Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MANAJEMEN AGRIBISNIS

“Manajemen Produksi Agribisnis”

Disusun Oleh :
M Naufal H. (134210073)
Maika Filiana (134210078)
Anggraini Putri Pangastuti (134210090)
Azmi Gendis P. (134210103)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Produksi dapat dinyatakan sebagai seperangkat prosedur dan
kegiatan yang terjadi dalam penciptaan produk dan jasa. Dengan demikian,
maka manajemen produksi secara umum yaitu sebagai rangkaian keputusan
yang rumit guna mendukung proses produksi (Assauri, 2008). Pada masa
awal perkembangan disiplin ilmu manajemen produksi, pabriklah yang
merupakan pihak yang diuntungkan dari kemajuan pengetahuan dan teknik.
Namun dewasa ini, dapat disaksikan bahwa semua pihak yang terlibat dalam
produksi barang dan jasa, termaksuk pasar swalayan, gudang, dan kantor,
dapat menikmati manfaat dari perencanaan dan manajemen produksi.
Ternyata pada berbagai jenis bisnis dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip
manajemen produksi telah dirangkaikan dengan interaksi pekerja, bahan
dan mesin, pengendalian biaya dan mutu, dan penataan lokasi fasilitas.
Pada agribisnis, prinsip-prinsip manajemen produksi terbukti telah
bermanfaat dalam memperbaiki metode pengumpulan, penyortiran, dan
pengelompokan mutu, pemrosesan dan pabrikasi, dan pengepakan serta
pengiriman produk pertanian. Manajemen produksi memiliki dampak
menyeluruh dan terkait dengan berbagai fungsi, seperti fungsi personalia,
keuangan, penelitian dan pengembangan, pengadaan dan penyimpanan, dan
lain-lain. Artinya, segala sesuatu yang berkaitan dengan produksi memiliki
dampak terhadap fungsi-fungsi lainnya, bahkan memiliki dampak
menyeluruh terhadap perusahaan. Misalnya, suatu rencana peningkatan
produksi sampai 10% akan memiliki dampak terhadap fungsi manajemen
keuangan, manajemen sumber daya manusia, manajemen teknologi,
manajemen pengadaan, manajemen persediaan, manajemen penyimpanan,
dan lain-lain (Handoko, 2001).
Manajemen produksi, terutama menyangkut keputusan lokasi,
ukuran atau volume, dan tata letak fasilitas, pembelian, persediaan, dan
penjadwalan serta mutu produk, akan menjadi perhatian khusus dari para
manajer produksi. Walaupun keputusan-keputusan mengenai hal tersebut
secara fungsional dapat berada di luar tanggung jawab manajer produksi,
seperti fungsi pengadaan, persediaan, dan penyimpanan, tetapi harus
diperhatikan oleh manajer produksi dalam rangka menjamin
berlangsungnya proses produksi sesuai dengan yang direncanakan (Assauri,
2008).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari manajemen produksi agribisnis?
2. Hal penting apa yang harus di ketahui dalam manajemen produksi
agribisnis?
3. Apa saja manajemen produksi dalam agribisnis itu?
4. Bagaimana manajemen agribisnis dibidang perikanan?
BAB II
ISI

A. Pengertian Manajemen Agribisnis


Produksi dapat dinyatakan sebagai seperangkat prosedur dan kegiatan yang
terjadi dalam penciptaan produk dan jasa. Dengan demikian, maka manajemen
produksi secara umum yaitu sebagai rangkaian keputusan yang rumit guna
mendukung proses produksi (Assauri, 2008). Produksi agribisnis dapat
diartikan sebagai seperangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi seperangkat
prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan produk agribisnis (produk
usaha dalam penciptaan produk agribisnis (produk usaha pertanian, perikanan,
peternakan, kehutanan, dan pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, dan
hasil olahan produk-produk tersebut). produk tersebut).
Manajemen agribisnis dapat diartikan sebagai seperangkat keputusan untuk
mendukung proses seperangkat keputusan untuk mendukung proses produksi
agribisnis, mulai dari keputusan produksi agribisnis, mulai dari keputusan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, hingga evaluasi proses pengawasan,
pengendalian, hingga evaluasi proses produksi. Manajemen produksi, terutama
menyangkut keputusan lokasi, ukuran atau volume, dan tata letak fasilitas,
pembelian, persediaan, dan penjadwalan serta mutu produk, akan menjadi
perhatian khusus dari para manajer produksi. Walaupun keputusan-keputusan
mengenai hal tersebut secara fungsional dapat berada di luar tanggung jawab
manajer produksi, seperti fungsi pengadaan, persediaan, dan penyimpanan,
tetapi harus diperhatikan oleh manajer produksi dalam rangka menjamin
berlangsungnya proses produksi sesuai dengan yang direncanakan.

B. Hal-Hal Penting dalam Agribisnis


1. Penyusunan Visi dan Misi Bisnis
Seperti yang sudah kita bahas bersama dari pengertian manajemen
agribisnis di atas, dalam memutuskan pengemangan pada suatu bisnis
pertanian diperlukan adanya perencanaan visi dan juga misi yang matang
sebagai wujud utama pelaksanaannya. Hal tersebut bisa dilakukan dengan
analisis SWOT atau (Strength, Weakness, Opportunity Threats) terhadap
jenis usaha yang sedang dikembangkan. Hal ini dilakukan tidak lain adalah
demi menentukan arah bisnis dan perjalanan bisnis ke depannya.
2. Rencana Pemasaran
Dalam bidang pertanian, manajemen pemasaran harus disusun sebelum
adanya rencana produksi. Tujuannya tentu saja demi membuat bagan yang
lebih tertarget, seperti produk apa yang nantinya akan dihasilkan, siapa saja
yang harus membeli, tujuan pemasaran, dan perkiraan harganya. Hal
tersebutlah yang membuat manajemen agribisnis memiliki peranan yang
sangat penting, karena tanpa adanya rencana pemasaran yang matang, maka
produk bisa dipastikan tidak akan laku di pasaran. Padahal, industri
pertanian adalah salah satu industri yang rentan mengalami kegagalan
karena mudah layu dan jika sudah layu maka tidak akan layak untuk
dikonsumsi.
3. Rencana Produksi
Rencana produksi dalam manajemen agribisnis adalah suatu
penggunaan aset dan juga sarana perusahaan dalam menghasilkan suatu
produk. Prinsip utama yang ditekankan di dalamnya mencakup orientasi
pasar, yang artinya memproduksi atau menghasilkan suatu produk atau jasa
yang memang diperlukan pasar. Tujuannya adalah bila barang tersebut
sudah diproduksi, maka bisa laris di pasar karena ada nilai guna di
dalamnya.
4. Rencana Keuangan
Keuangan adalah salah satu faktor yang paling penting dalam bisnis
apapun. Keuangan juga menjadi tujuan utama dalam melakukan bisnis.
Manajemen agribisnis diperlukan untuk membuat suatu perencanaan
keuangan dan bila diperlukan akan dilakukan bersama dengan para
konsultan.
5. Rencana Sumber Daya
Seperti yang sudah kita bahas diatas, agribisnis adalah bisnis pertanian
yang artinya memerlukan banyak sumber daya manusia. Sehingga, proses
perekrutan yang banyak akan memerlukan pengeluaran yang banyak untuk
suatu perusahaan. Dengan adanya manajemen bisnis yang baik, maka akan
membantu menekan keperluan sumber daya manusia, salah satu contohnya
adalah dengan menghimpun beberapa aktivitas pada satu tanggung jawab
khusus.

C. Manajemen Produksi dalam Agribisnis


Manajemen produksi dalam agribisnis mencakup kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, input-input dan sarana, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi,
dan pengendalian.
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu upaya penyusunan program, baik
program yang sifatnya umum maupun yang spesifik,, baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Suatu usaha produksi yang baru memerlukan
perencanaan yang bersifat umum atau yang sering disebut sebagai
praperencanaan. Seperti di bidang manajemen lainnya, manajemen
produksi memerlukan perencanaan yang cermat. Faktor pertimbangan yang
terlibat antara lain : lokasi fasilitas, ukuran pabrik, tata letak, pembelian,
persediaan dan pengendalian produksi. Perencanaan kapasitas produksi
adalah jumlah maksimum output yang dapat diproduksi dalam satuan waktu
tertentu. Kapasitas produksi dikaitkan dengan kapasitas sumber daya yang
dimiliki seperti kapasitas tenaga kerja, kapasitas mesin, kapasitas bahan
baku, dan kapasitas modal.
2. Pengorganisasian Input-Input dan Sarana Produksi Pertanian
Pengorganisasian mengenai sumberdaya berupa input-input dan
sarana-sarana produksi yang akan sangat berguna bagi pencapaian efisiensi
usaha dan waktu. Pengorganiasian tersebut terutama menyangkut
bagaimana mengalokasikan berbagai input dan fasilitas yang akan
digunakan dalam proses produksi sehingga proses produksi digunakan
dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pencapaian efektivitas dalam
pengorganisasian menekankan pada penempatan fasilitas dan input-input
secara tepat dalam suatu rangkaian proses, baik dari segi jumlah maupun
mutu dan kapasitas.. Pencapaian efisiensi dalam pengorganisasian input-
input dan fasilitas produksi lebih mengarah kepada optimasi penggunaan
berbagai sumberdaya tersebut sehingga dapat dihasilkan output maksimum
dengan biaya tetap atau biaya minimum dengan output tetap. Pencapaian
efektivitas dan efisiensi dalam pengorganisasian input-input dan sarana
produksi merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan tingkat
produktivitas perusahaan secara keseluruhan.
3. Kegiatan Produksi
Kegiatan produksi merupakan proses transformasi masukan menjadi
suatu keluaran. Kegiatan produksi adalah melaksanakan rencana produksi
yang telah dibuat dan merupakan kegiatan yang mempunyai masa yang
cukup lama serta terkait dengan bagaimana mengelola proses produksi
berdasarkan masukan, baik yang langsung maupun yang tidak langsung,
untuk menghasilikan produk. Proses produksi dalam agribisnis menjadi
suatu kegiatan yang sangat menentukan keberhasilan usaha dan merupakan
penyedot biaya paling besar. Kegiatan produksi tersebut harus dilakukan
secara efektif dan efisien untuk mencapai produktivitas tinggi. Efektivitas
kegiatan produksi dapat dilihat dari alokasi sumberdaya yang benar, serta
pelaksanaan yang benar.
4. Pengawasan Produksi
Pengawasan dalam usaha produksi pertanian meliputi pengawasan
anggaran, proses, masukan, jadwal kerja, dan lain-lain yang merupakan
upaya untuk memperole hasil maksimal dari usaha produksi. Pengawasan
dilakukan agar semua rencana dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan semua karyawan melakukan apa yang telah ditugaskan sesuai
dengan pekerjaan masing-masing. masing.
5. Evaluasi Produksi
Evaluasi dilakukan secara berkala, mulai dari saat perencanaan sampai
akhir usaha tersebut berlangsung. Jika terjadi penyimpangan dari rencana
yang dianggap dapat merugikan, maka segera dilakukan pengendalian
6. Pengedalian Produksi
Pengendalian dalam usaha produksi pertanian berfungsi untuk
menjamin agar proses produksi berjalan pada rel yang telah direncanakan.
Dalam usaha tani, misalnya pengendalian dapat dilakukan pada masalah
kelebihan dapat dilakukan pada masalah kelebihan penggunaan tenaga
manusia, kelebihan penggunaan air, kelebihan biaya pada suatu tahap proses
produksi, dan lain-lain.

D. Manajemen Produksi dalam Bisnis Perikanan


Penguasaan pengetahuan terkait konsep-konsep manajemen akan sangat
membantu upaya mengelola bisnis berbasis pertanian dalam arti luas. Menurut
Menurut Reksohadiprojo dan Indriyo (2000), usaha produksi pertanian sangat
variatif dan sangat tergantung kepada jenis komoditi yang diusahakan. Di
dalam manajemen agribisnis, perencanaan merupakan hal yang penting. Dalam
penyusunan suatu rencana dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi diperlukan adanya peran peramalan (forcasting). Produksi dari
budidaya perikanan diperoleh melalui kegiatan pemeliharaan biota akuatik
dalam wadah dan lingkungan terkontrol. Kegiatan pemeliharaan tersebut
mencakup pembenihan dan pembesaran. Manajemen agribisnis dibidang
perikanan meliputi:
1. Perencanaan Produksi Perikanan
Perencanaan merupakan suatu upaya penyusunan program baik secara
umum dan spesifik, jangka panjang dan jangka pendek. Perencanaan secara
umum seringg disebut dengan praperencanaan. Praperancanaan yang sangat
penting dalam agribisnis adalah pemilihan lokasi produksi dan
pertimbangan fasilitas, serta skala usaha. Setelah itu, maka dibuatlah
perencanaan yang lebih spesifik menyangkut kebutuhan-kebutuhan dan
kelengkapan produksi.
a. Pemilihan komoditas perikanan
Pemilihan komoditas yang akan digunakan memegang peran
penting dalam keberhasilan usaha produksi perikanan. Prioritas
pemilihan yang utama adalah komoditas yang bernilai ekonomis tinggi,
tetapi perlu dilihat dan dipertimbangkan hal-hal dalam pemasarannya.
Pemilihan komoditas juga harus disesuaikan dengan kondisi topografi
dan iklim lokasi penanaman. Selanjutnya menentukan jenis atau varietas
dari komoditas yang dipilih.
Komoditas budidaya perikanan adalah jenis biota yang diproduksi
oleh kegiatan budidaya perikanan dan diperdagangkan. Komoditas ini
dapat berupa ikan hias atau ikan konsumsi. Pemilihan komoditas atau
spesies budidaya perikanan didasarkan pada pertimbangan biologi, dan
pasar komoditas tersebut serta sosial ekonomi. Pertimbangan biologi
meliputi reproduksi, fisiologi, tingkah laku, morfologi, ekologi, dan
distribusi biota yang akan dikembangkan sebagai komoditas budidaya
perikanan.
Beberapa pertimbangan biologi tersebut, antara lain:
a. kemampuan memijah dalam lingkungan budidaya dan memijah
secara
buatan,
b. ukuran dan umur pertama kali matang gonad,
c. fekunditas,
d. laju pertumbuhan dan produksi,
e. tingkat trofik,
f. toleransi terhadap kualitas air dan daya adaptasi,
g. ketahanan terhadap stres dan penyakit,
h. kemampuan mengonsumsi pakan buatan,
i. konversi pakan,
j. toleransi terhadap penanganan, serta
k. dampak terhadap lingkungan.
Pertimbangan ekonomi dan pasar dalam pemilihan spesies budidaya
perikanan mencakup, antara lain: a. permintaan pasar, b. harga dan
keuntungan, c. sistem pemasaran, d. ketersediaan sarana dan prasarana
produksi, serta e. pendapatan masyarakat.
b. Pemilihan lokasi produksi pertanian
Usaha agribisnis berskala kecil dalam pemilihan lokasi mungkin
bukan prioritas utama karena biasanya lokasi produksi dilakukan di
daerah domisili petani. Namun usaha agribisnis yang berskala
menengah ke atas, seperti perusahaan perkebunan, perternakan,
perikanan, yang dikelola oleh perusahaan dengan modal investasi yang
berjumlah besar, maka pemiliihan lokasi tersebut akan besar
pengaruhnya bagi keberhasikan dan kesinambungan usaha.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi adalah
ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan prasarana dan sarana fisik
penunjang, lokasi pemasaran, dan ketersediaan insentif wilayah.
Tingkat upah regional dan peraturan-peraturan ketenagakerjaan di
daerah tersebut juga harus menjadi pertimbangkan karena berpengaruh
terhadap biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan. Peraturan
ketenagakerjaan juga berpengaruh kepada kewajiban-kewajiban
perusahaan dalam kaitanya dengan pemanfaatan tenaga kerja.
Ketersediaan saran dan prasarana fisik penujang, seperti transportasi
dan perhubungan, komunikasi, penerangan, serta pengairan/sumber air,
sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam keputusan lokasi
produksi (Subagyo, 2000).
Pertimbangan lainnya adalah lokasi pemasaran. Lokasi produksi
dan pemasaran disarankan berada pada jarak yang dekat. Walaupun
demikian pada era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, jarak antara
lokasi produksi dan lokasi pasar tidak menjadi prioritas karena dengan
teknologi daya tahan produk dapat diperpanjang dan jarak relatif dapat
diperpendek dengan alat-alat pengangkutan yang cepat.
Air yang digunakan sebagai media untuk keperluan budidaya
perikanan dibedakan berdasarkan salinitas atau kandungan garam NaCl-
nya menjadi perairan tawar, perairan payau, dan perairan laut. Budidaya
air tawar dilakukan dengan menggunakan sumber air dari perairan
tawar, sedangkan budidaya air payau dan marikultur masing-masing
menggunakan perairan payau dan laut sebagai sumber airnya.
Keberadaan dan sifat sumber daya air mempengaruhi kegiatan budidaya
perikanan yang dikembangkan, termasuk komoditas (biota) yang
dipilih. Komoditas yang dipelihara dalam budidaya air tawar, budidaya
air payau dan marikultur adalah spesies yang berasal dari habitat
tersebut atau sudah beradaptasi masing-masing di lingkungan air tawar,
air payau dan air laut.
c. Skala usaha perikanan
Skala usaha adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola
usahanya dengan melihat berapa jumlah karyawan yang bekerja dan
berapa besar pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam satu periode
akuntansi. Skala usaha pertanian berkaitan dengan ketersediaan input
dan pasar. Skala usaha harus diperhitungkan dengan matang sehingga
produksi yang dihasilkan tidak mengalami kelebihan pasokan atau
permintaan. Ketersediaan input, seperti modal, tenaga kerja, bibit,
peralatan, fasilitas produksi dan operasi lainya harus diperhitungkan.
Skala usaha yang besar, secara teoretis akan dapat menghasilkan
economics of scale yang tinggi. Oleh karena itu, dalam merencanakan
usaha produksi pertanian, maka keputusan mengenai skala usaha
menjadi sangat penting.
Menurut Soekartawi (2003), karakteristik produk dan produksi
komoditas pertanian juga menyebabkan skala usaha kecil di bidang
agribisnis kebanyakan dapat mencapai skala ekonomis
d. Perencanaan Proses Produksi Perikanan
(1) Biaya produksi perikanan
Perencanaan biaya produksi sangat terkait dengan kemampuan
pembiayaan. Kemampuan pembiayaan yang dimiliki oleh
perusahaan, baik bersumber dari modal sendiri maupun dari sumber
asing, seperti modal ventura, pembiayaaan melalui kredit, penjualan
saham, dan sumber-sumber pembiayaan lainnya. Perencanaan biaya
tersebut juga terkait dengan skala usaha yang optimal dan ekonomis
untuk menghasilkan pendapatan usaha yang layak modal.
(2) Penjadwalan proses perikanan
Penjadwalan proses produksi dibuat mulai dari pembukaan
lahan sampai kepada pemanenan dan penanganan pasca panen. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penjadwalan adalah
jenis komoditas, kecenderungan permintaan dan fluktuasi harga,
gestation period, pola produksi, pembiyaan, dan lain-lain.
Penjadwalan produksi perikanan juga mempengaruhi pengeluaran
biaya untuk tenaga kerja yang dibutuhkan.
e. Perencanaan Pola Produksi Pertanian
Perencanaan pola produksi memegang perenan penting dalam
penjadwalan, perencanaan tenaga kerja dan input, pembiayaan, proses
produksi dan operasi, penanganan pasca panen, serta sistem distribusi
dan pemasaran. Pola produksi dapat dibagi dalam beberapa bentuk,
antara lain berdasarkan: Jumlah komoditas yaitu komoditas tunggal,
komoditas ganda, dan multikomoditas sistem produksi, yaitu pergiliran
tanaman dan produksi massa.
2. Pengorganisasian dan Sistem Pengadaan Input dan Sarana Produksi
Perikanan
Pengorganisasian berupa input dan sarana produksi sangat berguna bagi
pencapaian efisiensi usaha dan waktu. Perencanaan input-input dan sarana
produksi mencakup kegiatan mengidentifikasi input-input dan sarana
produksi yang dibutuhkan, baik dari segi jenis, jumlah, mutu maupun
spesifikasinya. Secara umum, input-input dalam agribisnis adalah bibit,
pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, dan modal. Di lain pihak, sarana dan
prasarana produksi adalah areal tempat produksi, perlengkapan/ peralatan
dan bangunan-bangunan pendukung serta teknologi.
Setelah input-input dan sarana dan prasrana produksi diindentifikasi
dan dispesifikasi, maka disusun rencana dan sistem pengadaanya. Dua hal
mendasar yang perlu menjadi titik perhatian dalam memilih sistem
pengadaan adalah membuat sendiri atau membeli. Misalnya, dalam hal
pengadaan bibit, apakah memproduksi bibit sendiri ataukah membeli dari
sumber lain. Keputusan memproduksi sendiri atau membeli sangat
tergantung pada biaya imbangan antara kedua alternatif tersebut.
3. Pelaksanaan atau Penggerakan Produksi Perikanan
Dalam tahapan proses ini sering disebut tahap actuating, termasuk usaha-
usaha bagaimana memotivasi pekerja atau karyawan dapat bekerja dengan
baik. Bagaimana memberi insentif terhadap karyawan yang berhasil dan
juga bagaimana memberikan teguran atau sanksi bagi karyawan yang tidak
berhasil. Usaha lain adalah bagaimana menjaga hubungan antara pimpinan
dengan karyawan yang harmonis dan manusiawi, akan menciptakan rasa
memiliki, tanggung jawab bersama untuk keberlangsungan dan
keberhasilan perusahaan. Gaya atau cara kepemimpinan akan
mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja. Penggerakan berfungsi
untuk menggerakkan sumber daya untuk menjalankan fungsi-fungsi
manajemen yang lain, yaitu perencanaan, pengorganisasian dan
pengendalian.
4. Pengawasan atau Pengendalian
Pengawasan mempunyai arti bahwa tahapan fungsi manajemen ini
mempunyai tugas, mengawasi apa yang telah dilakukan di dalam aktivitas
perusahaan telah berjalan sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Termasuk dalam tahapan ini adalah evaluasi apa
yang telah dicapai dan apakah perlu ada perubahanperubahan dari rencana
sebelumnya. Apabila ada kesalahan atau penyimpangan dari perencanaan
awal, seberapa besar kesalahan yang masih dapat ditoleransi sehingga
kerugian perusahaan dapat ditekan. Apakah perlu mengubah atau
memperbaiki strategi produksi sehingga keuntungan perusahaan tetap dapat
terwujud.
Metode pengawasan yang dapat dilakukan dapat secara langsung
maupun tidak langsung. Metode pengawasan langsung dapat dilakukan
dengan inspeksi, verifikasi, dan investigasi ke lokasi. Sedangkan
pengawasan tidak langsung dapat dilakukan melalui pemeriksaan hasil
laporan. Pengawasan harus berdasarkan prinsip-prinsip berikut, yaitu (1)
berorientasi pada tujuan; (2) objektif, jujur, dan mendahulukan kepentingan
bersama; (3) berorientasi pada kebenaran menurut aturan yang berlaku; (4)
menjamin efektivitas dan efisiensi hasil; (5) berdasarkan standar yang
objektif, tepat dan teliti; serta (6) dilakukan secara terus-menerus dan
hasilnya harus memiliki umpan balik untuk berbaikan.

E. Komoditas Ikan Nila dan Budidayanya


Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas
unggulan Indonesia yang memiliki potensi ekonomis tinggi, dimana kebutuhan
benih maupun ikan konsumsi dari tahun ke tahun cenderung terus meningkat
seiring dengan perluasan usaha budidaya (Darwisito et al., 2008). Produksi ikan
nila:
1. Persiapan kolam pembesaran
a. Pembesaran ikan nila dapat dilakukan pada kolam seluas 20x10 m
persegi dengan ketinggian 1,5 m. Agar dalam keadaan bersih, dapat
dilakukan pengelolaan kolam. Selanjutnya kolam terlebih dahulu
ditutup saluran inlet agar tidak ada air yang masuk dan dibuka saluran
outlet agar sisa-sia air dan kotoran terbuang semuanya. Kolam
dibersihkan dengan cara mengarahkan kotoran kebagian outlet.
Kemudian disiram menggunakan air bersih pada setiap sudut dan sisi
kolam, selanjutnya dilakukan pengeringan agar sisa-sisa gas amoniak
akan menguap sehingga nantinya tidak meracuni ikan pada saat
pemeliharaan.
b. Pengapuran. Proses pengapuran berfungsi untuk membunuh sisa-sisa
jasad renik, meningkatkan pH sehingga tidak menyebabkan kematian
pada saat pemeliharaan ikan nila. Kapur yang biasanya digunakan yaitu
kapur dolomite yang bisa didapatkan di toko bangunan sebanyak 1 sak
dengan berat 25 kg. Proses pemberian kapur dengan cara melarutkan
kapur terlebih dahulu kedalam air kemudian disiramkan ke setiap sisi
dan sudut kolam. Kemudian dibiarkan beberapa hari sebelum pengisian
air.
c. Pemupukan. Dilakukan untuk meningkatkan produksi budidaya. Dedak
merupakan pilihan yang terbaik. Selain lebih bersih, dedak juga sangat
efektif. Lingkungan perairan yang tercipta dari pemupukan dengan
dedak cukup baik dan pakan alami dapat tumbuh lebih cepat dibanding
menggunakan kotoran hewan, yakni cukup dengan 3–4 hari. Sementara
itu, kotoran ayam membutuhkan waktu 5–7 hari.
2. Penebaran Benih
Benih yang digunakan harus melalui proses grading agar ukurannya
seragam serta tidak ada benih yang sakit sehingga tidak terjadi kanibalisme.
Benih yang ditebar untuk pembesaran yaitu benih yang berukuran grading
15 yang kira-kira berumur 2-3 bulan. Untuk penebarannya sendiri setiap m3
ditebar dengan ikan sebanyak 50 ekor, sehingga dengan luas kolam 10x20
m ikan yang ditebar berjumlah 10,000 ekor ikan nila. Sistem penebaran ikan
nila tidak perlu dilakukan aklimatisasi atau penyesuaian suhu karena tempat
diperolehnya benih dan juga tempat pembesarannya sama sehingga proses
adaptasi ikan termasuk cepat.
3. Manajemen Pemberian Pakan
Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam pembesaran ikan nila
adalah pakan harus sesuai dengan bukaan mulutnya dan cukup untuk
memenuhi kebutuhan nutrisinya. Pakan yang digunakan untuk pembesaran
ikan nila pada penelitian ini menggunakan limbah roti dengan dosis
pemberian pakan sebesar 5 kg per hari, dan diberikan secara adlibitum
(pemberian pakan sampai ikan kenyang). Pakan diberikan dengan frekuensi
2 kali sehari.
4. Manajemen Kualitas Air
Manajemen kualitas air dapat dilakukan dengan cara mengambil
sampel air di permukaan air pada saat pagi hari dan sore hari. Parameter
yang di ukur yaitu suhu dan pH. Pengukuran suhu menggunakan
Thermometer Hg, sedangkan pengukuran pH menggunakan pH meter.
Pengendalian kualitas air ini sangat diperlukan karena air sebagai media
ikan harus benar-benar stabil sehingga proses pembesaran bisa berjalan
dengan baik.
5. Panen
Pemanenan ikan nila dilakukan ketika telah mencapai umur sekitar 8-
10 bulan. Pemanenan dilakukan di kolam pembesaran dengan cara tidak
menguras kolam karena panen dengan sistem parsial dengan menggunakan
jaring. Pemasangan jaring sendiri dilakukan pada saat awal melakukan
persiapan kolam. Jaring dibentangkan ke setiap sudut sisi kolam.
Sebelum di panen, ikan terlebih dahulu di beri pakan agar ikan berkumpul
di 1 titik. Kemudian setelah ikan berkumpul jaring di angkat secara
bersamaan pada 4 titik di setiap ujung jaring. Setelah itu dilakukan proses
grading ikan nila yang ukurannya sama dipindahkan ke bak besar untuk
dilakukan pengemasan sisanya dikembalikan pada kolam. Meskipun waktu
pemeliharaan sama tetapi ukuran ikan akan berbeda, maka perlu
dilakukannya proses grading lagi. Proses grading dilakukan ketika ada
konsumen yang membeli.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Manajemen produksi agribisnis adalah sistem cara pengelolaan dan
pengaturan seperangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam
penciptaan produk agribisnis meliputi produk usaha pertanian, perikanan,
peternakan, kehutanan, dan pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan,
dan hasil olahan produk-produk tersebut.
2. Hal-hal penting yang harus di ketahui dalam manajemen produksi agribisnis
yaitu penyusunan visi dan misi bisnis, rencana pemasaran, rencana
produksi, rencana keuangan, dan rencana sumber daya.
3. Manajemen produksi dalam agribisnis mencakup kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, input-input dan sarana, pelaksanaan, pengawasan,
evaluasi, dan pengendalian.
4. Manajemen produksi agribisnis bidang pertanian, contohnya pada ikan nila
dapat dilakukan dengan persiapan kolam pembesaran, penebaran Benih,
manajemen pemberian pakan, manajemen kualitas air, dan melakukan
panen.
DAFTAR PUSTAKA

Marie, R., Syukron, M. A., & Rahardjo, S. S. P. (2018). Teknik pembesaran ikan nila
(Oreochromis niloticus) dengan pemberian pakan limbah roti. Jurnal Sumberdaya
Alam dan Lingkungan, 5(1), 1-6.

Reksohadiprojo, Sukanto., Gitosudarmo, Indriyo. (2000). Manajemen Produksi.


Yogyakarta: BPFE.

Soekartawi, 2003. Agribisnis Teori Dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Subagyo, Drs. Pangestu (2000). Manajemen Operasi. Yogyakarta: BPFE.

Anda mungkin juga menyukai