Anda di halaman 1dari 64

Produktivitas

Written By Misran Hutasuhut on Selasa, 01 Oktober 2013 | 09.56

A.   Sejarah Perkembangan Produktivitas


Kata produktivitas merupakan suatu kata yang sering dibicarakan disetiap permasalahan baik
dibidang perindustriaan, penbankkan, pendidikan, hiburan ataupun pertanian.
Pertama kali secara formal kata “ produktivitas “ ditemukan artikel milik Quesnay pada tahun
1766. Lalu pada tahun 1883, Littre mendefinisikan produktivitas sebagai kemampuan untuk
berproduksi. Dan pada tahun 1950, sebuah organisasi yaitu Organization For European
Cooperation (OEEC) mengusulkan definisi formal untuk produktivitas, yaitu : hasil bagi yang
diperoleh dengan membagi keluaran (output) dengan salah satu dari faktor-faktor produksi.
Kendrick and Creamer (1965) : definisi fungsional dari produktivitas total parsial dan total
faktor.
Sumanth (1976) : produktivitas total merupakan rasio dari keluaran nyata dengan masukan nyata.
Pada tahun 1980 pengertian produktifitas sudah berkembang secara beragam, yaitu :
1. R.Saint-Paul (Asian Producticity Congress, 1980). Definisi produktivitas secara sederhana,
yaitu : hubungan antara kualitas yang dihasilkan dengan jumlah kerja yang dilakukan untuk
mencapainya.
2. Productivity Improvement Handbook (George J.Washnis, john wiley & Sons, 1981). Suatu
pendapat menyatakan produktivitas mencakup dua konsep dasar, yaitu daya guna (efisiensi) dan
hasil guna (efektifitas). Efisiensi mengambarkan tingkat sumber-sumber manusia, dana dan alam
yang digunakan untuk hasil tertentu dan efektivitas mengabarkan akibat yang terjadi.
3. Managemen Handbook (Paul mali, Jonh Wiley & Sons. 1981). Untuk menentukan
produktivitas, seseorang harus empersoalkan dua hal, yaitu : apakah hasil yang diingikan tercapai
? dan sumber-sumber apa yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut ?
Sehingga dapat disimpulkan bahwa produktifitas adalah segala keluaran/ hasil yang didapat
dengan membandingkan segala sumber daya yang dipakai untuk menghasilkan keluaran.  
B.   Pengertian Produktivitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas merupakan suatu istilah yang sering digunakan dalam perencanaan


pengembangan industri pada khususnya dan perencanaan pengembangan ekonomi nasional pada
umumnya. Sedangkan pengertian produktivitas dapat dilihat dari dua dimensi. Yaitu dimensi
individu dan dimensi keorganisasian. Dimensi individu melihat produktivitas dalam kaitannya
dengan karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul dalam bentuk sikap mental
dan mengandung makna  keinginan dan upaya individu yang selalu berusaha untuk
meningkatkan kualitas kehidupannya. Sedangkan dimensi keorganisasian melihat produktivitas
dalam kerangka hubungan teknis antara masukan (input) dan keluaran (output). Oleh karena itu
dalam pandangan ini , terjadinya tingkat produktivitas tidak hanya dilihat dari aspek kuantitas
tetapi juga aspek kualitas baik dari produknya maupun dari tenaga kerja yang memproduksi.
Selain itu, produktivitas dapat juga didefinisikan sebagai suatu konsep universal yang
menciptakan lebih banyak barang dan jasa bagi kehidupan manusia dengan menggunakan
sumber daya yang terbatas. Menurut Manuaba (1992) peningkatan produktivitas dapat dicapai
dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam memanfaatkan sumber
daya manusia (do the right thing) dan meningkatkan keluaran sebesar-besarnya (do the thing
right). Dengan kata lain bahwa produktivitas merupakan pencerminan dari tingkat efisiensi dan
efektivitas kerja secara total (Tarwaka, Bakri, dan Sudiajeng, 2004, p.138).
Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu ukuran perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Karena, sumber daya manusia merupakan elemen strategik dalam organisasi yang
harus diakui dan diterima oleh perusahaan. Tanpa adanya sumber daya manusia, maka
perusahaan tidak dapat memproduksi barang atau jasa yang dihasilkan. Tetapi, sumber daya
manusia atau tenaga kerja juga harus dilihat dari beberapa aspek seperti tingkat pendidikan
tenaga kerja, skill atau keterampilan sehingga tenaga kerja yang ada merupakan tenaga kerja
yang tidak hanya produktif tetapi juga berkualitas dan sesuai dengan kriteria atau harapan dari
perusahaan yang membutuhkan.
C.   Konsep Produktivitas

Peningkatan produktivitas dan efisiensi merupakan sumber pertumbuhan utama untuk


mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sebaliknya, pertumbuhan yang tinggi dan
berkelanjutan juga merupakan unsur penting dalam menjaga kesinambungan peningkatan
produktivitas jangka panjang. Dengan demikian, pertumbuhan dan produktivitas bukan dua hal
yang terpisah atau memiliki hubungan satu arah, melainkan keduanya adalah saling tergantung
dengan pola hubungan yang dinamis, tidak mekanistik, non linear dan kompleks.Secara makro,
sumber pertumbuhan dapat dikelompokkan kedalam unsur berikut:.Pertama, peningkatan stok
modal sebagai hasil akumulasi dari proses pembangunan yang terus berlangsung. Proses
akumulasi ini merupakan hasil dari proses investasi.Kedua,  peningkatan jumlah tenaga kerja
juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.Ketiga,  peningkatan produktivitas
merupakan sumber pertumbuhan yang bukan disebabkan oleh peningkatan penggunaan jumlah
dari input atau sumber daya, melainkan disebabkan oleh peningkatan kualitasnya. Dengan
jumlah tenaga kerja dan modal yang sama, pertumbuhan output akan meningkat lebih cepat
apabila kualitas dari kedua sumber daya tersebut meningkat.Walaupun secara teoritis faktor
produksi dapat dirinci, pengukuran kontribusinya terhadap output dari suatu proses produksi
sering dihadapkan pada berbagai kesulitan. Disamping itu, kedudukan manusia, baik sebagai
tenaga kerja kasar maupun sebagai manajer, dari suatu aktivitas produksi tentunya juga tidak
sama dengan mesin atau alat produksi lainnya. Seperti diketahui bahwa output dari setiap
aktivitas ekonomi tergantung pada manusia yang melaksanakan aktivitas tersebut, maka sumber
daya manusia merupakan sumber daya utama dalam pembangunan. Sejalan dengan fenomena
ini, konsep produktivitas yang dimaksud adalah produktivitas tenaga kerja. Tentu saja,
produktivitas tenaga kerja ini dipengaruhi, dikondisikan atau bahkan ditentukan oleh
ketersediaan faktor produksi komplementernya seperti alat dan mesin. Namun demikian konsep
produktivitas adalah mengacu pada konsep produktivitas sumber daya manusia.Secara umum
konsep produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (out put) dan masukan (input)
persatuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila:1. Jumlah produksi/keluaran
meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya yang sama.2. Jumlah produksi/keluaran sama
atau meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya lebih kecil dan,3. Produksi/keluaran
meningkat diperoleh dengan penambahan sumber daya yang relatif kecil (soeripto, 1989; Chew,
1991 dan pheasant, 1991).
Konsep tersebut tentunya dapat dipakai didalam menghitung produktivitas disemua
sektor kegiatan. Menurut Manuaba (1992a) peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan
menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam memanfaatkan sumber daya
manusia (do the right thing) dan meningkatkan keluaran sebesar-besarnya (do the thing right).
Dengan kata lain bahwa produktivitas merupakan pencerminan dari tingkat efisiensi dan
efektifitas kerja secara total.
Konsep produktivitas kerja dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi individu dan
dimensi organisasian. Dimensi individu melihat produktivitas dalam kaitannya dengan
karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul dalam bentuk sikap mental dan
mengandung makna keinginan dan upaya individu yang selalu berusaha untuk meningkatkan
kualitas kehidupannya. Sedangkan dimensi keorganisasian melihat produktivitas dalam kerangka
hubungan teknis antara masukan (input) dan keluaran (out put). Oleh karena itu dalam
pandangan ini, terjadinya peningkatan produktivitas tidak hanya dilihat dari aspek kuantitas,
tetapi juga dapat dilihat dari aspek kualitas.
Kedua pengerian produktivitas tersebut mengandung cara atau metode pengukuran
tertentu yang secara praktek sukar dilakukan. Kesulitan-kesulitan itu dikarenakan, pertama
karakteristik-karakteristik kepribadian individu bersifat kompleks, sedangkan yang kedua
disebabkan masukan-masukan sumber daya bermacam-macam dan dalam proporsi yang
berbeda-beda.
Produktivitas kerja sebagai salah satu orientasi manajemen dewasa ini, keberadaannya
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap produktivitas pada
dasarnya dapat diklasifikasikan kedalam dua jenis, yaitu pertama faktor-faktor yang berpengaruh
secara langsung, dan kedua faktor-faktor yang berpengaruh secara tidak langsung.

D.   Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Tenaga kerja atau pegawai adalah manusia yang merupakan faktor produksi yang
dinamis memiliki kemampuan berpikir dan motivasi kerja, apabila pihak manajemen perusahaan
mampu meningkatkan motivasi mereka, maka produktivitas kerja akan meningkat. Ada pun
faktor- faktor yang mempengaruhi produktivitas yaitu:
a.Kemampuan
adalah kecakapan yang dimiliki berdasarkan pengetahuan, lingkungan kerja yang
menyenangkan akan menambah kemampuan tenaga kerja.Perencanaan tenaga kerja merupakan
bagian integral dari perencanaan pembangunan. Rencana pembangunan memuat berbagai
kegiatan yang akan dilaksanakan di seluruh sektor atau sub sektor. Setiap kegiatan yang akan
dilaksanakan membutuhkan tenaga kerja yang sesuai. Perencanaan tenaga kerja memuat
perkiraan permintaan atau kebutuhan dan penawaran atau penyediaan tenaga kerja, serta
kebijakan maupun program ketenagakerjaan yang diperlukan dalam rangka menunjang
keberhasilan pelaksanaan pembangunan.
Perencanaan tenaga kerja dapat dilakukan pada tahap perusahaan, lembaga pemerintah
atau unit organisasi swasta lainnya. Perencanaan tenaga kerja seperti ini disebut perencanaan
tenaga kerja mikro. Pemerintah biasanya juga membuat perencanaan tenaga kerja dalam cakupan
wilayah tertentu maupun secara nasional. Jenis perencanaan tenaga kerja seperti itu dikenal
sebagai perencanaan tenaga kerja makro, nasional atau perencanaan tenaga kerja regional.
Sistem perencanaan tenaga kerja menunjukkan kedudukan perencanaan tenaga kerja
dalam kerangka perencanaan pembangunan secara keseluruhan. Perencanaan pembangunan yang
disertai dengan data-data kependudukan dan informasi pasar kerja merupakan masukan utama
dalam penyusunan perencanaan tenaga kerja. Hasil perencanaan tenaga kerja adalah berupa
rencana tenaga kerja.
Dalam sistem perencanaan pembangunan yang melihat perencanaan tenaga kerja sebagai
bagian integral dari perencanaan pembangunan, maka proses perencanaan tenaga kerja akan
melibatkan instansi. Proses perencanaan tenaga kerja itu sendiri menunjukkan langkah-langkah
yang perlu ditempuh dalam pelaksanaan perencanaan tenaga kerja.
b. Sikap
 Sesuatu yang menyangkut perangai tenaga kerja yang banyak dihubungkan dengan
moral, semangat kerja yang akan menghasilkan kepuasaan kerja . Kepuasan kerja secara umum
menyangkut sikap seseorang mengenai pekerjaannya. Karena menyangkut sikap, pengertian
kepuasan kerja mencakup berbagai hal seperti kondisi dan kecenderungan perilaku seseorang.
Kepuasankepuasan itu tidak tampak serta nyata, tetapi dapat diwujudkan dalam suatu hasil
pekerjaan. Salah satu masalah yang sangat penting dalam bidang psikologi industry adalah
mendorong karyawan untuk bekerja dengan lebih produktif. Untuk itu, perlu diperhatikan agar
karyawan sebagai penunjang terciptanya produktivitas kerja dalam bekerja senantiasa disertai
dengan perasaan senang dan tidak terpaksa sehingga akan tercipta kepuasan kerja para karyawan.
Kepuasan kerja akan berbeda pada masingmasing individu. Sangat sulit untuk mengetahui ciri-
ciri kepuasan dari masing-masing individu. Namun demikian, cerminan dari kepuasan kerja itu
dapat diketahui.
Untuk mengetahui tentang pengertian kepuasan kerja ada beberapa pendapat
sebagaimana hasil penelitian Herzberg, bahwa faktor yang mendatangkan kepuasan adalah
prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggungjawab, dan kemajuan (Armstrong, 1994: 71).
Pendapat lain menyatakan kepuasan kerja (job salisfaction) adalah keadaan emosional yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan di mana para karyawan memandang pekerjaan mereka
(Handoko, 2001:193). Sedangkan Wexley dan Yulk (1977) yang disebut kepuasan kerja ialah
perasaan seseorangterhadap pekerjaan.
Kepuasan kerja berhubungan erta dengan faktor sikap. Seperti dikemukakan oleh Tiffin
(1964) kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya
sendiri, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dengan sesama karyawan (dalam As'ad, 2003:
104). Sejalan dengan itu, Martoyo (2000:142) kepuasan kerja (job salisfaction) adalah keadaan
emosional karyawan di mana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja
karyawan dari perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang
diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan. Balas jasa kerja karyawan ini, baik yang berupa
finansial maupun yang nonfinansial.
Kepuasan kerja merupakan persoalan umum pada setiap unit kerja, baik itu berhubungan
motivasi, kesetiaan ataupun ketenangan bekerja, dan disiplin kerja. Menurut Hulin (1966) gaji
merupakan faktor utama untuk mencapai kepuasan kerja. Pendapat ini tidak seluruhnya salah
sebab dengan mendapatkan gaji ia akan dapat melangsungkan kehidupannya sehari-hari. Tetapi
kenyataannya gaji yang tinggi tidak selalu menjadi faktor utama unluk mencapai kepuasan kerja.
Kenyataan lain banyak perusahaan telah memberikan gaji yang cukup tinggi, tetapi masih
banyak karyawan yang merasa tidak puas dan tidak senang dengan pekerjaannya. Gaji hanya
memberikan kepuasan sementara karena kepuasan terhadap gaji sangat dipengaruhi oleh
kebutuhan dan nilai orang yang bersangkutan (As'ad, 2003:113).
Menurut Blum menyatakan faktor-faktor yang memberikan kepuasan kerja adalah: (a)
faktor individual, meliputi: umur, kesehatan, watak dan harapan; (b) factor sosial, meliputi:
hubungan kekeluargaan, pandangan masyarakat, kesempatan berekreasi, kegiatan perserikatan
pekerja, kebebasan berpolitik, dan hubungan kemasyarakatan; (c) faktor utama dalam pekerjaan,
meliputi: upah, pengawasan ketentraman kerja, kondisi kerja, dan kesempatan untuk maju.
Selain itu, juga penghargaan terhadap kecakapan, hubungan sosial di dalam pekerjaan, kelepatan
dalam menyelesaikan konflik antar manusia, perasaan diperlakukan adil. baik yang menyangkut
pribadi maupun tugas (dalam As'ad, 2003:114). Ahli lain, Ghiselli dan Brown mengemukakan
lima faktor yang menimbulkan kepuasan (dalam As'ad, 2003:112-113) yaitu: pertama,
kedudukan (posisi), umumnya ada anggapan bahwa orang yang bekerja pada pekerjaan yang
lebih tinggi akan lebih puas daripada bekerja pada pekerjaan yang lebih rendah. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, perubahan tingkat pekerjaanlah
yang mempengaruhi kepuasan kerja. Kedua, pangkat (golongan), pada pekerjaan yang
mendasarkan perbedaan tingkat (golongan) sehingga pekerjaan tersebut memberikan kedudukan
tertentu pada orang yang melakukannya. Apabila ada kenaikan upah, maka sedikit banyaknya
akan dianggap sebagai kenaikan pangkat dan kebanggaan terhadap kedudukan yang baru itu
akan merubah perilaku dan perasaan. Ketiga, umur dinyatakan bahwa ada hubungan antara
kepuasan kerja dengan umur karyawan. Umur antara 25 sampai 34 tahun dan umur 40 sampai 45
tahun adalah merupakan umur-umur yang bias menimbulkan perasaan kurang puas terhadap
pekerjaan. Keempat, jaminan financial dan jaminan sosial. Masalah finansial dan jaminan sosial
kebanyakan berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Kelima, mutu pengawasan, hubungan antara
karyawan dengan pihak pimpinan sangat penting dalani arti menaikkan produktivitas kerja.
Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan
kepada bawahan sehingga karyawan akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang penting
dari oiganisasi kerja (sense of belonging).
c. Situasi dan keadaan lingkungan
 faktor ini menyangkut fasilitas dan keadaan dimana semua karyawan dapat bekerja
dengan tenang serta sistim kompensasi yang ada.pertama, perbaikan terus menerus, yaitu upaya
meningkatkan produktivitas kerja salah satu implementasinya ialah bahwa seluruh komponen
harus melakukan perbaikan secara terus-menerus. Pandangan ini bukan hanya merupakan salah
satu kiat tetapi merupakan salah satu etos kerja yang penting sebagai bagian dari filsafat
manajemen mutakhir. Suatu organisasi dituntut secara terus-menerus untuk melakukan
perubahan-perubahan, baik secara internal maupun eksternal. Perubahan internal contohnya,
yaitu: (a) perubahan strategi organisasi; (b) perubahan kebijakan tentang produk; (c) perubahan
pemanfaatan teknologi; (d) perubahan dalam praktek-praktek sumber daya manusia sebagai
akibat diterbitkannya perundang-undangan baru oleh pemerintah. Perubahan eksternal, meliputi:
(a) perubahan yang terjadi dengan lambat atau evolusioner dan bersifat acak; (b) perubahan yang
tinggi secara berlahan tetapi berkelompok; (c) perubahan yang terjadi dengan cepat karena
dampak tindakan suatu organisasi yang dominan peranannya di masyarakat; dan (d) perubahan
yang terjadi cepat, menyeluruh dan kontinyu.Kedua, peningkatan mutu hasil pekerjaan.
Peningkatan mutu hasil pekerjaan dilaksanakan oleh semua komponen dalam organisasi. Bagi
manajemen, misalnya, perumusan strategi, penentuan kebijakan, dan proses pengambilan
keputusan. Yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan kegiatan organisasi yaitu mutu
laporan, mutu dokumen, mutu penyelenggaraan rapat, dan lain-lain.Ketiga, pemberdayaan
sumberdaya manusia. Memberdayakan sumberdaya manusia mengandung kiat untuk: (a)
mengakui harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang mulia, mempunyai harga diri,
daya nalar, memiliki kebebasan memilih, akal, perasaan, dan berbagai kebutuhan yang beraneka
ragam; (b) manusia mempunyai hak-hak yang asasi dan tidak ada manusia lain (termasuk
manajemen) yang dibenarkan melanggar hak tersebut. Hak-hak tersebut yaitu hak menyatakan
pendapat, hak berserikat, hak memperoleh pekerjaan yang layak, hak memperoleh imbalan yang
wajar dan hak mendapat perlindungan; (c) penerapan gaya manajemen yang partisipasif melalui
proses berdemokrasi dalam kehidupan berorganisasi. Dalam hal ini pimpinan mengikutsertakan
para anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan.Keempat, kondisi fisik tempat
bekerja yang menyenangkan.Kondisi fisik tempat kerja yang menyenangkan memberikan
kontribusi nyata dalam peningkatan produktivitas kerja, antara lain: (a) ventilasi yang baik; (b)
penerangan yang cukup; (c) tata ruang rapi dan perabot tersusun baik; (d) lingkungan kerja yang
bersih; dan (e) lingkungan kerja vang bebas dari polusi udara.Kelima, umpan balik. Pelaksanaan
tugas dan karier karyawan tidak dapat dipisahkan dari penciptaan, pemeliharaan, dan penerapan
sistem umpan balik yang objektif, rasional, baku, dan validitas yang tinggi. Objektif dalam arti
didasarkan pada norma-norma yang telah disepakati bukan atas dasar emosi, senang atau tidak
senang pada seseorang. rasional dalam arti dapat diterima oleh akal sehat. Jika seseorang harus
dikenakan sangsi disiplin, status berat-ringannya disesuaikan dengan jenis pelanggarannya.
Validitas yang tinggi, dalam arti siapapun yang melakukan penilaian atas kinerja karyawan
didasarkan pada tolok ukur yang menjadi ketentuan.
d. Motivasi
 setiap tenaga kerja perlu diberikan motivasi dalam usaha
meningkatkanproduktivitas.  Motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan
dengan tujuan tertentu, atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok
orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya
atau mendapat kepuasan atas perbuatannya. Supardi dan Anwar (2004:47) mengatakan motivasi
adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatankegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi yang ada pada sescorang akan
mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. Jadi,
motivasi bukanlah yang dapat diamati tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan adanya karena
sesuatu perilaku yang tampak.
Siagian (2002:255), menyatakan bahwa yang diinginkan seseorang dari pekerjaannya
pada umumnya adalah sesuatu yang mempunyai arti penting bagi dirinya sendiri dan bagi
instansi. Menurut Heidjachman dan Husnan (2003:197), motivasi merupakan proses untuk
mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan. Untuk
membangun produktivitas dan motivasi pekerja ada dua hal yang harus dilakukan: pertama,
carilah pembayaran pekerjaan individual seseorang; dan kedua, bantu mereka mencapai
pembayaran untuk setiap tugas tambahan yang diberikan sehingga baik kebutuhan instansi
maupun individu tercapai (Timpe, 1999: 61).
Menurut Hasibuan (2003:92) motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti
‘dorongan atau daya penggerak’. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya
kepada para bawahan atau pengikut. Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan
setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja
yang tinggi. Motivasi harus dilakukan pimpinan terhadap bawahannya karena adanya dimensi
tentang pembagian pekerjaan untuk dilakukan dengan sebaik-baiknya, bawahan sebetulnya
mampu akan tetapi malas mengerjakannya, memberikan penghargaan dan kepuasan kerja.
sebenarnya banyak pembahasan teori-teori motivasi, namun ada beberapa yang cukup menonjol
adalah antara lain sebagai berikut: Teori Maslow, mengenai tingkatan dasar manusia yaitu: (a)
kebutuhan fisiologi dasar, (b) keselamatan dan keamanan, (c) cinta/kasih sayang, (d)
penghargaan, (e) aktualisasi diri (self actualization). Menggarisbawahi pendapat di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa bergabungnya seseorang dalam organisasi didorong oleh keinginan
untuk memenuhi kebutuhan, berupa penghasilan yang akan digunakan untuk mencukupi
kebutuhannya. Suasana batin (:psikologis) seorang karyawan sebagai individu dalam organisasi
yang menjadi lingkungan kerjanya tampak selalu semangat atau gairah keija yang menghasilkan
kegiatan kerja sebagai kontribusi bagi pencapaian tujuan organisasi tempatnya bekerja.
e.Upah
 upah atau gaji minimum yang tidak sesuai dengan peraturan pemerintah dapat
menyebabkan penurunan produktivitas kerja. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa
keberadaannya di dalam suatu organisasi perusahaan tidak dapat diabaikan begitu saja. Sebab,
akan terkait langsung dengan pencapaian tujuan perusahaan. upah yang rendah tidak dapat
dipertanggungjawabkan, baik dilihat dari sisi kemanusiaan maupun dari sisi kelangsungan hidup
perusahaan.  Secara teoritis dapat dibedakan dua sistem upah, yaitu yang mengacu kepada teori
Karl Mark dan yang mengacu kepada teori Neo-klasik. Kedua teori tersebut masing-masing
memiliki kelemahan. Oleh karena itu, sistem pengupahan yang berlaku dewasa ini selalu berada
diantara dua sistem tersebut. Berarti bahwa tidak ada satupun pola yang dapat berlaku umum.
Yang perlu dipahami bahwa pola manapun yang akan dipergunakan seyogianya disesuaikan
dengan kebijakan remunerasi masing-masing perusahaan dan mengacu kepada rasa keadilan bagi
kedua belah pihak (perusahaan dan karyawan). Besarnya tingkat upah untuk masing-masing
perusahaan adalah berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang
mempengaruhinya diantaranya, yaitu permintaan dan penawaran tenaga kerja, kemampuan
perusahaan, kemampuan dan keterampilan tenaga kerja, peranan perusahaan, serikat buruh, besar
kecilnya resiko pekerjaan, campur tangan pemerintah, dan biaya hidup.  Dilihat dari sistemnya
pembelian upah dapat dibedakan atas prestasi kerja, lama kerja, senioritas atau lama dinas,
kebutuhan, dan premi atau upah borongan
f. Tingkat pendidikan
 Latar belakang pendidikan dan latihan dari tenaga kerja akan mempengaruhi
produktivitas, karenanya perlu diadakan peningkatan pendidikan dan latihan bagi tenaga
kerja. Pendidikan dan latihan dipandang sebagai suatu invesatasi di bidang sumber daya manusia
yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dari tenaga kerja. Oleh karena itu pendidikan
dan latihan merupakan salah satu faktor penting dalam organisasi perusahaan. Pentingnya
pendidikan dan latihan disamping berkaitan dengan berbagai dinamika (perubahan) yang terjadi
dalam lingkungan perusahaan, seperti perubahan produksi, teknologi, dan tenaga kerja, juga
berkaitan dengan manfaat yang dapat dirasakannya. Manfaat tersebut antara lain: meningkatnya
produktivitas perusahaan, moral dan disiplin kerja, memudahkan pengawasan, dan menstabilkan
tenaga kerja. Agar penyelenggaraan pendidikan dan latihan berhasil secara efektif dan efisien,
maka ada 5 (lima) hal yang harus di pahami, yaitu 1) adanya perbedaan individual, 2)
berhubungan dengan analisa pekerjaan, 3) motivasi, 4) pemilihan peserta didik, dan 5) pemilihan
metode yang tepat.  Pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja dapat diklasifikasikan kepada dua
kelompok, pertama, yakni pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja yang termasuk kepada
kelompok tenaga kerja operasional, kedua, pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja yang
termasuk kepada kelompok tenaga kerja yang menduduki jabatan manajerial. Untuk masing-
masing kelompok tenaga kerja tersebut diperlukan metode pendidikan yang berbeda satu sama
lain
g. Perjanjian kerja
merupakan alat yang menjamin hak dan kewajiban karyawan. Sebaiknya ada unsur-unsur
peningkatan produktivitas kerja.
h. Penerapan teknologi
Kemajuan teknologi sangat mempengaruhi produktivitas, karena itu penerapan teknologi harus
berorientasi mempertahankan produktivitas

E.   Pengukuran Produktivitas Kerja

Pengukuran produktivitas kerja pada dasarnya digunakan untuk mengetahui sejauhmana


tingkat efisiensi dan efektifitas tenaga kerja dalam menghasilkan suatu hasil kerja dalam sebuah
perusahaan. Semakin produktif tenaga kerja maka hasil pekerjaannya akan terlihat baik.
Sedangkan tingkat produktivitas dapat diukur dengan :
1.    Penggunaan waktu :
Penggunaan waktu kerja yang digunakan tenaga kerja untuk menghasilkan output dan sebagai
alat ukur produktivitas kerja meliputi :
a.       Kecepatan waktu kerja
b.      Penghematan waktu kerja
c.       Kedisiplinan waktu kerja
d.      Tingkat absensi
2.    Output yang dihasilkan:
Banyaknya output yang dihasilkan oleh tenaga kerja juga digunakan sebagai alat ukur
produktivitas kerja dimana semakin banyak output yang dihasilkan pekerja maka produktivitas
kerja dan tenaga kerja akan semakin baik. Banyaknya output yang dihasilkan pun harus diikuti
dengan kualitas barang yang diproduksi.
Pengukuran produktivitas kerja inilah yang digunakan sebagai sarana untuk
menganalisa dan mengukur efisiensi produksi. Selain itu juga digunakan untuk menentukan
target pada produksi berikutnya serta untuk menentukan upah tenaga kerja yang memproduksi
barang tersebut.
Tujuan dari pengukuran  produktivitas kerja itu sendiri yaitu untuk membandingkan 
pertambahan hasil produksi dari waktu ke waktu, pertambahan pendapatan dari waktu ke waktu,
pertambahan kesempatan kerja dari waktu ke waktu, membandingkan jumlah hasil sendiri
dengan orang lain, serta komponen prestasi sendiri dengan prestasi orang lain.
Produktivitas kerja juga dapat diukur dengan menggunakan dua cara yaituPhysical
Producivity dan Value Productivity. Physical Productivity yaitu produktivitas secara kuantitatif
seperti ukuran (size), berat, panjang, berat, banyaknya unit, waktu dan banyaknya tenaga kerja.
Sedangkan Value Productivity yaitu ukuran produktivitas dengan menggunakan nilai uang.

F.    Peningkatan Produktivitas Kerja


Sebuah perusahaan atau sistem produksi lainnya menerapkan kombinasi kebijakan,
rencana sumber-sumber dan metodenya dalam memenuhi kebutuhan dan tujuan khususnya.
Kombinasi-kombinasi kebijakan ini dituangkan melalui dan dengan bentuan faktor-faktor
produktivitas internal dan eksternal. Pada tingkat perusahaan, faktor-faktor tersebut hampir
seluruhnya direflesikan dalam sumber pokok, yakni: manusia dan bahan-bahan atau melalui :
  Tenaga kerja
  Manajemen dan organisasi
  Modal pokok, bahan mentah
Contoh: Pengaruh faktor-faktor seperti pendidikan dan latihan terlihat pada keahlian dan sikap
pekerja. Kemajuan teknologi dan litbang jika direalisasikan pada tingkat perusahaan hanyalah
melalui tenaga kerja trampil, perlengkapan serta manajemen yang lebih baik, dengan kata lain
melalui sumber-sumber manusia dan material. Faktor-faktor lingkungan seperti siklus
perdagangan, ekonomi skala serta kondisi melalui tenaga kerja (pekerja lapangan dan pekerja
kantor tata usaha maupun manajemennya) dan modal.
Jadi peningkatan produktivitas terutama berkaitan dengan tiga jenis sumber:
  Modal (Perlengkapan, material, energi, tanah dan bangunan)
  Tenaga kerja.                                          
  Manjemen dan organisasi.
Salah satu area potensial tertinggi dalam peningkatan produktivitas adalah mengurangi
jam kerja yang tidak efektif. Lamanya buruh bekerja, dan proporsi penempatan waktu yang
produktif sangat tergantung kepada cara pengaturan, latihan, pengaturan dan motivasinya.
Beberapa penyelidikan menunjukkan bahwa waktu yang produktif berkisar 25% sampai 30%
sedangkan yang tidak produktif karena kejelekan manajemennya kadang-kadang mencapai 50%
lebih dan sisanya disebabkan adanya pekerjaan yang sia-sia ataupun karena sikap pekerjaannya.
a. Struktur Waktu Kerja
Analisa dan studi yang  berhati-hati terhadap semua komponen dan penggunaan waktu 
yang tidak efektif  menyebabkan manajemen dan pengawasan mampu mengurangi sebab-sebab
utama dari kerugian waktu serta membantu merencanakan teknik-teknik peningkatan
produktivitas bagi kepentingan individu atau kelompok pelaksanaan.
b. Peningkatan Efektifitas Dari Waktu Kerja
Masalah berikutnya adalah cara melaksanakan teknik peningkatan produktivitas
menggunakan manajemen, penambahan material, perencanaan dan organisasi kerja yang lebih
baik, latihan dan pendidikan, kepuasan tugas serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas
tenaga kerja maupun memanfaatkan cadangan-cadangan.
Kesempatan utama dalam meningkatkan produktivitas manusia terletak pada kemampuan
individu sikap individu dalam bekerja serta manajemen maupun organisasi kerja dengan kata
lain, dalam mengkaji produktivitas pekerja individual paling sedikit kita harus menjawab dari
pertanyaan pokoknya: mampukah buruh bekerja lebih baik dan tertarikkah pekerja untuk bekerja
lebih giat? Untuk menjawab kita harus mengecek dua kelompok syarat bagi produktivitas
perorangan yang tinggi.
Yang pertama sedikitnya meliputi:
  Tingkat pendidikan dan keahlian.
  Jenis teknologi dan hasil produksi.
  Kondisi kerja.
  Kesehatan, kemampuan fisik dan mental.

Kelompok kedua mencakup:


  Sikap (terhadap tugas), teman sejawat dan pengawas).
  Keaneka ragaman tugas.
  Sistem insentif (sistem upah dan bonus).
  Kepuasan kerja keamanan kerja.
  Kepastian pekerjaan.
  Perspektif dari ambisi dan promosi.
Jadi setiap tindakan perencanaan peningkatan produktivitas individual paling sedikit
mencakup tiga tahap berikut ini:
1.      Mengenai faktor makro utama bagi peningkatan produktivitas.
2.      Mengukur pentingnya setiap faktor dan menentukan prioritasnya.
3.      Merncanakan sistem tahap-tahap untuk meningkatkan kemampuan pekerja dan memperbaiki
sikap mereka sebagai sumber utama produktivitas.
c..Insentif (Perangsang)
Yang paling penting, program peningkatan produktivitas yang berhasil itu ditandai
dengan adanya andil yang luas dari keuangan dan tunjangan-tunjangan lain diseluruh organisasi.
Setiap pembayaran kepada perorangan harus ditentukan oleh andilnya bagi produktivitas,
sedangkan kenaikan pembayaran harus dianugerahkan teruatama berdasarkan hasil produktivitas.
Untuk menjadi seorang motivator yang efektif pemberian bonus haruslah dihubungkan
secara langsung dengan tujuan pencapaian malalui cara yang sederhana mungkin, sehingga
penerima segera dapat mengetahui berapa rupiah yag dia peroleh dari upayanya. Bentuk
pemberian bonus yang berorientasi pada penampilan adalah proyek pemberian bonus, dimana
hasil kerja yang baik segera diberi hadiah dengan bonus yang sesuai. Hal tersebut lebih aktif
dibandingkan menunggu berapa bulan tanpa pemberitahuan yang nyata sampai saat pemberian
bonus diakhir tahun ketika suasana “semua menrima” akan membuang semua pengaruh motivasi
selama tahun berjalan.
Penghargaan serta penggunaan motivator yang tepat akan menimbulkan suasana kondutif
atau berakibat kepada produktivitas yang lebih tinggi. Semua itu mencakup sistem pemberian
insentif dan usaha-usaha manambah kepuasab kerja melalui sarana yang beraneka macam.

G.  Strategi Meningkatkan Sistem Produktivitas Perusahaan


Karena produktivitas merupakan rasio output terhadap penggunaan niput, strategi
peningkatan system produktivitas perusahaan dapat dilakukan melalui lima cara berikut yang
harus disesuaikan denga situasi dan kondisi perusahaan, antaran lain :

1.    Menerapkan Program Reduksi Biaya


Program reduksi biaya merupakan suatu program yang dilakukan oleh pihak manajemen
industri, di mana untuk menghasilkan output dengan kuantitas yang sama, kita menggunakan
input dalam jumlah yang lebih sedikit. Peningkatan produktivitas melalui program reduksi biaya
berarti: output tetap dibagi input lebih sedikit. Melaksanakan program reduksi biaya tidak berarti
bahwa komponen biaya dikurangi secara pukul rata, katakanlah memotong biaya sebesar 10%.
Tidak demikian, program reduksi biaya mengacu pada penghilangan biaya-biaya yang tidak
perlu atau penghilangan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas-aktivitas yang tidak
memberikan nilai tambah pada produk. Itu berarti bahwa program reduksi biaya mengacu pada
upaya menghilangkan pemborosan yang ada dalam system reduksi itu.

2.      Mengelola Pertumbuhan
Peningkatan produktivitas melalui pengelolaan pertumbuhan akan efektif apabila
permintaan pasar sedang meningkat, sehingga output yang diproduksi perlu ditambah. Dalam
situasi ini, peningkatan produktivitas dicapai melalui peningkatan output dalam kuantitas yang
lebih besar sesuai permintaan pasar dengan meningkatkan penggunaan input dalam kuantitas
yang lebih kecil. Jadi, output meningkat lebih banyak, sedangkan input meningkat lebih sedikit.
Program peningkatan produktivitas melalui pengelolaan pertumbuhan, berarti bahwa suatu
investasi baru atau penambahan biaya yang dilakukan akan menghasilkan lebih banyak output
daripada investasi itu, sehingga angka rasio output terhadap input akan meningkat. Peningkatan
penggunaan modal atau capital dan teknologi, desain ulang system produksi, peningkatan
aktivitas pendidikan dan pelatihan tenaga kerja, desain dan pengembangan organisasi,
merupakan aktivitas-aktivitas actual dalam mengelola pertumbuhan.
3.      Bekerja Lebih Tangkas
“Anda tidak perlu menyuruh orang untuk bekerja lebih keras, karena mereka telah
bekerja keras, tetapi suruhlah mereka bekerja lebih tangkas”. Stratgi ini dilakkan apabila
permintaan pasar meningkat sehingga output perlu ditingkatkan, namun peningkatan output itu
dicapai melalui penggunaan input denga kuantitas yang tetap, karena tenaga kerja telah bekerja
lebih tangkas atau lebih cerdik. Dengan demikian produksi meningkat sesuai permintaan pasar,
namun tingkat penggunaan input konstan (tetap dalam jumlah). Daalm kondisi ini juga akan
diperoleh biaya produksi per unit output yang lebih rendah. Penigkatan arus perputaran inventori
(inventory turnover ratio) dan perbaikan desain produk merupakan aktivitas actual dari “bekerja
lebih tangkas”. Perusahan-perusahaan Jepang juga menerapkan strategi ini dalam meningkatkan
produktivitas dari industry.
4.      Bekerja Lebih Efektif
Peningktan produktivitas melalui penerapan strategi ini akan efektif apabila
permintaan  pasar meningkat sehingga output perlu ditingkatkan. Dalam strategi bekerja lebih
efektif, penigkatan produktivitas dicapai melalui pengkatan output sesuai pengkatan permintaan
pasar dan penurunan penggunaan input. Melalui bekerja lebih efektif, kita akan memperoleh
jumlah output dalam jumlah yang lebih banyak dengan menggunakan input yang lebih sedikit
5.      Mengurangi aktivitas
Dalam situasi perekonomian yang menurun, seperti dalam kondisi resesi ekonomi,
tingkat inflasi tinggi. Strategi penigkatan produktivitas melalui pengurangan aktivitas akan
sangat efektif. Strategi ini diterapkan dengan cara mengurangi produksi serta menghilangkan
atau menjual kemblai asset yang tidak produktiv. Jadi, produktivitas perusahaan ditingkatkan
melalui pengurangan sedikit output sesuai dengan permintaan pasar dan mengurangi banyak
input yang tidak perlu.

H.    Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Produktivitas

Pada umumnya penurunan produktivitas kerja dalam sebuah perusahaan dapat


disebabkan oleh :
1.    Penghamburan pemakaian sumber daya dan ketidakmampuan manajemen dalam mengukur ,
mengevaluasi dan mengukur produktivitas kerja dari tenaga kerja.
2.    Pengiriman produk yang sering terlambat karena ketidakmampuan memenuhi jadwal yang telah
ditetapkan.
3.    Terjadinya penundaan dan keterlambatan pengambilan keputusan karena ketidakjelasan
wewenang serta tidak efisiensinya proses produksi dalam suatu perusahaan yang cukup
besar.Adanya pertentangan dan hambatan-hambatan ,dan tidak adanya kerjasama dalam
memecahkan masalah yang menyebabkan ketidakefektifan dalam bekerja sama dan partisipasi
tenaga kerja.
4.    Motivasi rendah, ketidak puasan dan kebosanan dalam bekerja yang diakibatkan oleh semakin
terspesialisasinya dan terbatasnya proses kerja , sistem pengakuan dan penghargaan yang
diberikan tidak berhubungan dengan produktivitas dan tanggung jawab karyawan.
5.    Adanya pertentangan, hambaan-hambatan dan tidak adanya kerjasama dalam memecahkan
masalah yang mengakibatkan ketidakefektifan dalam bekerja sama dan partisipasi total
karyawan.
6.    Ketiadaan sistem pendidikan dan pelatihan bagi karyawan untuk meningkatkan pengetahuan
tentang teknik-teknik peningkatan kualitas dan produktiitas perusahaan.
7.    Disiplin tentang waktu dikacaukan oleh karena adanya keinginan untuk mempunyai waktu luang
yang lebih banyak.
8.    Kegagalan perusahaan untuk selalu menyesuaikan diri dengan tingkat peningkatan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

I.       Ruang Lingkup Produktivitas

Paul Maili mengemukakan pandangan terhadap produktivitas melalui ruang lingkup


sebagai berikut:
1.    Ruang Lingkup Nasional
Memandang negara secara keseluruhan. Disini diperhitungkan faktor-faktor secara sederhana
seperti buruh, capital, manajemen, bahan mentah dan sumber lainnya sebagai kekuatan yang
mempengaruhi barang-barang ekonomi dan jasa. Lingkungan ini menggambarkan pengaruh
seluruh fakor menjadi satu daripada memisahkannya menjadi kelompok-kelompok tertentu.
2.    Ruang Lingkup Indusri
Dalam hal ini faktor-faktor yang berhubungan dan berpengaruh dikelompokkan kedalam industri
yang sejenis misalnya industri perdagangan, perhubungan, pertanian, dll.
3.    Ruang Lingkup Perusahaan dan Organisasi
Pada suatu perusahaan atau organisasi akan terlihat pengaruh hubungan antara beberapa faktor.
Keluaran per jam orang dapat diukur dan dibandingkan dengan perusahaan lain. Kemampuan,
tingkat pengembalian modal, pemenuhan anggaran dapat memberikan suatu ukuran bagaimana
seluruh daya diolah untuk menghasilkan keluaran tertentu. Dalam suatu organisasi, produktivitas
tidak hanya ditentukan oleh baik tidaknya tenaga kerja.
4.    Ruang Lingkup Perorangan
Produktivitas kerja perorangan dipengaruhi oleh lingkungan kerja serta peralatan yang
digunakan, proses dan perlengkapannya. Dalam hal ini timbul satu faktor yang mempengaruhi
yang sulit diukur yaitu motivasi. Motivasi sangat dipengaruhi oleh kelompok kerja lainnya dan
alasan mngapa seseorang melakukan pekerjaan tersebut.

Kesimpulan
1.      Produktivitas kerja merupakan kondisi untuk mengukur tingkat kemampuan dalam
menghasilkan produk: individual, kelompok, dan organisasi. Produktivitas ditentukan oleh
dukungan oleh semua sumber daya organisasi yang dapat diukur dari segi efektivitas dan
efesiensi, yang difokuskan pada aspek-aspek: 1) hasil akhir (produk nyata) yang dicapai: kualitas
dan kuantitasnya 2) durasi atau lamanya waktu yang digunakan untuk mencapai hasil akhir 3)
penggunaan sumber daya secara optimal 4) kemampuan beradaptasi dengan permintaan pasar
atau pengguna
2.      Produktivitas dapat dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal
3.      Penilaian produktivitas menitikberatkan pada upaya untuk memotret hasil yang telah dicapai
secara objektif, sebagai bahan dasar ketika dilakukan pengukuran, sedangkan pengukuran kinerja
lebih meneitikberatkan kepada upaya untuk melakukan perbandingan antar hasil yang dicapai
dengan rencana atau standar yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian bias diketahui
kadar atau tingkat ketercapainnya, untuk kemudian dijadikan feedback ataupu feedforward.
Ketika pegawai mampu menunjukkan hasil yangs sesuai atau sesuai target berarti mereka
memiliki produktivitas tinggi, sedangkan jika di bawah standar maka produktivitas mereka
dinilai rendah.
4.      Strategi pembelajaran untuk membangun kinerja produktivitas yang dapat dikembangkan dalam
organisasi, sekurang-kurangnya harus memperhatikan aspek-aspek berikut:Relevansi (internal
dan eksternal), fleksibilitas, kontinuitas, evektivitas, efesiensi, dan orientasi pada mutu,
koordinasi dan tersediannya system, monitoring dan evaluasi.

Daftar Pustaka

Cook, Samuel C, (1994). Modern Management, 6th. Edition, Prentice Hall Inc., Englewood Cliffs,
New    Jersey.

Robbins,Stephen P. & Mary Coulter, (1999). Management, Prentice Hall International, Upper Saddle
River, New Jersey.

Gray, Jerry m & Frederick A. Starke (1984). Organizational Behavior, Concepts and


Applications, Charles E. Merrill Publishing Company, Columbus,

. Winardi (2005). Manajemen Perubahan (The Management Of Change). KENCANA: Jakarta

Gasperesz Vincent, (2000). Manajemen Produktivitas Total:  Strategi Penigkatan Produktivitas Bisnis


Global. Jakarta: gramedia.

Kim, W. Chan, & Renee Mauborgne. (2006). Blue Ocean Strategy. Cetakan ke-V. Jakarta: PT. Serambi
Ilmu Semesta

Siagian, Sondang P (2002). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta: Rineka Cipta.
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/produktivitas-kerja-definisi-dan.html

http://massofa.wordpress.com/2008/04/02/pengertian-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
produktivitas-kerja/
TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS

TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS

 BAB I

PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang

Dari analisis ekonomi diakui bahwa produktivitas merupakan salah satu indikator paling penting
dalam aktivitas ekonomi. Produktivitas merupakan kunci pendorong vital dalam pertumbuhan
ekonomi, yakni sebagai daya ungkit (leverage) bagi pertumbuhan ekonomi nasional dalam
jangka panjang. Itulah salah satu alasan mengapa dewasa ini banyak Negara yang berlomba
dalam meningkatkan produktivitas.

Perbaikan produktivitas bermakna keinginan (the will) dan upaya (effort) manusia melakukan
perbaikan secara terus menerus untuk meningkatkan mutu kehidupan yang lebih baik. Dalam
hal ini pengertian produktivitas merupakan sikap mental (attitude of mind) dan cara pandang
hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Menyadari hal
tersebut, maka dewasa ini telah dilakukan berbagai upaya menerapkan konsep produktivitas
dan prinsip-prinsip produktivitas. Namun masih banyak pula yang belum menyadari bahwa
produktivitas adalah kunci sukses untuk memenangkan persaingan.

Pada umumnya, bila tujuan adalah memperbaiki produktivitas, maka perlu pengukuran
produktivitas. Pengukuran produktivitas berguna untuk menyusun rencana strategi organisasi
baik pada tingkat makro maupun mikro. Tidak hanya menyediakan alat untuk mengetahui
apakah tujuan strategi telah tercapai atau tidak, tetapi pengukuran tersebut juga berhubungan
dengan kinerja produktivitas.
Selain itu, dengan sistem pengukuran produktivitas, setiap orang menjadi lebih sadar
bagaimana produktivitas. Sebagai konsep yang abstrak, produktivitas memberikan ukuran yang
lebih konkrit. Sebagai alat diagnostik, keadaan produktivitas menurut waktu akan
mengungkapkan masalah-masalah yang membutuhkan perhatian dengan segera dan akan
terfokus pada masalah prioritas.

Salah satu kriteria yang sering digunakan untuk mengetahui keadaan perekonomian di suatu
Negara atau daerah adalah pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), secara lebih rinci sering pula diulas factor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, tidak banyak yang secara sistematis membahas
sumber-sumber atau factor produksi yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan PDB.
Begitu pula seberapa besar kontribusi dari masing-masing factor belum pernah ada yang
memperkirakannya. Terlebih lagi belum pernah dilakukan pemisahan factor pengaruh
pertumbuhan, apakah karena pertumbuhan input produksi atau karena pertumbuhan
produktivitas.

Dengan mengetahui kontribusi masing-masing faktor produksi dan dapat dipisahkannya antara
faktor input dan produktivitas terhadap pertumbuhan ekonomi, perencanaan dan kebijakan
ekonomi dapat dibuat lebih baik dan lebih terarah. Jika faktor produksi modal ternyata
mempunyai kontribusi lebih tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi di suati Negara atau daerah
dibandingkan dengan faktor produksi lainnya, maka pemerintah bias membuat perencanaan
untuk meningkatkan kontribusi tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas secara
keseluruhan. Sedangkan jika faktor produksi tenaga kerja lebih dominant, perlu dilihat apakah
balas jasa tenaga kerja telah berkembang lebih pesat dari produktivitasnya, atau karena
pemakaian tenaga kerja terlalu banyak.

Secara teoritis, pertumbuhan ekonomi yang hanya didorong oleh akumulasi investasi bukanlah
merupakan pertumbuhan ekonomi yang sehat. Terlebih lagi jika modal diperoleh dengan
pinjaman luar negeri dan dipakainya tidak efisien. Demikian pula jika pertumbuhan output hanya
didorong oleh pemakaian tenaga kerja yang lebih banyak berarti tingkat kehidupan pekerja tidak
berubah, karena tingkat upah dan gaji tidak meningkat. Jika pertumbuhan output diakibatkan
hanya karena pertumbuhan input (modal dan tenaga kerja) berarti produktivitas tidak
meningkat. Pertumbuhan output yang sama dengan pertumbuhan capital dan tenaga kerja,
berarti tidak terdapat sisa output yang bebas dan bisa dibagikan untuk peningkatan pendapatan
tenaga kerja dan tau peningkatan return to capital. Berarti pendapatan per tenaga kerja tidak
bisa meningkat, sehingga tidak ada peningkatan kesejahteraan tenaga kerja, walaupun
kesejahteraan penduduk secara keseluruhan bisa meningkat karena lebih banyak tenaga kerja
yang bisa diserap oleh pasar kerja. Demikian pula berarti pertumbuhan output hanya cukup
untuk membayar return to capital tidak ada sisa yang dapat digunakan untuk investasi pada
tahun berikutnya.

Pertumbuhan ekonomi hanya karena pertumbuhan input (input driven) seperti ini sangat labil,
terlebih jika investasi berasal dari modal atau pinjaman luar negeri. Jika terjadi krisis
kepercayaan (tidak ada investasi atau pinjaman dari luar negeri), maka pertumbuhan ekonomi
bisa negative, seperti yang terjadi pada tahun 1998 di Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh pertambahan capital dan tenaga kerja memang
masih bermanfaat, yaitu pertama, untuk meningkatkan pendapatan per kapita, karena semakin
banyak penduduk yang bisa bekerja dan mendapatkan pendapatan. Peningkatan pendapatan
akan dapat meningkatkan tabungan yang kemudian juga bisa diinvestasikan. Kedua, pangsa
investasi tidak diklaim semua pada satu tahun, tetapi hanya sebagian (berupa return to
investment per tahun). Sisanya merupakan additional return yang bebas dan sebagian dapat
diinvestasikan kembali.

Selama kondisi ekonomi normal, reinvestasi bisa berjalan dan ekonomi tumbuh, tetapi jika
terjadi krisis maka sebagian besar re-investasi dan investasi baru tidak bisa terjadi, dan
ekonomi kemudian merosot. Karena itu, pertumbuhan ekonomi yang sehat adalah jika disertai
dengan dengan kenaikan produktivitas, yang merupakan sisa pertumbuhan output setelah
dikurangi dengan kontribusi dari pertumbuhan modal dan tenaga kerja. Kelebihan outpun ini
merupakan hak ekonomi nasional karena kita bekerja dengan lebih produktif, lebih efisien,
menerapkan teknologi tepat guna dan tenaga kerja yang lebih terampil.

Sisa output ini bisa digunakan untuk meningkatkan gaji karyawan serta peningkatan return to
capital atau reinvestasi. Dengan demikian, walaupun investasi atau pinjaman dari luar negeri
berkurang, masih ada sifat output yang bisa digunakan untuk investasi. Sisa output inilah yang
bisa menjamin secara akumulatif berlanjutnya pertumbuhan ekonomi.

B.       Tujuan dan Sasaran


Tujuan pengukuran Total Faktor Produktivitas (TFP) adalah untuk :

1.        Menyediakan data dan informasi pengukuran Total Faktor Produktivitas

2.        Memasyarakatkan pengukuran Total Faktor Produktivitas

3.        Mendorong pemerintah untuk menggunakan hasil pengukuran Total Faktor Produktivitas sebagai
bahan pertimbangan dalam menyusun strategi pembangunan ekonomi nasional, sektoral dan
regional.

Sasaran pengukuran produktivitas TFP adalah tercapainya peningkatan motivasi pemerintah


untuk menerapkan konsep produktivitas dan peningkatan kemampuan dalam penerapan Total
Faktor Produktivitas.

C.           Ruang Lingkup

Ruang lingkup Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran TFP ini meliputi Pendahuluan;  Konsep,
Metode dan Mekanisme Pengukuran Total Faktor Produktivitas; Tahapan Pengukuran Total
Faktor Produktivitas; Monitoring dan Evaluasi

D.           Pengertian

1.   Produktivitas

-     Produktivitas secara konsep adalah berdasarkan keyakinan bahwa hari ini harus lebih baik dari
hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.
-     Produktivitas secara matematis adalah perbandingan antara keluaran (output) dengan
masukan (input).

2.    Produk Domestik Bruto

Penjumlahan nilai tambah dalam satu periode tertentu di suatu wilayah tertentu dikenal dengan
Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai tambah yang diciptakan, diklasifikasikan ke dalam sembilan
sektor ekonomi yaitu, sektor pertanian, pertambangan, industri pengolahan, listrik-gas dan air
bersih, konstruksi, perdagangan-hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan,
real estate dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa.

a.        Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan

Sektor pertanian mencakup sub sektor: Tanaman Bahan Makanan, Tanaman Perkebunan,
Peternakan dan hasil-hasilnya, Kehutanan, Perikanan, dan Jasa Pertanian. Nilai tambah sektor
pertanian dihitung melalui pendekatan produksi. Pendekatan ini didasarkan pada pertimbangan
tersedianya data produksi  dan harga untuk masing-masing komoditi pertanian. Secara umum,
nilai output setiap komoditi diperoleh dari hasil perkalian antara produksi yang dihasilkan
dengan harga produsen komoditi yang bersangkutan.

b.        Sektor Pertambangan dan Penggalian

Seluruh jenis komoditi yang dicakup dalam sektor pertambangan dan penggalian,
dikelompokkan dalam tiga subsektor, yaitu; pertambangan minyak dan gas bumi (migas),
pertambangan bukan migas dan penggalian. Nilai tambah sektor pertambangan dan penggalian
dihitung melalui pendekatan produksi. Output atas dasar harga berlaku diperoleh melalui
perkalian antara kuantum barang yang dihasilkan dengan harga per unit produksi pada masing-
masing tahun.

c.        Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan dibedakan atas dua kelompok besar yaitu industri pengolahan
minyak dan gas bumi (migas) dan industri pengolahan bukan migas. Subsektor Industri
Pengolahan Minyak dan Gas Bumi mencakup kegiatan pengilangan minyak dan gas bumi serta
pengolahan, penampungan, pendistribusian gas alam cair dengan tujuan untuk dijual atau
dipasarkan. Pendekatan penghitungan output untuk kegiatan ini menggunakan pendekatan
produksi. Output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antara produksi dengan harga
untuk masing-masing tahun.

Subsektor Industri Pengolahan Bukan Migas dibedakan atas dua bagian berdasarkan jumlah
tenaga kerja yang terlihat, yaitu: industri besar dan sedang/IBS (tenaga kerja ≤ 20 orang), serta
industri kecil dan kerajinan rumah tangga / IKKR (tenaga kerja 1 – 19 orang). Penghitungan nilai
tambah IBS dilakukan dengan menggunakan pendekatan produksi, sedangkan  penghitungan
nilai tambah IKKR dilakukan dengan menggunakan pendekatan tenaga kerja.

d.        Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Subsektor listrik mencakup pembangkitan, pengiriman dan penyaluran tenaga listrik, baik yang
diselenggarakan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)/PLN maupun oleh perusahaan
Non-PLN seperti pembangkitan listrik oleh perusahaan milik Pemerintah Daerah, dan listrik
yang diusahakan oleh swasta (perorangan maupun perusahaan) dengan tujuan untuk dijual.
Sub sektor Gas Kota meliputi penyediaan, transmisi dan penyaluran gas kota kepada
konsumen dengan menggunakan pipa dan hanya dilakukan oleh PT Perusahaan Gas Negara
(Persero)/PGN. Kegiatan subsektor air bersih mencakup proses pengadaan, pembersihan,
penyulingan/pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum, serta
penyalurannya secara langsung melalui pipa dan alat lain untuk dijual ke rumah tangga, instansi
pemerintah maupun swasta. Nilai tambah sektor listrik, gas dan air bersih dihitung melalui
pendekatan produksi. Output atas dasar harga berlaku diperoleh melalui perkalian antara
kuantum barang yang dihasilkan dengan harga per unit produksi pada masing-masing tahun.

e.        Sektor Konstruksi

Konstruksi adalah suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa bangunan/konstruksi yang
menyatu dengan lahan tempat kedudukannya, baik digunakan sebagai tempat tinggal atau
sarana kegiatan lainnya. Kegiatan konstruksi meliputi perencanaan, persiapan, pembuatan,
pemasangan/instalasi, pembongkaran, dan perbaikan bangunan. Kegiatan konstruksi dilakukan
baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak
lain, maupun oleh kontraktor khusus, yaitu unit usaha atau individu yang melakukan kegiatan
konstruksi untuk dipakai sendiri. Metode yang digunakan untuk memperkirakan NTB sektor
konstruksi adalah melalui pendekatan arus barang. Penggunaan metode ini didasarkan pada
pemikiran bahwa besarnya output sektor konstruksi sejalan dengan besarnya input komoditi
dan non komoditi yang dipakai untuk mendirikan suatu bangunan. Artinya antara output yang
dihasilkan dan input yang digunakan dalam sektor konstruksi mempunyai hubungan linier.

f.         Sektor Perdagangan, Hotel dan Retoran

Kegiatan subsektor perdagangan meliputi kegiatan membeli dan menjual barang, baik barang
baru maupun bekas, dengan tujuan untuk disalurkan tanpa mengubah sifat barang tersebut.
NTB subsektor perdagangan dihitung dengan metode arus barang. Output atau marjin
perdagangan merupakan selisih antara nilai jual dan nilai beli barang yang diperdagangkan
setelah dikurangi dengan biaya angkut barang dagangan yang dikeluarkan oleh pedagang.
Subsektor hotel mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau
seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. NTB subsektor hotel diperoleh dengan
menggunakan pendekatan produksi. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah malam
kamar dan indikator harganya adalah rata-rata tarif per malam kamar. Output atas dasar harga
berlaku diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dengan indikator harganya.
Subsektor restoran mencakup usaha penyediaan makanan dan minuman jadi yang pada
umumnya dikonsumsi di tempat penjualan. Pendekatan yang digunakan untuk menghitung
output restoran yaitu melalui pendekatan produksi.

g.        Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Kegiatan yang dicakup dalam subsektor pengangkutan terdiri atas jasa angkutan jalan rel;
angkutan jalan raya; angkutan laut; angkutan sungai, danau dan penyeberangan; dan jasa
penunjang angkutan. Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Subsektor
komunikasi terdiri dari kegiatan pos dan giro, telekomunikasi, dan jasa penunjang komunikasi.
Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi.

h.        Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan

Subsektor keuangan terdiri dari usaha Bank, Jasa Asuransi, Dana Pensiun, Pegadaian dan
Lembaga Pembiayaan. Subsektor Real Estate meliputi usaha persewaan bangunan dan tanah,
baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal.
Subsektor Jasa Perusahaan mencakup kegiatan pemberian jasa hukum, jasa akuntansi dan
pembukuan, jasa pengolahan dan penyajian data, jasa bangunan/arsitek, jasa periklanan dan
riset pemasaran, jasa persewaan mesin dan peralatan, dan jasa lainnya (misal jasa
penyelenggaraan pameran).

i.          Sektor Jasa-jasa

Jasa-Jasa mencakup subsektor Jasa pemerintahan umum dan Jasa Swasta. Jasa
pemerintahan umum terbagi dua kegiatan yaitu Jasa administrasi pemerintahan dan
pertahanan dan Jasa pemerintahan lainnya. Jasa pemerintahan lainnya meliputi kegiatan
pemerintah di bidang jasa sosial dan kemasyarakatan (seperti jasa pendidikan, jasa kesehatan,
jasa sosial dan kemasyarakatan lainnya) serta jasa hiburan dan rekreasi yang diberikan oleh
unit-unit  pemerintah secara individu kepada masyarakat. Jasa Swasta terbagi dalam tiga
kegiatan yaitu Jasa sosial dan kemasyarakatan, Jasa hiburan dan rekreasi dan Jasa
perorangan dan rumah tangga.

3.    Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

Terminologi lain dari kapital yang digunakan dalam SNA (1968) adalah pembentukan modal
tetap bruto/PMTB (gross fixed capital formation/GFCF), yang secara konsepsi identik dengan
besarnya investasi phisik yang direalisasikan di suatu negara/wilayah pada suatu waktu tertentu
(physical domestic investment). Pembentukan modal tetap domestik bruto didefinisikan sebagai
pengadaan, pembuatan dan pembelian barang-barang modal baru yang berasal dari dalam
negeri (domestik) dan barang modal baru ataupun bekas dari luar negeri. Barang modal adalah
peralatan yang digunakan untuk berproduksi dan biasanya mempunyai umur pakai satu
tahun/lebih.Disebut sebagai pembentukan modal tetap bruto karena menggambarkan
penambahan serta pengurangan barang modal pada satu waktu tertentu. Istilah bruto
mengindikasikan bahwa didalamnya masih termasuk unsur penyusutan. 

Pembentukan modal tetap domestik bruto dapat dibedakan atas:

a.   Pembentukan modal dalam bentuk bangunan/konstruksi;

b. Pembentukan modal dalam bentuk mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan;

c.   Pembentukan modal dalam bentuk alat angkutan; dan

d.   Pembentukan modal untuk barang modal lainnya.


4.  Stok Kapital

Stok kapital didefinisikan sebagai persediaan berbagai jenis barang modal yang berujud (phisik)
seperti bangunan, mesin-mesin dan peralatannya, kendaraan, serta barang modal lainnya yang
memberikan kontribusi terhadap kelangsungan suatu proses produksi. Barang modal yang
menjadi input dalam proses tersebut tidak habis digunakan dalam waktu lebih dari satu tahun
(final use). Namun konsep ini tidak berlaku bagi barang modal yang mempunyai nilai relatif
kecil/murah tetapi mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun seperti peralatan tulis-menulis,
kalkulator, peralatan makan, cangkul dan sabit           di pertanian, dan sejenisnya, karena
barang-barang tersebut dianggap sebagai barang antara (intermediate inputs) yang akan
digunakan habis dalam proses produksi.

Kapital atau barang modal yang dalam pengertian sesungguhnya lebih menekankan kepada
aspek riil dari pada moneter, yang dapat dibatasi secara lebih jauh sebagai:

a.    Merupakan salah satu faktor produksi dalam bentuk peralatan produksi, bukan untuk tujuan
dikonsumsi.

b.    Umur pemakaiannya lebih dari 1 tahun (durable goods), dan nilainya relatif mahal.

c.    Digunakan dalam proses produksi pembuatan barang dan jasa secara terus menerus
(repeatedly) dan berkesinambungan (continously), baik langsung maupun tidak langsung.

d.    Mencakup pembelian dan pengadaan barang modal baru dari dalam negeri, serta barang modal
baru maupun bekas dari luar negeri.

e.    Perbaikan secara besar-besaran yang tujuannya untuk meningkatkan produktivitas atau
memperpanjang umur pemakaian barang-barang modal tersebut.

f.     Pengeluaran untuk peningkatan nilai guna tanah seperti kegiatan pengembangan dan
pembukaan lahan baru, pematangan tanah dan reklamasi, perluasan hutan, perluasan
perkebunan, dan sejenisnya.

Yang tidak digolongan sebagai kapital adalah:

a.    Pembelian tanah

b.    Pengeluaran pemerintah untuk keperluan pertahanan keamanan (militer).

c.    Pengeluaran pemerintah untuk keperluan pertahanan keamanan (militer).

d.    Pembelian barang tahan lama oleh rumahtangga yang bukan untuk keperluan usaha
e.    Pengadaan ternak untuk tujuan dipotong/ dikonsumsi (bukan untuk dikembangbiakkan).

f.     Barang modal tidak berwujud (intangible assets) seperti hak patent, hak cipta dan hak
kepemilikan (properti) sejenis.

g.    Pengadaan ternak untuk tujuan dipotong/ dikonsumsi (bukan untuk dikembangbiakkan).

h.    Barang modal tidak berwujud (intangible assets) seperti hak patent, hak cipta dan hak
kepemilikan (properti) sejenis

Estimasi stok kapital menggunakan Perpetual Inventory Method (PIM), yang pengukurannya
diperhitungkan dari besarnya pembentukan modal tetap bruto yang terjadi pada masa-masa
sebelumnya sampai dengan waktu tertentu. Pengukuran dilakukan melalui pendekatan
“delayed survival function”. Melalui pendekatan ini, estimasi stok kapital memperhitungkan
faktor “retirement” dan penyusutan. Dalam hal ini, penyusutan diperhitungkan terhadap nilai
stok kapital bruto setelah dikurangi dengan “retirement” sebelumnya.

Penghitungan stok kapital menggunakan formula sebagai berikut:

GCS (t)  =  GCS (t-1)  +  GFCF  (t) – R(t)

dimana     :

GCS (t)     =          Gross Capital Stock tahun ke t  (1981)

GCS (t-1)             =          Gross Capital Stock tahun t-1  (1980)

GFCF  (t)  =          Gross Fixed Capital Formation

selama tahun ke t         

R(t)                        =          Retirement pada tahun t

5.   Bekerja

Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh
atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit satu jam (tidak
terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja yang tak
dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi.

6.   Upah/Gaji Bersih


Upah/gaji bersih adalah penerimaan buruh/karyawan berupa uang atau barang yang
dibayarkan perusahaan/kantor/majikan. Penerimaan dalam bentuk barang dinilai dengan harga
setempat. Penerimaan bersih yang dimaksud tersebut adalah setelah dikurangi dengan
potongan-potongan iuran wajib, pajak penghasilan dan sebagainya oleh
perusahaan/kantor/majikan.

7. Produktivitas Multi Faktor

Adalah rasio dari output terhadap lebih dari satu factor input. Sebagai contoh ; untuk mengukur
produktivitas dengan mempertimbangkan input dari tenaga kerja dan kapital secara bersamaan

Ini adalah dasar untuk pendekatan Total Faktor Produktivitas

8. Total Faktor Produktivitas

TFP mencerminkan efisiensi dan efektivitas faktor-faktor produksi secara bersama-sama yang
digunakan untuk memproduksi output barang dan jasa

TFP meliputi semua faktor kualitatif yang memungkinkan sumber daya yang ada untuk
digunakan secara optimal untuk menghasilkan lebih banyak output per unit input.
TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS

TFP mengugkapkan pengaruh dari perbaikan kualitatif yang memungkinkan untuk


meningkatkan keluaran tanpa menggunakan tambahan masukan . Ini berarti membuat lebih
cerdas dan lebih baik menggunakan sumber daya yang tersedia, seperti:

     * Pengenalan teknologi baru atau peningkatan teknologi


     * Inovasi
     * Teknik manajemen yang lebih baik
     * Keuntungan dari spesialisasi
     * Perbaikan dalam efisiensi
     * Pekerja 'pendidikan, keterampilan dan pengalaman
     * Kemajuan dalam teknologi informasi

Contoh :

* Keuntungan dari spesialisasi, Teknik Manajemen yang lebih baik,  Pekerja 'pendidikan,
keterampilan dan pengalaman akan menghasilkan pekerja yang lebih cerdas dan lebih baik

Peningkatan Efisiensi, Upgrade teknologi,  inovasi,  Kemajuan dalam teknologi informasi akan
menghasilkan kemampuan peralatan dan mesin menghasilkan yang lebih tinggi dan  perbaikan.
Gambar dibawah ini menjelaskan tentang pertumbuhan Total Faktor Produktivitas dalam rangka
meningkatkan output tanpan menambanh jumlah Inpu secara kuantitatif

Peningkatan produktivitas dapat diperoleh oleh dua cara yang berbeda berarti.

1. Fungsi produksi tetap tidak berubah tetapi meningkatkan intensitas modal  (gerakan dari P0 ke
P1). Peningkatan intensitas modal dari K/L0 untuk K/L1 meningkatkan produktivitas dari Y/L0 ke
Y/L1.
2. Sebuah volume produksi yang lebih tinggi dapat diperoleh dengan jumlah yang sama tenaga
kerja dan modal (gerakan dari P1 ke P2, perbaikan TFP) Produktivitas meningkat dari Y/L1
untuk Y/L2, pada intensitas modal yang sama, K/L1.

A. Mengungkap pengaruh dari hal-hal kualitatif

Pada tingkat ekonomi, ada dua cara mengestimasi TFP:

1.    Kerangka Pertumbuhan Akuntansi

Berdasarkan Fungsi Produksi Cobb Douglas. Didasarkan pada pemikiran bahwa pertumbuhan
dalam faktor tidak dapat diukur (atau kualitatif) adalah perbedaan antara pertumbuhan output
secara keseluruhan dan peningkatan input faktor terukur.

Persamaan :

Pertumbuhan TFP = Pertumbuhan GDP -  Pertumbuhan tertimbang  faktor input

Bobot faktor input mencerminkan kontribusi bahwa faktor tertentu untuk pertumbuhan output
secara keseluruhan. Bobot ini  adalah dari factor yang berbagiterhadap total output.

contoh
Dengan asumsi di suatu negara, sekitar 42% dari total output di bagikan kepada pekerja
sebagai upah, sedangkan sisanya 58% untuk modal dalam bentuk bunga dan keuntungan. Ini
berarti bahwa bobot diberikan adalah 0,42 untuk tenaga kerja dan 0,58 untuk modal.

Oleh karena itu,

Pertumbuhan TFP = pertumbuhan GDP – (0.42 x tingkat pertumbuhan TK) – (0.58 x


tingkat pertumbuhan kapital)
2.     Regresi

Merupakan  hubungan statistik antara output (PDB), faktor sumber daya terukur (seperti tenaga
kerja dan modal) dan kelompok faktor kualitatif.
persamaan:

PDB = tingkat factor input tertimbang + TFP

Bobot diperkirakan. Untuk mengatasi faktor kualitatif  yang tidak dapat diukur, proxy, biasanya
tren waktu yang digunakan. Setelah latihan regresi, sebuah persamaan seperti berikut dapat
diperoleh:

    PDB = (a X tenaga kerja) + (b X modal) + (c X waktu)

di mana a, b, c adalah koefisien korelasi. Pertumbuhan TFP diberikan oleh koefisien dari
variabel waktu, c.

B. Kontribusi TFP  terhadap pertumbuhan Ekonomi

ada dua sumber utama Dalam pertumbuhan ekonomi  yang teridiri dari :

1. pertumbuhan Tenaga Kerja


2. Pertumbuhan Produktivitas
Perhatian pembangunan sebaiknya berfokus pada pertumbuhan jangka panjang  yang
berkelanjutan melalui peningkatan produktivitas yang menentukan standar hidup masa depan

Tujuan akhir peningkatan produktivitas adalah menciptakan kualitas kehidupan yang lebih baik,
tujuan tersebut dapat dicapai melalui dua cara yaitu :

1.    Penambahan input secara kuantitatif dengan menambah jumlah penyerapan tenaga kerja dan
penambahan investasi dalam bentuk modal yang akan menghasilkan Produk Domestik Bruto
lebih tinggi

2.    Penambahan input secara kualitatif melalui peningkatan kualitas Angkatan Kerja dan kualitas
system dan modal yang akan menghasilkan Total Faktor Produktivitas yang lebih Tinggi
sehingga Produktivitas yang lebih tinggi akan diperoleh.yang memberikan efek terhadap
peningkatan Produk Domestik Bruto

Secara bersama-sama input kuantitatif dan input kaulitatif mampu mengingkatkan Produk
Domestik Bruto maka akan tercipta kesejahteraan meningkat dan standar hidup yang lebih
tinggi sehingga kualitas kehidupan akan menjadi lebih baik

Pertumbuhan lapangan kerja yang disebabkan oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan:

         Perluasan industri melalui program industrialisasi.

         Peningkatan iklim investasi di berbagai sektor ekonomi

Pertumbuhan produktivitas tergantung pada beberapa faktor seperti:

         Ekspansi kuantitatif modal fisik per pekerja atau intensitas modal

         pertumbuhan TFP

intensitas modal mengukur ekspansi modal fisik (aset tetap) yang dialokasikan untuk setiap
karyawan. Rasio ini menunjukkan apakah suatu industri relatif padat modal atau Padat karya

pertumbuhan TFP mengukur perbaikan dalam aspek kualitatif dari Tenaga Kerja dan input
modal dan input-input tersebut bekerja sama secara efisien
C. Hubungan antara Varabel ekonomi kunci terhadap ekonomi

Hubungan PDB terhadap Produktivitas Tenaga Kerja dengan pertimbangan :

      PDB          = Y

Jumlah Angkatan Kerja Yang Bekerja atau total Jam-pekerja = L

Persamaan :

Output

Produktivitas Tenaga Kerja =     --------------------------------

       Unit Input Tenaga kerja

Atau

PDB

Produktivitas Tenaga Kerja =     --------------------------------

Jumlah Tenaga kerja

Jadi,                                  P = Y / L

                                Y = P * L ... ... ... ... ... (1)


Secara matematis, persamaan ini dapat dinyatakan dalam hal pertumbuhan dalam variabel.
Persamaan pertumbuhan:

                           Ygr = Pgr + Lgr ... ... ... .... (2)

Dengan kata lain, dari waktu ke waktu, pertumbuhan PDB (Ygr) adalah jumlah dari pertumbuhan
produktivitas tenaga kerja (Pgr) dan pertumbuhan angkatan kerja yang dipekerjakan (Lgr).

Derivasi matematis dari hubungan ini dimulai dengan fungsi produksi. Melalui serangkaian
persamaan matematika, sebuah persamaan yang berkaitan tingkat pertumbuhan produktivitas
tenaga kerja (P), intensitas modal (K / L) dan TFP (A), dapat diturunkan, sebagai berikut:

            Pgr  = Agr + b (K / L) gr ... ... ... ... ... (3)

• Para koefisien b menunjukkan bagaimana produktivitas yang akan tumbuh untuk setiap
perubahan persentase dalam intensitas modal.

             Agr = Pgr - b (K / L) gr ... ... ... ... ... (4)

1.     Hubungan TFP dengan PDB

  hubungan antara TFP dan PDB melalui produktivitas tenaga kerja. Dengan mengambil
persamaan (2) dan (3) secara bersamaan :

              Ygr = Pgr + Lgr

                    = (Agr + b(K/L)gr) + Lgr ……….. (5)

Dari sini, kita dapat memperoleh persamaan yang mendasari kerangka perhitungan
pertumbuhan.

              Ygr = Agr + aLgr + bKgr ……………. (6)

Dimana a diukur  sebagai  bagian tenaga kerja pada out put atau PDB

sementara b di ukur dengan bagian dari bagian modal  pada output atau PDB

2.    Hubungan Produktivitas Tenaga Kerja terhadap  TFP

Produktivitas Tenaga kerja  ditentukan oleh sifat dan perubahan dalam proses produksi.
Perbaikan (baik kuantitatif atau kualitatif) dalam proses produksi akan meningkatkan
produktivitas tenaga kerja.
Perbaikan kuantitatif dalam bentuk intensitas modal lebih tinggi

Perbaikan kualitatif meliputi perbaikan organisasi, kemajuan teknologi dan meningkatnya


kualitas angkatan kerja, dengan kata lain, TFP.

D.   Faktor yang menentukan Total Faktor Produktivitas

Ada lima factor yang menentukan TFP  terdiri dari :

1.    Pendidikan dan Pelatihan (Eductioan and Training)

2.    Stuktur Modal (Capital Structur)

3.    Intensitas Permintaan (Demand Intensity)

4.    Restruktursasi Ekonomi (Economic Restructuring)

5.    Kemajuan Teknis (Technical Progress)

1. Pendidikan dan Pelatihan

Tenaga kerja terampil diperlukan untuk memenuhi peningkatan investasi modal.  Peningkatan
hasil pendidikan dalam peningkatan kemampuan belajar. Hal ini akan memperpendek kurva
belajar dari angkatan kerja dan tenaga kerja yang memungkinkan untuk mengatasi dengan
teknologi baru dan canggih. Oleh karena itu, tenaga kerja terampil dan berpendidikan lebih
tinggi akan lebih efficeint dan menghasilkan produk yang berkualitas lebih baik dan layanan
yang akan memberikan kontribusi peningkatan TFP.

2. Struktur modal

Berkaitan dengan proporsi investasi input modal produktif. Investasi dalam mesin dan peralatan
yang input modal produktif akan menghasilkan output langsung dibandingkan dengan investasi
di bidang infrastruktur, pabrik dan bangunan yang memiliki periode  lagi. Oleh karena itu,
pertumbuhan TFP yang lambat menunjukkan bahwa modal produktif belum dialokasikan secara
efisien dan sepenuhnya dimanfaatkan.

3. Intensitas Permintaan

Mencerminkan tingkat pemanfaatan kapasitas produktif perekonomian. Kenaikan dalam


permintaan akan menyebabkan peningkatan produksi dan pemanfaatan penuh mesin yang ada
dan peralatan yang akan memperluas skala ekonomi, mengakibatkan peningkatan TFP.

4. Restrukturisasi ekonomi

Mengacu pada pergerakan sumber daya dari yang kurang produktif ke sektor yang lebih
produktif ekonomi. Pengalaman negara-negara maju menunjukkan bahwa sumber daya di
sektor-sektor yang lebih produktif ekonomi yang digunakan pada tingkat yang lebih efisien dari
sumber daya di sektor yang kurang produktif.

5. Kemajuan teknis

Mengacu pada pemanfaatan yang efektif dan efisien teknologi, inovasi, sikap kerja dan
manajemen & efektivitas organisasi. Dengan kemampuan teknologi tinggi, tenaga kerja
termotivasi dan manajemen yang efektif, nilai-tambah yang lebih tinggi dengan biaya kompetitif.
produk dan jasa akan diproduksi

Didefinisikan secara luas, bahwa Pertumbuhan TFP mencakup semua perubahan kualitatif
dalam tenaga kerja dan modal, termasuk perubahan dalam komposisiny serta intensitas
permintaan, restrukturisasi ekonomi dan kemajuan teknis.
1.  

Contoh Hubungan antara Determinan:


• Jika pendidikan dan peningkatan keterampilan dilakukan secara independen dari
pengembangan industri dan restrukturisasi ekonomi, ekonomi mungkin berakhir memiliki tenaga
kerja baik tetapi tanpa pekerjaan.

• Jika teknologi dikembangkan ketat dalam laboratorium terbatas, industri mungkin tidak siap
untuk dikomersialisasikan R & D dilakukan.
BAB IV

PERHITUNGAN TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS (TFP) NASIONAL

1.    Estimasi Pertumbuhan TFP

•         Hubungan antara output dan input dapat dinyatakan sebagai

Total Produksi = TFP x   Total production = TFP * kombinasi volume input

  Dengan kata lain,  Qt = At F (Kt,Lt)

  Dimana  Q = Output

                K = jumlah modal yang diberikan

                L =  Jumlah jasa tenaga kerja yang diberikan


                A =  tingkat efisiensi

                 t  =  waktu                                                                  

                

Spesifikasi dari Fungsi produksi di atas  menunjukkan bahwa:


Qt bisa berubah bahkan jika jumlah modal dan tenaga kerja tetap sama
At adalah independen dari pertumbuhan di dua input utama
At  mencerminkan efek pada output total dari semua faktor-faktor selain jumlah tenaga kerja dan
modal (itu disebut sebagai produktivitas faktor total)

Berdasarkan metode perhitungan pertumbuhan, pertumbuhan dapat diurai menjadi :

      Qtg  =  TFPG + SkKtg + SlLtg

    

      TFPG  =  Qtg -  SkKtg - SlLtg

Dimana

Qtg  =  Tingkat pertumbuhan output

TFPG = tingkat pertumbuhan TFP

Ktg =  tingkat pertumbuhan input modal

Ltg  =  tingkat pertumbuhan input Tenega kerja

Sk = relative share dari modal dalam pendapatan

Sl  =  relative share dari Tenaga Kerja dalam pendapatan

Sk + Sl =  1

Output

PDB harga konstan.


Capital

Asset produktif seperti permesinan, bangunan dan peralatan kantor

Membutuhkan nilai-nilai jasa modal yang digunakan dalam proses produksi selama periode
satu tahun akuntansi

Tenaga kerja
Gunakan jumlah orang yang dipekerjakan termasuk wiraswasta.

Kontribusi Tenaga Kerja

Kontribusi Tenaga Kerja didefinisikan sebagai rasio dari kompensasi tenaga kerja terhadap
PDB pada harga konstan

  

Kontribusi Modal

Didefinisikan sebagai  1 – kontribusi Tenaga Kerja.

2.    Perhitungan Kapital Stok Nasional

Volume pelayanan yang diberikan oleh modal (aktiva produktif) adalah sebanding dengan
volume Sok Kapital  itu sendiri.

Panduan:
Jika perkiraan aktual data stok kapital tersedia, menggunakannya dalam estimasi .

Jika perkiraan aktual stok kapital tidak tersedia, gunakan pilihan berikut:
       • Gunakan hasil estimasi dari sumber yang diterbitkan lainnya.
       • Gunakan data proxy untuk estimasi dengan menggunakan Perpetual
          Metode persediaan. (Perpetual Inventory Method)
Perpetual Inventory Method

Stok capital di estimasikan dengan mengikuti Perpetual Inventory Method:

                      Kt = (1 – d)Kt-1 + It

Dimana

       Kt = stok capital pada awal waktu t

            It =  investasi pada tahun t

             d =  rasio  depresiasi pada tahun t

panduan:

1) Untuk memiliki perkiraan dari stok kapitaluntuk patokan tahun.

2) Sebuah jumlah sederhana dari investasi selama tahun tertentu jumlah tahun digunakan
sebagai aproximasi dari acuan tahun stok capita

3) Ketika depresiasi data tidak tersedia,tingkat bunga tetap digunakan.


Data yang dibutuhkan

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada harga konstan dari pemerintah dan swasta

Langkah Perhitungan

  

•     Langkah1

      Kumpulkan data PMTB pada harga konstan dari pemerintah dan sector swasta

•     Langkah 2

      Jumlahkan total sepanjang taun

         langkah 3
Mendapatkan perkiraan Stok Kapital diawal tahun t. Sebagai contoh:
K1975 = I1960 I1961 + + ... ... .. + I1974

         langkah 4
masukan variabel ke dalam persamaan untuk memperoleh stok capital dalam tahun berjalan.
Dengan asumsi tingkat depresiasi adalah 3%.
EKONOMI MIKRO DAN MAKRO

Posted 01/12/2011 by ashariyanto in Uncategorized. Leave a Comment

A. Pengertian Ekonomi Mikro

Ilmu ekonomi sering dibedakan menjadi mikro dan makro ekonomi. Mikro ekonomi adalah
bagian dari ilmu ekonomi yang berkenaan dengan kegiatan-kegiatan ekonomi dari unit-unit
individual, sebagai bagian kecil dari keseluruhan kegiatan ekonomi, seperti kehiduan suatu
perusahaan, harga dan upah, pembagian pendapatan total di antara berbagai industri.  Jelasnya,
ekonomi mikro mempelajari tindakan-tindakan ekonomis dari para individu, dan kumpulan-
kumpulan individu dalam kedudukannya sebagai konsumen, maupun pemilik faktor-faktor
produksi seperti tenaga kerja, pemilik bahan mentah, skill, dan pemilik kapital.

Alat utama dari ekonomi mikro adalah teori harga, teori harga berguna antara lain untuk
menjelaskan bagaimana sumber atau faktor produksi dipergunakan dalam suatu jenis produksi
sesuai dengan penggunaan alternatif. Disamping itu teori harga akan memersoalkan
bagaimanakah barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan dalam masyarakat itu dibagikan
kepada para anggota masyarakat (soal pembagian pendapatan )

Pendek kata, dapatlah dikatakan bahwa dengan terbentuknya harga, terbentuk pulalah 3 hal
sekaligus, yaitu :

1. Tercapainya perimbangan antara permintaan dan penawaran di pasar.


2. Tercapainya suatu proses perimbangan pembagian alat-alat produksi di berbagai cabang
produksi. Sehingga terjadilah permintaan dan penawaran faktor produksi dan selanjutnya
terbentuklah harga faktor-faktor produksi
3. Terbentuknya harga berarti terbentuknya pendapatan bagi mereka sebagai pelaku ekonomi

Di dalam menyusun teori ekonomi mikro menggunakan beberapa anggapan-anggapan , yaitu :

1. Bahwa masing-masing subjek ekonomi senantiasa bertindak ekonomis-rasional (economic


rationality).  Bagi konsumen, mereka dianggap senantiasa berusaha mencapai kekpuasan
maksimum atas setiap barang yang dikonsumsi dari setiap pengeluaran pendapatannya.
Sebaliknya bagi produsen dianggap[ senantiasa berusaha mencapai keuntungan maksimum
2. Bahwa setiap subjek ekonomi senantiasa dianggap memiliki informasi informasi yang cukup
lengkap atas segala sesuatu yang terjadi di pasar
3. Tingkat mobilitas setiap subjek ekonomi adalah tinggi sehingga satu sama lain dapat segera
untuk menyesuaikan diri dengan segala perubahan apapun yang terjadi di pasar
Atas dasar anggapan itu maka subjek ekonomi akan dapat mencapai kemakmurannya, dan sistem
ekonomi itu sendiri akan djjapat berkembang secara efisien, pertumbuhan yang semakin
meningkat, dan kesempatan kerja penuh ( full employment )

B. Pembagian Teori Ekonomi Mikro

Teori ekonomi mikro lazim dibedakan menjadi tiga (3), yaitu :

1. Teori Harga

Teori harga menjelaskan terbentuknya harga oleh permintaan dan penawaran barang / jasa di
pasar

2. Teori Produksi

Teori produksi membahas masalah-masalah biaya produksi, tingkat produksi yang paling
menguntungkan

1. Teori Distribusi

Teori distribusi membahas tentang distribusi pendapatan bagi para pemilik faktor-faktor produksi
yang telah memberikan prestasinya dalam proses produksi.

C. Pengertian Ekonomi Makro

Ekonomi makro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari masalah ekonomi secara
keseluruhan ( totalitet / aggregatif ). Maksud digunakannya istilah aggregatif adalah untuk
menekankan bahwa yang menjadi yang menjadi pusat perhatiannya adalah variabel-variabel
total, seperti : pendapatan total (nasional/masyarakat/seluruh), tabungan masyarakat, investasi
total, konsumsi nasional atau pembelanjaan masyarakat, produksi nasional, investasi total, dan
bukannya penganalisaan yang terperinci atas komponen-komponen yang bersifat total itu. Alat
utama ekonomi makro adalah pendapatan nasional dan analisa pendapatan nasional. Analisa
pendapatan nasional berguna untuk mengukur secara statistik tentang besarnya pendapatan
nasional, konsumsi nasional, tabungan dan investasi nasional. Disamping itu berguna untuk
menunjukkan dan menentukan hubungan-hubungan sistematis, sehingga dapat menjelaskan
perubahan –perubahan yang dialami oleh variabel-variabel total itu sepanjang masa.

Jelasnya, kalau ekonomi makro mempelajari tindakan-tindakan ekonomis tingkat masyarakat


atau negara, sehingga yang dipersoalkan adalah tentang perekonomian secara keseluruhan,
seperti masalah pengangguran, kesempaan kerja, pengeluaran negara, pendapatan nasional dan
sebagainya.

Pelajaran-pelajaran tentang ekonomi moneter, teori konjungtur, dan ekonomi internasional,


kesemuanya adalah masuk ke dalam kategori ekonomi makro.

D. Ketidak-mutlakan tentang Pembagian Ilmu Ekonomi menjadi Mikro dan Makro

Pembagian ilmu ekonomi menjadi mikro dan makro adalah tidak mutlak, sebab pengertian total
merupakan penjumlahan dari satuan-satuan yang lebih kecil, seperti pendapatan nasional ( pada
ekonomi makro) adalah penjumlahan dari pendapatan-pendapatan rumah tangga yang terdapat
dalam suatu masyarakat. Dengan membagi ilmu ekonomi menjadi mikro dan makro, tidaklah
berarti bahwa masalah pendapatan itu tidak dipersoalkan lagi dalam ekonomi mikro, dan
persoalan harga tidak dibicarakan lagi dalam ekonomi makro.

Kedua persoalan itu sama-sama dibahas diantara keduanya, hanya saja pembahasannya berbeda.
Dalam ekonomi makro persoalan harga bukanlah harga barang / jasa individual melainkan harga
secara totalitet/aggregatif. Sedangkan dalam ekonomi mikro persoalan pendapatan bukanlah
secara nasional melainkan pendapatan perseorangan  sebagai balas-jasa (kontra prestasi ) atas
pengorbanan yang telah dilakukan di pasar faktor-faktor produksi

Jadi kesimpulannya, perbedaan ilmu ekonomi mikro dan makro itu tidaklah mutlak, sebab
keduanya salaing melengkakpi dan keduanya pula merupakan basis dari analisa ekonomi.

( Tunjukkan dengan contoh bahwa antara ekonomi mikro dan makro ada pengaruh secara timbal
balik ! )

D. Latar Belakang  Munculnya Teori Ekonomi Makro

Di lihat dari sejarah pertumbuhannya, ekonomi mikro tumbuh dan berkembang lebih dulu
daripada ekonomi makro . Sejak munculnya Adam Smith, dalam bukunya yang berjudul ” An
Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nation ” , yang lebih populer dengan
sebutan The Wealth of Nation, telah berhasil meletakkan dasar-dasar ilmiah bagi lahirnya ilmu
ekonomi modern, yang isinya menerangkan cara-cara meningkatkan kekayaan/kemakmuran
suatu negara dan bagaimana kekayaan itu didistribusikan. Adam Smith kemudian oleh Karl
Mark dijuluki sebagai aliran klasik karena dalam cara menyelesaikan mengenai persoalan
ekonomi yang muncul bersifat klasik(kolot). Tradisi klasik itulah yang mendasari bagi
perkembangan ilmu ekonomi mikro. Ahli-ahli ekonomi klasik lainnya yang mempelopori
tumbuhnya ekonomi mikro, yaitu ;  Alfred Marshall, dalam bukunya ” Principles of economics ”,
Thomas Robert Malthus, dalam bukunya yang lebih dikenal dengan ” Essay on The Principles of
Population ”. Jean Babtiste Say, yang terkenal dengan hukumnya dan dijadikan dasar pemikiran
bagi kaum klasik. Say’s law atau hukum Say yang berbunyi ” Supply always creats it’s own
demand ”, Tokoh berikutnya adalah David Ricardo, buku karangannya yang terkenal berjudul ”
The Principle of Political Economy and Taxation.  Sedangkan John Stuart Mill, terkenal dengan
teorinya yang disebut  “ Law of Reciprocal Demand “. Bahwa harga dalam perdagangan
internasional ditentukan oleh hokum permintaan yang timbale balik. Kemudian tokoh-tokoh
lainnya seperti JH Von Thunen, dan Nassau William Senior.

Apa yang telah dikembangkan oleh Adam Smith  tentang pemikirannya masalah ekonomi adalah
hasil dari kemenangannya dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kebebasan individu di
lapangan ekonomi. Seperti halnya perjuangan kebebasan dan kemerdekaan di lapangan politik
yang membuahkan revolusi di Perancis ( 1789 )

Ketika terjadi depresi besar tahun 1930-an yang melanda dunia melahirkan ekonom baru yaitu
John Maynard Keynes yang sekaligus merupakan babak baru pemikiran ekonomi yang bersifat
makro. Keynes menjadi populer sejak menerbitkan bukunya yang berjudul ” General Theory of
Employment, Interest and Money” ( 1936) , Jika aliran kalsik mendasarkan pada bekerjanya
mekanisme pasar persaingan maka kelompok Keynesian menganggap perlu adanya campur
tangan pemerintah dalam kegiatan perekonomian. Di dalam pembahasan teori ekonomi pendapat
klasik yang berpangkal pada hukum Say, ternyata dengan adanya depresi besar, terjadinya over
produksi, pengangguran yang hebat, dan laju inflasi yang tinggi membuktikan bahwa pandangan
klasik dapat disebut sebagai teori yang gagal.

Keynes berpendapat bahwa teori klasik adalah suatu teori ekonomi yang special untuk proses
ekonomi full employment bukannya teori ekonomi umum (general) yang berlaku pada setiap
tingkat employment . Proses ekonomi tidak selamanya berjalan pada tingkat full employment,
sehingga tidak akan terjadi over produksi, tidak ada pengangguran dan keadaan perekonomian
senantiasa menuju kearah titik keseimbangan. Padahal proses ekonomi sering pula terjadi pada
tingkat under employment sehingga bisa saja terjadi penyakit ekonomi, yaitu pertumbuhan yang
sangat lamban, terjadi pengangguran, inflasi, stagflasi.

Menurut Keynes bahwa depresi dan pengangguran yang hebat dapat diatasi dengan jalan
memperbesar konsumsi dan pendapatan masyarakat sehingga menimbulkan daya beli /
permintaan efektif masyarakat . Untuk itu maka perlu adanya campur tangan pemerintah dalam
kegiatan ekonomi masyarakat seperti mengadakan pekerjaan umum ( public work) untuk
masyarakat. Dengan jalan itu maka konsumsi dan pendaatan masyarakat serta daya beli akan
bertambah dan over produksi dapat diserap oleh masyarakat. Dalam perkembangannya,
pendukung teori Keynes menyatakan bahwa campur tangan pemerintah diperlukan melalui
kebijakan fiskal dan moneter untuk meningkatkan permintaan efektif masyarakat. Campur
tangan seperti ini pada klasik/tradisional tidak terjadi karena kegiatan pemerintah  hanya dibatasi
pada pertahanan dan keamanan, ketertiban (hukum dan peradilan), penyediaan prasarana umum
yang tidak dapat disediakan oleh swasta.

Dengan teorinya yang baru maka Keynes telah meruntuhkan teori ekonomi klasik dan
kelanjutannya menimbulkan apa yang disebut ” Keynesian Economics ”. Maka dengan adanya
Keynesian Economics mendasari berkembangnya ekonomi makkro yang banyak menguasai cara
berfikir ekonomis masa sekarang.

E. Masalah Yang Dihadapi Pemerintah di Bidang Ekonomi

Sebelum membahas tentang masalah tersebut, perlu untuk kita ketahui terlebih dahulu tentang :

1. Apa tujuan ilmu ekonomi itu sehingga kita tahu sasaran-sasaran pokok yang akan dituju dalam
mencapai kemakmuran.

2. Sumbangan ilmu ekonomi terhadap peningkatan kemakmuran pelaku ekonomi yaitu bagi
konsumen, produsen dan pemerintah

3. Pembangunan ekonomi di negara berkembang, mengingat Indonesia termasuk negara yang


sedang berkembang

4. Masalah yang dihadapi pemerintah di bidang ekonomi

Keterangan

1. Tujuan Ilmu Ekonomi

Ilmu ekonomi bertujuan untuk mencari hubungan peristiwa-peristiwa ekonomi di masyarakat


baik yang bersifat causal maupun fungsional dan menguasai peristiwa-peristiwa tersebut agar
dapat mencari dan mengatasi persoalan yang timbul guna meningkatkan kemakmuran
masyarakat, baik bagi orang per orang maupun masyarakat secara keseluruhan..

Berdasarkan tujuan ilmu ekonomi tersebut maka ada 5 (lima) sasaran yang akan dicapai untuk
meningkatkan kemakmuran, yaitu :

1. Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan produk per kapita dalam jangka panjang. Ukuran
kenaikan produk per kapita itu ditunjukkan dengan meningkatnya output secara keseluruhan
selama satu tahun yang dikenal dengan istilah GNP. Naik turunnya produk per kapita ditentukan
oleh naik turunnya GNP dan populasi (jumlah penduduk).

Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan ( adil, makmur dan stabil) maka unsur
pertumbuhan ekonomi tersebut harus ada sebab bila syarat itu tidak terwujud hal itu tidak ada
gunanya karena yang diratakan adalah kemiskinan belaka .

 
b.      Distribusi pendapatan yang adil

Masalah keadilan termasuk distribusi pendapatan yang adil merupakan salah satu faktor penting
yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan pembangunan setiap negara. Jika pembangunan
tidak disertai dengan keadilan maka yang terjadi adalah kemakmuran dalam ketidakstabilan yaitu
adanya kecenderungan terjadinya gap atau jurang pemisah yang semakin melebar antara yang
kaya dan yang miskin dan sebaliknya jika pembangunan tidak diikuti dengan kemakmuran maka
yang terjadi adalah keadilan dalam kemiskinan

c.       Kesempatan kerja (employment)

            Kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang menggambarkan banyaknya lapangan kerja
yang tersedia bagi angkatan kerja atau bagi pencari kerja. Menurut teori Keynes masalah
kesempatan kerja tergantung pada permintaan efektif yaitu pengeluaran masyarakat untuk
konsumsi ( C ) barang dan jasa dan pengeluaran investasi( I ) Apabila lapangan pekerjaan yang
tersedia tidak seimbang dengan jumlah penduduk yang mencari pekerjaan maka akan terjadi
pengangguran. Pengangguran mempunyai dampak yang kurang menguntungkan terhadap kegiatan
ekonomi masyarakat sehingga akan menurunkan pendapatan per kapita dan menurunnya
kemakmuran masyarakat itu sendiri. Akibat buruk lainnya seperti : menimbulkan ketidakstabilan di
bidang sosial dan politik, menunda perkembangan ekonomi masyarakat sebab alokasi faktor produksi
lebih banyak tertuju ke arah investasi yang sifatnya sosial dari pada investasi capital

d.      Stabilitas harga

Adanya fluktuasi harga menggambarkan ketidak seimbangan pasar dan perekonomian tidak
stabil, inilah yang akan membahayakan kehidupan produksi, investasi dan pendapatan nasional 
Naik-turunnya harga-harga akan berpengaruh langsung pada permintaan efektif , jika terjadi
penurunan permintaan efektif secara keseluruhan maka kecenderungannya adalah bahaya
pengangguran dan sebaliknya jika terjadi peningkatan / kelebihan permintaan efektif maka
kecenderungannya adalah bahaya inflasi

Oleh karena itu stabilitas harga merupakan faktor penting dalam konsep ekonomi mikro karena
akan menentukan hasil produksi dan selanjutnya mempengaruhi keadaan ekonomi makro yaitu
besarnya pendapatan nasional yang akan dicapai

               e. Efisiensi

Efisiensi menunjukkan keberhasilan yang dapat dicapai dilihat dari segi besarnya sumber yang
digunakan atau biaya yang dikeluarkan untuk mencapai hasil kegiatan yang dijalankan. Makin
kecil sumber yang digunakan, dengan hasil yang optimal berarti makin efisien.Dengan demikian
efisiensi merupakan perbandingan antara sumber atau masukan dengan hasil atau keluaran.
Sumber atau biaya mencakup pula pengorbanan yang tak dapat diukur dengan uang, seperti
kebosanan, kelelahan, kebisingan, hilangnya semangat kerja, dll

Dengan demikian asumsi rasionalitas ekonomi sama saja dengan prinsip ekonomi dan tindakan
efisiensi yang dilakukan oleh para konsumen dan produsen sebagai pelaku ekonomi

1. Sumbangan Ilmu Ekonomi Bagi Peningkatan Kemakmuran Masyarakat

Ilmu ekonomi sangat banyak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat baik sebagai rumah tangga
atau individu, perusahaan atau dunia usaha maupun bagi seluruh masyarakat atau suatu negara.

Bagi rumah tangga atau individu, ilmu ekonomi besar manfaatnya untuk meningkatkan taraf
hidup atau kemakmurannya, melalui pemikiran rasional berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
ekonomis dan faktor-faktor ekonomi di dalam mencapai keputusan-keputusan ekonominya.
Pertimbangan  ekonomis seperti dapat menentukan pilihan secara tepat dan efisien dalam
membelanjakan penghasiloannya. Dan faktor ekonomi, seperti, mampu memperoleh hasil secara
maksimal, misalnya dapat menentukan pilihan pekerjaan sesuai dengan minat, kemampuan dan
bakat yang dimilikinya. Sehingga di dalam mencapai penghidupannya semakin lama akan
semakin terpenuhi dan semakin lebih baik, ini berarti dapat mencapai kemakmuran.

Bagi perusahaan atau dunia usaha ilmu ekonomi besar sumbangannya untuk mencapai tujuan
perusahaan yaitu mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya.Untuk mencapai tujuan tersebut
tentunya dibutuhkan informasi ekonomi yang akurat agar dapat menganalisis dan mengambil
keputusan ekonomi yang cepat dan tepat sasaran. Ilmu ekonomi mengajarkan tentang usaha
mencapai efisiensi melalui perhitungan-perhitungan yang rasional yaitu dicapainya sejumlah
output tertentu dengan biaya produksi yang minimum serta mengajarkan bagaimana tindakan
perusahaan untuk mengadakan ekspansi usaha secara tepat sehingga dicapai penghematan-
penghematan yang besar dan dicapai keuntungan yang maksimum.

Bagi suatu  negara maka ilmu ekonomi besar sumbangannya dalam rangka mencapai
kemakmuran seluruh masyarakat.Untuk mencapai tujuan tersebut, melalui ekonomi terapan
seperti politik ekonomi memberikan sumbangan yang besar bagi peningkatan kemakmuran
masyarakat. Melalui politik ekonomi dicanangkan pembangunan ekonomi yang bertujuan
meningkatkan taraf hidup rakyat, dan dilaksanakan kebijakan moneter, fiskal, upah, produksi,
sosial, dan politik internasional yang merupakan alat politik ekonomi dalam mencapai tujuannya.
Ini membuktikan bahwa ilmu ekonomi memberikan sumbangan yang besar bagi peningkatan
kemakmuran masyarakat suatu negara bahkan lebih besar lagi yaitu dunia .

Dengan ilmu ekonomi bukan berarti segala sesuatunya menjadi beres, sebab ilmu ekonomi
hanyalah alat untuk mencapai tujuan, ilmu ekonomi memberikan tawaran tentang asas pemikiran
yang rasional, memberikan pedoman dalam berekonomi, memberikan tawaran alternatif. Proses
selanjutnya ditentukan oleh subjek ekonomi yang melaksanakan, ini berarti dituntut pelaku
ekonomi yang profesional baik para tenaga pimpinan (eksekutif) perusahaan aparat negara
maupun para individu, dalam masyarakat untuk menerapkan ilmu ekonomi secara hati-hati dan
bertanggungjawab dalam rangka menuju kemakmuran yang diharapkan bagi para pelaku
ekonomi yang bersangkutan.

1. Pembangunan ekonomi negara berkembang

Motif penggerak yang paling kuat bagi negara berkembang untuk maju adalah keinginan untuk
berdiri sejajar dengan negara-negara yang maju lainnya. Biasanya negara berkembang adalah
neara bekas jajahan maka sudah barang tentu sisa-sisa kemiskinan , kebodohan dan
keterbelakangan masih tampak dalam perikehidupan masyarakatnya. Di samping itu adanya
masalah kelebihan tenaga kerja dan adanya pengangguran yang tersembunyi. Maka dari itu,
usaha untuk mengikis semuanya memerlukan waktu yang tidak pendek, dan cara yang paling
tepat untuk memperbaiki dan memajukan adalah dengan pembangunan sebab dengan
pembangunan membuka kesempatan untuk memungkinkan adanya perubahan-perubahan
menuju ke arah perkembangan yang lebih baik yaitu adanya keluwesan peradaban. Sebab dengan
keluwesan peradaban di samping dapat mengubah struktur masyarakat dan perekonomian, juga
dapat membuka pikiran sehingga dapat memberikan dasar yang kuat bagi kemajuan teknologi
dan ilmu pengetahuan

Negara-negara berkembang dewasa ini memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan negara-negara
yang relatif sudah berkembang(maju). Menurut Baldwin dan Meier sifat-sifat tersebut secara
ekonomi memiliki 6 karakteristik, yaitu :

1. Sebagai produsen barang-barang primer ( primary producing coutries )


2. Mengalami masalah tekanan penduduk (population pressure)

Masalah tekanan penduduk ini ditandai dengan 3 bentuk, yaitu :

1)    Adanya pengangguran di daerah pedesaan

2)    Tingginya tingkat kelahiran

3)    Turunnya tingkat kematian

1. Sumber-sumber alam belum banyak dikembangkan / diolah ( under-development)


2. Penduduk masih terbelakang ( backwardness )
3. Kekurangan modal ( capital deficiency )

Konsekuensi yang sangat dilematis bagi negara berkembang sebagai akibat kekurangan modal
adalah adanya suatu kegiatan perekonomian yang sulit dipecahkan, keadaan seperti ini lebih
populer disebut dengan “lingkaran tak berujung pangkal ” ( vicious circle )

1. Orientasi ke perdagangan luar negeri ( International trade oriented )


Disamping itu negara-negara berkembang, jika dilihat tidak hanya dari sifat-sifat ekonomi
(seperti oleh Baldwin & Meier ) akan tetapi juga kondidi sosialnya maka dapatlah disebutkan
ciri-cirinya, antara lain :

1. Pendapatan perkapita dan tingkat tabungan adalah rendah


2. Sebagian penduduknya hidup di sektor pertanian dan hasil-hasil pertanian biasanya berupa
bahan mentah primer
3. Di sektor pertanian biasanya mengalami kekurangan kesempatan kerja dan terdapat
pengangguran tersembunyi
4. Industri utamanya adalah pertanian, kehutanan, dan petambangan
5. Kepadatan penduduk di pedesaan tinggi
6. Tingkat kelahiran tinggi dan tingkat harapan hidup pada waktu lahjir rendahTingkat pendidikan
rendah dan angka buta aksara tinggi
7. Pengangguran tenaga kerja anak-anak sangat besar
8. Kedudukan wanita pada umumnya masih rendah
9. Kurangnya fasilitas transpor dan kumunikasi terutama di daerah pedalaman
10. Tingkat kredit dan perdagangan masih rendah
11. Sangat peka terhadap siklus internasional

Dengan adanya kondisi sosial ekonomi negara berkembang tersebut maka dalam melaksanakan
pembangunan nasionalnya menghadapi beberapa kesulitan atau hambatan.

Menurut Baldwin dan Meier hambatan-hambatan tersebut adalah :

1. Adanya ketidak-sempurnaan pasar ( market imperfection)

Yang dimaksud ketidak-sempurnaan pasar adalah menyangkut seperangkat masalah yang


meliputi :

1)    Ketidak-luwesan adanya faktor-faktor produksi yang ada

2)    Struktur sosial yang tidak luwes ( tidak mudah berubah )

3)    Harga-harga kurang luwes

4)    Kurangnya pengetahuan tentang pasar

5)    Kurangnya spesialisasi

Semua hambatan tersebut menjadi penghalang bagi alokasi faktor produksi secaran optimum
sehingga akan menghambat pula kelancaran proses pembangunan

1. Adanya lingkaran tak berujung pangkal ( vicious circle )


Istilah tersebut dikenal pula dengan sebutan “lingkaran setan” karena dijumpainya berbagai
masalah yang saling kait mengkait satu sama lain sehingga sulit menentukan sebab
( pangkalnya ) dan akibat ( ujungnya )

Secara skematis lingkaran setan tersebut digambarkan sebagai berikut :

1. Adanya kekuatan secara internasional yang mengganggu stabilitas ekonomi negara


berkembang. Kekuatan tersebut lebih banyak berasal dari negara-negara maju yang dampaknya
dalam perdagangan international akan lebih banyak dinikmati negara-negara yang kuat
ekonominya sehingga negara-negara berkembang semakin tergantung pada negara-negara lain

Menurut Michael P Todaro, seorang profesor ilmu ekonomi di New York University dalam
bukunya  “ Economic Developments “ ada 7 masalah utama yang dihadapi oleh negara-negara
berkembang , yaitu :

1. Standar hidup yang rendah, ini ditandai dengan:

1)     Pendapatan nasional per kapita

2)     Tingkat pertumbuhan relatif pendapatan nasional dan pendapatan per kapita

3)     Tingkat kemiskinan

4)     Kesehatan

5)     Pendidikan

1. Produktivitas yang rendah, ini ditandai dengan:

1)     Sumber daya manusia yang tidakmemadai

2)     Kesehatan fisik yang rendah

1. Tingkat pertumbuhan penduduk dan beban ketergantungan yang terlampau tinggi


1. Tingkat pengangguran penuh dan terselubung yang terlalu tinggi dan terus melonjak
2. Ketergantungan terhadap produksi pertanian dan ekspor barang-barang primer

1)     Tingkat produktivitas pertanian yang rendah

2)     Ketergantungan ekspor primer


1. Sistem hukum dan infrastruktur yang tidak mapan
2. Ketergantungan yang dominan pada dunia internasional

Menurut Prof Sumitro Djojohadikusumo bahwa negara-negara berkembang mempunyai 2 (dua )


kelemahan, yaitu kelemahan yang bersifat struktural dan kelemahan yang bersifat konjungtural.
Kelemahan struktural bersumber dari dalam negeri, sedangkan kelemahan konjungtural
bersumber dari luar ngeri. Kelemahan-kelemahan tersebut saling kait-mengkait artinya
kelemahan struktural akan semakin memperkuat kelemahan konjungtural dan sebaliknya
kelemahan konjungtural akan mempengruhi (menghambat)struktur ekonomi dalam negeri

Jadi secara historis negara berkembang ditandai dengan keadaan-keadaan seperti tersebut di atas
yang merupakan hambatan dalam pembangunan nasionalnya. Adanya hambatan-hambatan
dalam pelaksanaan pembangunan itulah, maka negara-negara berkembang dalam mengejar
tingkat pertumbuhan ekonomi mengalami kemacetan atau pertumbuhan yang kecil saja. Berbeda
dengan negara yang sudah maju, seperti : Amerika Serikat, Jepang, Inggris dan Perancis,
pertumbuhan ekonomi mengalami kemajuan yang pesat karena perkembangan jumlah penduduk
justru dapat meningkatkan produksi sekaligus menyerap produksi yang dihasilkan. Hal itu
disebabkan karena penduduk sebagai faktor produksi memiliki kapasitas yang tinggi. Ini berarti
tingkat pertumbuhan penduduk juga disertai dengan meningkatnya penghasilan masyarakat

1. Masalah yang dihadapi Pemerintah di Bidang Ekonomi

Studi atau telaah tentang masalah yang dihadapi pemerintah dalam kontek negara berkembang
khususnya di bidang ekonomi pada prinsipnya tidak hanya tertuju pada suatu  strategi
pembangunan ekonomi yang menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi yang pesat saja,
namun yang perlu mendapat perhatian adalah masalah kemiskinan, keterbelakangan,
lapangan kerja dan pemerataan pendapatan.

Batas garis kemiskinan yang ditetapkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 1999 mengacu
pada kebutuhan minimum 2.100 kilo kalori per kapita per hari ditambah dengan kebutuhan
minimum non makanan yang merupakan kebutuhan dasar seseorang yang meliputi papan,
sandang, sekolah, transportasi serta kebutuhan mendasar lainnya. besarnya nilai pengeluaran
untuk memenuhi kebutuhan mendasar dasar minimum makanan dan non makanan tersebut
disebut garus kemiskinan. Penduduk yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minimum
dikategorikan sebagai penduduk miskin.

1. 1.      Kemiskinan

Kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan perbaikan kondisi sosial ekonomi masyarakat
sudah dimulai sejak Pelita. Pada  PJPT I terlihat cukup berhasil dalam program ini. Indikator
keberhasilan ini dapat dilihat dari berkurangnya jumlah penduduk miskin, yaitu dari sekitar 54,2
juta jiwa pada tahun 1976 dan 27,2 juta jiwa pada tahun 1990 akhirnya tinggal 22,5 juta jiwa
pada tahun 1996.

Sejak masa order baru, pemerintah melalui  kebijakan trilogi pembangunan terus mengupayakan
mengentaskan kemiskinan. Program Inpres Desa, Kredit Modal Kerja Permanen, Intensifikasi
Khusus (INSUS), Pengembangan Kawasan Terpadu (PKT), Biman, Inmas, Program Bapak
Angkat dan Anak Angkat, wajib belajar dan sebagainya, merupakan upaya nyata pemerintah
dalam usaha mengangkat mereka yang masih berada di bawah garis kemiskinan.

Di samping itu masih terdapat tiga program penanggulangan kemmiskinan yang secara langsung
diarahkan pada penduduk miskin yaitu :

1)     Penyediaan kebutuhan pokok untuk keluarga miskin, contoh pengadaan raskin.

2)     Pengembangan sistem jaminan sosial.

3)     Pengembangan budaya masyarakat miskin.

1. 2.      Keterbelakangan

Indonesiamasih termasuk golongan negara yang sedang membangun khususnya bila ditinjau dari
segi kemajuan teknologi, ekonomi, pelayanan kesehatan, tingkat pemeliharaan barang-barang
umum, disiplin maupun penghargaan terhadap waktu. Keterbelakangan segi ekonomi terletak
pada rendahnya pendapatan per kapita, terbatasnya pasar, rendahnya tingkat spesialisasi dan
rendahnya penggunaan uang giral per kapita.

1. 3.      Lapangan Kerja

Penciptaan dan perluasan lapangan kerja terus diupayakan terutama melalui peningkatan dan
pemerataan pembangunan industri, pertanian, dan jasa yang mampu menyerap banyak tenaga
kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat.

Bertambahnya angkatan kerja dari tahun ke tahun akibat dari pertumbuhan penduduk memaksa
peningkatan kesempatan kerja untuk menyerap tambahan angkatan kerja.

Namun dengan krisis ekonomi yang dialami bangsa Indonesia sejak tahun 1997, jumlah
pengangguran meningkat pesat. Dari data yang ada menunjukkan bahwa pengangguran terbuka
banyak terdapat di daerah perkotaan, sedangkan pengangguran setengah terbuka banyak terdapat
di daerah pedesaan. Banyak tenaga kerja yang akhirnya berpindah ke wilayah perkotaan dan
mempengaruhi tingkat mobilitas angkatan kerja dari desa ke kota. Karena lapangan kerja formal
terbatas, lapangan usaha informal dan usaha keluarga merupakan jalan keluar sementara dan
menjadikan angkatan kerja sektor informal meningkat.

Kualitas angkatan kerja yang dicerminkan melalui tingkat pendidikan pekerja juga belum
menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Sekitar 64% angkatan kerja di Indonesia pada
tahun 1998 berpendidikan SD ke bawah. Kondisi ini menunjukkan masih rendahnya kualitas
angkatan kerja lulusan pendidikan tinggi dengan kebutuhan pasar kerja, membawa permasalahan
tersendiri.

Atas dasar berbagai masalah di atas, pemerintah membuat strategi kebijakan di bidang
ketenagakerjaan sebagai berikut :

1. Menciptakan lapangan kerja selaras dengan kebijakan ekonomi makro yang berlandaskan pada
upaya pengurangan pengangguran di berbagai sektor dan wilayah.
2. Meningkatkan kompetensi dan kemandirian tenaga kerja. Hal ini antara lain dilakukan melalui
penyediaan pendidikan dan pelatihan.
3. Meningkatkan kesejahtaraan tenaga kerja melalui sistem pengupahan dan penjaminan
kesejahteraan pekerja.
4. Meningkatkan perlindungan bagi pekerja yang secara langsung terlibat dalam proses produksi
barang dan jasa, termasuk tenaga kerja anak dan wanita.
5. Menata kembali sistem pelatihan, penempatan, pemantauan, dan perlindungan TKI yang
bekerja di luar negeri.
6. 4.      Pemerataan Pendapatan

Agar pemerataan pendapatan terwujud maka orientasi pembangunan harus dapat dilaksanakan
secara merata ke seluruh wilayahIndonesiadengan lebih diarahkan pada perluasan kesempatan
kerja, pembinaan pengembangan lingkungan pemukiman pedesaan danperkotaan, serta
peningkatan kemampuan penduduk untuk memanfaatkan sumber-sumber daya alam.
Pembangunan prasarana ekonomi dan sosial perlu dibuat lebih merata ke seluruh wilayah tanah
air. Perlu ditekankan juga pentingnya penggunaan teknologi tepat guna dalam usaha
menciptakan kesempatan kerja.

Pesatnya laju pertumbuhan  ekonomi bila tidak diimbangi dengan pemerataan hasil-hasil
pembangunan terutama distribusi pendapatan yang adil  maka tidak ada gunanya sebab hanya
akan menimbulkan akibat-akibat sosial dan politik yang tidak menguntungkan dan akan
membahayakan stabilitas pembangunan itu sendiri

Masalah keadilan termasuk distribusi pendapatan yang adil merupakan salah satu faktor penting
yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan pembangunan setiap negara. Jika pembangunan
tidak disertai dengan keadilan maka yang terjadi adalah kemakmuran dalam ketidakstabilan
yaitu adanya kecenderungan terjadinya gap atau jurang pemisah yang semakin melebar antara
yang kaya dan yang miskin dan sebaliknya jika pembangunan tidak diikuti dengan kemakmuran
maka yang terjadi adalah keadilan dalam kemiskinan

Kebijaksanaan pemerintah unuk mencegah melebarnya jurang pemisah antara yang kaya dengan
yang miskin dilakukkan dengan delapan jalur pemerataan yang terdiri atas :

1)      pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan, sandang dan
perumahan;

2)      pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan;

3)      pemerataan pembagian pendapatan;


4)      pemerataan kesempatan kerja;

5)      pemerataan kesempatan berusaha;

6)      pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda
dan kaum wanita;

7)      pemerataan penyebaran pembangunan ke seluruh wilayah tanah air;

8)      pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.

Dari delapan jalur pemerataan itu dapat dilihat bahwa pembangunan diIndonesiatidak lagi
ditekankan pada pertumbuhan ekonomi semata-mata, tetapi juga pada pemerataan kesempatan
kerja serta pemerataan hasil-hasil pembangunan ke segala lapisan rakyat. Pemerataan bukan
hanya di bidang ekonomi, tetapi juga di bidang lainnya.

      MASALAH KEMISKINAN, KETERBELAKANGAN, LAPANGAN KERJA, DAN


PEMERATAAN PEMBANGUNAN DAN HASIL – HASILNYA

1. Masalah kemiskinan

Gejala kemiskinan pada umumnya dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Sebagai suatu gejala sosial dan budaya

Gejala ini lebih terletak di dalam diri penduduk miskin itu sendiri, yakni berkatian degnan cara
hidup dan perilaku serta keadaan yang ditimbulkan dari kemiskinan itu sendiri. Gejala  ini dapat
dilihat misalnya:

–          Penduduk kebanyakan masih buta huruf

–          Kualitas gizi penduduk masih kurang

–          Penerangan dan sistem komunikasi kurang baik

1. Sebagai suatu gejala ekonomi

Gejala ini berkaitan dengan lingkungan penduduk miskin yang ditandai kurangnya pendapatan
sehingga banyak orang yang hidup pada tingkat subsistance (hidup pas-pasan).

2. Jenis-jenis kemiskinan

1. Kemiskinan mutlak (absolut),yaitu suatu ukuran kemiskinan dengan mendasarkan diri pada
kebutuhan pokok/dasar minimum(minimum basic needs). Orang dikatakan miskin bila tingkat
pendapatannya tidak dapat menutup kebutuhan hidup minimum atau dengan kata lain mereka
hidup dibawah standar hidup minimum atau dibawah garis kemiskinan(penduduk yang
termiskin)
2. Kemiskinan relatif, menurut Miller diartikan suatu kemiskinan yang lebih banyak ditentukan oleh
keadaan lingkungan sekitarnya. Sehingga bisa saja terjadi seseorang dilihat dari tingkat
pendapatannya telah dapat menutup tingkat kebutuhan dasar minimum akan tetapi
pendapatan tersebut masih jauh lebih  rendah dibandingkan pendapatan masyarakat
sekitarnya,ini berarti seseorang tersebut masih berada dalam keadaan miskin.
3. Kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang disebabkan adanya ketimpangan dalam struktur
ekonomi suatu negara. Misalnya : rendahnya produksi masyarakat mengakibatkan tingkat
pendapatan masyarakat juga rendah, adanya ketidakmerataan dalam distribusipendapatan
nasional sehingga timbul jurang pemisah antara yang kaya dedngan yang miskin.
4. Kemiskinan sosial budaya, yaitu kemiskinan yang dikaitkan dengan nilai-nilai budaya
masyarakat. Misalnya: rendahnya etos kerja masyarakat. Misalnya : rendahnya etos kerja
masyarakat menyebabkan hidupnya miskin, adanya kebiasaan hidup boros

4.  Masalah keterbelakangan

Keterbelakangan secara umum diartikan suatu kelambatan dalam perkembangan atau


ketinggalan dalam kemajuan. Keterbelakangan berkaitan secara langsung dengan penduduk
dalam suatu negara. Penduduk yang terbelakang diartikan penduduk sebagai faktor produksi
tenaga kerja memiliki kualitas rendah (kurang profesional dan tidak efisien).Penduduk yang
terbelakang ditandai dengan rendahnya tingkat pendidikan, kekurangan makan,rendahnya tingkat
kesehatan, buta aksara dan rendahnya penilaian terhadap kerja.

5. Masalah pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya

Dewasa ini dalam menafsirkan makna pembangunan memang telah berubah tidak seperti dalam
dasawarsa 1950-an dan 1960-an. Sekarang makna pembangunan ditafsirkan tidak hanya sekedar
meningkatkan pertumbuhan (output) saja tetapi juga ditafsirkan suatu proses perubahan atau
transformasi di dalam struktur, sikap-sikap dan nilai-nilai hidup serta mengurangi ketidak-adilan,
mengikis habis kemiskinan absolut dan mengurangi pengangguran

Maka pembangunan sekarang lebih ditekankan pada usaha-usaha untuk memecahkan


pengangguran, kemiskinan dan ketidak-adilan. Berbicara masalah pembangunan tak dapat
dilepaskan dengan tujuan dari pembangunan itu sendiri yaitu keadilan, kemakmuran dan
kestabilan

Keadilan dalam pembangunan menyangkut masalah menghilangkan kemiskinan (termasuk


menghilangkan pengangguran) dan mewujudkan pemermataan. Sedangkan pemerataan
menyangkut masalah distribusi pendapatan, distribusi kekayaan(assets) dan distribusi
kekuatan(power). Keadilan (equity) lebih banyak menyangkut soal rasa dan etik atau psikologi
dan keadilan berkaitan berkaitan dengan makna kesamaan (equality) dan perlakuan adil
(fairness) dalam artian perbandingan yang proporsional antar hasil yang diperoleh dengan
pengorbanan yang dilakukannya.

Jadi rasa adil dan diperlakukan adil bisa diukur dari distribusi pendapatan, kekayaan dan
kekuatan. Ini berarti konsep keadilan dan pemerataan adalah sama, dan memang pada
kenyataannya orang biasanya menafsirkan sama sebab pada hakikatnya keduanya menyangkut
masalah kaya dan miskin yang dapat melahirkan kecemburuan sosial. Dan kecemburuan sosial
ini bila tidak ditangani secara tuntas dan sungguh-sungguh akan membahayakan keamanan
nasional, kesatuan nasional dan membahayakan demokrasi itu sendiri.

Dengan demikian keadilan menyangkut masalah norma, hak asasi dan demokrasi dalam
masyarakat. Keadilan yang merupakan salah satu tujuan dari pembangunan jika tidak diikuti
dengan kemakmuran maka yang terjadi adalah keadilan dalam kemiskinan, ini berarti
pembangunan tidak berhasil atau gagal dan sebaliknya kemakmuran tanpa mewujudkan keadilan
maka yang terjadi adalah kemakmuran dalam ketidak-stabilan, ini berarti juga dikatakan
pembangunan tidak berhasil atau gagal

Berkaitan dengan masalah pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya maka syarat penting
untuk mewujudkan tujuan pembangunan (adil, makmur dan stabil) harus ada pertumbuhan
ekonomi sebab bila syarat itu tidak terwujud hal itu tidak ada gunanya karena yang diratakan
adalah kemiskinan. Ini berarti bahwa pertumbuhan merupakan dasar yang kuat untuk
mewujudkan keadilan dalam kemakmuran dan kemakmuran dalam kestabilan, sebaliknya
pembangunan tanpa pemerataan juga tidak ada gunanya sebab hanya akan menimbulkan akibat-
akibat sosial dan politik yang tidak menguntungkan yang akan membahayakan stabilitas
pembangunan itu sendiri.

4. Permasalahan Pokok Yang Dihadapi Bangsa Indonesia

Kondisi yang dihadapi bangsa Indonesia sesudah tumbangnya rezim orde baru sangat kompleks
serta bersifat multidimensional sehingga membutuhkan penanganan yang serius dan bersungguh-
sungguh. Berdasarkan kondisi umum dan arah kebijakan dalam GBHN 1999-2004, dapat
diidentifikasikan 5 (lima) permasalahan pokok yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, yaitu
sebagai berikut :

1. Merebaknya konflik sosial dan munculnya gejala disintegrasi bangsa


2. Lemahnya penegakan hukum dan hak asasi manusia
3. Lambatnya pemulihan ekonomi, ini disebabkan oleh 2 faktor, yaitu :

Pertama : Adanya campur tangan pemerintah yang terlalu besar telah mengakibatkan kedaulatan
ekonomi tidak berada di tangan rakyat dan mekanisme pasar tidak berfungsi secara efektif

Kedua : Adanya kesenjangan ekonomi dan masih berkembangnya monopoli serta pemusatan
kekuatan ekonomi di tangan sekelompok kecil masyarakat dan daerah tertentu
Faktor di luar ekonomi, seperti : belum stabilnya kondisi keamanan dan ketertibanmasyarakat,
penegakan hukum yang masih lemah, dan banyaknya kasus KKN yang belum dapat diselesaikan.

Lambatnya pemulihan ekonomi mengakibatkan : pengangguran meningkat, hak dan


perlindungan tenaga kerja tak terjamin, jumlah penduduk miskin membengkak, dan derajat
kesehaan masyarakat menurun, terdapat indikasi meningkatnya kasus kurang gizi di kalangan
penduduk usia bawah lima tahun yang dapat menurunkan kualitas fisik dan intelektual generasi
mendatang

1. Rendahnya kesejahteraan rakyat, meningkatnya penyakit sosial, dan lemahnya ketahanan


budaya nasional.
2. Kurang berkembangnya kapasitas pembangunan daerah dan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai