Abstract: This research aims to evaluation performance of agriculture extension agent and es-
timates expense of transaction needed to design revitalization scenario of counseling institute.
This research applies primary data collected through interviews with respondent and key-per-
sons. 200 farmers and 30 Agriculture extension agents taken as a sample with multistage
sampling. The descriptive Statistics applied to depict responder profile, extension agent per-
formance, and condition of the institution of counseling. A transaction cost will be applied to
estimate the value of the expense of the transaction needed to design revitalization scenarios of
the institution of counseling. The result of the research indicates that the behavior of farming
in the research area has not been efficient, so that there is an opportunity to optimize farm
production through counseling.
Keywords: extension agent performance, transaction cost, counselling institute, farming
Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja petuga penyuluh pertanian dan
mengestimasi biaya transaksi yang dibutuhkan untuk mendisain skenario lembaga konseling.
Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui wawancara dengan para
responden dan tokoh masyarakat. Sejumlah 200 orang petani dan 30 orang petugas penyuluh
pertanian diambil sebagai sampel dengan metode multistages sampling. Statistik deskriptif di-
gunakan untuk menggambarkan profil responden, kinerja penyuluh pertanian, dan kondisi
lembaga konseling. Biaya transaksi diterapkan untuk memperkirakan nilai biaya operasi yang
diperlukan merancang skenario revitalisasi lembaga konseling. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kinerja pertanian di daerah penelitian tidak efisien dan ada kesempatan mengoptimal-
kan produksi usaha tani melalui konseling.
Kata kunci: kinerja penyuluhan, biaya transaksi, lembaga konseling, usahatani
222 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 221-238
(2000) mengatakan, dilihat dari struktur organi- anggota sebanyak-banyaknya dan meningkat-
sasi, SPSI diupayakan terus menerus sebagai kan partisipasi anggotanya.
wadah tunggal selama masa orde baru, telah Keanggotaan serikat pekerja di Provinsi
memperlemah militansinya sebagai serikat pe- Jawa Tengah khususnya di Kota Semarang ma-
kerja, sehingga SPSI kehilangan kehilangan sih sedikit. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
fungsi kontrolnya sebagai serikat pekerja. Ke- anggota serikat pekerja yang terdaftar melalui
tiadaan persaingan antarserikat pekerja mem- serikat pekerja yang terdaftar di Departemen
perlemah semangat SPSI untuk memperjuang- Tenaga Kerja Provinsi Jawa Tengah. Berdasar-
kan hak-hak anggotanya. kan sektor usaha kayu dan hutan terdapat 2.195
Munculnya keanekaragaman serikat peker- orang, Percetakan dan Penerbitan 4.640 orang,
ja pada era reformasi ini dimulai dengan pecah- Rokok Tembakau Makanan dan Minuman 6.715
nya FSPSI menjadi dua yaitu FSPSI (yang lama) orang, KEP 9.540 orang, LEM 5.039 orang, Teks-
dan FSPSI Reformasi (yang baru), serta muncul- til Sandang dan Kulit 11.676, Farmasi dan Kese-
nya berbagai macam serikat pekerja. Saat ini hatan 3.073 orang, Pariwisata 2.231 orang,
terdapat 20 serikat pekerja yang terdaftar di De- Transportasi 5.316 orang, serta Niaga dan Bank
partemen Tenaga Kerja yaitu, SARBUMUSI, 786 orang. Jumlah totalnya ada 51.211 orang.
KBM, GASBUNDO, FSBDI, PPM1, FOKUBA, Dari jumlah pekerja yang masuk ke dalam
FSPSI, FSPSI Reformasi, SBSI, FSPMI, GASPER- serikat pekerja adalah sebesar 51.211 orang,
MINDO, SP Independent, ASPEK Indonesia, sedangkan jumlah pekerja yang ada di Kota
ASOKADIKTA, KPNI, KBKI, GSBI, KORPRI, Semarang adalah sebesar 142.466 orang. Ini ber-
SBMSK, dan FSP BUMN (Uwiyono, 2000). Di arti hanya sebesar 35,95 persen pekerja yang
samping itu pemerintah juga mendorong ter- terdaftar dan berpartisipasi di dalam serikat
bentuknya serikat pekerja tingkat perusahaan pekerja. Dengan demikian serikat pekerja harus
(SPTP), yaitu serikat-serikat pekerja yang bebas dapat mengoptimalkan kinerjanya dengan cara
(non atiliasi) di tingkat perusahaan. Pemerintah meningkatkan partisipasi anggotanya, agar ha-
juga mulai memberlakukan Undang-Undang rapan-harapan anggotanya dapat tercapai.
Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2000 Ten- Seiring dengan semakin baiknya serikat pekerja
tang Serikat Pekerja yang mulai berlaku efektif melalui partisipasi anggotanya, pada gilirannya
mulai tanggal 4 Agustus 2000 maka segala hal serikat pekerja akan dapat menarik anggota
yang berkaitan dengan serikat pekerja, seka- baru.
rang ini harus menyesuaikan dengan undang- Secara garis besar partisipasi pekerja di da-
undang tersebut. Berlakunya undang-undang lam serikat pekerja terbentuk karena dua alas-
tersebut membuka peluang bagi serikat pekerja an, yang pertama adalah alasan ideologis dan
untuk berperan lebih aktif dalam memper- yang kedua adalah alasan-alasan yang bersifat
juangkan kepentingan pekerja. Dengan banyak- pragmatis seperti ketidakpuasan terhadap ma-
nya pilihan serikat pekerja, membuat pekerja najemen (Simamora, 1997). Menurut Wheleer
lebih mempunyai pilihan untuk bergabung de- dan McClenden (1991), ada tiga faktor penting
ngan serikat pekerja sesuai dengan harapan- untuk menjelaskan mengapa pekerja berpartisi-
harapan yang ingin dicapai. Kebebasan untuk pasi di dalam serikat pekerja yaitu: ketidak-
memilih tersebut, memungkinkan pekerja un- puasan terhadap manajemen, manfaat yang di-
tuk dapat berpartisipasi lebih aktif di dalam peroleh (utilitarian), dan kepercayaan politik
serikat pekerja atau ideologi.
Perubahan yang terjadi sekarang ini ada- Walaupun alasan politik maupun ideologi
lah, untuk mempertahankan eksistensinya seri- sangat jarang untuk dijadikan alasan untuk
kat pekerja tidak lagi bisa bergantung pada berpartisipasi di dalam serikat pekerja, akan
pemerintah, sehingga penggalangan kekuatan tetapi di Indonesia hal ini masih cukup relevan
internal organisasi serikat pekerja merupakan sebagai sebagai salah satu faktor yang menye-
satu-satunya jaminan. Hal ini merupakan tan- babkan pekerja berpartisipasi di dalam serikat
tangan bagi serikat pekerja untuk merekrut pekerja. Hal ini disebabkan karena kebijakan
224 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 221-238
ditetapkan bersama; (3) Bebas, yakni sebagai pekerja diadopsi berdasarkan serikat pekerja
organisasi di dalam melaksanakan hak-hak dan sebagai organisasi dan konsisten dengan defi-
kewajibannya tidak dibawah pengaruh atau nisi bahwa organsiasi sebagai institusi bersama
tekanan pihak lain; (4) Bertanggung jawab, yak- dengan mempertunjukkan keadaan yang per-
ni dalam mencapai tujuan dan melaksanakan manen (Child Loveridge dan Warner, 1973
hak dan kewajiban bertanggung jawab kepada dalam Aryee dan Deebrah, hal: 130). Kondisi
anggota, masyarakat, dan negara. permanen tersebut dijelaskan dari keterlibatan
Serikat pekerja dipandang sebagai organi- pekerja secara spesifik dalam peran dan perila-
sasi yang memberikan kegunaan bagi pekerja ku di organisasi.
dan bersifat normatif (Schein, 1980, dalam Kel- Serikat pekerja muncul akibat adanya in-
loway dan Julian Barling, 1993, hal: 262). Seba- dustrialisasi. Pada masa praindustrialisasi keba-
gai organisasi yang memberikan kegunaan, nyakan pekerja adalah pekerja mandiri yang
serikat pekerja menyediakan kepada anggota- bekerja di rumah dan tanahnya sendiri. Indus-
nya beberapa manfaat melalui proses tawar trialisasi telah menyebabkan melemahnya sis-
menawar bersama (Freeman dan Medoff, 1984 tem kemandirian ini dan mengakibatkan ba-
dalam Kelloway dan Julian Barling, 1993, hal: nyak pekerja tergantung pada pemilik bengkel,
262). Sebagai organisasi normatif keberadaan pabrik, atau perusahaan untuk mendapatkan
serikat pekerja ditandai dengan kurang berpe- pekerjaan dan penghasilan. Industrialisasi juga
rannya pekerja di dalam organisasi, dalam hal memisahkan fungsi-fungsi manajemen dan
ini keterlibatan moral di dalam serikat pekerja tenaga kerja (Simamora, 1997).
(Schein, 1980, dalam Kelloway dan Julian Bar- Kehadiran serikat pekerja secara signifikan
ling, 1993, hal: 262). Kegunaan dan sifat norma- mengubah beberapa aktivitas sumber daya ma-
tif dari serikat pekerja merupakan sumber dari nusia. Proses perekrutan, prosedur seleksi, ting-
perbedaan dalam partispasi pekerja di dalam kat-tingkat upah, kenaikan gaji, paket tunjang-
serikat pekerja. Menurut Olson 1970 (dalam an, sistem keluhan, dan prosedur disiplin dapat
Kelloway dan Julian Barling, 1993, hal: 262) berubah secara drastis disebabkan oleh persya-
lebih 90 persen anggota serikat pekerja tidak ratan perjanjian perburuhan (labor agreement).
menghadiri pertemuan organisasi, di lain sisi Tanpa serikat pekerja perusahaan-perusahaan
lebih dari 90 persen anggota serikat pekerja leluasa membuat keputusan-keputusan unilate-
memberikan suaranya sebagai kekuatan untuk ral (unilateral decisions) menyangkut gaji, jam
memiliki serikat pekerja dan sedapat mungkin kerja, kondisi-kondisi kerja. Keputusan-kepu-
membayar iuran organisasi. Menurut Nichol- tusan ini dapat dilakukan oleh perusahaan tan-
son, 1978 (dalam Kelloway dan Julian Barling, pa masukan-masukan atau persetujuan dan
1993, hal :262), hanya sedikit perhatian terha- karyawan. Karyawan-karyawan yang tidak ber-
dap definisi partisipasi pekerja di dalam serikat partisipasi di dalam serikat pekerja mestilah
pekerja. Partisipasi pekerja di dalam serikat pe- menerima persyaratan manajemen, menegosia-
kerja merupakan bentuk perilaku yang terus sikannya sendiri jika ingin mengubahnya, atau
menerus dioperasionalkan dengan sedikit usa- keluar dari perusahaan. Bagaimanapun pada
ha untuk memahami bagaimana bentuk parti- saat karyawan berpartisipasi di dalam serikat
sipasi tersebut dapat dapat dihubungkan. pekerja sehingga memiliki wakil serikat peker-
Menghadiri pertemuan, membayar iuran, ja, perusahaan diwajibkan mengasosiasikan de-
menggunakan prosedur keluhan merupakan ngan serikat pekerja dalam pengambilan kepu-
indikator dari partisipasi pekerja di dalam seri- tusan bilateral (bilateral decision making), me-
kat pekerja. ngenai tingkat gaji, jam kerja, kondisi kerja, dan
Partisipasi pekerja di dalam serikat pekerja masalah-masalah lain dari keamanan pekerjaan.
menjadi penting karena hal ini merupakan indi- Untuk menghadapi setiap karyawan secara satu
kasi dukungan pekerja terhadap serikat pekerja persatu perusahan mestilah berunding dengan
(Anderson, 1978, dalam Aryee dan Deebrah, serikat pekerja yang mewakili pekerja.
1997, hal: 130). Penelitian mengenai partisipasi Dengan semakin besarnya partisipasi pe-
226 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 221-238
pengusaha, bersama dengan pembayaran lain usahaan akan didirikan oleh perusahaan
untuk pekerjanya (jaminan sosial, pendidikan/ tersebut (Agus Asyhari, 1994, dalam Indra
pelatihan) merupakan biaya tenaga kerja, dan Gunawan, 2000, hal: 18). Kondisi kerja sangat
menjadi bagian dari total biaya produksinya berkaitan dengan layout pabrik, oleh sebab itu
(Sentanoe, 1995). kondisi kerja harus direncanakan bersamaan
Pembedaan upah lainnya adalah antara pada saat perencanaan pembangunan pabrik.
upah paruh waktu (time rates) dan upah potong Tujuan untuk merencanakan kondisi kerja da-
(piece rates) atau metode pembayaran lainnya lam perusahaan sesuai dengan tujuan dari
dimana upah dihubungkan dengan hasil pro- perencanaan kerja adalah untuk meningkatkan
duksi (output) sehingga pekerja memiliki insen- produktivitas kerja karyawan (Agus Asyhari,
tif untuk menaikkan produksinya. Dalam upah 1994, dalam Indra Gunawan, 2000, hal: 19).
waktu pekerja dibayar dalam upah tertentu Menurut Robbins (1993, dalam Djoddy
karena bekerja satu jam, hari, minggu, atau Ismanto 2000, hal :20), karyawan akan memper-
bulan. Dalam upah potong, pekerja menerima hatikan kondisi kerjanya demi kenyamanan
upah karena mengerjakan suatu kuantitas pe- pribadi dan agar dapat melakukan pekerjaan
kerjaan tertentu. Misalnya: memasang 500 bata. dengan baik. Karyawan lebih suka dalam kon-
Pekerja yang cepat dan bersemangat akan mela- disi kerja yang tidak berbahaya dan nyaman.
kukan lebih banyak pekerjaan dan memperoleh Suhu, cahaya, tingkat kebisingan, dan sebagai-
lebih banyak upah dan pekerja yang lambat nya tidak ekstrem. Selain itu kebanyakan
dan malas (Sentanoe, 1995). karyawan lebih suka apabila tempat kerjanya
Oleh karena itu, upah masuk ke dalam ke- relatif dekat dengan rumah, dalam lingkungan
bijakan dan hubungan antara pekerja, pengu- yang bersih, fasilitas yang modern dan dileng-
saha, dan pemerintah. Semua pihak itu mem- kapi dengan peralatan dan mesin yang mema-
punyai kepentingan untuk meningkatkan kuan- dai.
titas barang dan jasa, yang memberikan upah, Faktor-faktor kondisi kerja yang harus
laba, dan penghasilan. Namun kontroversi direncanakan selaras dengan perencanaan pa-
sering timbul mengenai bagaiman kue barang brik adalah: (1) Penerangan. Penerangan di da-
dan jasa ini harus dibagi diantara mereka. lam kondisi kerja ini adalah cukupnya sinar
Dimana serikat pekerja telah mantap, kekuatan matahari yang masuk di dalam ruang kerja
tawar menawar atas upah dengan pengusaha masing-masing karyawan perusahaan; (2) Suhu
sering sangat tajam. Meskipun masing-masing Udara. Suhu udara pada ruang kerja para
pihak menginginkan mencapai kesepakatan, karyawan perusahaan akan ikut mempenga-
perbedaan antara upah yang ditawarkan oleh ruhi produktivitas kerja para karyawan perusa-
pengusaha dan jumlah yang mau diterima haan yang bersangkutan; (3) Suara Bising.
pekerja bisa terlalu besar untuk tercapinya sua- Suara bising yang terjadi di dalam ruang pro-
tu penyelesaian. Dalam keadaan itu, konflik duksi pada umumnya belum mendapat per-
tajam terjadi dan kekuatan masing-masing pi- hatian dengan semestinya; (4) Ruang gerak
hak akhirnya ditunjukkan dengan mogok atau yang diperlukan agar para karyawan perusa-
penutupan perusahaan sampai satu pihak haan yang bersangkutan ini dapat leluasa ber-
terpaksa mengalah atau tercapai kompromi. gerak dengan baik, maka ruang untuk karya-
Selain upah hal lain yang sering diperma- wan ini haruslah memadai.
salalikan oleh pekerja atau karyawan adalah Selain upah dan kondisi kerja, masalah lain
masalah kondisi kerja. Pada pembicaraan yang sering muncul antara manajemen dengan
sehari-hari kondisi kerja sering disalahtafsirkan pekerja adalah masalah keamanan kerja, dima-
dengan lingkungan kerja, padahal sebenamya na yang biasanya terjadi adalah masalah peme-
kondisi kerja merapakan salah satu faktor dari catan terhadap karyawan dan munculnya prak-
lingkungan kerja. Kondisi kerja adalah kondisi tek pensubkontrakkan kerja. Masalah-masalah
yang dapat dipersiapkan oleh manajemen per- ini masing sering terjadi, sehingga pekerja ber-
usahaan yang bersangkutan pada waktu per- usaha untuk memasukkan klausa-klausa ter-
228 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 221-238
Tolich dan Mark Harcourt (1996, hal:65), peneli- Siddique, hal: 391). Hal tersebut merupakan
tian sekarang mengasumsikan bahwa pekerja pola dalam pembentukan kelas dalam konteks
berpartisipasi dalam serikat pekerja lebih ba- kelas pekerja di negara berkembang yang telah
nyak disebabkan oleh kebutuhan akan manfaat memperlemah posisi kelas pekerja dengan dua
bersama dibandingkan manfaat individu. cara, pertama diciptakan sebuah pembagian
Menurut survei yang dilakukan oleh Peetz kelas pekerja yang dapat disebut sebagai "semi
(1997, dalam Paul Tolich dan Mark Harcourt, proletariat", dan kedua mencegah perkembang-
1996, hal:66) yang melakukan studi terhadap an pasar tenaga kerja di negara-negara berkem-
942 tenaga kerja dari 35 tempat kerja menemu- bang. Lebih jauh, keberadaan berbagai kelom-
kan bahwa, hampir setengah dari responden pok di dalam kelas pekerja telah memunculkan
menjelaskan alasan mereka berpartisipasi di konflik ideologis dan kepentingan di antara
dalam serikat pekerja dikarenakan alasan per- mereka di negara berkembang (Taylor 1979;
lindungan, nasehat, dan adanya perwakilan 238, dalam S.A. Siddique, hal:391). Posisi lemah
buat mereka. Menurut penelitian terhadap 3000 yang dimiliki kelas pekerja di negara berkem-
tenaga kerja di Victoria Australia yang dilaku- bang telah mendesak mereka untuk terpaksa
kan oleh Creegan, Johnston, dan Bartram, 1994 melakukan tindakan politik untuk mengatasi
(dalam Paul Tolich dan Mark Harcourt, 1996, kekurangan mereka. Para pekerja di negara
hal:66), menemukan bahwa 94 persen anggota berkembang mendapati bahwa tindakan politik
berpartisipasi di dalam serikat pekerja karena lebih efektif daripada tindakan ekonomi untuk
alasan perlindungan kerja dan hak-hak pekerja, menyelesaikan permasalahan mereka (Clegg,
kemudian 25 persen karena dukungan moral, 1976; 4, dalam S.A.Siddique, hal:391). Menurut
26 persen karena kondisi kerja, dan 21 persen Deery dan De Cieri, 1991 (dalam Paul Tolich
karena alasan solidaritas. Menurut Anat Levy dan Mark Harcourt, 1996, hal:70), kepercayaan
(1990, hal:41), pekerja mempunyai hasrat untuk ideologi merupakan motif kunci bagi pekerja
berpartisipasi di dalam serikat pekerja apabila untuk berpartisipasi di dalam serikat pekerja.
serikat pekerja memberikan kegunaan bagi Demikian pula dengan penelitian yang dilaku-
pekerja kan oleh Paul Tolich dan Mark Harcourt (1996,
Politik atau Kepercayaan Ideologi. Nega- hal: 71) dimana mereka menemukan bahwa,
ra-negara di dunia ketiga sangat turut campur kepercayaan terhadap politik serikat pekerja
dan berusaha untuk mengontrol setiap aspek merupakan alasan kedua terpenting untuk ber-
dari sistem hubungan industrial. Keterlibatan partisipasi di dalam serikat pekerja. Menurut
pemerintah dalam sistem hubungan industrial Yitchak Haberfeld (1995, hal:658), pekerja ber-
di berbagai negara dunia ketiga hampir secara partisipasi di dalam serikat pekerja merupakan
total dan secara kualitatif berbeda dengan yang hasil dari kepercayaan politik, di beberapa
ada di barat (Shaheed,1997 dalam S.A. Siddi- negara serikat pekerja berafiliasi dengan partai
que, hal:394). Dengan ikut campurnya pemerin- politik.
tah dalam hubungan industrial, secara lang- Penelitian Terdahulu. Hasil penelitian ter-
sung atau pun tidak langsung pemerintah men- dahulu tentang alasan pekerja untuk masuk
coba mempertahankan kepentingannya teruta- serikat pekerja terangkum dalam Tabel 1.
ma dalam bidang ekonomi dan politik perbu- Hipotesis. H1 adalah Ketidakpuasan ter-
ruhan. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan bu- hadap manajemen berpengaruh positif terha-
ruh murah, yang akhirnya menimbulkan senti- dap partisipasi pekerja di dalam serikat pekerja;
men-sentimen terhadap sistem ekonomi kapi- H2 adalah Manfaat bersama berpengaruh posi-
talis. tif terhadap partisipasi pekerja di dalam serikat
Kebanyakan rumah tangga di negara ber- pekerja; H3 adalah Manfaat individu berpenga-
kembang lebih mencurahkan pekerjaannya un- ruh positif terhadap partisipasi pekerja di da-
tuk memproduksi secara langsung bagi peme- lam serikat pekerja; H4 adalah Kepercayaan
nuhan kebutuhan mereka sendiri terutama ke- politik atau ideologi berpengaruh positif terha-
butuhan makanan (Freund, 1981; 5, dalam S.A. dap partisipasi pekerja di dalam serikat pekerja;
Why do workers join unions? The Yitchak Haberfeld Pekerja di Israel berpartisipasi dengan serikat
case of Israel (1995) pekerja karena non work benefit dan social
value
Heterogeneity and union membership Anat Levy Ada dua kondisi yang haras diperoleh pekerja
determination (1990) untuk berpartisipasi dengan serikat pekerja
yang pertama adalah dengan berpartisipasi
dengan serikat pekerja, pekerja berharap ada
peningkatan upah, kedua dengan
berpartisipasi dengan serikat pekerja, pekerja
akan memperoleh manfaat tambahan.
Why while collar staff join trade IRS Employment Pekerja berpartisipasi dalam serikat pekerja
union. (1994) Trends (news) karena mempunyai masalah dengan
kerjakebanyakan pekerja adalah anggota
serikat pekerja, kepercayaan terhadap serikat
pekerja, ingin memperbaiki upah dan kondisi
kerja, dan pelatihan dan pendidikan.
Determinant of Australian trade C. Cregan, S. Pekerja berpartisipasi dengan serikat pekerja,
unions membership (1998) Johnson, T. Bartram karena ingin melindungi pekerjaan dan hak-
hak mereka, dukungan moral, negosiasi upah
dan kondisi kerja, serta solidaritas
Why join? WJiy stay? union, D.Peetz Lebih dan setengah responden berpartisipasi
employer and aspect of union dengan serikat pekerja karena alasan
membershipm Australia (1997) perlindungan, nasehat dan mempunyai wakil.
Why do people join unions in a Waddington, Pekerja berpartisipasi dengan serikat pekerja
period of membership decline Jeremy, Whitston, disebabkan karena manfaat bersama
(1997) and Colin
H5 adalah ketidakpuasan terhadap manajemen, bab akibat antara variabel-variabel melalui pe-
manfaat bersama, manfaat individu dan keper- ngujian hipotesis (Masri Singarimbun, 1989).
cayaan politik atau ideologi secara bersama- Sedangkan metode yang digunakan adalah
sama berpengaruh terhadap partisipasi pekerja metode survei
di dalam serikat pekerja
Populasi dan Sampel
METODE PENELITIAN Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini
adalah pekerja yang menjadi anggota serikat
Jenis Penelitian pekerja pada perusahaan-perusahaan di Kota
Semarang yang terdaftar di Departemen Tena-
Jenis penelitian yang digunakan dalam peneli- ga Kerja Kota Semarang. Yang dimaksud de-
tian ini adalah penelitian explanatory yaitu je- ngan pekerja di sini adalah tenaga kerja yang
nis penelitian yang menjelaskan hubungan se-
230 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 221-238
bekerja di dalam hubungan kerja pada peng- berpartisipasi di dalam serikat pekerja dilihat
usaha dengan menerima upah. Sampel diambil dari diikungan moral, solidaritas, dan diukur
dengan metode cluster random sampling. Tek- dengan menggunakan skala likert 1-5 (Yitchak
nik ini digunakan karena obyek yang akan di Haberfeld, 1995; hal: 658).
teliti sangat luas, sehingga pengambilan sampel Manfaat individu adalah persepsi pekerja
dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap perta- terhadap keuntungan-keuntungan pribadi yang
ma, adalah dengan membagi jumlah serikat pe- diharapkan akan diperoleh dengan berpartisi-
kerja berdasarkan sektor usaha, dimana terda- pasi di dalam serikat pekerja dilihat dari perwa-
pat 10 sektor usaha. Kemudian dari masing- kilan, perlindungan, pendidikan dan pelatihan,
masing sektor usaha dipilih secara acak untuk dan diukur dengan skala likert 1-5 (Yitchak
memperoleh satu serikat pekerja di perusahaan Haberfeld, 1995; hal:658).
untuk masing-masing sektor usaha, sehingga Kepercayaan politik atau ideologi adalah
akhirnya diperoleh 10 serikat pekerja yang persepsi pekerja terhadap ideologi ataupun ke-
mewakili tiap-tiap sektor usaha. Dari masing- percayaan politik serikat pekerja, dilihat dari
masing serikat pekerja diambil sampel secara kepercayaan terhadap serikat pekerja sebagai
acak proporsional sebanyak 30 orang, sehingga tempat untuk menyalurkan aspirasi politik dan
jumlah sampel keseluruhan sebanyak 300 res- hubungan serikat pekerja dengan partai politik,
ponden (30 x 10 perusahaan). diukur dengan skala likert 1-5 (Paul Tolich dan
Mark Harcourt, 1995; hal:71, Yitchak Haberfeld,
Jenis dan Sumber Data 1995; hal:658).
Data primer diperoleh melalui kuesioner yang Skala pengukuran yang digunakan adalah
disebarkan, dimana kuesioner tersebut berisi skala pengukuran ordinal, skala ini digunakan
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan untuk mengukur persepsi responden terhadap
opini responden mengenai variabel-variabel suatu jawaban. Dalam menentukan bobot (skor)
penelitian, yaitu partisipasi pekerja di dalam digunakan skala likert yang terbagi ke dalam 5
serikat pekerja, ketidakpuasan terhadap mana- jenjang yaitu: (a) Katagori jawaban sangat
jemen, manfaat bersama, manfaat individu, dan tinggi diberi skor 5; (b) Kategori jawaban tinggi
kepercayaan politik atau ideologi. Data sekun- diberi skor 4; (c). Kategori jawaban sedang di-
der diperoleh dari lembaga-lembaga lain dima- beri skor 3; (d). Kategori jawaban sedang ren-
na data-data tersebut berkaitan dan mendu- dah diberi skor 1.
kung terhadap permasalahan yang diteliti.
Uji Instrumen Penelitian
Definisi Operasional Variabel Kuesioner yang dipakai harus diuji validitas
Partisipasi di dalam serikat pekerja adalah per- dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Uji validitas
sepsi anggota serikat pekerja terhadap kewajib- dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana
an-kewajibannya sebagai anggota serikat peker- ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur da-
ja dilihat dan mematuhi AD/ART, membela se- lam melakukan fungsi memberikan hasil ukur
rikat pekerja, membayar iuran, aktif mengha- yang sesuai. Pengukuran dilakuikan dengan
diri pertemuan, diukur dengan menggunakan teknik korelasi skor item dan skor total product
skala likert 1-5. moment correlation. Indikator dinyatakan valid
Ketidakpuasan terhadap manajemen ada- apabila menunjukkan nilai r product moment
lah persepsi pekerja terhadap kondisi-kondisi correlation lebih besar dari 0,40.
normatif kerja yang mereka hadapi, dilihat dari Uji reliabilitas dimaksudkan untuk meng-
upah, kondisi kerja, dan keamanan kerja, di- ukur sejauh mana suatu pengukuran dapat
ukur dengan menggunakan skala likert 1-5 dipercaya atau dapat diandalkan atau seberapa
(Yitehak Haberfeld, 1995; hal: 664). konsisten suatu instrumen mengukur konsep-
Manfaat bersama adalah persepsi pekerja konsep yang ada. Pengukuran dilakukan terha-
terhadap keuntungan-keuntungan bersama dap estimasi keseluruhan test dengan menggu-
yang diharapkan yang akan diperoleh dengan nakan koefisien alpha yang dikemukakan oleh
232 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 221-238
kan partisipasi pekerja di dalam serikat pekerja makin besar manfaat individu yang diperoleh
dilandasi oleh adanya manfaat bersama sehing- pekerja dengan masuk ke dalam serikat pekerja
ga mempengaruhi mereka untuk berpartisipasi seperti adanya perwakilan untuk berunding
dalam serikat pekerja. Kemudian (54,27 persen) dengan manajemen, mendapatkan perlindung-
menyatakan manfaat individu juga mereka per- an hukum, memperoleh pelatihan dan pendi-
oleh dengan berpartisipasi di dalam serikat dikan, mendapatkan asuransi kesehatan, dan
pekerja. Alasan partisipasi dalam serikat peker- memperoleh jaminan pensiun, maka semakin
ja adalah kepercayaan politik atau ideologi se- besar partisipasi pekerja di dalam serikat peker-
bagai faktor yang mempengaruhi untuk ber- ja. Nilai koefisien regresi sebesar -0,0008 untuk
partisipasi di dalam serikat pekerja hanya dike- variabel kepercayaan politik dan ideologi,
mukakan oleh sebagian kecil dari pekerja (17,49 memberikan arti bahwa semakin besar keperca-
persen). yaan pekerja terhadap politik atau ideologi seri-
Hasil analisis regresi dengan mengguna- kat pekerja maka semakin kecil partisipasi
kan program SPSS diperoleh nilai koefisien re- pekerja di dalam serikat pekerja.
gresi sehingga diperoleh persamaan regresi Dari hasil analisis regresi diperoleh nilai t
sebagai berikut: hitung dan nilai F hitung, untuk melakukan
pengujian hipotesis. Nilai t hitung dan F hitung
Y = 0,873+ 0,129 XI + 0,407 X2 + 0,457 X3 – untuk masing-masing variabel dirangkum pada
0, 0008 X4 Tabel 2.
Dari hasil uji t, dari empat variabel yang
dimana: Y adalah partisipasi pekerja di dalam diduga mempengaruhi partisipasi pekerja di
serikat pekerja; X1 adalah ketidakpuasan terha- dalam serikat pekerja yaitu ketidakpuasan ter-
dap Manajemen; X2 adalah manfaat bersama; hadap manajemen, manfaat bersama, manfaat
X3 adalah manfaat individu; X4 adalah keper- individu, dan kepercayan politik atau individu,
cayaan politik atau ideologi. terdapat tiga variabel yang berpengaruh secara
Nilai koefisien regresi sebesar 0,129 untuk signifikan terhadap partisipasi pekerja di dalam
variabel ketidakpuasan terhadap manajemen, serikat pekerja yaitu ketidakpuasan terhadap
mempunyai arti bahwa semakin besar rasa ti- manajemen, manfaat bersama, dan manfaat
dak puas pekerja terhadap manajemen seperti individu. Sedangkan variabel kepercayaan poli-
upah, kondisi kerja, dan keamanan kerja, maka tik atau ideologi tidak berpengaruh terhadap
semakin besar partisipasi pekerja di dalam seri- partisipasi pekerja di dalam serikat pekerja.
kat pekerja. Nilai koefisien regresi sebesar 0,407 Variabel ketidakpuasan terhadap manaje-
untuk variabel manfaat bersama, mempunyai men berpengaruh terhadap partisipasi pekerja
arti bahwa semakin besar manfaat bersama di dalam serikat pekerja, hal ini sesuai dengan
yang diperoleh pekerja seperti rasa solidaritas penelitian yang dilakukan oleh Waddington
dan dukungan moral maka semakin besar par- dan Whitson tahun 1997 yang manyatakan bah-
tisipasi pekerja di dalam serikat pekerja. Nilai wa alasan pekerja berpartisipasi dalam serikat
koefisien regresi sebesar 0,457 untuk variabel pekerja disebabkan karena mereka mempunyai
manfaat individu, memberikan arti bahwa se- masalah dengan kerja, upah, dan kondisi kerja.
234 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 221-238
dilakukan oleh Paul Tolich dan Mark Harcourt maka semakin besar partisipasi pekerja di
(1996, hal:71) yang menyatakan bahwa keperca- dalam serikat pekerja. Sedangkan, kepercayaan
yaan terhadap politik serikat pekerja merupa- politik atau ideologi tidak berpengaruh terha-
kan alasan kedua terpenting untuk berpartisi- dap partisipasi pekerja di dalam serikat pekerja
pasi di dalam serikat pekerja. Menurut Yitchak berarti semakin besar kepercayaan pekerja ter-
Haberfeld (1995, hal:658), yang menyatakan hadap politik atau ideologi serikat pekerja ma-
partisipasi pekerja di dalam serikat pekerja ka semakin kecil partisipasi pekerja di dalam
merupakan hasil dari kepercayaan politik. serikat pekerja.
Kepercayaan politik atau ideologi tidak (2) Manfaat individu mempunyai pengaruh
berpengaruh terhadap partisipasi pekerja di da- signifikan yang paling besar terhadap partisi-
lam serikat pekerja, dikarenakan berdirinya se- pasi pekerja di dalam serikat pekerja. Hal ini
rikat pekerja harus berdasarkan asas Pancasila karena pekerja pada dasarnya menginginkan
(UU No. 21 Th 2000 Tentang Serikat Pekerja peningkatan kesejahteraan bagi dirinya dan
Pasal 2), sehingga pekerja tidak mengenal asas keluarganya dan serikat pekerja memberikan
politik lain selain Pancasila. Selain itu pekerja manfaat-manfaat yang secara individu dapat
beranggapan bahwa serikat pekerja bukanlah dinikmati oleh pekerja untuk meningkatkan
tempat yang tepat untuk menyalurkan aspirasi kesejahteraan dirinya dan keluarganya.
politiknya Pekerja berharap dengan berpartisi- (3) Perubahan yang terjadi pada variabel par-
pasi di dalam serikat pekerja mereka memper- tisipasi di dalam serikat pekerja dapat dijelas-
oleh sesuatu yang nyata, dan untuk menya- kan sebesar 51,5 persen, oleh perubahan varia-
lurkan hasrat politik mereka, masing-masing bel ketidakpuasan terhadap manajemen, man-
pekerja sudah mempunyai pilihan. Di masa faat bersama, manfaat individu, dan keper-
sekarang ini banyak serikat pekerja berafiliasi cayaan politik dan ideologi. Sedangkan sisanya
dengan partai politik tertentu, bahkan sekarang sebesar 48,5 persen dijelaskan oleh variabel lain
ada partai buruh, akan tetapi pekerja tidak di luar variabel dalam penelitian ini.
mempercayainya karena pekerja tidak mau Implikasi Teoritis. Hasil penelitian Whe-
diperalat oleh partai politik sebagai komoditas leer dan Mc Clendon(1991) membuktikan bah-
politik, yang setelah pemilihan umum mereka wa partisipasi pekerja di dalam serikat pekerja
ditinggalkan kembali oleh partainya. Yang dipengaruhi oleh ketidakpuasan terhadap ma-
diinginkan pekerja adalah serikat pekerja yang najemen, manfaat serikat pekerja, dan keper-
benar-benar memperjuangkan kepentingan pe- cayaan politik atau ideologi. Hasil penelitian ini
kerja, tanpa kepentingan-kepentingan lain yang membuktikan dua hal yang pertama bahwa
mendompleng kepentingan pekerja Sehingga faktor ketidakpuasan terhadap manajemen,
kepercayaan politik atau ideologi bukan meru- manfaat bersama, manfaat individu, berpenga-
pakan alasan pekerja untuk berpartisipasi di ruh terhadap partisipasi pekerja di dalam
dalam serikat pekerja. serikat pekerja, namun kepercayaan politik atau
ideologi tidak berpengaruh terhadap partisipasi
pekerja di dalam serikat pekerja dengan dasar
SIMPULAN
bahwa asas politik atau ideologi yang dianut
serikat pekerja adalah Pancasila dan pekerja
Dari analisis data dan pembahasan yang telah tidak mengetahui ideologi politik lain selain
dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil Pancasila. Selain itu, selama ini pekerja merasa
adalah: hanya sebagai obyek kepentingan elite politik
(1) Ketidakpuasan terhadap manajemen, man- dimana pemanfaatan massa pekerja untuk
faat bersama, dan manfaat individu berpenga- kepentingan tertentu lebih menonjol daripada
ruh positif terhadap partisipasi pekerja di da- mengurusi nasib pekerja itu sendiri. Sedangkan
lam serikat pekerja. Semakin tidak puas pekerja yang diinginkan oleh pekerja adalah peningkat-
terhadap manajemen, semakin besar manfaat an kesejahteraan bagi dirinya dan keluarganya.
bersama yang diperoleh pekerja, dan semakin Implikasi Manajerial
besar manfaat invidu yang diperoleh pekerja,
236 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 221-238
ma dalam proses pengambilan keputusan, standing Industrial Relations. Singapore:
sehingga organisasi serikat pekerja menjadi di- Colset Private Limited.
namis dan dapat terus bertahan sebagai organi-
Fiorito J, Gallagher, and Cynthia VF. 1988.
sasi yang memberikan manfaat kepada anggo-
Satisfaction with Union Representation.
tanya (pekerja). Serikat pekerja juga dapat men-
Industrial and Labor Relation Review, Vol.41,
dirikan divisi usaha sendiri misalnya memben-
tuk koperasi, yang hasilnya dapat digunakan No. 2, January.
untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya George, R, Gray, Donald W, Myers and Philips
dan rasa memiliki dari anggota serikat pekerja S, Myer. 1999. Cooperative Provisions in
terhadap organisasi serikat pekerja menjadi Labor Agreement, Monthly Labor Review,
semakin besar. January.
Keterbatasan Penelitian. Penelitian ini memi-
Haberfeld, Y. 1995. Why Do Workers Join
liki keterbatasan yaitu hanya meneliti sebatas
Unions? The Case of Israel. Industrial and
faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
pekerja di dalam serikat pekerja dan obyek pe- Labor Relation Review, VoL 48, No.4, July.
nelitiannya hanya terbatas pada perusahaan-pe- Kelloway, Kevin, and Julian Barling. 1993.
rusahaan yang berada di wilayah kerja kantor Member's Participation in Local Union
Departemen Tenaga Kerja Kota Semarang. Se- Activities: Measurement, Prediction, and
dangkan proses perekrutan anggota serikat Replication. Journal of Applied Psychology,
pekerja dan karakteristik dari masing-masing Vol.78, No2, pp: 262-279
sektor usaha sebagai faktor pembeda dalam
Lucy A. Newton and Lynn M Shore. 1992. A
proses perekrutan anggota serikat pekerja tidak
diteliti pada penelitian ini. Model of Union Membership, Instru-
Agenda Penelitian yang Akan Datang. Untuk mentality, Commitment, and Opposition,
peneliti yang akan datang, bisa melakukan Academy of Management Review, Vol.17,
penelitian tentang faktor-faktor yang mempe- No. 2, pp: 275-298.
ngaruhi perekrutan anggota serikat pekerja Maryono dan Sri Sudarsi. 2000. Serikat Pekerja:
seperti shop steward, made contact my self, Implikasinya terhadap Kebijaksanaan
through a friend, recommended by manage- Manajemen, Semarang: Gema Stikubank,
ment, direct approach from union head office, Januari.
dan lain sebagainya dengan mengambil respon-
den pekerja yang menjadi anggota serikat Paul J, and Fiorito J. 1990. Associate Member-
pekerja. Selain itu perlu dilihat karakteristik ship: Unionism or Consumerism, Indus-
dari masing-masing sektor usaha sebagai faktor trial and Labor Relation Review, Vol. 43
pembeda dalam proses perekrutan anggota No.2, January.
serikat pekerja. Paul Tolich dan Mark Harcourt, 1995, Why
People Join Unions?. New Zealand Journal
DAFTAR PUSTAKA of Industrial Relations, Vol.24 No. 1.
Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statis-
Anat Levy. 1990. Heterogenity and Union tik Parametrik. Jakarta: Elex Media Kom-
Membership Determination. Journal of putindo.
Labor Research, Vol. 11, No. 1. Sarosh, K, Daniel G, Kurt W. 1993. The De-
Aryee Samuel, and Yaw A. Debrah. 1997. velopment of Members Attitudes toward
Member's Participation in the Union: An Their Unions: Sweden and Canada, In-
Investigationof Some Determinants in dustrial and Labor Relations Review, Vol. 46,
Singapore. Human Relations, Vol.50, No.2. No.3.
Famham, David, and John Pimlott. 1995. Under- Sentanoe, Kertonegoro. 1999. Gerakan Serikat
Pekerja. Yayasan Tenaga Kerja Indonesia.
238 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 221-238