3
input-input dan pertanian
sarana produksi f. Pengendalian
c. Kegiatan produksi produksi pertanian
pertanian
TUJUAN
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa diharapkan:
1. Mampu mengetahui dan memahami perencanaan produksi pertanian
Pemilihan komoditas yang akan diusahakan memegang peranan penting dalam dalam
keberhasilan usaha produksi pertanian. Komoditas yang bernilai ekonomis tinggi akan
menjadi prioritas utama, tetapi perlu dipertimbangkan hal-hal yang berhubungan dengan
pemasarannya. Sebab, mungkin terjadi komuditas tersebut ekonomis dalam produksi, tetapi
tidak tepat untuk daerah produksi dan wilayah pemasaran yang akan dituju. Komoditas
yang telah dipilih selanjutnya ditetapkan jenis atau varietasnya sesuai dengan kondisi
topografi dan iklim lokasi yang direncanakan.
Untuk usaha agribisnis berskala kecil mungkin pemilihan lokai produksi tidak menjadi
suatu prioritas, karena umumnya produksi dilakukan di daerah domisili para petani. Nmaun
usaha agribisnis diskala menengah ke atas, seperti perusahaan, perkebunan, peternakan,
perikanan, dan dikelola oleh peruhaan dengan modal investasi berjumlah besar, maka
pemilihan lokasi tersebut akan besar pengaruhnya bagi keberhasilan dan kesinambungan
usaha. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi adalah
ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan sarana dan prasarana fisik penunjang, lokasi
pemasaran, dan ketersediaan intensif wilayah.
Ketersediaan tenaga kerja mencakup jumlah, spesifikasi dan mutu tenaga kerja yang
dibutuhkan serta tingkat upah regional dan peraturan-peraturan daerah mengenai
ketenagakerjaan. Jumlah tenaga kerja di suatu wilayah menjadi pertimbangan akan
kecukupan tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi, terutama berkaitan dengan
tenaga kerja buruh atau tenaga kerja harian. Kekurangan tenaga kerja dari segi jumlah
akan menghambat proses produksi sesuai dengan yang direncanaakan. Spesifikasi dan mutu
tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi sangat penting untuk menjamin agar
penempatan tenaga kerja direkrut sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dalam suatu
jenis pekerjaan. Misalnya, tenaga buruh wanita harus cukup untuk menangani pemetikan
daun teh di suatu perkebunan teh atau tenaga buruh harus cukup untuk menangani
pembersiuhan pada lahan kelapa sawit.
Tingkat upah regional dan peratuaran-peraturan ketenagakerjaan di daerah tersebut
juga harus menjadi pertimbangan. Tingakat upah regional sangat berpengaruh pada upah
tenaga kerja yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Peratuaran-peraturan
ketenagakerjaan juga berpengaruh pada kewajiban-kewajiban perusahaan dalam kaitannya
dengan pemanfaatan tenaga kerja.
Ketersediaan sanrana dan prasarana fisik yang menunjang, seperti transportasi,
perhubungan, komunikasi, penerangan, serta pengairan /sumber air, sangat penting
menjadi pertimanagan dalam menentukan lokasi produksi. Sifat-sifat dan karakteristik
produksi pertaniandan perlengkapan, input-inputdan sarana produksinya yang kamba
(voluminous)menyebabkan ketesediaan sarana dan prasarana fisik tersebut menjadi sangat
penting untuk dipertimbangkan. Produk pertanian yang umumnya tidak tahan lama
memerlukan penanganan dan pengankutan yang cepat meneuju lokasi konsumen. Begitu
jga keberadaan alat telekomunikasi akan menjadi penting untuk transfer informasi dari
lokasi produksi ke pasar atau sebaliknya.
Pertimbangan lainnya adalah lokasi pemasaran. Sebaiknya lokasi produksi dekat dengan
lokasi pemasaran, terutama untuk komuditas-komoditas yang tidak tahan lama, seperti
produk hortikultura. Walaupun demikian, pada kemajuan era teknologi seperti sekarang
sekarang ini, jarak antara lokasi produksi dan lokasi pasar karena dengan teknologi daya
Page 2 of 6
PENGANTAR MANAJEMEN AGRIBISNIS Universitas Brawijaya 2018
tahan produksi dapat diperpanjang dan jarak relatif dapat diperpendek dengan alat-alat
pengangkutan yang cepat.
Selanjutnya insentif wilayah juga merupakan faktor pertimbangan dalam menentukan
lokasi produksi. Insentif wilayah sangan terkait dengan kebijakan pemerintah daerah yang
terkait., baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan operasi produksi tersebut.
Kebijakan pajak, kebijakan dan peraturan tenaga kerja, kebijakan investasi budaya
pelayanan publik dan efektivitas pelayanan pablik (debirokrasi), dan lain-lain merupakan
insentif wilayah yang memilik daya tarik bagi investor untuk berusaha di daerah tersebut.
c. Skala usaha pertanian
Skala usaha sangat terkait dengan usaha input dan pasar. Skala usaha hendaknya
diperhitungkan dengan matang, sehingga produksi tidak mengalami kelebihan pasokan atau
permintaan. Begitu juga ketersedian input, seperti modal, tenaga, bibit, peralatan, serta
fasiltas produksi dan operasi lainnya harus diperhitungkan. Skala usaha yang besar, secara
teoritis akan menghasilkan economics of scale yang tinggi. Namun, kenyataannya di
lapangan seringkali skala besar tidak menjadi ekonomis yang disebabkan oleh karakteristik
produk dan produksi komoditas pertanian yang khas. Oleh karena itu dalam merencanakan
usaha produksi pertanian, maka keputusan mengenai skala usaha menjadi sangat penting.
Karakteristik produk dan produksi pertanian juga menyebabkan usaha kecil di bidang
agribisnis kebanyakan dapat mencapai skala ekonomis. Pada umumnya tanaman
hortikultura dapa diusahakan dengan skala kecil dengan skala efisiensi yang cukup tinggi.
Akan tetapi komuditas perkebunan seperti kelapa sawit, teh, kina, karet, tebu, dan lain-lain,
akan tidak efisien jika diusahakan dalam skala kecil. Dengan demikian untuk
memberdayakan usahatani kecil pada komoditas tersebut, maka dibentuk pola-pola
kemitraan, seperti Perkebunan Inti Rakyat (PIR).
Setelah menetapkan jenis dan varietas komuditas yang akan diusahakan, lokasi produksi
dan penempatan fasilitas, serta skala usaha yang akan dijalankan, maka mulai
merencanakan proses produksi. Setalah perencanaan pengadaan fasilitas rampung, maka
dilanjutkan dengan perencanaan proses produksi. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan
dalam perencanaan proses produksi adalah biaya produksi, penjadwalan proses produksi,
pola produksi, dan sumber-sumber input dan sistem pengadaannya.
Perencanaan biaya produksi sangat terkait dengan kemampuan pembiayaan yang dimiliki
oleh perusahaan., baik dari modal sendiri ataupun dari luar, seperti modal ventura,
pembiayaan melalui kredit, penjualan saham, dan lain-lain. Perencanaan biaya tersebut juga
terkait dengan skala usaha optimal dan ekonomis untuk menghasilkan pendapatan usaha
yang layak.
Page 3 of 6
PENGANTAR MANAJEMEN AGRIBISNIS Universitas Brawijaya 2018
seperti tanaman perkebunan penjadwalan secraa rinci dilakukan secara bertahap, walaupun
tetap ada perencanaan jangka panjang yang menyeluruh.
Penjadwalan tanaman hortikultura yang berumur pendek, memegang peranan penting
sehubungan dengan fluktuasi harga dan permintaan dalam setahun. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan penjadwalan adalah jenis komoditas, kevenderungan
permintaan dan fluktuasi harga, gestation period, pola produksi, pembiayaan, dan lain-lain.
Penjadwalandimulai dari perkebunan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan
(Pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit, dan lain-lain), dan masa
panen. Masa panen hendaknya disesuaikan dengan waktu dimana kecenderungan
permintaan dan harga komuditas tersebut tinggi, keudian dihitung mundur.
Sebagai contoh, agribisnis cabai memiliki gestation periodselama tiga bulan sejak
penanaman. Jika diperkirakan permintaan dan harga cabai sangat tinggi pada bulan
Desember dan Januari, maka tiga bulan sebelum bulan Desember mulai dilakukan
penanaman, yakni pada awal agustus sampai awal September. Jika pembibitan dan
pengolahan lahan memperlukan waktu satu bulan setengah sebelum lahan siap ditanami,
mak pengolahan dan pembibitan dilakukan mulai pada awal bulan Juli. Dengan demikian
diharapkan panen perdanadapat dilakukan awal Desember hingga cabai dapat dijual dnegan
harga dan keuntungan yang tinggi.
g. Perencanaan pola produksi pertanian
Evaluasi dilakukan secara berkala, mulai dari perencanaan sampai dengan akhir
usaha tersebut berlangsung, sehingga jika terjadi penyimpangan dari rencana yang
Page 5 of 6
PENGANTAR MANAJEMEN AGRIBISNIS Universitas Brawijaya 2018
dianggap dapat merugikan, maka segera dilakukan pengendalian.
REFERENSI
George R. Terry, Dr. Winardi, SE, 2010. Asas-asas Manajemen :Bandung
Gumbira-Sa’id, E. dan A. Haritz Intan. 2004. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
PROPAGASI
1. Skala usaha yang besar, secara teoritis akan menghasilkan economics of scale
yang tinggi, berikan keterkaitannya dalam penerapan manajemen produksi
untuk usaha budidaya pertanian!
2. Berikan contoh kasus pada proses pengawasan, evaluasi beserta pengedalian yang
optimal dalam penerapan manajemen produksi untuk usaha budidaya pertanian!
3. Carilah artikel yang berkaitan dengan produksi untuk usaha budidaya pertanian, berikan
penjelasan alur kerja pelaksanaannya berkaitan penerapan manajemen !
Page 6 of 6