PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien
(Nursalam, 2016). Pekerjaan keperawatan harus diatur sedemikian rupa sehingga tujuan
pelayanan dan asuhan keperawatan dapat tercapai. Siapa yang diatur? Untuk apa? Apa
tujuan pengaturan? Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, perawat
menerapkan manajemen keperawatan dalam bentuk manajemen asuhan keperawatan.
Rumah sakit sebagai institusi pemberi jasa kesehatan berhubungan secara luas dengan
aspek pelayanan publik yang melayani kesehatan masyarakat (Mugiarti, 2016).
Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit yang salah satunya bertujuan untuk
mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia juga
diamanatkan melalui UU No. 44 tahun 2009 tentang Ruma Sakit.
Salah satu indikator keberhasilan rumah sakit yang efektif dan efisien dalam
pengorganisasian sumber daya yang dimilikinya adalah tersedianya SDM yang cukup
dengan kualitas yang tinggi dan professional sesuai dengan fungsi dan tugas setiap
personil (Sedarmayanti, 2016). Tingginya alokasi anggaran rumah sakit yang digunakan
untuk belanja personil menyebabkan pengelolaan sumber daya manusia harus menjadi
fokus perhatian manajemen agar sumber daya yang ada dapat berhasil guna (Hafid,
2014). Perencanaan SDM bukan hanya menyangkut jumlah tenaga yang dibutuhkan,
tetapi juga berhubungan dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh fungsi dan tugas yang
harus dilaksanakan agar produksi organisasi sesuai dengan perkembangan pengetahuan
dan kebutuhan konsumen (Mugiarti, 2016). Akan tetapi berbagai kajian menunjukkan
bahwa perencanaan SDM sering kali belum menjadi prioritas dari pimpinan organisasi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh An Australian Graduate School of
Management terhadap 541 organisasi ditemukan hanya 37% institusi yang mempunyai
sistem perencanaan SDM yang berdasarkan analisis ilmiah dan 41% tidak memiliki
sistem perencanaan SDM yang baik, serta sisanya sebanyak 22% sama sekali tidak
mempunyai perencanaan SDM. Kebijakan terhadap perencanaan SDM seperti ini pada
akhirnya berefek pada rendahnya kinerja kualitas dan produktifitas rumah sakit (Stone,
1995 dalam Ilyas, 2004). Tantangan utama yang dihadapi pemerintah untuk mencapai
sasaran kesehatan di negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia salah satunya
berhubungan dengan ketidakseimbangan SDM. Keperawatan sebagai salah satu profesi
dalam bidang kesehatan merupakan jumlah tenaga terbesar dan memiliki peran dan
fungsi yang signifikan dalam rangka pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Sebuah organisasi/perusahaan dalam mewujudkan eksistensinya dalam rangka
mencapai tujuan bisnisnya, memerlukan sejumlah pekerja yang mempu melaksanakan
seluruh volume kerjanya. Pekerja tersebut mungkin sudah berada di dalam oerganisasi/
perusahaan, disammping mungkin pula masih memerlukan penembahan atau pengurang
sari yang sudah ada. Untuk itu diperlukan Perencanaan SDM dengan berorientasi pada
Hasil analisis pekerjaan, agar pekerja yang diperlukan dapat dipenuhi, baik dari segi
kuantitatif (jumlahnya) maupun kualitatif (kualitasnya). Dengan tersedianya sejumlah
tenaga yang relevan dengan tuntutan diskripsi atau spesifikasi pekerjaan, diharapkan
seluruh volume kerja dapat dilaksanakan secara produktif dan berkualitas.
Pengelolaan SDM kesehatan khususnya perencanaan kebutuhan SDM kesehatan
selama ini masih bersifat administrative kepegawaian dan belum dikelola secara
professional, masih bersifat to down dari pusat, belum bottom up (dari bawah), belum
sesuai kebutuhan organisasi dan kebutuhan nyata di lapangan, serta belum berorientasi
pada jangka panjang. Untuk itu perencanaan SDM harus dilakukan secara professional,
karena akan menentukan kualifikasi para pekerja yang berpengaruh besar terhadap
sukses atau gagalnya dalam mewujudkan eksistensinya yang bersifat kompetitif sekarang
dan dimasa yang akan datang
2.1 Pendahuluan
Sebuah organisasi/perusahaan dalam mewujudkan eksistensinya dalam rangka
mencapai tujuan bisnisnya, memerlukan sejumlah pekerja yang mempu melaksanakan
seluruh volume kerjanya. Pekerja tersebut mungkin sudah berada di dalam oerganisasi/
perusahaan, disammping mungkin pula masih memerlukan penembahan atau pengurang
sari yang sudah ada. Untuk itu diperlukan Perencanaan SDM dengan berorientasi pada
Hasil Analisis Pekerjaan, agar pekerja yang diperlukan dapat dipenuhi, baik dari segi
kuantitatif (jumlahnya) maupun kualitatif (kualitasnya). Dengan tersedianya sejumlah
tenaga yang relevan dengan tuntutan Diskripsi atau spesifikasi pekerjaan, diharapkan
seluruh volume kerja dapat dilaksanakan secara produktif dan berkualitas (Mugiarti,
2016).
Pengelolaan SDM kesehatan khususnya perencanaan kebutuhan SDM kesehatan
selama ini masih bersifat administrative kepegawaian dan belum dikelola secara
professional, masih bersifat to down dari pusat, belum bottom up (dari bawah), belum
sesuai kebutuhan organisasi dan kebutuhan nyata di lapangan, serta belum berorientasi
pada jangka panjang. Untuk itu perencanaan SDM harus dilakukan secara professional,
karena akan menentukan kualifikasi para pekerja yang berpengaruh besar terhadap
sukses atau gagalnya dalam mewujudkan eksistensinya yang bersifat kompetitif sekarang
dan dimasa yang akan datang (Sitorus, 2003).
BAB 3
PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA KEPERAWATAN
3.1 Pengertian
Perencanaan SDM merupakan rangkaian atau proses, untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kerja sekarang dan di masa datang bagi sebuah perusahaan (Nursalam, 2016).
SDM Kesehatan (Sumber Daya Manusia Kesehatan) adalah seseorang yang bekerja
secara aktif di bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan
maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan
upaya kesehatan (Mugiarti, 2016). Penyususnan perencanaan ketenagaan adalah suatu
fungsi perencanaan untuk menggunakan; merekrut dan menyebar sumber daya manusia
berkualitas di dalam suatu unit (Yulina & Ginting, 2019).
Penyusunan perencanaan ketenagaan dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas
yang dibutuhkan untuk menentukan jumlah yang adequat serta kesatuan anggota tim
kesehatan tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien, keamanan, kualitas pelayanan.
Penyusunan perencanaan ketenagaan merupakan fungsi ketiga dari manajemen,
ketentuan dari pelayanan kesehatan adalah tenaga kerja intensif, dengan campuran
sumber tenaga kerja dengan tingkatan pendidikan dan keahlian yang bervariasi (seperti
perawat professional, dokter, farmasis, therapis, pekerja sosial, ahli gizi, perawat praktek,
teknisi dan tenaga lainnya) (Mugiarti, 2016). Berdasarkan dari beberapa pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan SDM kesehatan adalah proses untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang berkualitas di bidang kesehatan untuk saat ini
dan di masa mendatang sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasien. Perencanaan SDM
keperawatan merupakan bagian yang tidak terlepas dari perencanaa SDM Kesehatan.
Perencanaan tenaga keperawatan merupakan proses pemikiran dan penentuan secara
matang tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
a. Faktor Eksternal
1) Faktor ekonomi nasional dan global
Faktor ini mengharuskan suatu organisasi/perusahaan mempelajari
kembali kekuatan dan keterbatasan yang dimilikinya dalam melaksanakan
bisnis dibidangnya.
2) Faktor sosial, politik dan hukum
Faktor ini sangat berpengaruh terutama untuk hukum tentang
ketenagakerjaan, upah, perpajakan dan lain-lain yang sangat berpengaruh
pada perhitungan pada perhitungan cost-benefit ratio, yang sangat menentukan
kekuatan perusahaan/organisasi dalam pendayagunaan SDM, sehingga
berdampak langsung pada perencanaan SDM.
3) Faktor teknologi
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat, telah
diiringi pula dengan dihasilkannya teknologi baru, baik yang berhubungan
dengan cara kerja dan peralatan untuk peningkatan produktivitas dan
kualitasnya, maupun untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen
yang juga terus – menerus meningkat kualitasnya.
4) Faktor Pesaing
Pesaing yang bergerak dalam bidang bisnis yang sama, bagi suatu
organisasi atau perusahaan akan mempengaruhi pasarnya. Untuk merebut dan
memenangkan pemasaran tersebut, sebuah organisasi/perusahaan memerlukan
SDM yang kompetitif.
b. Faktor Internal
1) Rencana strategik dan rencana operasional (taktik)
Dalam kenyataannya rencana strategik dan rencana operasional (taktik)
bisnis suatu organisasi/perusahaan bagaimanapun baiknya, tidak mungkin
terwujud tanpa SDM yang relevan dan kompetitif.
2) Anggaran/Cost SDM
SDM dilingkungan organisasi/perusahaan yang disebut pekerja atau
karyawan, adalah orang yang digaji/diupah dalam melaksanakan tugas – tugas
dan tanggung jawabnya. Kemampuan organisasi/perusahaan dalam
menyediakan anggaran untuk mempekerjakan SDM yang sesuai dengan
bisnisnya, sangat besar pengaruhnya pada perencanaan SDM. Dengan
anggaran yang cukup, dapat direncanakan SDM sesuai kebutuhan
organisasi/perusahaan.
3) Peramalan (prediksi)
Peramalan (prediksi) produk dan penjualan (barang atau jasa), ikut
mempengaruhi perencanaan SDM, karena menentukan jumlah anggaran SDM.
4) Faktor bisnis baru
Dengan memperhatikan lingkungan/iklim bisnis dan kemampuan
menjaring dan memanfaatkan informasi, selalu terbuka peluang bagi sebuah
perusahaan/organisasi untuk mengembangkan usaha bisnisnya.
5) Faktor desain organisasi dan desain pekerjaan
Desain organisasi dan desain pekerjaan pada dasarnya merupakan hasil
menterjemahkan rencana strategik dan rencana operasional, yang dirancang
untuk mewujudkan pekerjaan yang sfektif dan efisien, yang berarti harus
mampu menyediakan tenaga kerja sesuai volume kerja pada setiap unit kerja.
6) Faktor Keterbukaan dan Keikutsertaan Manajer
Keterbukaann dan keikutsertaan para manajer dan terutama sekali top
manajer, sangat penting dalam perencanaan SDM. Manajer yang terbuka dan
bersedia ikut serta dengan memberikan informasi yang lengkap untuk
melakukan analisis tenaga kerja dan selanjutnya dalam penyusunan
perencanaan SDM, akan memberikan peluang dihasilkannya perencanaan
yang akurat.
c. Faktor Ketenagakerjaan
1) Pensiun, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), Meninggal Dunia, dan Tenaga
Kerja yang selalu absen, dalam perencanaan SDM harus diperhitungkan
sebagai pengurangan tenaga kerja, yang harus diganti.
2) Promosi, pindah, tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan dan yang
mengikuti pendidikan di luar perusahaan/organisasi sehingga
keterampilan/keahliannya meningkat, harus diperhitungkan, baik untuk
menggantinya maupun merancang penempatan yang lebih tepat.
d. Faktor-faktor lainnya
1) Pasar tenaga kerja
Faktor ini perlu diperhitungkan terutama menyangkut tenaga kerja
terampil/berkeahlian yang langka, untuk memastikan berapa banyaknya yang
diperlukan dan kemungkinan mendapatkannya di pasar tenaga kerja.
2) Prestasi kerja
Berpengaruh pada pengaturan penempatan dalam perencanaan SDM.
3) Waktu yang tersedia untuk mencapai sasaran/tujuan jangka pendek.
Sejumlah volume kerja yang haarus diselesaikan dalam waktu singkat
akan berpengaruh pada perencanaan jumlah SDM.
4) Faktor demografi
Sebaran penduduk, kualitas pendidikan rata- rata, sikap hidup dan lain
– lain ikut berpengaruh dalam perencanaan SDM, karena memiliki kaitan
dengan kemampuan dan etos kerja.
5) Faktor supervisi
Memperhitungkan kemampuan dalam memberikan bimbingan dan
pengawasan, bila mana dalam perencanaan SDM terpaksa memasukkan tenaga
kerja yang tidak memenuhi persyaratan.
6) Faktor staf pendukung
Dalam perencanaan SDM harus diperhitungkan perimbangan
jumlahnya.
7) Faktor lokasi
Berpengaruh pada efektif dan efisien kerja. Lokasi
organisasi/perusahaan dengan domisili penduduk berpengaruh pada
penyediaan anggaran SDM. Diantaranya perlu diadakan perumahan, angkutan
karyawan atau kendaraan dinas.
Contoh:
Dengan sasaran untuk memenuhi kabutuhan kesehatan pada suatu kota
diperhitungkan anak umur 0-4 tahun memerlukan rata-rata 1,0 kunjungan
dokter dan 2,0 kunjungan perawat pertahun.
Proyeksi pada tahun target anak umur 0-4 tahun adalah 2,0 juta,
Anak-anak ini kemudian akan memerlukan 2 juta kunjungan dokter dan 4
juta kunjungan perawat.
Dokter FTE (penuh waktu) dapat melakukan 6000 kunjungan pertahun dan
FTE perawat, 7000 per tahun.
Proyeksi tenaga penuh waktu (FTE) yang diperlukan:
- Dokter FTE = 2,0 juta : 6000 = 333 dokter
- Perawat FTE = 4,0 juta : 7000 = 571 perawat.
Kebutuhan kesehatan tersebut dapat lebih tinggi atau lebih rendah
tergantung pula pada kemampuan penyediaan atau pelayanan kesehatan
yang dapat diusahakan.
3) Penyusunan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan sasaran upaya
kesehatan yang ditetapkan ”Health Service Targets Method’’.
Dalam cara ini dimulai dengan menetapkan berbagai sasaran upaya
atau memperoleh perkiraan kebutuhan jumlah dari jenis tenaga kesehatan
tertentu diperoleh dengan membagi keseluruhan upaya atau pelayanan
kesehatan tahun sasaran dengan kemampuan jenis tenaga tersebut untuk
melaksanakan upaya atau pelayanan kesehatan termaksud pada tahun sasaran.
4) Penyusunan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan rasio terhadap sesuatu
nilai ”Ratio Method”.
Pertama-tama ditentukan atau diperkirakan rasio dari tenaga terhadap
suatu nilai tertentu misalnya jumlah penduduk, tempat tidur RS, Puskesmas
dan lain-lainnya. Selanjutnya nilai tersebut diproyeksikan ke dalam sasaran.
Perkiraan kebutuhan jumlah dari jenis tenaga kesehatan tertentu diperoleh dari
membagi nilai yang piproyeksikan termasuk dengan rasio yang ditentukan.
c. Menghitung kebutuhan SDM
1) Menghitung output pelayanan kesehatan dapat menentukan jumlah SDM yang
dibutuhkan, atau
2) Mempergunakan time study untuk menghitung kapasitas kerja maupun uraian
tugas Staf Rumah Sakit atau Puskesmas.
Kebutuhan tenaga dapat dihitung dengan rumus :
n=NxK
T
Rawat Jalan :
Jumlah jam perawat x 52 minggu x 6 hari x jumlah kunjungan + koreksi 10%
41 minggu x 40 jam
Kamar Bedah :
Jumlah jam perawat x 52 minggu x7 hari x jumlah anggota tim x jumlah kamar op + koreksi 25%
41 minggu x 40 jam
Kamar bersalin :
Jumlah jam perawat x 52 minggu x7 hari x jumlah TT x BOR + koreksi 25%
41 minggu x 40 jam
Menurut Gillies
WORK VOLUME
WORK CAPACITY
Jumlah perawat = A + B X 365
(365 –C ) X Jam Kerja
Keterangan :
A : Jam perawatan selama 24 jam
B : BOR X TT/ sensus harian
C : Jumlah hari libur ( hari libur nasional + cuti 12 hari kerja)
f. Metoda Douglas
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada satu ruang rawat berdasarkan kualifikasi
pasien sebagai berikut :
Jml Klasifikasi pasien
Pasien Minimal Partial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Mala Pagi Siang Malam
m
1 0.17 0.15 0.07 0.27 0.15 0.10 0.36 0.30 0.20
2 0.34 0.30 0.14 0.54 0.30 0.20 0.72 0.60 0.40
3 0.52 0.45 0.21 0.81 0.45 0.30 1.08 0.90 0.60
Dst
Perencanaan SDM kesehatan adalah proses untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang
berkualitas di bidang kesehatan untuk saat ini dan di masa mendatang sehingga dapat
memenuhi kebutuhan pasien. Perencanaan SDM keperawatan merupakan bagian yang tidak
terlepas dari perencanaa SDM Kesehatan. Perencanaan tenaga keperawatan merupakan
proses pemikiran dan penentuan secara matang tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan.
DAFTAR PUSTAKA