TINJAUAN PUSTAKA
Persaingan antar perusahaan di era globalisasi semakin tajam, sehingga sumber daya
manusia (SDM) dituntut untuk terus menerus mampu mengembangkan diri secara produktif.
SDM harus menjadi manusia-manusia pembelajar, yaitu pribadi-pribadi yang mau belajar dan
bekerja keras dengan penuh semangat, sehingga potensi insaninya berkembang maksimal.
SDM merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal perasaan, keinginan,
keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya, dan karya (rasio, rasa dan karsa). Semua potensi
SDM tersebut berpengaruh terhadap upaya organisasi dalam mencapai tujuan. Betapapun
majunya teknologi, perkembangan informasi, tersedianya modal dan memadainya bahan, jika
tanpa SDM sulit bagi organisasi itu untuk mencapai tujuan. Sumber daya manusia harus
diartikan sebagai sumber dari kekuatan yang berasal dari manusia-manusia yang dapat
didayagunakan oleh organisasi. Istilah SDM adalah manusia bersumber daya dan merupakan
Sumber Daya Manusia (SDM) dalam konteks bisnis merupakan orang yang bekerja
dalam suatu organisasi yang sering pula disebut karyawan. SDM merupakan aset paling
berharga dalam perusahaan, tanpa manusia maka sumber daya perusahaan tidak akan dapat
mengahasilkan laba atau menambah nilainya sendiri. Manajemen SDM didasari pada suatu
konsep bahwa setiap karyawan adalah manusia, bukan mesin, dan bukan semata menjadi
Nawawi dalam Siregar (2009) menjelaskan tiga pengertian dari sumber daya manusia,yakni :
1. Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi
1
2. Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam
mewujudkan eksistensinya.
3. Sumber daya manusia adalah potensi dan merupakan aset dan berfungsi sebagai
potensi nyata secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi.
Sumber daya dalam organisasi terdiri dari aset tangible, maupun aset intangible
kemampuan yang terakumulasi dalam diri anggota organisasi. SDM merupakan sumber
intelektualitas, sifat, keterampilan, karakter personal, serta proses intelektual dan kognitif,
Salah satu yang menjadi faktor kunci dalam reformasi ekonomi adalah SDM (Sumber
Daya Manusia). Menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki
keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global, adalah hal yang penting dan
sangat dibutuhkan saat ini. Dalam kaitan tersebut setidaknya terdapat dua hal penting yang
menyangkut kondisi sumber daya menusia saat ini khususnya di Indonesia, yaitu
ketimpangan antara
jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja serta tingkat pendidikan angkatan
kerja yang ada masih relatif rendah (Aprianto dan Ulfah, 2013).
yang dimilikinya berupa intelektualitas, sifat, keterampilan, karakter personal, serta proses
intelektual dan kognitif, tidak dapat ditiru oleh organisasi lain. Tak ayal dalam lingkup
industri tertentu yang lukratif dan kompetitif akan diwarnai bajak-membajak SDM untuk
dibutuhkan suatu alat manajerial yang disebut Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM).
2
MSDM dapat dipahami sebagai suatu proses dalam organisasi serta dapat pula diartikan
sebagai suatu MSDM kebijakan (policy). Ukuran efektifitas kebijakan MSDM yang dibuat
dalam berbagai bentuknya dapat diukur pada seberapa jauh organisasi mencapai kesatuan
gerak seluruh unit organisasi, seberapa besar komitmen pekerja terhadap pekerjaan dan
organisasinya, sampai sejauh mana organisasi toleran dengan perubahan sehingga mampu
membuat keputusan dengan cepat dan mengambil langkah dengan tepat, serta seberapa tinggi
tingkat kualitas `output' yang di.hasilkan organisasi (Priyono dan Marnis, 2008).
pemeliharaan, serta penggunaan SDM untuk mencapai tujuan baik secara individu maupun
organisasi. Walaupun objeknya sama-sama manusia, namun pada hakikatnya ada perbedaan
hakiki antara MSDM dengan manajemen tenaga kerja atau dengan manajemen personalia.
MSDM merupakan bagian dari keorganisasian yang memfokuskan diri pada unsure sdm.
MSDM mempunyai tugas untuk mengelola unsure manusia secara baik agar diperoleh tenaga
Sangat pentingnya kontribusi SDM sebagai salah satu fakto pendukung kesuksesan
organisasi sangat disadari oleh para pimpinan puncak organisasi, sehingga organisasi dituntut
pengetahuan melalui pelatihan kepada SDM atau merangsang SDM-nya agar “learning by
kemampuan SDM yang didasari oleh kapasitas organisasi untuk mempertahankan pegawai,
merupakan langkah awal dalam penciptaan aset SDM strategis. Penciptaan aset SDM
tergantung pada proses organisasi untuk mencetak SDM yang kompeten dan kemampuan
dilaksanakan dengan baik akan memberikan manfaat bagi organisasi antara lain:
1. Dengan perencanaan rekrutmen dan seleksi yang baik dapat memperoleh tenaga
3
2. Fungsi pengembangan staf membantu individu, kelompok, dan organisasi menjadi
lebih efektif.
3. Program insentif yang besar terbukti dapat membawa dampak positif pada
organisasi.
(Hartoyo, 2008).
Lebih dari itu, untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, perlu pula
didukung oleh nilai-nilai moral dan etika profesi yang tinggi. Untuk terwujudnya pelayanan
kesehatan yang seperti ini, semua tenaga kesehatan dituntut untuk selalu menjunjung tinggi
sumpah dan kode etik profesi. Pelaksanaan perilaku yang dituntut dari tenaga kesehatan
seperti di atas perlu dipantau secara berkala melalui kerjasama dengan berbagai organisasi
kompetensi bagi tenaga kesehatan, pelatihan berdasarkan kompetensi, akreditasi dan legislasi
tenaga kesehatan, serta kegiatan peningkatan kualitas lainnya. Program ini bertujuan untuk :
(a) meningkatkan jumlah, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan; (b) meningkatkan jumlah,
efektivitas, dan efesiensi penggunaan biaya kesehatan; dan (c) meningkatkan ketersediaan
sarana, prasarana dan dukungan logistik pada sarana pelayanan kesehatan yang semakin
2.1.1. Pendidikan
karena itu, pendidikan harus selalu bertumpu pada konsep pertumbuhan, pengembangan,
secara profesional. Mengingat pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam
proses pembangunan peradaban bangsa, maka bidang pendidikan perlu komitmen nasional.
4
memberikan alokasi anggaran pendidikan di daerahnya sesuai dengan amanat konstitusi
(Usman, 2014).
antara kedaulatan subjek didik dengan kewajiban pendidikan. Pendidikan merupakan usaha
kulitas hidup pribadi dan masyarakat, pendidikan berlangsung seumur hidup dan pendidikan
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi
dirinya dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Terdapat tiga
jalur pendidikan yaitu: (a) pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi;
(b) pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang; (c) pendidikan informal adalah jalur
Pendidikan Vokasional yaitu jenis pendidikan diploma sesuai dengan jenjangnya untuk
memiliki keahlian ilmu terapan keperawatan yang diakui oleh pemerintah Republik
Indonesia; (b) Pendidikan Akademik yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan pasca
sarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu; (c)
Pendidikan Profesi yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan
Adapun jenjang pendidikan tinggi keperawatan Indonesia dan sebutan Gelarnya: (a)
Pendidikan jenjang Diploma Tiga keperawatan lulusannya mendapat sebutan Ahli Madya
5
lulusannya mendapat sebutan Ners (Nurse), sebutan gelarnya (Ns); (c) Pendidikan jenjang
Keperawatan, terdiri dari: (a) Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, Lulusannya (Sp.KMB);
bahwa setiap tenaga kesehatan yang menjalankan praktik wajib memilikisurat tanda
regristrasi (STR). STR berlaku selama lima tahun dan dapat diregristrasi ualng. STR
Menurut Lestari (2014), kualitas pelayanan kesehatan sangat berkaitan erat dengan
kualitas tenaga perawat, karena sebagian besar tenaga kesehatan Indonesia adalah perawat.
Selain itu tenaga perawat juga mempunyai kedudukan yang penting dalam menghasilkan
kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan perawatan yang diberikannya
berkesinambungan.
dan Kinerja dengan Kepuasan Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten
Pamekasan, dengan desain penelitian cross sectional non experimental dan populasi seluruh
perawat di ruang raawat inap dengan besar sampel 75 perawat, dengan pendidikan yang
tinggi akan menghasilkan kinerja yang baik, sebaliknya jika pendidikan yang rendah maka
akan menghasilkan kinerja yang tidak baik. Dari hasil tersebut maka perawat yang
meneruskan pendidikan yang lebih tinggi agar dapat melaksanakan kinerja dengan lebih baik
6
serta perawat yang mempunyai kinerja baik juga perlu memperdalam pendidikan di bidang
kesehatan.
2.1.2. Keterampilan
Menurut Adi yang dikutip Rusmatias (2000), bahwa keterampilan merupakan hal
yang sangat penting dalam suatu profesi dan menjadi persyaratan bila profesi tersebut ingin
Setiap orang memiliki keterampilan yang merupakan suatu talenta dari yang maha
kuasa. Sebagian orang menyadari akan keterampilan yang dimilikinya, akan tetapi sebagian
lagi belum atau tidak menyadari keterampilan bisa saja dengan pikiran, akal dan kreatifitas.
Jika keterampilan itu diasah, tidak menutup kemungkinan bila akan menghasilkan suatu yang
melaksanakan beberapa tugas keterampilan tidak hanya dimiliki setiap orang dapat lebih
Menurut Stoner yang dikutip oleh Dabukke (2002), membegi keterampilan atas
beberapa jenis:
2. Keterampilan Manusiawi (Human Skill): kemampuan untuk bekerja dengan orang lain,
memahami orang lain dan mendorong orang lain, baik sebagai perorangan maupun
kelompok,
7
Asuhan keperawatan adalah segala bentuk tindakan atau kegiatan pada praktek
keperawatan yang diberikan kepada klien yang sesuai dengan standar operasional prosedur
membantu memecahkan masalah pasien dibawah pengawasan dokter atau kepala ruang
keperawatan yaitu : (a) Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pada
tahap ini semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan kesehatan klien.
Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis,
social maupun spiritual klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan
membuat data dasar klien; (b) Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan yang
menggambarkan tentang masalah atau status kesehatan klien, baik actual maupun potensial,
yang ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data hasil pengkajian. Diagnosis
keperawatan klien secara spesifik; (c) Planning (perencanaan) merupakan suatu petunjuk
tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan
perencanaan ini juga memberikan kesempatan kepada perawat, klien, keluarga klien dan
orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan guna mengatasi
masalah yang dialami oleh klien; (d) Implementasi merupakan tahap ketika perawat
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan; (e) Evaluasi adalah tahap akhir dari
proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil
akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
8
Implementasi adalah tahap ke empat dalam tahap proses keperawatan dalam
bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah
tindakan yang dilakukan secara mandiri oleh perawat tanpa petunjuk dari tenaga kesehatan
mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan klien itu sendiri, seperti contoh :
membantu klien dalam memenuhi activity daily living (ADL), memberikan perawatan diri,
menciptakan lingkungan yang aman, nyaman dan bersih untuk klien, memberikan
tindakan perawat yang dilakukan berdasarkan kerjasama dengan tim kesehatan yang lain.
Contohnya dalam pemberian obat, harus berkolaborasi dengan dokter dan apoteker untuk
dosis, waktu, jenis obat, ketepatan cara, ketepatan klien, efek samping dan respon klien
tindakan medis/instruksi dari tenaga medis seperti ahli gizi, psikolog, psikoterapi, dan lain-
lain dalam hal pemberian nutrisi kepada klien sesuai dengan diet yang telah dibuat oleh
ahli gizi dan latihan fisik sesuai dengan anjuran bagian fisioterapi.
Menurut Purwaningsih & Karlina (2010) ada 4 tahap operasional yang harus
berikut : (a) Tahap Prainteraksi: Membaca rekam medis klien; Mengeksplorasi perasaan,
analisis kekuatan dan keterbatasan professional pada diri sendiri; Memahami rencana
rasional ilmiah dari tindakan yang akan dilakukan; Mengetahui sumber daya yang
9
diperlukan; Memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam pelayanan
Menginformasikan kepada klien tujuan dan tindakan yang akan dilakukan oleh perawat;
kesempatan kepada klien untuk bertanya tentang tindakan dan bertanya kepada klien
setuju atau tidak pada tindakan yang akan dilakukan. (c) Tahap Kerja : Menjaga privacy
klien; Melakukan tindakan yang sudah direncanakan; Hal-hal yang perlu diperhatikan pada
saat pelaksanaan tindakan adalah energi klien, pencegahan kecelakaan dan komplikasi,
rasa aman, privacy, kondisi klien, respon klien terhadap tindakan yang telah diberikan. (d)
setelah dilakukan tindakan oleh perawat; Berikan feedback yang baik kepada klien dan
puji atas kerjasama klien; Kontrak waktu selanjutnya; Rapikan peralatan dan lingkungan
klien dan lakukan terminasi; Berikan salam sebelum meninggalkan pasien; Lakukan
pendokumentasian.
Berdasarkan hasil penelitian Koro dkk (2010) tentang Faktor yang Berhubungan
dengan Kinerja Perawat di Unit Rawat Inap RSUD Lamaddukelleng Kabupaten Wajo,
dengan desain jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan Cross Sectional
Study dan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang berstatus pegawai negeri
sipil di unit rawat inap dengan besar sampel 53 orang, variabel keterampilan ditemukan hasil
penelitian tidak adanya hubungan yang bermakna antara keterampilan terhadap kinerja
perawat sebab persentase responden yang memiliki keterampilan pada kategori cukup dan
kurang terpaut hanya beberapa angka saja atau sangat beda tipis, hal ini menunjukkan sudah
banyak nya perawat yang sudah terampil tetapi masih ditemukan perawat yang tidak
terampil.
10
2.1.3. Pengetahuan
perilaku, yaitu dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari luar, pengetahuan
yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu. Skor atau tes pengetahuan sering
gagal untuk memprediksi kinerja SDM kerena skor tersebut tidak berhasil
mengukur pengetahuan dan keahlian seperti apa yang seharusnya dilakukan dalam
jawaban yang paling benar, tetapi tidak bisa melihat apakah seseorang dapat
lingkungan dan sosial budaya. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan status sosial
seseorang maka tingkat pengetahuannya akan semakin tinggi pula. Begitu juga
semakin bertambah
1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
11
3. Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real)
yang ada)
yang dimiliki (telinga, mata, hidung, rasa dan raba). Pemberian informasi akan
yang positif bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri
dan caring (Scott, dkk, 2014). Namun, masih cukup banyak jumlah perawat yang
pengetahuan seseorang mengenai isu-isu etis dan cara mengambil keputusan, serta
12
mendapat bimbingan dalam praktik menjadi seorang perawat (Numminen, Arend
di Rawat Inap RSI Kendal, dengan desain jenis penelitian observasional analitik
dengan rancangan Cross Sectional Study dan populasi dalam penelitian ini adalah
perawat dalam dokumentasi baik terlihat dari jawaban tepat responden pada
tindakan keperawatan 66%, evaluasi 78%, dan catatan keperawatan 69%. Jawaban
responden yang belum tepat pada pernyataan pengetahuan pada diagnosa 2%,
catatan keperawatan 31%. Jadi lebih banyak kurang pengetahuan pada tindakan
keperawatan, catatan keperawatan dan evaluasi. Hal ini bisa di sebabkan oleh
dengan pekerjaan dan urusan yang lain. Bisa juga dikarenakan kurang pembinaan
rancangan Cross Sectional Study dan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perawat yang berstatus pegawai negeri sipil di unit rawat inap dengan besar
pengetahuan cukup dan kurang tidak terlalu jauh berbeda karena sebagian sudah
13
mengetahui dengan jelas apa tujuan penugasan suatu bidang keahliannya
meskipun lebih banyak dari mereka yang masih belum memahami bidang
2.2. Perawat
keperawatan.
dkk, 2014).
yang terbanyak yaitu perawat 296.876 orang (29,66%), jumlah tenaga kebidanan
yaitu 163.541 orang. Tenaga kesehatan yaitu tenaga kesehatan tradisional hanya
513 (0,05%) dari jumlah tenaga kesehatan (Profil Kesehatan Indonesia, 2016).
Puskesmas terdapat 62,04% memilki jumlah perawat lebih dari standar yang
ditetapkan, 7,2% puskesmas dengan jumlah perawat cukup dan 26,2% puskesmas
14
586.522, proporsi tenaga kesehatan terbanyak yaitu perawat 33,3%. Terjadinya
Terluar) yang hanya 41.0003 (13,8%) dibanding dengan nasional 296.876 (Profil
keseluruhan jumlah total perawat 296.876 dari 15.263 unit layanan kesehatan di
Indonesia, sebanyak tenaga 77,56% (230.262) merupakan perawat non ners, yang
pendidikan perawat SPK menjadi DIII Keperawatan telah banyak dilakukan oleh
adalah masalah distribusi perawat yang belum merata. Jumlah perawat yang tinggi
15
Indonesia belum memenuhi target Renstra Kesehatan, selain itu jumlah profesi
teknis dan petunjuk pelaksanaan untuk menjalankan praktik mandiri bagi perawat.
Tahun 2014 tentang keperawatan masih dinanti dan diharapkan, agar praktik
mandiri keperawatan yang sah menurut hukum dan profesional bisa berkembang
2017).
untuk memperoleh pendidikan lanjut dari program perawat ahli, ners, sampai ners
16
bertujuan menjamin masyarakat memperoleh pelayanan/asuhan yang aman dan
2.3. Mutu
Goetsch dan Davis dalam Hamid (2011), mutu atau kualitas merupakan
suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia, proses dan
kepuasan. Lebih lanjut menyampaikan bahwa dua hal yang berhubungan dengan
kualitas suatu produk yaitu, produk harus mempunyai keistimewaan dan bebas
defisiensi.
kualitas pelayanan (service quality) sebagai hasil persepi dari perbandingan antara
Dengan kata lain ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa
yaitu expected service dan perceived service. Apabila jasa yang diterima atau
yang dirasakan sesuai dengan yang diharapkan maka kualitas jasa dipersepsikan
baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima malampaui harapan pelanggan,
17
maka kulitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Jika kualitas jasa akan
pengertian pelayanan jasa yang unggul (service excellence) : yaitu suatu sikap
atau cara karyawan dalam melayani pelanggan secara memuaskan. Sasaran dan
manfaat dari service excellence secara garis besar terdapat empat unsur pokok
atau jasa menjadi tidak sempurna bila ada salah satu dari unsur tersebut diabaikan.
Untuk mencapai hasil yang unggul, setiap karyawan harus memiliki keterampilan
gairah kerja dan selalu siap melayani, tenang dalam bekerja, tidak tinggi hati
dan yang penting adalah mampu menangani keluhan pelanggan secara baik.
18
3. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan dari para staf dan
dengan tanggapan.
sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau
keragu-raguan.
Lebih kanjut oleh Kotler dalam Suhartono dkk (2014) disebutkan tentang
5. Berujud, yaitu menunjuk pada fasilitas fisik, peralatan, personil dan media
komunikasi
Pada dasarnya kulitas itu diukur dengan berbagai macam metode dan
19
untuk mengukur kualitas, yaitu sistem keluhan dan saran, ghost shopping,
yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan, yang mencakup biopsikososial dan spiritual yang unit dan m
klien yang bedrest total. Dengan demikian keperawatan sebagai satu profesi
kepada klien. Disamping itu melalui penerapan proses keperawatan klien yang
Menurut Aziz (2014), perawat dapat dikatakan profesional jika dia mampu
ini masih belum dapat dikatakan seorang yang profesional. Ada beberapa fakta
20
a. perawat cenderung menjadi pembantu seorang medis dibandingkan
dengan suatu profesi yang berdiri sendiri, hal ini terlihat ketika perawat
diri untuk melakukan asuhan keperawatan secara baik, hal tersebut tidak
akan terjadi.
b. kurangnya minat dari perawat itu sendiri untuk mengembangkan ilmu dan
perawat terhadap pasien yang menjalani rawat jalan maupun rawat inap di rumah
sakit. Tingkat kinerja perawat dalam melayani pasien merupakan faktor yang
(Lestari, 2014).
kerja perawat pelksana antara lain: (a)dihatgai oleh pemimpin dan pasien, (b)
pembagian otoritas yang jelas diantara sejawat dengan pimpinan perawat, (c)
kondisi kerja yang baik, (d) gaji tinggi, (f) kesempatan mengembangkan karir
21
harga diri mereka melalui aktualisasi diri, (g) dukungan administratif yang
mencakup pengaturan staf adekuat dan pilihan waktu dinas (shiff), (h) peningkatan
komunikasi dan saling percaya antara manger perawat dengan perawat pelaksana,
perawat membuat suatu iklim di mana disiplin diterapkan dengan adil dan sama.
Peningkatan mutu rumah sakit melalui sistem manajeman kerja yang baik
merupakan tuntutan yang tidak dapat dielakkan apabila pengelola rumah sakit
tetap eksis dan mendapatkan pasien yang memadai serta pemasukan yang cukup
motivasi profesi, motivasi sosial, motivasi ekonomi dan adanya persaingan global
(Jacobalis, 2000).
kerja. Para pakar banyak memberikan defenisi tentang kinerja secara umum, dan
22
2. Kinerja keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan
(As’ad, 1991).
4. Kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan sesuai dengan tugas dan
mencapai tujuan layanan kesehatan sesuai dengan tugas dan wewenang perawat
kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operational (UU No.36 tahun
2009). Pabundu dan Mangkunegara dalam Loah dan Lendy (2015) menyatakan
suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam
Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini. Hal tersebut terjadi
prima atau pelayanan yang bermutu tinggi. Mutu tidak terpisahkan dari standar,
23
bekerja dan dampak akhir bermuara pada kualitas hidup dan kesejahteraan
dapat menilai tingkat kemampuan individu dalam tim kerja. Dengan demikian,
perawat, dimulai dari elemen terkecil dalam organisasi yaitu pada tingkat “First
individu dalam kerja tim (Depkes, 1998). Masalah-masalah kinerja yang dihadapi
perawat di rumah sakit adalah sistem atau prosedur yng tidak jelas, keterbatasan
hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Kompetensi sumber daya manusia memiliki
pengaruh yang cukup kuat dan merupakan faktor yang penting terhadap
kompetensi sumber daya manusia memiliki hubungan yang erat dengan kinerja
karyawan, dari hasil uji regresi ternyata kompetensi sumber daya manusia
ditingkatkan apabila kompetensi sumber daya manusia yang ada dalam suatu
perusahaan dapat ditingkatkan. Dalam hal ini kinerja dapat ditingkatkan dengan
24
Menurut Teori Attribusi atau Expectancy Theory dikemukakan oleh
K= M x A
Keterangan :
Konsep ini akhirnya menjadi sangat populer dan seringkali diikuti oeleh
para ahli-ahli lain, menurut teori ini kinerja adalah interaksi antara motivasi
dengan kemampuan dasar. Dengan demikian orang yang tinggi motivasinya tetapi
memiliki kemampuan yang rendah akan menghasilkan kinerja yang rendah, begitu
pula orang yang mempunyai kemampuan dasar tinggi tetapi rendah motivasinya.
2002).
dikutip oleh Winardi (2002), bahwa ada kaitan antara motivasi, kemampuan dan
kinerja yang menyatakan: kinerja pekerjaan merupakan hasil dari banyak faktor
yang sebagian tidak diketahui oleh para manajer, dan bahkan ada beberapa faktor,
diantara faktor-faktor tersebut yang tidak dipahami oleh pegawai atau staf.
Terdapat adanya kesetujuan pandangan bahwa kedua variabel yang paling penting
2. Kemampuan kerja
25
Faktor-faktor penentu bawahan dapat bersifat internak (kemampuan kerja)
dan eksternal (pekerjaan dan lingkungan kerja). Agar relatif akurat, disarankan
yang tinggi (bawahan tersebut memiliki kinerja serupa dengan kinerja rekan-rekan
yang tinggi (kinerja bawahan tersebut tidak sama untuk satu tugas dengan tugas
yang lain), dan tingkat consistency yang rendah (kinerja bawahan tersebut tidak
Menurut As’ad (1998), penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya
26
menetapkan standar untuk perilaku mereka, (2) mendeteksi perbedaan antara
perilaku mereka dan standarnya (umpan balik), (3) berprilaku yang sesuai dan
2. Penilaian 3600
degree assesment. Tehnik ini akan memberikan data yang lebih baik dan dapat
dipercaya karena dilakukan penilaian silang oleh bawahan, mitra, dan atasan
langsung.
27
Kinerja perawat behubungan dengan tingkat kepuasan pasien. Kepuasan
upaya yang dilakukan perawat sebagai profesi atau profesional untuk memenuhi
keinginan pasien dengan jasa yang diberikan. Suatu pelayanan dapat dikatakan
baik, ditentukan berdasarkan kenyataan apakah jasa yang diberikan oleh perawat
pembentuk sikap dengan kinerja pegawai, dalam arti jika terjadi peningkatan
meningkat.
sikap dengan kinerja pegawai, dalam arti jika terjadi peningkatan indikator-
2.4.1. Motivasi
28
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti “to move”
atau menggerakkan. Kata dasar motivasi adalah “motive” yang berarti dorongan,
motivasi sebagai suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang
dengan tingkat usaha yang dilakukan seseorang untuk mengejar suatu tujuan;
motivasi berkaitan erat dengan kepuasan pegawai dan kinerja. Sementara itu,
tingkat yang lebih tinggi menuju terjadinya tujuan organisasi, dengan syarat tidak
kebutuhan pribadi.
Motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif atau dapat pula diartikan
sebagai hal atau menjadi motif. Jadi motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja. Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang
efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.
Dari defenisi motivasi yang disampaikan para ahli diatas terdapat tiga
faktor pokok yaitu: motivasi menjadi kekuatan pendorong bagi seseorang untuk
berprilaku tertentu; adanya orientasi individu pada tujuan tertentu dan adanya
29
Pengelompokan teori motivasi dilakukan para ahli untuk mempermudah
kelompok yaitu: teori petunjuk, teori isi dan teori proses. Berbeda dengan
dua, yaitu teori isi (content theory) yang berfokus pada “apa” yang mendorong
manusia melakukan kegiatan tertentu dan teori proses (process theory) yang
dalam bekerja di sebuah organisasi. Teori isi (content theory) terdiri dari teori
kebutuhan (need) dari Abraham Maslow, teori prestasi (achievment) dari David
theory), teori harapan (expectancy theory) dan teori tujuan sebagai motivasi.
daya manusia juga meningkat. Bila motivasi sumber daya manusia meningkat,
maka kinerja sumber daya manusia juga meningkat (Prihantoro, 2012). Jadi
pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik. Sedangkan kegairan
kerja adalah kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan yang
dapat mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap semangat kerja. Oleh
karena itulah antara semangat kerja dan kegairahan kerja sulit untuk dipisahkan.
30
Setiap organisasi selalu berusaha untuk dapat meningkatkan semangat dan
semangat kerja, baik yang bersifat material maupun non material yaitu: (a) gaji
menciptakan suasana santai, (d) harga diri perlu mendapatkan perhatian, (e)
tempatkan pegawai pada posisi yang tepat, (f) berikan kesempatan pada mereka
untuk maju, (g) perasaan aman menghadapi masyarakat depan perlu diperhatikan,
(h) usahakan para pegawai mempunyai loyalitas, (i) sekali-kali pegawai perlu
diajak berunding, (j) pemberian insentif yang terarah dan (k) fasilitas yang
menyenangkan.
2.4.2. Kemampuan
(2010) adalah sebagai suatu sifat dasar seseorang yang dengan sendirinya
berkaitan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil
kompetensi inilah yang membedakan seseorang pelaku unggul dari perilaku yang
31
Kemampuan (Ability), adalah kapasitas seorang individu untuk
2010).
oleh sikap kerja srta penerapannya dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan di
tempat kerja yang mengacu pada persyaratan kerja yang ditetapkan. Pengertian
untuk menjawab tuntutan organisasi, dimana adanya perubahan yang sangat cepat,
yaitu domain kognitif, domain afektif, serta domain psikomotor. Domain kognitif
kerja atau belajar tidak hanya dipengaruhi oleh cognitive intelligence saja,
32
pentingnya dengan kombinasi kemampuan teknis dan analisis untuk menghasilkan
kinerja optimal. Menurut Goleman, semakin tinggi jabatan seseorang dalam suatu
yaitu bahwa (a) struktur kognitif sangat ditentukan oleh pola perilaku (gaya)
progresif melalui tahapan yang merupakan suatu garis kontinum yang bergerak
secara hirarkis dimana setiap tahapannya mewakili cara berpikir yang berbeda.
profesional yang sukses adalah mereka yang harus memiliki kapasitas empat
intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kekuatan fisik (PQ). Sehingga
dalam bekerja seseorang harus dapat bekerja dengan: kerja mawas, kerja cerdas,
rumah sakit akan mempunyai ruang perawatan dengan nama sendiri-sendiri sesuai
33
dengan tingkat pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh pihak rumah sakit
kepada pasiennya (Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Rawat Inap,
2012).
(a) Pasien masuk ruang rawat inap: 1. Pasien masuk ruang rawat inap dari
Medis; 3. Serah terima & orientasi di pos perawat (Nurse Station); 4. Pasien ganti
(b) Pasien meninggalkan ruang rawat inap: 1. Pasien pulang ke rumah setelah
(a) Bangunan rawat inap harus terletak pada lokasi yang tenang, aman dan
(b) Bangunan rawat inap terletak jauh dari tempat-tempat pembuangan kotoran,
Adapun tarif rawat inap adalah sebagai berikut: (a) Kelas rawat inap di
rumah sakit ditetapkan sekurang-kurangnya sebagai berikut: Kelas III, Kelas II,
Kelas I. (b) Direksi diberikan wewenang untuk menambah kelas rawat inap
34
sesuai dengan kebutuhan (c) Jumlah tempat tidur dikelas III disesuaikan dengan
kebutuhan dan sekurang -kurangnya 25% dari jumlah tempat tidur yang tersedia.
ayat (1) ditetapkan oleh Direksi Rumah Sakit, dengan mengacu kepada standar
- Pendidikan - Motivasi
- Keterampilan - kemampuan
- Pengetahuan
di Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan yang dilihat dari aspek motivasi
serta kemampuan.
BAB III
METODE PENELITIAN
35
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat analitik untuk
3.2.1. Lokasi
bahwa
3.2.2 Waktu
3.3.2. Populasi
3.3.3. Sampel
observasi langsung menanyakan juga kepada atsan. Data sekunder diperoleh dari
36
2. Pendidikan adalah pendidikan yang di peroleh perawat secara teratur,
5. Kinerja adalah penampilan hasil karya perawat maupun kelompok kerja, baik
kualitas maupun kuantitas dalam suatu organisasi, tidak terbatas pada personel
keperawatan kepada pasien sehingga dapat selesai pada waktu yang di tetapkan.
juga dengan kinerja perawat diukur dari aspek motivasi (5 pertanyaan dan
kemampuan (5 pertanyaan).
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Sumber Daya Manusia dan Kinerja Tenaga
Keperawatan
37
Kinerja Bobot Nilai 1 Variabel (1 Bobot Nilai 1 Variabel (5
Indikator) Indikator)
Baik Kurang baik Baik Kurang Baik
Motivasi 2 1 10 5
Kemampuan 2 1 10 5
analisis statistik menggunakan uji regresi berganda pada taraf α = 5%, untuk
keperawatan di RS Pertamina.
38