Pendahuluan
Salah satu keberhasilan sebuah organisasi adalah keberadaaan tenaga
kerjan sebagai salah satu sumber daya di dalamnya. Sumber daya manusia
merupakan salah satu factor sentral dalam organisasi. Apapun bentuk
organisasinya, visi misi dan tujuan organisasi dikelola dan dilaksanakan
oleh sumber daya manusia. Sebagai individu, tenaga kerja di dalam sebuah
organisasi harus dilatih dan dikembangkan kemampuannya. Hal ini semata-
mata bertujuan untuk keberlangsungan sebuah organisasi.
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu bentuk organisasi jasa.
Sebagai contoh, rumah sakit. Rumah sakit merupakan organisasi yang
bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan dimana terdapat upaya
yang harus dilakukan dalam menjaga mutu pelayanan bagi semua orang
yang membutuhkan baik bagi mereka yang akan berobat atau
memeriksakan kesehatan. Rumah sakit memiliki sumber daya manusia
yang sangat kompleks, atau biasa disebut padat karya, berbagai macam
bidang keilmuan terdapat di dalam rumah sakit, sehingga pofesionalisme
sumber daya manusia sangat berpengaruh langsung terhadap pelayanan
kesehatan tersebut.
Mengingat bahwa tenaga kerja merupakan sumber daya yang sangat
utama dan dibutuhkan dalam pelayanan jasa kesehatan dan menjadi modal
yang utama juga dalam pelayanan kesehatan maka sumber daya manusia
menjadi focus untuk dikelola dengan baik. Pengelolaan manusia tidak sama
dengan mengelola mesin. Dalam mengelola manusia harus diperhatikan
seluruh kebutuhan, keinginan dan kepentingannya sehingga mampu
bekerja secara optimal. Organisasi harus menganggap bahwa sumber daya
manusianya adalah asset yang paling penting dalam organisasinya.
Pengelolaan sumber daya manusia perlu dilakukan dengan manajemen
professional. Artinya pengelolaan ini harus dilakukan sesuai dengan fungsi-
fungsi manajemen yang ada. Adalah tugas manajemen sumber daya
manusia untuk mengelola unsur manusia tersebut seefektif mungkin agar
diperoleh sumber daya manusia yang handal dan dapat memberikan kinerja
yang baik bagi sebuah organisasi sehingga tujuan organisasi dapat
tercapai. Tanpa adanya pengelolaan sumber daya manusia yang
professional, maka sulit bagi sebuah organisasi mencapai tujuan yang
diinginkan.
a. Herman Sofyandi
Suatu strategi dalam menerapkan fungsi-fungsi manajemen mulai
dari planning, organizing, leading, dan controlling dalam setiap
aktivitas/fungsi operasional SDM mulai dari proses penarikan,
seleksi, pelatihan dan pengembangan, penempatan yang meliputi,
kompensais, hubungan industrialisasi, hingga pemutusan hubungan
kerja, yang ditujukan bagi peningkatan kontribusi produktif dari SDM
organisasi terhadap pencapaian tujuan organisasi secara lebih
efektif dan efisien.
b. Andrew F. Sikula
Administrasi kepegawaian adalah penempatan orang-orang
kedalam suatu organisasi.
c. Dale Yoder
Manajemen personalia adalah penyedia kepimpinan dan
pengarahan karyawan dalam pekerjaan atau hubungan kerja
mereka.
Tabel 1.1
Perbedaan Manajemen Sumber Daya Manusia dengan Manjemen
Personalia
a. Tujuan Organisasional
Ditujukan untuk dapat mengenal keberadaan manajemen
sumber daya manusia dalam memberikan kontribusi pada
pencapaian efektivitas organisasi. Walaupun secara formal suatu
departemen sumber daya manusia diciptakan untuk dapat
membantu manajer, namun para manajer tetap bertanggung
jawab terhadap kinerja karyawannya. Keberadaan departemen
yang satu ini untuk membantu para manajer dalam mencapai
tujuan-tujuan organisasi. Departemen SDM membantu para
c. Tujuan Sosial
Tujuan sosial manajemen sumber daya manusia adalah
agar organisasi bertanggung jawab secara sosial dan etis
terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat dengan
meminimalkan dampak negatifnya. Organisasi diharapkan
dapat meningkatkan kualitas masyarakat dan membantu
memecahkan masalah-masalah sosial. Implikasi dan tujuan
sosial manajemen sumber daya manusia di organisasi adalah
ditambahkannya tanggung jawab sosial ke dalam tujuan
organisasi atau yang dikenal dengan Corporate Social
Responsibility (CSR) seperti program kesehatan lingkungan,
proyek perbaikan lingkungan, program perbaikan lingkungan,
program pelatihan dan pengembangan (Research &
Development), serta menyelenggarakan gerakan dan
mensponsori berbagai kegiatan sosial.
Contoh:
Masyarakat dapat membatasi keputusan-keputusan
manajemen sumber daya manusia melalui perangkat hukum
seperti adanya tindakan diskriminasi, dan berbagai hal lain
yang menjadi perhatian masyarakat.
d. Tujuan Personal/Individual
Ditujukan untuk membantu karyawan dalam pencapaian
tujuannya, setidaknya tujuan-tujuan yang dapat
meningkatkan kontribusi individual terhadap organisasi.
Samsudin (2006) menjelaskan Tujuan individual adalah
tujuan pribadi dan tiap anggota organisasi atau organisasi
yang hendak dicapai melalui aktivitasnya dalam organisasi.
Karyawan akan keluar dan organisasi apabila tujuan pribadi
dan tujuan organisasi tidak harmonis. Konflik antartujuan
organisasi dapat menyebabkan kinerja karyawan rendah,
ketidakhadiran, bahkan sabotase. Organisasi diharapkan
bisa memuaskan kebutuhan para karyawan yang terkait
dengan pekerjaan. Karyawan akan bekerja efektif apabila
tujuan pribadinya dalam bekerja tercapai. Aktivitas sumber
daya manusia haruslah terfokus pada pencapaian
b. Perspektif Ekonomi
Manajemen sumber daya manusia dianggap lebih erat kaitannya
dengan ekonomi. Orang akan lebih banyak memperoleh
keterangan tentang manajemen sumber daya manusia dan sisi
ekonomi, tanpa berusaha melihat kaitannya dengan dimensi
lainnya. Anggapan yang demikian dibenarkan oleh kenyataan
bahwa manusia sening dipandang sebagai salah satu faktor
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa oleh satuan-
satuan ekonomi. Namun, manusia tidak bisa disamakan begitu
saja dengan mesin-mesin, peralatan, modal, metode, dan pasar,
yang dalam ekonomi dikenal dengan akronim 5M (money,
machine, material, modal, method) atau 6M (tambah market),
karena tidak akan dapat dipertanggungjawabkan secara filsafat
dan moral.
Manusia bagaimana pun juga tetap unggul, dan paling
menentukan terhadap faktor-faktor produksi lainnya. Kemajuan
teknologi, kecanggihan mesin-mesin dan robot, kecanggihan
metode-metode kerja yang baru, dan modal yang besar, faktor
manusia tetap memiliki kedudukan yang paling sentral dan
menentukan, karena semuanya itu tetap memerlukan intervensi
manusia yang mengendalikannya. Manusia adalah pusat
segalanya bagi suatu organisasi. Manusia bisa menjadi pusat
persoalan organisasi manakala tidak dikembangkan dan tidak
ditingkatkan potensi-potensinya. Sebagi contoh pada pelayanan
kesehatan di sebuah rumah sakit, bahwa peralatan canggih
seperti hal nya MRI tidak akan dapat berfungsi secara maksimal
untuk pelayanan jika tidak dilakukan oleh para professional yang
handal dalam bidangnya
Manusia, sebaliknya, merupakan pusat segala keberhasilan
organisasi manakala segala dayanya dikembangkan secara
wajar dan meyakinkan. Manusia memiliki keinginan-keinginan,
kebutuhan-kebutuhan, baik yang fisik maupun non-fisik.
d. Perspektif Sosio-Kultural
Masalah manajemen sumber daya manusia juga dapat
disoroti dan perspektif sosiokultural. Ada dua alasan utama
yang mendasari perspektif ini. Pertama, Harkat dan martabat
tidak bisa diukur dan hal-hal yang bersifat kebendaan, tetapi
juga mencakup hal-hal non-fisik. Orang bekerja tidak lagi
semata-mata untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik,
melainkan juga menghendaki diwujudkannya kebutuhan
sosio-psikologis. Kedua, pemenuhan kebutuhan sosio-
psikologis terikat pada norma-norma sosial yang berlaku di
dalam masyarakat di mana orang itu menjadi bagian. Nilai-
nilai itulah yang akan menentukan baik-buruknya, wajar
tidaknya, dan sekaligus menjadi baro meter penilaian bagi
seseorang. Nilai-nilai ini biasanya bersifat khas terikat pada
karakteristik suatu masyarakat tertentu. Tidak ada dua
organisasi yang persis sama dalam segala hal. Nilai-nilai
dalam suatu organisasi biasanya sangat erat kaitannya
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasai
asemua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja,
hubungan kerja, pendelegasian wewenang, integrasi, dan
koordinasi dalam bagn organisasi. Organisasi hanya merupakan
alat untuk mencapai tujuan. Organisai yang baik akan membantu
terwujudnya tujuan secara efektif.
c. Pengarahan
Pengarahan (direction), dpaat juga disebut commanding, adalah
kegiatan mengarahkan semua karyawan agara mau bekerja
sama dengan efektif serta efisien dalam membantu tercapainya
tujuan organisasi, karyawan, dan masyarakat. Pengarahan
dilakukan pimpinan dengan menugaskan bawahan agar
mengerjakan semua tugas dengan baik.
e. Pengadaan
Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi,
penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan
karyawan yag sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pengadaan
yang baik akan membantu terwujudnya tujuan.
f. Pengembangan
Pengembangan (development) adalah proses peningkatan
keterampilan teknik, teroretis, konseptual, dan moral karyawan
melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang
diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini
maupun masa depan.
g. Kompensasi
Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa
langsung (direct) atau tidak langsung (indirect) berupa uang atau
barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan
kepada perusahan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak.
Adil artinya sesuai dengan prestasi kerjanya, sedangkan layak
dapat diartikan memenuhi kebutuhan primernya serta
berpedoman pada batas upah minimum pemerintah dan
berdasarkan internal dan eksternal konsistensi.
h. Pengintegrasian
Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk
mempersatukan kepentingan organisasi dan kebutuhan
karyawan agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling
menguntungkan. Perusahan memperoleh laba, sedangkan
karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya.
Pengintegrasian merupakan hal yang penting dan sulit dalam
manajemen sumber daya manusia karena mempersatukan dua
kepentingan yang bertolak belakang.
Kesimpulan
Sejak tahun 2010 Kementerian Kesehatan berusaha mendorong dan
mempercepat pembangunan kesehatan melalui roadmap reformasi
kesehatan masyarakat. Reformasi tersebut telah mengidentifikasi berbagai
permasalahan dalam manajemen SDM kesehatan. Permasalahan tersebut
di antaranya (Kemkes, 2010):
1. Belum terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan baik jumlah maupun
jenisnya guna mendukung penyelenggaraan pembangunan/pelayanan
kesehatan;
2. Kurang meratanya distribusi tenaga kesehatan, utamanya di Daerah
Terpencil, Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK);
3. Kualitas atau mutu tenaga kesehatan;
4. Belum optimalnya pengawasan terhadap tenaga kesehatan asing yang
bekerja di Indonesia;
5. Kurangnya dukungan manajemen, utamanya dukungan regulasi dalam
penyelenggaraan pengembangan dan pemberdayaan tenaga
kesehatan.