PENDAHULUAN
Kabupaten Sekadau adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Kalimantan
Barat yang memiliki potensi pertanian (perkebunan) yang besar. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS) komposisi penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan
utama dapat menggambarkan penyerapan tenaga kerja di pasar kerja untuk masing-
masing sektor, hasil Sakernas Agustus 2022, sektor yang menyerap tenaga kerja paling
banyak adalah Pertanian yaitu sebesar 69,15 persen, diikuti oleh sektor Jasa dan
Manufaktur .
Kebijakan pembangunan sektor pertanian, dalam hal ini pada Dinas Ketahanan Pangan,
Pertanian Dan Perikanan Kabupaten Sekadau sepenuhnya menunjang Rencana
Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sekadau Tahun 2016-
2021 yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sekadau Nomor 4 Tahun 2021.
Tujuan pembangunan ketahanan pangan, pertanian dan perikanan adalah meningkatkan
tata kelola kelembagaan perangkat daerah, meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor
pertanian, meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor perikanan, meningkatkan
pendapatan petani, meningkatkan pendapatan pelaku usaha perikanan, serta
meningkatnya ketersediaan pangan, keterjangkauan dan pemanfaatan pangan.
Sasaran strategis sektor ketahanan pangan, pertanian dan perikanan diantaranya yaitu
meningkatnya produksi sektor pertanian, meningkatnya produksi sektor perikanan,
meningkatnya pendapatan petani, meningkatnya pendapatan pelaku usaha perikanan,
serta terjaminya kecukupan pangan masyarakat yang beragam secara mandiri dan
berbasis sumberdaya lokal.
Kepemimpinan yang baik sangat penting dalam menghadapi tantangan dalam bidang
perkebunan. Sehingga dapat membantu meningkatkan efisiensi dan produktivitas,
memperkuat kemitraan, mendorong pembangunan berkelanjutan, dan menghadapi
berbagai tantangan dan risiko kedepan.
ANALISIS MASALAH
Dalam rangka upaya penanganan kendala dan masalah bidang perkebunan, diperlukan
kepemimpinan yang baik untuk dapat mengupayakan diversifikasi komoditas,
peningkatan produktivitas, pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, penyelesaian
konflik lahan, serta pengembangan sumber daya manusia dan akses ke pasar dan
pembiayaan yang lebih baik dapat tercapai. Namun dalam praktiknya pemimpin yang
tidak mampu menangani masalah dalam bidang perkebunan dapat menyebabkan
dampak negatif pada produksi dan kesejahteraan petani. Terdapat beberapa tipologi
pemimpin yang akan mengalami kesulitan dalam menangani masalah dalam bidang
perkebunan:
Sebagai pemimpin, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengelola bidang
perkebunan secara efektif, antara lain:
Perlu membangun tim yang solid dan memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk
mengelola perkebunan. Dalam membangun tim yang solid, pemimpin juga perlu
membangun budaya kerja yang positif dan inklusif agar para anggota tim dapat
bekerja secara efektif dan harmonis.
Perlu menerapkan teknologi dan inovasi dalam pengelolaan perkebunan. Teknologi
dan inovasi dapat membantu meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kualitas
produksi, serta mengurangi risiko yang mungkin terjadi.
Perlu menjalin hubungan yang baik dengan pihak terkait, seperti pemerintah,
lembaga pengawas, dan lembaga keuangan. Hubungan yang baik dengan pihak
terkait dapat membantu memperoleh dukungan dan sumber daya yang dibutuhkan
untuk mengelola perkebunan secara efektif.
1. Keterbatasan akses terhadap sumber daya seperti lahan, benih, pupuk, dan
teknologi dapat menjadi hambatan bagi petani swadaya dalam mengelola
perkebunan mereka. Pemimpin yang mengedepankan nilai Pancasila dapat
mengatasi masalah ini dengan memperhatikan keadilan dan kebersamaan dalam
membagi sumber daya yang tersedia.
3. Petani swadaya seringkali kesulitan dalam memasarkan hasil panen mereka, karena
kurangnya jaringan dan pengetahuan tentang pasar. Pemimpin yang
mengedepankan nilai Pancasila dapat membantu memperbaiki masalah ini dengan
membantu membangun jaringan pemasaran, memberikan pelatihan tentang
pemasaran, dan membantu petani untuk memasarkan produk mereka ke pasar yang
lebih luas.
4. Lingkungan sosial dan politik yang kurang kondusif dapat menjadi hambatan bagi
petani swadaya dalam mengelola perkebunan mereka. Pemimpin yang
mengedepankan nilai Pancasila dapat membantu memperbaiki masalah ini dengan
membangun hubungan yang baik dengan pihak-pihak terkait dan memperjuangkan
hak-hak petani swadaya.