,2004).
F. Revenue cost ratio (R/C)
Revenue-cost ratio(R/C) merupakan perbandingan antara penerimaan
total(total revenue dengan biaya total (total cost). Dengan ketentuan suatu usaha dalam
periode tertentu menguntungkan apabila besarnya R/C lebih dari 1, apabila R/C kurang
dari satu tidak menguntungkan dan apabila R/C=1 berarti usaha tersebut tidak
mengalami keuntungan dan tidak menderita kerugian.
Sebagai ilustrasi dari pencatatan usaha ini dapat digambarkan pada analisis
financial usahatani padi sawah seperti tersaji pada tabel 2.

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 20


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

Tabel 2 . Analisis Usaha Padi Sawah ( data hipotesis)


Varietas : Brotoseno
Umur Tanaman : 116-125 hari
Sistem tanam : Jajar Legowo ( 2 : 1)
Lokasi : Desa Sukasenang Kec. Sukajadi
Luas : 1 Ha
K omponen Harga Jumlah (Rp)
Satuan (Rp)
A. Biaya (Cost) -
I. Biaya Variabel -
1. Benih 20 Kg 15.000 300.000
2. Pupuk dasar
 Pupuk Kandang/kompos 2.000 kg 500 1.000.000
3. Pupuk susulan -
 Urea : 250 kg 2.000 500.000
 TSP : .......Kg -
 KCL : ...... Kg -
 NPK Phonska : 200 kg 3.000 600.000
 Pupuk kandang: .... Kg - -
 Pupuk Kompos : ......Kg - -
 Pupuk Organik : .... kg - -
 Pupuk Organik Cair .......liter -
4. Pestisida - -
 Pestisida organik : 6 paket 100.000 600.000
 Pestisida kimia -
5. Tenaga kerja -
 Pengolahan lahan (borongan) - 2.400.000
 Penanaman (borongan) - 750.000
 Penyulaman 20 HOK 25.000 500.000
 Penyiangan 20 HOK 25.000 500.000
 Pemupukan 10 HOK 40.000 400.000
 Penyemprotan 10 HOK 40.000 400.000
 Pemanenan : 10 HOK (P) 40.000 900.000
 Pemanenan : 20 HOK (W) 25.000 500.000
 Paspa panen (penjemuran) : 10 HOK(P) 40.000 40.000
 Penggilingan gabah (ongkos huller) - 3.360.000

JumlahI - 12.750.000

II. Biaya Tetap -

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 21


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

1. Penyusutan Bangunan - 500.000


2. Penyusutan Alsintan - 200.000
3. Tenaga kerja tetap - 1.500.00
Jumlah II - 2.200.00
-
B. Jumlah Biaya Total ( I +II) - 14.950.000
-
C. Penerimaan (Revenue) : - -
1.Penjualan Beras : 4.800 kg 7.000 33.600.000

2.Penjualan Jerami - -

- -
D. Jumlah Penerimaan Total (C1+C2) - 33.600.000
- -
E. Harga pokok : - -
1. Harga pokok/Kg Gabah Kering Panen (GKG) - -
(Biaya total/Produksi total Gabah Kering
Giling
2. Harga pokok/Kg Beras (Biaya total/Produksi - 3.115
total Beras) = 14.950.000 : 4.800
- -
F. Laba (D-B) - 19.250.000
- -
G. Revenue/Cost (R/C) = (D/B) - 2,25
Berdasarkan analisis usaha pada tabel 2 dapat disimpulkan sebagai berikut :
(1) Harga pokok per kg beras adalah Rp 3.115,-
(2) Keuntungan yang diperoleh adalah Rp 19.250.000,-
(3) R/C adalah Rp 2,25 yang berarti dari setiap pengeluaran biaya total sebesar
Rp 1,- diperoleh keuntungan sebesar Rp 1,25

3.6. Evaluasi dan Pengukuran Kinerja Usaha


Kinerja usaha adalah suatu aktivitas untuk melakukan analisis kinerja suatu
usaha atau bisnis. Prinsip dasar kinerja usaha adalah membandingkan rencana usaha
yang telah dibuat sebelum kegiatan dimulai dengan apa yang telah dicapai pada akhir
pasa produksi. Suatu usaha dikatakan berhasil apabila usaha tersebut dapat memenuhi
semua kewajiban dan memperoleh keuntungan. Analisis rasio (Ratio Analysis) adalah
salah satu cara untuk menghitung dan menginterpretasikan rasio keuangan dalam rangka
menganalisis dan melihat kinerha usaha.

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 22


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

A. Laporan Keuangan
Untuk dapat melakukan analisis rasio dalam evaluasi kinerja usaha diperlukan
laporan keuangan. Laporan keuangan dibuat oleh berbagai akunting secara periode
berdasarkan standar yang ditetapkan oleh standar akuntansi keuangan (SAK) dan
berlaku secara umum artinya, setiap perusahaan wajib mengikuti kaidah atauran
tersebut.
Ada banyak laporan keuangn yang dkeluarkan perusahaan, tepai yang umum
digunakan adalah, Laporan Arus Kas, Laporan Rugi Laba, Neraca, dan Laporan Laba
Ditahan. Untuk keperluan evaluasi kinerja usaha berdasarkan analisis rasio keuangan,
disini akan dijelaskan tentang teknik membuat Laporan Rugi Laba dan Neraca
A.1. Laporan Rugi - Laba
Laporan Rugi Laba merupakan laporan kegiatan operasi perusahaan dalam
periode tertentu yang berisi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh perusahaan,
Umumnya dilaksanakan setiap akhir tahun, tetapi untuk keperluan tertentu, perusahaan
bisa membuat laporan Rugi Laba untuk 3 bulan, 6 bulan atau 9 bulan. Dengan kata lain,
laporan rugi – laba merupakan laporan yang menunjukkan pendapatan atau penghasilan
yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan serta laba rugi dalam periode waktu
tertentu.
Secara umum, komponen-kompenen yang terdapat pada laporan rugi – laba
adalah:
1. Penjualan ( penerimaan)
2. Harga Pokok Penjualan (HPP)
3. Laba Kotor
4. Biaya operasional yang terdiri atas; a) Biaya Umum; b) Biaya Penjualan; c)
Biaya sewa; d) Biaya Administrasi; dan e) Biaya operasi lainnya.
5. Laba Kotor Operasional.
6. Penyusutan (depresiasi)
7. Pendapatan Bersih Operasional
8. Pendapatan Lainnya.
9. Laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT ( Earning Before Interest and
Tax).
10. Biaya bunga, terdiri atas; a) bunga bank; b) Bunga obligasi; dan c) Bunga
lainnya.
11. Laba sebelum pajak atau EBT (Earning Before Tax)
12. Pajak
13. Laba sesudah bunga dan pajak atau EAIT (Earning After Interest and Tax)

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 23


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

14. Laba per lembar saham.


Contoh Laporan Laba – Rugi untuk PT. AGRO LESTARI Periode Tahun2019
(fiktif) dapat dilihat sebagai berikut:
PT. AGRO LESTARI
Laporan Laba – Rugi Per 31 Desember 2019
Komponen Jumlah (Rp)
Total Penjualan (Penerimaan) 8.000.000
Harga Pokok Penjualan (HPP) 6.000.000
Laba Kotor Operasional 2.000.000
Biaya Operasional
1. Biaya Umum dan Administrasi 540.000
2 Biaya Penjualan 600.000
3 Biaya Lainnya -
Total Biaya Operasional 1.140.000
Laba Bersih Operasional 860.000
Pendapatan Non Operasional 750.000
Biaya Non Operasional 250.000
Laba Bersih Sebelum Pajak dan Bunga (EBIT) 1.360.000
Bunga Obligasi (5% x 1.200.000) 60.000
Laba Bersih Sebelum Pajak (EBT) 1.300.000
Pajak Penghasilan 52.000
Laba Bersih sesudah Pajak ( EAT) 1.248.000
Earning per share
A.2. Neraca
Neraca merupakan ringkasan posisi kekayaan perusahaan pada periode tertentu.
Namun bila diperlukan, neraca juga bisa dibuat kapan saja pada saat diperlukan, untuk
mengetahui kondisi perusahaan pada saat itu.Neraca berisi aset/kekayaan yang dimiliki
perusahaan dan sumber dana untuk membiayai aset tersebu, yang berasal dari pihak luar
perusahaan (disebut kewajiban / liabilities) dan dari pemilik atau pemegang saham
perusahaan (disebut modal / ekuitas).
Menurut James C. Van Home dalam Kasmir (2015) neraca adalah ringkasan
posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu yang menunjukkan total aktiva
dengan total kewajiban ditambah total ekuitas.
Secara umum komponen aktiva dalam suatu neraca dapat dijelaskan sebagai
berikut:

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 24


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

1. Aktiva lancar, yang atara lain terdiri atas:


a. Kas,
b. Rekening pada bank (Giro dan Tabungan),
c. Deposito Berjangka (time deposit),
d. Surat-surat berharga (efek-efek),
e. Piutang,
f. Persediaan,
g. Diaya yang dibayar di muka,
h. Pendapatan masih harus diterima, dan
i. Aktiva lancar lainnya.
2. Penyertaan
3. Aktiva Tetap
a. Aktiva tetap berwujud, yang terdiri atas: tanah, mesin,bangunan,
peralatan, kendaraan, akumulasi penyusutan, dan aktiva tetap lainnya.
b. Aktiva tetap tidak berwujud, terdiri atas; goodwill, hak cipta, lisensi, dan
merek dagang.
4. Aktiva lainnya, yang terdiri atas:
a. Gedung dalam proses,
b. Tanah dalam penyelesaian,
c. Piutang jangka panjang,
d. Uang jaminan’
e. Uang muka investasi, dan
f. Dan lainnya.
Selanjutnya komponen pasiva terdiri atas; utang (kewajiban), dan modal
(ekuitas), dalam neraca tergambar sebagai berikut:
1. Utang Lancar (kewajiban jangka pendek), terdiri atas; a) Udang dagang; b)
Utang bank; c) Utang pajak; d) Biaya yang masih harus dibayar; e) Utang
sewa guna usaha; f) Utang dividen; g) Utang gaji; dan h) Utang lancar
lainnya.
2. Utang jangka panjang, terdiri atas; a) Utang hipotek; b) Utang obligasi; c)
Utang bank jangka panjang; dan d) Utang jangka panjang lainnya.
3. Modal (ekuitas) terdiri atas; a) Modal saham; b) Agio Saham; c) Laba
ditahan; d) Cadangan laba; dan e) Modal sumbangan.

Dalam praktik, neraca bisa dibuat dalam bentuk skontro (account form), bentuk
laporan (report form), maupun bentuk lain yang dikehendaki oleh perusahaan.
Contoh Neraca dalam bentuk skontro atau horizontal (account form) adalah sebagai
berikut:

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 25


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

PT. AGRO LESTARI


Neraca Per 31 Desember 2019
AKTIVA PASIVA
Aktiva Lancar Jml (Rp) Pasiva Lancar Jml (Rp)
 Kas 200.000  Utang wesel 100.000
 Bank 200.000  Utang dagang 300.000
 Piutang 160.000  Utang bank 1 tahun -
 Persediaan 840.000  Utang pajak 160.000
Total Aktiva Lancar 1.400.000 Total Pasiva Lancar 560.000
Aktiva Tetap Utang Jangka Panjang
 Tanah 100.000  Obligasi (5%) 600.000
 Bangunan 800.000  Hipotek -
 Mesin-mesin 600.000  Utang bank 3 tahun -
 Peralatan 100.000
Total Aktiva Tetap 1.600.000 Total Utang Jangka Panjang 600.000
Aktiva lainnya Ekuitas
 Gedung dalam proses -  Modal setor (saham) 1.440.000
 Laba ditahan 400.000
TOTAL AKTIVA 3.000.000 TOTAL PASIVA 3.000.000

Contoh neraca bentuk laporan (report form) adalah sebagai berikut:


PT.AGRO LESTARI
Neraca Per 31 Desember 2019
Aktiva Lancar Dalam Rupiah
 Kas 200.000
 Bank 200.000
 Piutang 160.000
 Persediaan 840.000
Total Aktiva Lancar 1.400.000
Aktiva Tetap
 Tanah 100.000
 Bangunan 800.000
 Mesin-mesin 600.000
 Peralatan 100.000
Total Aktiva Tetap 1.600.000
Aktiva lainnya
 Gedung dalam proses -
TOTAL AKTIVA 3.000.000
Pasiva Lancar Jml (Rp)
 Utang wesel 100.000
 Utang dagang 300.000
 Utang bank 1 tahun -
 Utang pajak 160.000

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 26


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

Total Pasiva Lancar 560.000


Utang Jangka Panjang
 Obligasi (5%) 600.000
 Hipotek -
 Utang bank 3 tahun -
Total Utang Jangka Panjang 600.000
Ekuitas
 Modal setor (saham) 1.440.000
 Laba ditahan 400.000
TOTAL PASIVA 3.000.000
B. Teknik Evaluasi dan Mengukur Kinerja Usaha
Untuk melihat kinerja usaha, maka harus dilakukan pengolahan lebih lanjut atas
laporan keuangan perusahaan. Analisis rasio adalah salah satu cara menghitung dan
menginterpretasikan rasio keuangan untuk mengetahui kinerja perusahaan. Analisis
rasio dapat dilakukan secara cross secction (Cross Sectional Analysis), time series
(Time Series Analysis), ataupun analisa kombinasi antara cross section dan time series (
Combined Analysis).
Cross Sectional Analysis berarti kita membandingkan rasio keuangan
perusahaan berbeda untuk waktu yang sama, misalnya; membandingkan perusahaan
dengan pesaing utama ataupun dengan industri (cara ini disebut dengan benchmarking).
Time Series Analysis berarti, kita melakukan evaluasi atas perkembangan kinerja
perusahaan melalui rasio keuangandalam perusahaan yang bersangkutan. Rasio
keuangan yang sering digunakan untuk mengukur kinerja usaha dapat dikelompokkan
ke dalam 4 (empat) kategori dasar, yaitu:
1. Rasio Likuiditas.
2. Rasio Solvabilitas
3. Rasio Aktivitas, dan
4. Profitabilitas.
B.1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi atau membayar kewajiban jangka pendek. Dengan kata lain, rasio likuiditas
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh tingkat kemampuan
perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo
(Hery, 2014). Jenis rasio likuiditas yang banyak digunakan oleh perusahaan adalah
current ratio (rasio lancar), quick ratio atau acid test rasio ( rasio sangat lancar), dan
cash ratio (rasio kas).
Berdasarkan data Neraca pada PT AGRO LESTARI di atas dapat dihitung rasio
likuiditasnya sebagai berikut:

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 27


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

Rasio likuiditas
PT AGRO LESTARI
Per Tanggal 31 Desember 2019
RASIO PENGERTIAN RUMUS DAN HITUNGAN INTERPRETASI
Current Rasio yang Artinya, setiap
Ratio dipergunakan untuk utang lancar Rp
mengukur 1,- dijamin oleh
kemampuan aktiva lancar Rp
perusahaan dalam 2,50,’
memenuhi = 2,5 atau 250%
kewajiban jangka
pendek atau hutang
yang segera jatuh
tempo.
Quick Sama dengan Artinya, setiap
Ratio current ratio, tanpa utang lancar Rp.
memperhitungkan 1,- dijamin oleh
komponen quick asets Rp.
persediaan. 1,-.
= 1,00 atau 100%
Cash Untuk mengukur Artinya, setiap
Ratio kemampuan untuk utang lancar Rp.
membayar utang 1,- dijamin oleh
lancar dengan kas kas dan setara
yang tersedia dalam kas Rp. 1,-.
perusahaan dan = 0,71 atau 71%
efek yang segera
dapat diuangkan.
B.2. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas atau biasa juga disebut leverage ratio merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur sejauhmana asset (aktiva) perusahaan dibiayai dengan
utang. Dalam arti luas dikatakan bahwa solvabilitas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek
maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan atau dilikuidasi (Kasmir, 2014).
Jenis-jenis rasio solvabilitas antara lain:
a. Rasio Hutang terhadap asset (Debt to Asset Ratio)
b. Rasio Hutang terhadap Modal (Debt to Equity Ratio)
c. Rasio Hutang Jangka Panjang terhdap Modal (Long Term Debt to Equity
Ratio)
d. Rasio Kelipatan Bunga yang dihasilkan (Times Interest Earned Ratio)

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 28


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

e. Rasio LabaOperasional terhadap Kewajiban ()perating Income to Liabiliies


Ratio)
a) Rasio Hutang terhadap asset (Debt to Asset Ratio)
Rasio hutang terhadap aset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total hutang dengan total aset. Rasio ini digunakan untuk mengukur
seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang
perusahaan berpengaruh terhadap pembiayaan aset. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut :

b) Rasio Hutang terhadap Modal (Debt to Equity Ratio)


Rasio hutang terhadap modal merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
besarnya proporsi hutang terhadap modal. Rasio ini berguna untuk mengetahui berapa
bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai jaminan hutang. Rumus
menghitungnya adalah sebagai berikut:

c) Rasio Hutang Jangka Panjang terhdap Modal (Long Term Debt to Equity
Ratio)
Rasio hutang jangka panjang terhadap modal merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur besarnya proporsi hutang jangka panjang terhadap modal. Rasio ini
berguna untuk mengetahui besarnya perbandingan antara jumlah dana yang disediakan
oleh kreditor jangka panjang dengan jumlah dana dari pemilik perusahaan. Rumus
untuk menghitungnya adalah sebagai berikut:

d) Rasio Kelipatan Bunga yang dihasilkan (Times Interest Earned Ratio)


Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan menunjukkan sejauh mana atau berapa
kali kemampuan perusahaan dalam membayar bunga.Kemampuan perusahaan di sini
diukur dari jumlah laba sebelum bunga dan pajak. Rasio ini dikenal juga sebagai
coverage ratio. Rumus yang digunakan untuk menghitung adalah sebagai berikut:

e) Rasio LabaOperasional terhadap Kewajiban ()perating Income to Liabiliies


Ratio)
Rasio laba operasional terhadap kewajiban merupakan rasio yang menunjukkan
sejauh mana atau berapa kali kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh
kewajiban. Kemampuan perusahaan di sini diukur dari jumlah laba operasional. Rumus
yang digunakan untuk menghitung adalah sebagai berikut:

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 29


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

B.3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)


Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya atau dapat dikatakan juga
sebagai rasio yang digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi pemanfaatan
sumberdaya perusahaan (Kasmir, 2014). Rasio aktivitas terdiri atas:
a) Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Rasio perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan akan berputar dalam satu periode atau
berapa lama (dalam hari) rata-rata persediaan tersimpan di gudang hingga akhirnya
terjual (Hery, 2015)
Rasio ini merupakan perbandingan antara harga pokok penjualan dengan rata-
rata persediaan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

b) Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover)


Perputaran Total Aset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah
penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Semakin besar rasio ini semakin baik,
karena perusahaan tersebut dianggap efektif dalam mengelola asetnya. Rumus yang
digunakan untuk menghitung adalah sebagai berikut:

c) Perputaran Modal Kerja ( Working Capital Turnover)


Perputaran modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
keefektifan modal kerja (aset lancar) yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan
penjualan. Rumus untuk menghitung perputaran modal kerja adalah sebagai berikut:

d) Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turnover)


Perputaran aset tetap merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
keefektifan aset tetap yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan atau
dengan kata lain untuk mengukur seberapa efektif kapasitas aset tetap turut
berkontribusi menciptakan penjualan (Hery, 2015). Rumus yang digunakan untuk
menghitung rasio perputaran aset tetap adalah sebagai berikut:

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 30


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

e) Perputaran Piutang Usaha ( Receivable Tornover)


Perputaran piutang usaha merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
berapa kali dana yang tertanam dalam piutang usaha akan berputar dalam satu periode
atau berapa lama (dalam hari) rata-rata penagihan piutang usaha. Cara mencari rasio ini
adalah dengan membandingkan antara penjualan kredit dengan rata-rata piutang.
Rumusnya adalah sebagai berikut:

B.4. Rasio Profitabilitas


Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Rasio
profitabilitas dikenal juga sebagai rasio rentabilitas. Selain bertujuan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, rasio ini juga
dipergunakan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan
operasional perusahaan. Dalam prakteknya, jenis-jenis rasio profitabilitas yang
digunakan antara lain:
a) Hasil Pengembalian atas Aset (Return of Asset)
Hasil Penembalian atas Aset merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar
kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Rasio ini digunakan untuk mengukur
seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang
tertanam dalam total aset. Return to Asset dihitung dengan menggunakan sebagai
berikut:

b) Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity)


Hasil pengembalian ekuitas atau rentabilitas modal merupakan rasio untuk
mengukur laba bersih nsesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini digunakan untuk
mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah
dana yang tertanam dalam total ekuitas. Rumus untuk menghitung adalah sebagai
berikut:

c) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)


Margin laba kotor merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya
prosentase laba kotor atas penjualan bersih. Laba kotor dihitung sebagai hasil
pengurangan antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan. Yang dimaksud
penjualan bersih adalah penjualan (tunai maupun kredit) dikurangiretur dan penyesuaian
harga jual serta potongan penjualan. Rumus yang digunakan adalah:

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 31


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

d) Margin Laba Operasional ( Operational Profit Margin)


Margin laba operasional mengukur prosentase laba yang diperoleh sesudah
perusahaan membayar semua biaya produksi dan biaya operasi (tidak termasuk
pembayaran biaya bunga, pajak dan dividen saham preferen). Operating Profit Margin
dapat dikatakan sebagai ukuran laba yang sebenarnya. Rumus untuk menghitungnya
adalah:

e) Margin Laba Bersih ( Net Profit Margin)


Net Profit Margin mengukur prosentase laba yang diperoleh sesudah perusahaan
membayar semua biaya-biaya yang terjadi, termasuk biaya bunga, pajak dan dividen
saham preferen. Untuk melihat keberhasilan perusahaan dalam industrinya, Net Profut
Margin merupakan ukuran yang baik (walaupun tiap industri mempunyai ukuran yang
berbeda). Rumus untuk menghitungnya adalah:

A. RANGKUMAN
Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, perencanaan, analisis
dan pengendalian keuangan. Fungsi keuangan yaitu kegiatan menggunakan dana dan
kegiatan mencari pendanaan. Keputusan yang harus dilakukan oleh manajer keuangan ,
adalah Keputusan investasi, Keputusan pendanaan,dan Kebijakan deviden. Tujuan
manajemen keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Modal pertanian dalam arti makro adalah factor produksi modal yang
disalurkan, dikelola, dikontrol di dalam kegiatan ekonomi di sector pertanian dalam arti
luas, dan merupakan salah satu sector ekonomi nasional. Dalam arti mikro modal usaha
pertanian adalah factor produksi modal yang disediakan, diolah, dan dikontrol di dalam
suatu usaha pertanian skala kecil, menengah dan besar.
Menurut Munawir (1981) dalam Musyadar(2004), modal adalah hak atau bagian
yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal
saham), surplus dan laba yang ditahan. Modal perusahaan terbagi menjadi dua yaitu
modal investasi dan modal kerja . Bedasarkan pendekatan keuangan modal kerja
dibagi ke dalam dua pendekatan yaitu pendekatan neraca dan pendekatan biaya.
Berdasarkan sumbernya modal dapat diperoleh dari modal internal yaitu dip
eroleh dari saham pemilik dan laba ditahan , sedangkan modal eksternal dapat
diperoleh dari lembaga keuangan bank( bank konvensional dan bank syariah) serta
lembaga keuangan bukan bank.
Skim kredit program pemerintah antara lain : Kredit Pengembangan Enerji
Nabati-Revitalisasi Perkebunan(KPEN-RP), Kredit pada Koperasi Primer untuk
Anggotanya (KKPA), Kredit Ketahanan Pangan dan Enerji (KKP-E)

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 32


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

Tujuan analisis finansial (Kusnadi,1994 dalam Musyadar 2004) adalah untuk


memastikan seberapa jauh mana usaha yang direncanakan dinyatakan sehat dari segi
keuangan. Suatu usaha dinyatakan mempunyai keuangan yang sehat apabila dapat
memenuhi kewajiban finansial ke dalam dan keluar serta mampu mendatangkan
keuntungan yang layak kepada perusahaan dan pemiliknya.
Beberapa kriteria kelayakan finansial yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut :
(1). Kriteria analisis finansial yang mengabaikan nilai uang karena faktor waktu
(time value of money) seperti R/C, Payback Period dan BEP
(2). Kriteria analisis finansial yang memperhatikan nilai uang karena faktor
waktu seperti B/C, NPV dan IRR.
Pencatatan bisnis merupakan alat bantu bagi manajer agribisnis untuk
mengarahkan pelaksanaan manajemen bisnis secara jitu dan membuat keputusan
manajemen agar selaras dengan kebutuhan, sasaran, dan tujuan perusahaan.
Sistem pencatatan harus menyajikan pengetahuan yang memenuhi kriteria
sebagai berikut : (1). Harus sederhana dan mudah dimengerti, (2). Harus dapat
dipercaya, cermat, konsisten, dan tepat waktu, dan (3). Harus didasarkan pada keunikan
bisnis tertentu
Pencatatan keuangan yang baik harus menyediakan dasar untuk : (1).
Menentukan keberhasilan bisnis dalam bentuk profitabilitas dalam periode atau siklus
tertentu, (2). Menentukan keadaan umum keuangan perusahaan pada saat tertentu, (3).
Memperkirakan kemampuan bisnis untuk memenuhi tuntutan kreditor, perubahan,
dan tuntutan perluasan, (4). Menganalisis kecenderungan prestasi kerja sehubungan
dengan kemampuan manajemen dan baik-tidaknya keputusan serta hasil-hasil yang
dicapai pada masa lalu, (5). Memilih cara penggunaan sumber-sumberdaya untuk masa
mendatang dari berbagai alternatif yang mungkin atau tersedia.
Beberapa hal yang perlu memperoleh perhatian dalam pencatatan keuangan
adalah dipahaminya beberapa pengertian yang merupakan komponen dari pencatatan
keuangan seperti : Biaya (cost), Penerimaan(revenue); Harga pokok(unit cost); laba atau
rugi (profit or loss) dan Revenue-cost ratio (R/C).
Menurut Downey dan Erickson ( 1992), analisis rasio keuangan sering
digunakan untuk mengukur prestasi dari suatu usaha dan akan menjadi alat bantu yang
sangat berguna bagi manajemen. Analisis rasio selain sebagai merupakan alat indikator
keuangan yang baik untuk keputusan manajerial juga memberi manfaat lain yaitu : (1).
mudah dihitung, (2). mudah dibandingkan,(3). mudah dimengerti, dan (4). Dapat
mengomunikasikan posisi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan selain manajemen. Rasio keuangan merupakan suatu alat evaluasi yang
dilakukan untuk melihat profitabilitas, likuiditas, solvabilitas dan efisiensi operasional.

B. SOAL LATIHAN
1. Jelaskan pengertian dan tujuan manajemen keuangan !
2. Jelaskan dengan singkat keputusan yang harus diambil oleh manajer
keunangan !

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 33


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

3. Jelaskan dengan singkat perbedaan antar modal investasi dan modal kerja !
4. Dimana letak perbedaan antara lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan
bukan bank ?
5. Dimana letak perbedaan antara analisis finansial yang memperhatikan faktor
waktu terhadap nilai uang (time value of money) dan analisis finansial yang
tidak memperhatikan faktor waktu terhadap nilai uang (time value of money)
6. Jelaskan dengan singkat apa yang dimaksud dengan analisis rasio keuangan serta
berikan concoh-contoh rasionya !

C. TUGAS PRAKTIKUM
1. Buatlah perencanaan keuangan dari suatu rencana agribisnis (usaha agroinput,
agroproduksi, agroindusri dan agroniaga ) secara berkelompok (3-5 orang)
2. Tentukan kebutuhan modal investasi dan modal kerjanya !
3. Lakukan analisis finansialnya
4. Presentasikan hasil penugasannya !
5. Laporan diserahkan kepada dosen pengampu setelah dipresentasikan !
6. Pelajari dan diskusikan materi bahan ajar di atas bersama kelompok Anda dan
buatlah persiapan presentasi hasil diskusi Anda di depan kelas

D. REFERENSI
Alma, B. 2009. Kewirausahawan Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Bagi Mahasiswa Dan
Masyarakat Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Amstrong, G., dan Kotler, P. 2007. Marketing: An Introductuon. New Jersey: Pearson
Prentice Inc.
Anonimous , 2013 ; Kewirausahaan Modul Pembelajaran Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Ditjen Dikti, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Barringer, B.R dan Ireland R.D. 2008. Entrepreneurship and Regional Growth: An
Evolutionary Intrepretation. Journal of Evolutionary Economics.
Brygrave, W.D. 1994. The Portable MBA in Entrepreneurship. New York: John Wiley
& Son Inc.
College of Agriculture Pennsylvania State University, 2002, Agribusiness Planning,
Pennsylvania, US.
Darmawan, J. 2010. Profit and Beyond, Proses Mencetak Para Wirausahawan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Dedy Takdir, Mahmudin, dan Sudirman Zaid ; Kewirausahaan ; Wijana Mahadi Karya,
Yogyakarta
Department of Agriculture, 1991, Preparing an Agribusiness Plan, The Nova Scotia
Farm Load Board, Canada.

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 34


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

Dianawati, A. 2006. 20 Usaha Sampingan Paling Menguntungkan. Tangerang:


Visimedia
Downey, W.David dan Erickson,Steven P.1992. Manajemen Agribisnis. Erlangga,
Jakarta.
Drucker, P.F. 1993. Innovation and Entreprenuerhip. New York: Harper Business.
Fadiati, A dan Purwana, D. 2011. Menjadi Wirausaha Sukses. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Firdaus, Muhammad. 2009. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara, Jakarta Ferrell, OC
dan Hartline, MD. 2008. Marketing Strategy. Mason OH: Thomson.
Frederick, H.H, Kuratko, D.F., dan Hodgetts, R.M. 2006. Entrepreneurship: Theory,
Process, and Practice. Australia: Cangage Learning Australia Pty Limited.
Hatten, T. S. 2012. Small Business Management, Entrepreunership and Beyond 5th
Edition. South-Western Cengage Learning.
Hery ; 2015 ; Analisis Kinerja Manajemen (Menilai Kinerja Manajemen Berdasarkan
Rasio Keuangan), Penerbit PT, Grasindo, Jakarta.
Hidayat, A ; 2001 ; Cara Memperoleh Modal dan Teknik Pengendalian Usaha ;
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan, Jakarta
International Labour Organization (ILO). 2013. Start your Green Business in Waste
Management. ILO-IGEP Training Kit.
Ismarli Muis, dkk ; 2015 ; Modul Kewirausahaan Untuk Mahasiswa ; Pusat
Kewirausahaan Universitas Negeri Makassar
Kasali, R., Nasution, A. H., & Purnomo, B. R. 2010. Modul Kewirausahaan untuk
Program Strata 1. Jakarta: Penerbit Hikmah.
Kasmir ; 2015; Analisis Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Musyadar, Achmad; Muslihat,Elih Juhdi dan Harniati. 2014. Pengembangan
Permodalan. STPP Bogor.
Musyadar, Achmad dkk. 2004. Studi Kelayakan Agribisnis. UT, Jakarta.
Nasruddin,Wasrob dan Nuraeni, Ida. 2006. Manajemen Agribisnis(Edisi Kesatu).
Universitas Terbuka,Jakarta.
Nuraeni, Ida; Nasruddin,Wasrob; Musyadar,Achmad dan Muslihat,ElihJ. 2005.
Manajemen Agribisnis. STPP Bogor.
Osterwalder, A. & Pigneur, Y. 2009. Business Model Generation. Diakses dari
http://www.businessmodelgeneration.com/.
Permana, A.F ; 2017 ; Kewirausahaan dan Bisnis Islam ; Sekolah Tinggi Agama Islam
Sofyan Tsauri, Majenang

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 35


Bab VIII. Manajemen Keuangan Agribisnis 2020

Skinner. 2015. Business Plan, Business Reality Starting and ManagingYour Own
Business In Canada. Ontario: Pearson Canada Inc.
Suryani, Penti dan Rahmadani, Elfi. 2014. Manajemen Agribisnis.Aswaja Pressindo,
Yogyakarta Firdaus, Muhammad. 2009. Manajemen Agribisnis. Bumi
Aksara, Jakarta
Sutoyo, dkk ; 2018 ; Modul Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian ( Strategi
Bersaing dan Keberhasilan Usaha, Teknik Evaluasi Kinerja, Organisasi dan
Kepemimpinan ; Pusat Pendidikan Pertanian Jakarta.
Syahza, Al Masdi, 2012, Perencanaan Produksi dan Strategi Pemasarannya, Bahan
Kuliah Manajemen Agribisnis. Fekon UNRI.
Weston, J. F. dan Copeland T. E.; 1992 : Dasar – Dasar Manajemen Keuangan,
Erlangga.
-----oooo00oooo-----

Sutoyo: Kewirausahaan Pertanian Berkelanjutan 36

Anda mungkin juga menyukai