Tenaga kerja atau pegawai adalah manusia yang merupakan faktor produksi yang
dinamis memiliki kemampuan berpikir dan motivasi kerja, apabila pihak manajemen perusahaan
mampu meningkatkan motivasi mereka, maka produktivitas kerja akan meningkat. Ada pun
faktor- faktor yang mempengaruhi produktivitas yaitu:
a.Kemampuan
adalah kecakapan yang dimiliki berdasarkan pengetahuan, lingkungan kerja yang
menyenangkan akan menambah kemampuan tenaga kerja.Perencanaan tenaga kerja merupakan
bagian integral dari perencanaan pembangunan. Rencana pembangunan memuat berbagai
kegiatan yang akan dilaksanakan di seluruh sektor atau sub sektor. Setiap kegiatan yang akan
dilaksanakan membutuhkan tenaga kerja yang sesuai. Perencanaan tenaga kerja memuat
perkiraan permintaan atau kebutuhan dan penawaran atau penyediaan tenaga kerja, serta
kebijakan maupun program ketenagakerjaan yang diperlukan dalam rangka menunjang
keberhasilan pelaksanaan pembangunan.
Perencanaan tenaga kerja dapat dilakukan pada tahap perusahaan, lembaga pemerintah
atau unit organisasi swasta lainnya. Perencanaan tenaga kerja seperti ini disebut perencanaan
tenaga kerja mikro. Pemerintah biasanya juga membuat perencanaan tenaga kerja dalam cakupan
wilayah tertentu maupun secara nasional. Jenis perencanaan tenaga kerja seperti itu dikenal
sebagai perencanaan tenaga kerja makro, nasional atau perencanaan tenaga kerja regional.
Sistem perencanaan tenaga kerja menunjukkan kedudukan perencanaan tenaga kerja
dalam kerangka perencanaan pembangunan secara keseluruhan. Perencanaan pembangunan yang
disertai dengan data-data kependudukan dan informasi pasar kerja merupakan masukan utama
dalam penyusunan perencanaan tenaga kerja. Hasil perencanaan tenaga kerja adalah berupa
rencana tenaga kerja.
Dalam sistem perencanaan pembangunan yang melihat perencanaan tenaga kerja sebagai
bagian integral dari perencanaan pembangunan, maka proses perencanaan tenaga kerja akan
melibatkan instansi. Proses perencanaan tenaga kerja itu sendiri menunjukkan langkah-langkah
yang perlu ditempuh dalam pelaksanaan perencanaan tenaga kerja.
b. Sikap
Sesuatu yang menyangkut perangai tenaga kerja yang banyak dihubungkan dengan
moral, semangat kerja yang akan menghasilkan kepuasaan kerja . Kepuasan kerja secara umum
menyangkut sikap seseorang mengenai pekerjaannya. Karena menyangkut sikap, pengertian
kepuasan kerja mencakup berbagai hal seperti kondisi dan kecenderungan perilaku seseorang.
Kepuasankepuasan itu tidak tampak serta nyata, tetapi dapat diwujudkan dalam suatu hasil
pekerjaan. Salah satu masalah yang sangat penting dalam bidang psikologi industry adalah
mendorong karyawan untuk bekerja dengan lebih produktif. Untuk itu, perlu diperhatikan agar
karyawan sebagai penunjang terciptanya produktivitas kerja dalam bekerja senantiasa disertai
dengan perasaan senang dan tidak terpaksa sehingga akan tercipta kepuasan kerja para karyawan.
Kepuasan kerja akan berbeda pada masingmasing individu. Sangat sulit untuk mengetahui ciri-
ciri kepuasan dari masing-masing individu. Namun demikian, cerminan dari kepuasan kerja itu
dapat diketahui.
Untuk mengetahui tentang pengertian kepuasan kerja ada beberapa pendapat
sebagaimana hasil penelitian Herzberg, bahwa faktor yang mendatangkan kepuasan adalah
prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggungjawab, dan kemajuan (Armstrong, 1994: 71).
Pendapat lain menyatakan kepuasan kerja (job salisfaction) adalah keadaan emosional yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan di mana para karyawan memandang pekerjaan mereka
(Handoko, 2001:193). Sedangkan Wexley dan Yulk (1977) yang disebut kepuasan kerja ialah
perasaan seseorangterhadap pekerjaan.
Kepuasan kerja berhubungan erta dengan faktor sikap. Seperti dikemukakan oleh Tiffin
(1964) kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya
sendiri, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dengan sesama karyawan (dalam As'ad, 2003:
104). Sejalan dengan itu, Martoyo (2000:142) kepuasan kerja (job salisfaction) adalah keadaan
emosional karyawan di mana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja
karyawan dari perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang
diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan. Balas jasa kerja karyawan ini, baik yang berupa
finansial maupun yang nonfinansial.
Kepuasan kerja merupakan persoalan umum pada setiap unit kerja, baik itu berhubungan
motivasi, kesetiaan ataupun ketenangan bekerja, dan disiplin kerja. Menurut Hulin (1966) gaji
merupakan faktor utama untuk mencapai kepuasan kerja. Pendapat ini tidak seluruhnya salah
sebab dengan mendapatkan gaji ia akan dapat melangsungkan kehidupannya sehari-hari. Tetapi
kenyataannya gaji yang tinggi tidak selalu menjadi faktor utama unluk mencapai kepuasan kerja.
Kenyataan lain banyak perusahaan telah memberikan gaji yang cukup tinggi, tetapi masih
banyak karyawan yang merasa tidak puas dan tidak senang dengan pekerjaannya. Gaji hanya
memberikan kepuasan sementara karena kepuasan terhadap gaji sangat dipengaruhi oleh
kebutuhan dan nilai orang yang bersangkutan (As'ad, 2003:113).
Menurut Blum menyatakan faktor-faktor yang memberikan kepuasan kerja adalah: (a)
faktor individual, meliputi: umur, kesehatan, watak dan harapan; (b) factor sosial, meliputi:
hubungan kekeluargaan, pandangan masyarakat, kesempatan berekreasi, kegiatan perserikatan
pekerja, kebebasan berpolitik, dan hubungan kemasyarakatan; (c) faktor utama dalam pekerjaan,
meliputi: upah, pengawasan ketentraman kerja, kondisi kerja, dan kesempatan untuk maju.
Selain itu, juga penghargaan terhadap kecakapan, hubungan sosial di dalam pekerjaan, kelepatan
dalam menyelesaikan konflik antar manusia, perasaan diperlakukan adil. baik yang menyangkut
pribadi maupun tugas (dalam As'ad, 2003:114). Ahli lain, Ghiselli dan Brown mengemukakan
lima faktor yang menimbulkan kepuasan (dalam As'ad, 2003:112-113) yaitu: pertama,
kedudukan (posisi), umumnya ada anggapan bahwa orang yang bekerja pada pekerjaan yang
lebih tinggi akan lebih puas daripada bekerja pada pekerjaan yang lebih rendah. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, perubahan tingkat pekerjaanlah
yang mempengaruhi kepuasan kerja. Kedua, pangkat (golongan), pada pekerjaan yang
mendasarkan perbedaan tingkat (golongan) sehingga pekerjaan tersebut memberikan kedudukan
tertentu pada orang yang melakukannya. Apabila ada kenaikan upah, maka sedikit banyaknya
akan dianggap sebagai kenaikan pangkat dan kebanggaan terhadap kedudukan yang baru itu
akan merubah perilaku dan perasaan. Ketiga, umur dinyatakan bahwa ada hubungan antara
kepuasan kerja dengan umur karyawan. Umur antara 25 sampai 34 tahun dan umur 40 sampai 45
tahun adalah merupakan umur-umur yang bias menimbulkan perasaan kurang puas terhadap
pekerjaan. Keempat, jaminan financial dan jaminan sosial. Masalah finansial dan jaminan sosial
kebanyakan berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Kelima, mutu pengawasan, hubungan antara
karyawan dengan pihak pimpinan sangat penting dalani arti menaikkan produktivitas kerja.
Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan
kepada bawahan sehingga karyawan akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang penting
dari oiganisasi kerja (sense of belonging).
c. Situasi dan keadaan lingkungan
faktor ini menyangkut fasilitas dan keadaan dimana semua karyawan dapat bekerja
dengan tenang serta sistim kompensasi yang ada.pertama, perbaikan terus menerus, yaitu upaya
meningkatkan produktivitas kerja salah satu implementasinya ialah bahwa seluruh komponen
harus melakukan perbaikan secara terus-menerus. Pandangan ini bukan hanya merupakan salah
satu kiat tetapi merupakan salah satu etos kerja yang penting sebagai bagian dari filsafat
manajemen mutakhir. Suatu organisasi dituntut secara terus-menerus untuk melakukan
perubahan-perubahan, baik secara internal maupun eksternal. Perubahan internal contohnya,
yaitu: (a) perubahan strategi organisasi; (b) perubahan kebijakan tentang produk; (c) perubahan
pemanfaatan teknologi; (d) perubahan dalam praktek-praktek sumber daya manusia sebagai
akibat diterbitkannya perundang-undangan baru oleh pemerintah. Perubahan eksternal, meliputi:
(a) perubahan yang terjadi dengan lambat atau evolusioner dan bersifat acak; (b) perubahan yang
tinggi secara berlahan tetapi berkelompok; (c) perubahan yang terjadi dengan cepat karena
dampak tindakan suatu organisasi yang dominan peranannya di masyarakat; dan (d) perubahan
yang terjadi cepat, menyeluruh dan kontinyu.Kedua, peningkatan mutu hasil pekerjaan.
Peningkatan mutu hasil pekerjaan dilaksanakan oleh semua komponen dalam organisasi. Bagi
manajemen, misalnya, perumusan strategi, penentuan kebijakan, dan proses pengambilan
keputusan. Yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan kegiatan organisasi yaitu mutu
laporan, mutu dokumen, mutu penyelenggaraan rapat, dan lain-lain.Ketiga, pemberdayaan
sumberdaya manusia. Memberdayakan sumberdaya manusia mengandung kiat untuk: (a)
mengakui harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang mulia, mempunyai harga diri,
daya nalar, memiliki kebebasan memilih, akal, perasaan, dan berbagai kebutuhan yang beraneka
ragam; (b) manusia mempunyai hak-hak yang asasi dan tidak ada manusia lain (termasuk
manajemen) yang dibenarkan melanggar hak tersebut. Hak-hak tersebut yaitu hak menyatakan
pendapat, hak berserikat, hak memperoleh pekerjaan yang layak, hak memperoleh imbalan yang
wajar dan hak mendapat perlindungan; (c) penerapan gaya manajemen yang partisipasif melalui
proses berdemokrasi dalam kehidupan berorganisasi. Dalam hal ini pimpinan mengikutsertakan
para anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan.Keempat, kondisi fisik tempat
bekerja yang menyenangkan.Kondisi fisik tempat kerja yang menyenangkan memberikan
kontribusi nyata dalam peningkatan produktivitas kerja, antara lain: (a) ventilasi yang baik; (b)
penerangan yang cukup; (c) tata ruang rapi dan perabot tersusun baik; (d) lingkungan kerja yang
bersih; dan (e) lingkungan kerja vang bebas dari polusi udara.Kelima, umpan balik. Pelaksanaan
tugas dan karier karyawan tidak dapat dipisahkan dari penciptaan, pemeliharaan, dan penerapan
sistem umpan balik yang objektif, rasional, baku, dan validitas yang tinggi. Objektif dalam arti
didasarkan pada norma-norma yang telah disepakati bukan atas dasar emosi, senang atau tidak
senang pada seseorang. rasional dalam arti dapat diterima oleh akal sehat. Jika seseorang harus
dikenakan sangsi disiplin, status berat-ringannya disesuaikan dengan jenis pelanggarannya.
Validitas yang tinggi, dalam arti siapapun yang melakukan penilaian atas kinerja karyawan
didasarkan pada tolok ukur yang menjadi ketentuan.
d. Motivasi
setiap tenaga kerja perlu diberikan motivasi dalam usaha
meningkatkanproduktivitas. Motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan
dengan tujuan tertentu, atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok
orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya
atau mendapat kepuasan atas perbuatannya. Supardi dan Anwar (2004:47) mengatakan motivasi
adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatankegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi yang ada pada sescorang akan
mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. Jadi,
motivasi bukanlah yang dapat diamati tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan adanya karena
sesuatu perilaku yang tampak.
Siagian (2002:255), menyatakan bahwa yang diinginkan seseorang dari pekerjaannya
pada umumnya adalah sesuatu yang mempunyai arti penting bagi dirinya sendiri dan bagi
instansi. Menurut Heidjachman dan Husnan (2003:197), motivasi merupakan proses untuk
mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan. Untuk
membangun produktivitas dan motivasi pekerja ada dua hal yang harus dilakukan: pertama,
carilah pembayaran pekerjaan individual seseorang; dan kedua, bantu mereka mencapai
pembayaran untuk setiap tugas tambahan yang diberikan sehingga baik kebutuhan instansi
maupun individu tercapai (Timpe, 1999: 61).
Menurut Hasibuan (2003:92) motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti
‘dorongan atau daya penggerak’. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya
kepada para bawahan atau pengikut. Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan
setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja
yang tinggi. Motivasi harus dilakukan pimpinan terhadap bawahannya karena adanya dimensi
tentang pembagian pekerjaan untuk dilakukan dengan sebaik-baiknya, bawahan sebetulnya
mampu akan tetapi malas mengerjakannya, memberikan penghargaan dan kepuasan kerja.
sebenarnya banyak pembahasan teori-teori motivasi, namun ada beberapa yang cukup menonjol
adalah antara lain sebagai berikut: Teori Maslow, mengenai tingkatan dasar manusia yaitu: (a)
kebutuhan fisiologi dasar, (b) keselamatan dan keamanan, (c) cinta/kasih sayang, (d)
penghargaan, (e) aktualisasi diri (self actualization). Menggarisbawahi pendapat di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa bergabungnya seseorang dalam organisasi didorong oleh keinginan
untuk memenuhi kebutuhan, berupa penghasilan yang akan digunakan untuk mencukupi
kebutuhannya. Suasana batin (:psikologis) seorang karyawan sebagai individu dalam organisasi
yang menjadi lingkungan kerjanya tampak selalu semangat atau gairah keija yang menghasilkan
kegiatan kerja sebagai kontribusi bagi pencapaian tujuan organisasi tempatnya bekerja.
e.Upah
upah atau gaji minimum yang tidak sesuai dengan peraturan pemerintah dapat
menyebabkan penurunan produktivitas kerja. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa
keberadaannya di dalam suatu organisasi perusahaan tidak dapat diabaikan begitu saja. Sebab,
akan terkait langsung dengan pencapaian tujuan perusahaan. upah yang rendah tidak dapat
dipertanggungjawabkan, baik dilihat dari sisi kemanusiaan maupun dari sisi kelangsungan hidup
perusahaan. Secara teoritis dapat dibedakan dua sistem upah, yaitu yang mengacu kepada teori
Karl Mark dan yang mengacu kepada teori Neo-klasik. Kedua teori tersebut masing-masing
memiliki kelemahan. Oleh karena itu, sistem pengupahan yang berlaku dewasa ini selalu berada
diantara dua sistem tersebut. Berarti bahwa tidak ada satupun pola yang dapat berlaku umum.
Yang perlu dipahami bahwa pola manapun yang akan dipergunakan seyogianya disesuaikan
dengan kebijakan remunerasi masing-masing perusahaan dan mengacu kepada rasa keadilan bagi
kedua belah pihak (perusahaan dan karyawan). Besarnya tingkat upah untuk masing-masing
perusahaan adalah berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang
mempengaruhinya diantaranya, yaitu permintaan dan penawaran tenaga kerja, kemampuan
perusahaan, kemampuan dan keterampilan tenaga kerja, peranan perusahaan, serikat buruh, besar
kecilnya resiko pekerjaan, campur tangan pemerintah, dan biaya hidup. Dilihat dari sistemnya
pembelian upah dapat dibedakan atas prestasi kerja, lama kerja, senioritas atau lama dinas,
kebutuhan, dan premi atau upah borongan
f. Tingkat pendidikan
Latar belakang pendidikan dan latihan dari tenaga kerja akan mempengaruhi
produktivitas, karenanya perlu diadakan peningkatan pendidikan dan latihan bagi tenaga
kerja. Pendidikan dan latihan dipandang sebagai suatu invesatasi di bidang sumber daya manusia
yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dari tenaga kerja. Oleh karena itu pendidikan
dan latihan merupakan salah satu faktor penting dalam organisasi perusahaan. Pentingnya
pendidikan dan latihan disamping berkaitan dengan berbagai dinamika (perubahan) yang terjadi
dalam lingkungan perusahaan, seperti perubahan produksi, teknologi, dan tenaga kerja, juga
berkaitan dengan manfaat yang dapat dirasakannya. Manfaat tersebut antara lain: meningkatnya
produktivitas perusahaan, moral dan disiplin kerja, memudahkan pengawasan, dan menstabilkan
tenaga kerja. Agar penyelenggaraan pendidikan dan latihan berhasil secara efektif dan efisien,
maka ada 5 (lima) hal yang harus di pahami, yaitu 1) adanya perbedaan individual, 2)
berhubungan dengan analisa pekerjaan, 3) motivasi, 4) pemilihan peserta didik, dan 5) pemilihan
metode yang tepat. Pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja dapat diklasifikasikan kepada dua
kelompok, pertama, yakni pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja yang termasuk kepada
kelompok tenaga kerja operasional, kedua, pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja yang
termasuk kepada kelompok tenaga kerja yang menduduki jabatan manajerial. Untuk masing-
masing kelompok tenaga kerja tersebut diperlukan metode pendidikan yang berbeda satu sama
lain
g. Perjanjian kerja
merupakan alat yang menjamin hak dan kewajiban karyawan. Sebaiknya ada unsur-unsur
peningkatan produktivitas kerja.
h. Penerapan teknologi
Kemajuan teknologi sangat mempengaruhi produktivitas, karena itu penerapan teknologi harus
berorientasi mempertahankan produktivitas
2. Mengelola Pertumbuhan
Peningkatan produktivitas melalui pengelolaan pertumbuhan akan efektif apabila
permintaan pasar sedang meningkat, sehingga output yang diproduksi perlu ditambah. Dalam
situasi ini, peningkatan produktivitas dicapai melalui peningkatan output dalam kuantitas yang
lebih besar sesuai permintaan pasar dengan meningkatkan penggunaan input dalam kuantitas
yang lebih kecil. Jadi, output meningkat lebih banyak, sedangkan input meningkat lebih sedikit.
Program peningkatan produktivitas melalui pengelolaan pertumbuhan, berarti bahwa suatu
investasi baru atau penambahan biaya yang dilakukan akan menghasilkan lebih banyak output
daripada investasi itu, sehingga angka rasio output terhadap input akan meningkat. Peningkatan
penggunaan modal atau capital dan teknologi, desain ulang system produksi, peningkatan
aktivitas pendidikan dan pelatihan tenaga kerja, desain dan pengembangan organisasi,
merupakan aktivitas-aktivitas actual dalam mengelola pertumbuhan.
3. Bekerja Lebih Tangkas
“Anda tidak perlu menyuruh orang untuk bekerja lebih keras, karena mereka telah
bekerja keras, tetapi suruhlah mereka bekerja lebih tangkas”. Stratgi ini dilakkan apabila
permintaan pasar meningkat sehingga output perlu ditingkatkan, namun peningkatan output itu
dicapai melalui penggunaan input denga kuantitas yang tetap, karena tenaga kerja telah bekerja
lebih tangkas atau lebih cerdik. Dengan demikian produksi meningkat sesuai permintaan pasar,
namun tingkat penggunaan input konstan (tetap dalam jumlah). Daalm kondisi ini juga akan
diperoleh biaya produksi per unit output yang lebih rendah. Penigkatan arus perputaran inventori
(inventory turnover ratio) dan perbaikan desain produk merupakan aktivitas actual dari “bekerja
lebih tangkas”. Perusahan-perusahaan Jepang juga menerapkan strategi ini dalam meningkatkan
produktivitas dari industry.
4. Bekerja Lebih Efektif
Peningktan produktivitas melalui penerapan strategi ini akan efektif apabila
permintaan pasar meningkat sehingga output perlu ditingkatkan. Dalam strategi bekerja lebih
efektif, penigkatan produktivitas dicapai melalui pengkatan output sesuai pengkatan permintaan
pasar dan penurunan penggunaan input. Melalui bekerja lebih efektif, kita akan memperoleh
jumlah output dalam jumlah yang lebih banyak dengan menggunakan input yang lebih sedikit
5. Mengurangi aktivitas
Dalam situasi perekonomian yang menurun, seperti dalam kondisi resesi ekonomi,
tingkat inflasi tinggi. Strategi penigkatan produktivitas melalui pengurangan aktivitas akan
sangat efektif. Strategi ini diterapkan dengan cara mengurangi produksi serta menghilangkan
atau menjual kemblai asset yang tidak produktiv. Jadi, produktivitas perusahaan ditingkatkan
melalui pengurangan sedikit output sesuai dengan permintaan pasar dan mengurangi banyak
input yang tidak perlu.
Kesimpulan
1. Produktivitas kerja merupakan kondisi untuk mengukur tingkat kemampuan dalam
menghasilkan produk: individual, kelompok, dan organisasi. Produktivitas ditentukan oleh
dukungan oleh semua sumber daya organisasi yang dapat diukur dari segi efektivitas dan
efesiensi, yang difokuskan pada aspek-aspek: 1) hasil akhir (produk nyata) yang dicapai: kualitas
dan kuantitasnya 2) durasi atau lamanya waktu yang digunakan untuk mencapai hasil akhir 3)
penggunaan sumber daya secara optimal 4) kemampuan beradaptasi dengan permintaan pasar
atau pengguna
2. Produktivitas dapat dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal
3. Penilaian produktivitas menitikberatkan pada upaya untuk memotret hasil yang telah dicapai
secara objektif, sebagai bahan dasar ketika dilakukan pengukuran, sedangkan pengukuran kinerja
lebih meneitikberatkan kepada upaya untuk melakukan perbandingan antar hasil yang dicapai
dengan rencana atau standar yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian bias diketahui
kadar atau tingkat ketercapainnya, untuk kemudian dijadikan feedback ataupu feedforward.
Ketika pegawai mampu menunjukkan hasil yangs sesuai atau sesuai target berarti mereka
memiliki produktivitas tinggi, sedangkan jika di bawah standar maka produktivitas mereka
dinilai rendah.
4. Strategi pembelajaran untuk membangun kinerja produktivitas yang dapat dikembangkan dalam
organisasi, sekurang-kurangnya harus memperhatikan aspek-aspek berikut:Relevansi (internal
dan eksternal), fleksibilitas, kontinuitas, evektivitas, efesiensi, dan orientasi pada mutu,
koordinasi dan tersediannya system, monitoring dan evaluasi.
Daftar Pustaka
Cook, Samuel C, (1994). Modern Management, 6th. Edition, Prentice Hall Inc., Englewood Cliffs,
New Jersey.
Robbins,Stephen P. & Mary Coulter, (1999). Management, Prentice Hall International, Upper Saddle
River, New Jersey.
Kim, W. Chan, & Renee Mauborgne. (2006). Blue Ocean Strategy. Cetakan ke-V. Jakarta: PT. Serambi
Ilmu Semesta
Siagian, Sondang P (2002). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta: Rineka Cipta.
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/produktivitas-kerja-definisi-dan.html
http://massofa.wordpress.com/2008/04/02/pengertian-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
produktivitas-kerja/
TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS
BAB I
PENDAHULUAN
Dari analisis ekonomi diakui bahwa produktivitas merupakan salah satu indikator paling penting
dalam aktivitas ekonomi. Produktivitas merupakan kunci pendorong vital dalam pertumbuhan
ekonomi, yakni sebagai daya ungkit (leverage) bagi pertumbuhan ekonomi nasional dalam
jangka panjang. Itulah salah satu alasan mengapa dewasa ini banyak Negara yang berlomba
dalam meningkatkan produktivitas.
Perbaikan produktivitas bermakna keinginan (the will) dan upaya (effort) manusia melakukan
perbaikan secara terus menerus untuk meningkatkan mutu kehidupan yang lebih baik. Dalam
hal ini pengertian produktivitas merupakan sikap mental (attitude of mind) dan cara pandang
hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Menyadari hal
tersebut, maka dewasa ini telah dilakukan berbagai upaya menerapkan konsep produktivitas
dan prinsip-prinsip produktivitas. Namun masih banyak pula yang belum menyadari bahwa
produktivitas adalah kunci sukses untuk memenangkan persaingan.
Pada umumnya, bila tujuan adalah memperbaiki produktivitas, maka perlu pengukuran
produktivitas. Pengukuran produktivitas berguna untuk menyusun rencana strategi organisasi
baik pada tingkat makro maupun mikro. Tidak hanya menyediakan alat untuk mengetahui
apakah tujuan strategi telah tercapai atau tidak, tetapi pengukuran tersebut juga berhubungan
dengan kinerja produktivitas.
Selain itu, dengan sistem pengukuran produktivitas, setiap orang menjadi lebih sadar
bagaimana produktivitas. Sebagai konsep yang abstrak, produktivitas memberikan ukuran yang
lebih konkrit. Sebagai alat diagnostik, keadaan produktivitas menurut waktu akan
mengungkapkan masalah-masalah yang membutuhkan perhatian dengan segera dan akan
terfokus pada masalah prioritas.
Salah satu kriteria yang sering digunakan untuk mengetahui keadaan perekonomian di suatu
Negara atau daerah adalah pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), secara lebih rinci sering pula diulas factor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, tidak banyak yang secara sistematis membahas
sumber-sumber atau factor produksi yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan PDB.
Begitu pula seberapa besar kontribusi dari masing-masing factor belum pernah ada yang
memperkirakannya. Terlebih lagi belum pernah dilakukan pemisahan factor pengaruh
pertumbuhan, apakah karena pertumbuhan input produksi atau karena pertumbuhan
produktivitas.
Dengan mengetahui kontribusi masing-masing faktor produksi dan dapat dipisahkannya antara
faktor input dan produktivitas terhadap pertumbuhan ekonomi, perencanaan dan kebijakan
ekonomi dapat dibuat lebih baik dan lebih terarah. Jika faktor produksi modal ternyata
mempunyai kontribusi lebih tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi di suati Negara atau daerah
dibandingkan dengan faktor produksi lainnya, maka pemerintah bias membuat perencanaan
untuk meningkatkan kontribusi tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas secara
keseluruhan. Sedangkan jika faktor produksi tenaga kerja lebih dominant, perlu dilihat apakah
balas jasa tenaga kerja telah berkembang lebih pesat dari produktivitasnya, atau karena
pemakaian tenaga kerja terlalu banyak.
Secara teoritis, pertumbuhan ekonomi yang hanya didorong oleh akumulasi investasi bukanlah
merupakan pertumbuhan ekonomi yang sehat. Terlebih lagi jika modal diperoleh dengan
pinjaman luar negeri dan dipakainya tidak efisien. Demikian pula jika pertumbuhan output hanya
didorong oleh pemakaian tenaga kerja yang lebih banyak berarti tingkat kehidupan pekerja tidak
berubah, karena tingkat upah dan gaji tidak meningkat. Jika pertumbuhan output diakibatkan
hanya karena pertumbuhan input (modal dan tenaga kerja) berarti produktivitas tidak
meningkat. Pertumbuhan output yang sama dengan pertumbuhan capital dan tenaga kerja,
berarti tidak terdapat sisa output yang bebas dan bisa dibagikan untuk peningkatan pendapatan
tenaga kerja dan tau peningkatan return to capital. Berarti pendapatan per tenaga kerja tidak
bisa meningkat, sehingga tidak ada peningkatan kesejahteraan tenaga kerja, walaupun
kesejahteraan penduduk secara keseluruhan bisa meningkat karena lebih banyak tenaga kerja
yang bisa diserap oleh pasar kerja. Demikian pula berarti pertumbuhan output hanya cukup
untuk membayar return to capital tidak ada sisa yang dapat digunakan untuk investasi pada
tahun berikutnya.
Pertumbuhan ekonomi hanya karena pertumbuhan input (input driven) seperti ini sangat labil,
terlebih jika investasi berasal dari modal atau pinjaman luar negeri. Jika terjadi krisis
kepercayaan (tidak ada investasi atau pinjaman dari luar negeri), maka pertumbuhan ekonomi
bisa negative, seperti yang terjadi pada tahun 1998 di Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh pertambahan capital dan tenaga kerja memang
masih bermanfaat, yaitu pertama, untuk meningkatkan pendapatan per kapita, karena semakin
banyak penduduk yang bisa bekerja dan mendapatkan pendapatan. Peningkatan pendapatan
akan dapat meningkatkan tabungan yang kemudian juga bisa diinvestasikan. Kedua, pangsa
investasi tidak diklaim semua pada satu tahun, tetapi hanya sebagian (berupa return to
investment per tahun). Sisanya merupakan additional return yang bebas dan sebagian dapat
diinvestasikan kembali.
Selama kondisi ekonomi normal, reinvestasi bisa berjalan dan ekonomi tumbuh, tetapi jika
terjadi krisis maka sebagian besar re-investasi dan investasi baru tidak bisa terjadi, dan
ekonomi kemudian merosot. Karena itu, pertumbuhan ekonomi yang sehat adalah jika disertai
dengan dengan kenaikan produktivitas, yang merupakan sisa pertumbuhan output setelah
dikurangi dengan kontribusi dari pertumbuhan modal dan tenaga kerja. Kelebihan outpun ini
merupakan hak ekonomi nasional karena kita bekerja dengan lebih produktif, lebih efisien,
menerapkan teknologi tepat guna dan tenaga kerja yang lebih terampil.
Sisa output ini bisa digunakan untuk meningkatkan gaji karyawan serta peningkatan return to
capital atau reinvestasi. Dengan demikian, walaupun investasi atau pinjaman dari luar negeri
berkurang, masih ada sifat output yang bisa digunakan untuk investasi. Sisa output inilah yang
bisa menjamin secara akumulatif berlanjutnya pertumbuhan ekonomi.
3. Mendorong pemerintah untuk menggunakan hasil pengukuran Total Faktor Produktivitas sebagai
bahan pertimbangan dalam menyusun strategi pembangunan ekonomi nasional, sektoral dan
regional.
Ruang lingkup Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran TFP ini meliputi Pendahuluan; Konsep,
Metode dan Mekanisme Pengukuran Total Faktor Produktivitas; Tahapan Pengukuran Total
Faktor Produktivitas; Monitoring dan Evaluasi
D. Pengertian
1. Produktivitas
- Produktivitas secara konsep adalah berdasarkan keyakinan bahwa hari ini harus lebih baik dari
hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.
- Produktivitas secara matematis adalah perbandingan antara keluaran (output) dengan
masukan (input).
Penjumlahan nilai tambah dalam satu periode tertentu di suatu wilayah tertentu dikenal dengan
Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai tambah yang diciptakan, diklasifikasikan ke dalam sembilan
sektor ekonomi yaitu, sektor pertanian, pertambangan, industri pengolahan, listrik-gas dan air
bersih, konstruksi, perdagangan-hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan,
real estate dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa.
Sektor pertanian mencakup sub sektor: Tanaman Bahan Makanan, Tanaman Perkebunan,
Peternakan dan hasil-hasilnya, Kehutanan, Perikanan, dan Jasa Pertanian. Nilai tambah sektor
pertanian dihitung melalui pendekatan produksi. Pendekatan ini didasarkan pada pertimbangan
tersedianya data produksi dan harga untuk masing-masing komoditi pertanian. Secara umum,
nilai output setiap komoditi diperoleh dari hasil perkalian antara produksi yang dihasilkan
dengan harga produsen komoditi yang bersangkutan.
Seluruh jenis komoditi yang dicakup dalam sektor pertambangan dan penggalian,
dikelompokkan dalam tiga subsektor, yaitu; pertambangan minyak dan gas bumi (migas),
pertambangan bukan migas dan penggalian. Nilai tambah sektor pertambangan dan penggalian
dihitung melalui pendekatan produksi. Output atas dasar harga berlaku diperoleh melalui
perkalian antara kuantum barang yang dihasilkan dengan harga per unit produksi pada masing-
masing tahun.
Sektor industri pengolahan dibedakan atas dua kelompok besar yaitu industri pengolahan
minyak dan gas bumi (migas) dan industri pengolahan bukan migas. Subsektor Industri
Pengolahan Minyak dan Gas Bumi mencakup kegiatan pengilangan minyak dan gas bumi serta
pengolahan, penampungan, pendistribusian gas alam cair dengan tujuan untuk dijual atau
dipasarkan. Pendekatan penghitungan output untuk kegiatan ini menggunakan pendekatan
produksi. Output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antara produksi dengan harga
untuk masing-masing tahun.
Subsektor Industri Pengolahan Bukan Migas dibedakan atas dua bagian berdasarkan jumlah
tenaga kerja yang terlihat, yaitu: industri besar dan sedang/IBS (tenaga kerja ≤ 20 orang), serta
industri kecil dan kerajinan rumah tangga / IKKR (tenaga kerja 1 – 19 orang). Penghitungan nilai
tambah IBS dilakukan dengan menggunakan pendekatan produksi, sedangkan penghitungan
nilai tambah IKKR dilakukan dengan menggunakan pendekatan tenaga kerja.
Subsektor listrik mencakup pembangkitan, pengiriman dan penyaluran tenaga listrik, baik yang
diselenggarakan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)/PLN maupun oleh perusahaan
Non-PLN seperti pembangkitan listrik oleh perusahaan milik Pemerintah Daerah, dan listrik
yang diusahakan oleh swasta (perorangan maupun perusahaan) dengan tujuan untuk dijual.
Sub sektor Gas Kota meliputi penyediaan, transmisi dan penyaluran gas kota kepada
konsumen dengan menggunakan pipa dan hanya dilakukan oleh PT Perusahaan Gas Negara
(Persero)/PGN. Kegiatan subsektor air bersih mencakup proses pengadaan, pembersihan,
penyulingan/pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum, serta
penyalurannya secara langsung melalui pipa dan alat lain untuk dijual ke rumah tangga, instansi
pemerintah maupun swasta. Nilai tambah sektor listrik, gas dan air bersih dihitung melalui
pendekatan produksi. Output atas dasar harga berlaku diperoleh melalui perkalian antara
kuantum barang yang dihasilkan dengan harga per unit produksi pada masing-masing tahun.
Konstruksi adalah suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa bangunan/konstruksi yang
menyatu dengan lahan tempat kedudukannya, baik digunakan sebagai tempat tinggal atau
sarana kegiatan lainnya. Kegiatan konstruksi meliputi perencanaan, persiapan, pembuatan,
pemasangan/instalasi, pembongkaran, dan perbaikan bangunan. Kegiatan konstruksi dilakukan
baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak
lain, maupun oleh kontraktor khusus, yaitu unit usaha atau individu yang melakukan kegiatan
konstruksi untuk dipakai sendiri. Metode yang digunakan untuk memperkirakan NTB sektor
konstruksi adalah melalui pendekatan arus barang. Penggunaan metode ini didasarkan pada
pemikiran bahwa besarnya output sektor konstruksi sejalan dengan besarnya input komoditi
dan non komoditi yang dipakai untuk mendirikan suatu bangunan. Artinya antara output yang
dihasilkan dan input yang digunakan dalam sektor konstruksi mempunyai hubungan linier.
Kegiatan subsektor perdagangan meliputi kegiatan membeli dan menjual barang, baik barang
baru maupun bekas, dengan tujuan untuk disalurkan tanpa mengubah sifat barang tersebut.
NTB subsektor perdagangan dihitung dengan metode arus barang. Output atau marjin
perdagangan merupakan selisih antara nilai jual dan nilai beli barang yang diperdagangkan
setelah dikurangi dengan biaya angkut barang dagangan yang dikeluarkan oleh pedagang.
Subsektor hotel mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau
seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. NTB subsektor hotel diperoleh dengan
menggunakan pendekatan produksi. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah malam
kamar dan indikator harganya adalah rata-rata tarif per malam kamar. Output atas dasar harga
berlaku diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dengan indikator harganya.
Subsektor restoran mencakup usaha penyediaan makanan dan minuman jadi yang pada
umumnya dikonsumsi di tempat penjualan. Pendekatan yang digunakan untuk menghitung
output restoran yaitu melalui pendekatan produksi.
Kegiatan yang dicakup dalam subsektor pengangkutan terdiri atas jasa angkutan jalan rel;
angkutan jalan raya; angkutan laut; angkutan sungai, danau dan penyeberangan; dan jasa
penunjang angkutan. Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Subsektor
komunikasi terdiri dari kegiatan pos dan giro, telekomunikasi, dan jasa penunjang komunikasi.
Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi.
Subsektor keuangan terdiri dari usaha Bank, Jasa Asuransi, Dana Pensiun, Pegadaian dan
Lembaga Pembiayaan. Subsektor Real Estate meliputi usaha persewaan bangunan dan tanah,
baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal.
Subsektor Jasa Perusahaan mencakup kegiatan pemberian jasa hukum, jasa akuntansi dan
pembukuan, jasa pengolahan dan penyajian data, jasa bangunan/arsitek, jasa periklanan dan
riset pemasaran, jasa persewaan mesin dan peralatan, dan jasa lainnya (misal jasa
penyelenggaraan pameran).
Jasa-Jasa mencakup subsektor Jasa pemerintahan umum dan Jasa Swasta. Jasa
pemerintahan umum terbagi dua kegiatan yaitu Jasa administrasi pemerintahan dan
pertahanan dan Jasa pemerintahan lainnya. Jasa pemerintahan lainnya meliputi kegiatan
pemerintah di bidang jasa sosial dan kemasyarakatan (seperti jasa pendidikan, jasa kesehatan,
jasa sosial dan kemasyarakatan lainnya) serta jasa hiburan dan rekreasi yang diberikan oleh
unit-unit pemerintah secara individu kepada masyarakat. Jasa Swasta terbagi dalam tiga
kegiatan yaitu Jasa sosial dan kemasyarakatan, Jasa hiburan dan rekreasi dan Jasa
perorangan dan rumah tangga.
Terminologi lain dari kapital yang digunakan dalam SNA (1968) adalah pembentukan modal
tetap bruto/PMTB (gross fixed capital formation/GFCF), yang secara konsepsi identik dengan
besarnya investasi phisik yang direalisasikan di suatu negara/wilayah pada suatu waktu tertentu
(physical domestic investment). Pembentukan modal tetap domestik bruto didefinisikan sebagai
pengadaan, pembuatan dan pembelian barang-barang modal baru yang berasal dari dalam
negeri (domestik) dan barang modal baru ataupun bekas dari luar negeri. Barang modal adalah
peralatan yang digunakan untuk berproduksi dan biasanya mempunyai umur pakai satu
tahun/lebih.Disebut sebagai pembentukan modal tetap bruto karena menggambarkan
penambahan serta pengurangan barang modal pada satu waktu tertentu. Istilah bruto
mengindikasikan bahwa didalamnya masih termasuk unsur penyusutan.
Stok kapital didefinisikan sebagai persediaan berbagai jenis barang modal yang berujud (phisik)
seperti bangunan, mesin-mesin dan peralatannya, kendaraan, serta barang modal lainnya yang
memberikan kontribusi terhadap kelangsungan suatu proses produksi. Barang modal yang
menjadi input dalam proses tersebut tidak habis digunakan dalam waktu lebih dari satu tahun
(final use). Namun konsep ini tidak berlaku bagi barang modal yang mempunyai nilai relatif
kecil/murah tetapi mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun seperti peralatan tulis-menulis,
kalkulator, peralatan makan, cangkul dan sabit di pertanian, dan sejenisnya, karena
barang-barang tersebut dianggap sebagai barang antara (intermediate inputs) yang akan
digunakan habis dalam proses produksi.
Kapital atau barang modal yang dalam pengertian sesungguhnya lebih menekankan kepada
aspek riil dari pada moneter, yang dapat dibatasi secara lebih jauh sebagai:
a. Merupakan salah satu faktor produksi dalam bentuk peralatan produksi, bukan untuk tujuan
dikonsumsi.
b. Umur pemakaiannya lebih dari 1 tahun (durable goods), dan nilainya relatif mahal.
c. Digunakan dalam proses produksi pembuatan barang dan jasa secara terus menerus
(repeatedly) dan berkesinambungan (continously), baik langsung maupun tidak langsung.
d. Mencakup pembelian dan pengadaan barang modal baru dari dalam negeri, serta barang modal
baru maupun bekas dari luar negeri.
e. Perbaikan secara besar-besaran yang tujuannya untuk meningkatkan produktivitas atau
memperpanjang umur pemakaian barang-barang modal tersebut.
f. Pengeluaran untuk peningkatan nilai guna tanah seperti kegiatan pengembangan dan
pembukaan lahan baru, pematangan tanah dan reklamasi, perluasan hutan, perluasan
perkebunan, dan sejenisnya.
d. Pembelian barang tahan lama oleh rumahtangga yang bukan untuk keperluan usaha
e. Pengadaan ternak untuk tujuan dipotong/ dikonsumsi (bukan untuk dikembangbiakkan).
f. Barang modal tidak berwujud (intangible assets) seperti hak patent, hak cipta dan hak
kepemilikan (properti) sejenis.
g. Pengadaan ternak untuk tujuan dipotong/ dikonsumsi (bukan untuk dikembangbiakkan).
h. Barang modal tidak berwujud (intangible assets) seperti hak patent, hak cipta dan hak
kepemilikan (properti) sejenis
Estimasi stok kapital menggunakan Perpetual Inventory Method (PIM), yang pengukurannya
diperhitungkan dari besarnya pembentukan modal tetap bruto yang terjadi pada masa-masa
sebelumnya sampai dengan waktu tertentu. Pengukuran dilakukan melalui pendekatan
“delayed survival function”. Melalui pendekatan ini, estimasi stok kapital memperhitungkan
faktor “retirement” dan penyusutan. Dalam hal ini, penyusutan diperhitungkan terhadap nilai
stok kapital bruto setelah dikurangi dengan “retirement” sebelumnya.
dimana :
GCS (t-1) = Gross Capital Stock tahun t-1 (1980)
5. Bekerja
Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh
atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit satu jam (tidak
terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja yang tak
dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi.
Adalah rasio dari output terhadap lebih dari satu factor input. Sebagai contoh ; untuk mengukur
produktivitas dengan mempertimbangkan input dari tenaga kerja dan kapital secara bersamaan
TFP mencerminkan efisiensi dan efektivitas faktor-faktor produksi secara bersama-sama yang
digunakan untuk memproduksi output barang dan jasa
TFP meliputi semua faktor kualitatif yang memungkinkan sumber daya yang ada untuk
digunakan secara optimal untuk menghasilkan lebih banyak output per unit input.
TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS
Contoh :
* Keuntungan dari spesialisasi, Teknik Manajemen yang lebih baik, Pekerja 'pendidikan,
keterampilan dan pengalaman akan menghasilkan pekerja yang lebih cerdas dan lebih baik
Peningkatan Efisiensi, Upgrade teknologi, inovasi, Kemajuan dalam teknologi informasi akan
menghasilkan kemampuan peralatan dan mesin menghasilkan yang lebih tinggi dan perbaikan.
Gambar dibawah ini menjelaskan tentang pertumbuhan Total Faktor Produktivitas dalam rangka
meningkatkan output tanpan menambanh jumlah Inpu secara kuantitatif
Peningkatan produktivitas dapat diperoleh oleh dua cara yang berbeda berarti.
1. Fungsi produksi tetap tidak berubah tetapi meningkatkan intensitas modal (gerakan dari P0 ke
P1). Peningkatan intensitas modal dari K/L0 untuk K/L1 meningkatkan produktivitas dari Y/L0 ke
Y/L1.
2. Sebuah volume produksi yang lebih tinggi dapat diperoleh dengan jumlah yang sama tenaga
kerja dan modal (gerakan dari P1 ke P2, perbaikan TFP) Produktivitas meningkat dari Y/L1
untuk Y/L2, pada intensitas modal yang sama, K/L1.
Berdasarkan Fungsi Produksi Cobb Douglas. Didasarkan pada pemikiran bahwa pertumbuhan
dalam faktor tidak dapat diukur (atau kualitatif) adalah perbedaan antara pertumbuhan output
secara keseluruhan dan peningkatan input faktor terukur.
Persamaan :
Bobot faktor input mencerminkan kontribusi bahwa faktor tertentu untuk pertumbuhan output
secara keseluruhan. Bobot ini adalah dari factor yang berbagiterhadap total output.
contoh
Dengan asumsi di suatu negara, sekitar 42% dari total output di bagikan kepada pekerja
sebagai upah, sedangkan sisanya 58% untuk modal dalam bentuk bunga dan keuntungan. Ini
berarti bahwa bobot diberikan adalah 0,42 untuk tenaga kerja dan 0,58 untuk modal.
Merupakan hubungan statistik antara output (PDB), faktor sumber daya terukur (seperti tenaga
kerja dan modal) dan kelompok faktor kualitatif.
persamaan:
Bobot diperkirakan. Untuk mengatasi faktor kualitatif yang tidak dapat diukur, proxy, biasanya
tren waktu yang digunakan. Setelah latihan regresi, sebuah persamaan seperti berikut dapat
diperoleh:
di mana a, b, c adalah koefisien korelasi. Pertumbuhan TFP diberikan oleh koefisien dari
variabel waktu, c.
ada dua sumber utama Dalam pertumbuhan ekonomi yang teridiri dari :
Tujuan akhir peningkatan produktivitas adalah menciptakan kualitas kehidupan yang lebih baik,
tujuan tersebut dapat dicapai melalui dua cara yaitu :
1. Penambahan input secara kuantitatif dengan menambah jumlah penyerapan tenaga kerja dan
penambahan investasi dalam bentuk modal yang akan menghasilkan Produk Domestik Bruto
lebih tinggi
2. Penambahan input secara kualitatif melalui peningkatan kualitas Angkatan Kerja dan kualitas
system dan modal yang akan menghasilkan Total Faktor Produktivitas yang lebih Tinggi
sehingga Produktivitas yang lebih tinggi akan diperoleh.yang memberikan efek terhadap
peningkatan Produk Domestik Bruto
Secara bersama-sama input kuantitatif dan input kaulitatif mampu mengingkatkan Produk
Domestik Bruto maka akan tercipta kesejahteraan meningkat dan standar hidup yang lebih
tinggi sehingga kualitas kehidupan akan menjadi lebih baik
Pertumbuhan lapangan kerja yang disebabkan oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan:
Ekspansi kuantitatif modal fisik per pekerja atau intensitas modal
intensitas modal mengukur ekspansi modal fisik (aset tetap) yang dialokasikan untuk setiap
karyawan. Rasio ini menunjukkan apakah suatu industri relatif padat modal atau Padat karya
pertumbuhan TFP mengukur perbaikan dalam aspek kualitatif dari Tenaga Kerja dan input
modal dan input-input tersebut bekerja sama secara efisien
C. Hubungan antara Varabel ekonomi kunci terhadap ekonomi
Persamaan :
Output
Atau
PDB
Jadi, P = Y / L
Dengan kata lain, dari waktu ke waktu, pertumbuhan PDB (Ygr) adalah jumlah dari pertumbuhan
produktivitas tenaga kerja (Pgr) dan pertumbuhan angkatan kerja yang dipekerjakan (Lgr).
Derivasi matematis dari hubungan ini dimulai dengan fungsi produksi. Melalui serangkaian
persamaan matematika, sebuah persamaan yang berkaitan tingkat pertumbuhan produktivitas
tenaga kerja (P), intensitas modal (K / L) dan TFP (A), dapat diturunkan, sebagai berikut:
• Para koefisien b menunjukkan bagaimana produktivitas yang akan tumbuh untuk setiap
perubahan persentase dalam intensitas modal.
hubungan antara TFP dan PDB melalui produktivitas tenaga kerja. Dengan mengambil
persamaan (2) dan (3) secara bersamaan :
Dari sini, kita dapat memperoleh persamaan yang mendasari kerangka perhitungan
pertumbuhan.
Dimana a diukur sebagai bagian tenaga kerja pada out put atau PDB
sementara b di ukur dengan bagian dari bagian modal pada output atau PDB
Produktivitas Tenaga kerja ditentukan oleh sifat dan perubahan dalam proses produksi.
Perbaikan (baik kuantitatif atau kualitatif) dalam proses produksi akan meningkatkan
produktivitas tenaga kerja.
Perbaikan kuantitatif dalam bentuk intensitas modal lebih tinggi
Tenaga kerja terampil diperlukan untuk memenuhi peningkatan investasi modal. Peningkatan
hasil pendidikan dalam peningkatan kemampuan belajar. Hal ini akan memperpendek kurva
belajar dari angkatan kerja dan tenaga kerja yang memungkinkan untuk mengatasi dengan
teknologi baru dan canggih. Oleh karena itu, tenaga kerja terampil dan berpendidikan lebih
tinggi akan lebih efficeint dan menghasilkan produk yang berkualitas lebih baik dan layanan
yang akan memberikan kontribusi peningkatan TFP.
2. Struktur modal
Berkaitan dengan proporsi investasi input modal produktif. Investasi dalam mesin dan peralatan
yang input modal produktif akan menghasilkan output langsung dibandingkan dengan investasi
di bidang infrastruktur, pabrik dan bangunan yang memiliki periode lagi. Oleh karena itu,
pertumbuhan TFP yang lambat menunjukkan bahwa modal produktif belum dialokasikan secara
efisien dan sepenuhnya dimanfaatkan.
3. Intensitas Permintaan
4. Restrukturisasi ekonomi
Mengacu pada pergerakan sumber daya dari yang kurang produktif ke sektor yang lebih
produktif ekonomi. Pengalaman negara-negara maju menunjukkan bahwa sumber daya di
sektor-sektor yang lebih produktif ekonomi yang digunakan pada tingkat yang lebih efisien dari
sumber daya di sektor yang kurang produktif.
5. Kemajuan teknis
Mengacu pada pemanfaatan yang efektif dan efisien teknologi, inovasi, sikap kerja dan
manajemen & efektivitas organisasi. Dengan kemampuan teknologi tinggi, tenaga kerja
termotivasi dan manajemen yang efektif, nilai-tambah yang lebih tinggi dengan biaya kompetitif.
produk dan jasa akan diproduksi
Didefinisikan secara luas, bahwa Pertumbuhan TFP mencakup semua perubahan kualitatif
dalam tenaga kerja dan modal, termasuk perubahan dalam komposisiny serta intensitas
permintaan, restrukturisasi ekonomi dan kemajuan teknis.
1.
• Jika teknologi dikembangkan ketat dalam laboratorium terbatas, industri mungkin tidak siap
untuk dikomersialisasikan R & D dilakukan.
BAB IV
Total Produksi = TFP x Total production = TFP * kombinasi volume input
Dimana Q = Output
Dimana
Sk + Sl = 1
Output
Membutuhkan nilai-nilai jasa modal yang digunakan dalam proses produksi selama periode
satu tahun akuntansi
Tenaga kerja
Gunakan jumlah orang yang dipekerjakan termasuk wiraswasta.
Kontribusi Tenaga Kerja didefinisikan sebagai rasio dari kompensasi tenaga kerja terhadap
PDB pada harga konstan
Kontribusi Modal
Volume pelayanan yang diberikan oleh modal (aktiva produktif) adalah sebanding dengan
volume Sok Kapital itu sendiri.
Panduan:
Jika perkiraan aktual data stok kapital tersedia, menggunakannya dalam estimasi .
Jika perkiraan aktual stok kapital tidak tersedia, gunakan pilihan berikut:
• Gunakan hasil estimasi dari sumber yang diterbitkan lainnya.
• Gunakan data proxy untuk estimasi dengan menggunakan Perpetual
Metode persediaan. (Perpetual Inventory Method)
Perpetual Inventory Method
Kt = (1 – d)Kt-1 + It
Dimana
panduan:
2) Sebuah jumlah sederhana dari investasi selama tahun tertentu jumlah tahun digunakan
sebagai aproximasi dari acuan tahun stok capita
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada harga konstan dari pemerintah dan swasta
Langkah Perhitungan
• Langkah1
Kumpulkan data PMTB pada harga konstan dari pemerintah dan sector swasta
• Langkah 2
langkah 3
Mendapatkan perkiraan Stok Kapital diawal tahun t. Sebagai contoh:
K1975 = I1960 I1961 + + ... ... .. + I1974
langkah 4
masukan variabel ke dalam persamaan untuk memperoleh stok capital dalam tahun berjalan.
Dengan asumsi tingkat depresiasi adalah 3%.
EKONOMI MIKRO DAN MAKRO
Ilmu ekonomi sering dibedakan menjadi mikro dan makro ekonomi. Mikro ekonomi adalah
bagian dari ilmu ekonomi yang berkenaan dengan kegiatan-kegiatan ekonomi dari unit-unit
individual, sebagai bagian kecil dari keseluruhan kegiatan ekonomi, seperti kehiduan suatu
perusahaan, harga dan upah, pembagian pendapatan total di antara berbagai industri. Jelasnya,
ekonomi mikro mempelajari tindakan-tindakan ekonomis dari para individu, dan kumpulan-
kumpulan individu dalam kedudukannya sebagai konsumen, maupun pemilik faktor-faktor
produksi seperti tenaga kerja, pemilik bahan mentah, skill, dan pemilik kapital.
Alat utama dari ekonomi mikro adalah teori harga, teori harga berguna antara lain untuk
menjelaskan bagaimana sumber atau faktor produksi dipergunakan dalam suatu jenis produksi
sesuai dengan penggunaan alternatif. Disamping itu teori harga akan memersoalkan
bagaimanakah barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan dalam masyarakat itu dibagikan
kepada para anggota masyarakat (soal pembagian pendapatan )
Pendek kata, dapatlah dikatakan bahwa dengan terbentuknya harga, terbentuk pulalah 3 hal
sekaligus, yaitu :
1. Teori Harga
Teori harga menjelaskan terbentuknya harga oleh permintaan dan penawaran barang / jasa di
pasar
2. Teori Produksi
Teori produksi membahas masalah-masalah biaya produksi, tingkat produksi yang paling
menguntungkan
1. Teori Distribusi
Teori distribusi membahas tentang distribusi pendapatan bagi para pemilik faktor-faktor produksi
yang telah memberikan prestasinya dalam proses produksi.
Ekonomi makro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari masalah ekonomi secara
keseluruhan ( totalitet / aggregatif ). Maksud digunakannya istilah aggregatif adalah untuk
menekankan bahwa yang menjadi yang menjadi pusat perhatiannya adalah variabel-variabel
total, seperti : pendapatan total (nasional/masyarakat/seluruh), tabungan masyarakat, investasi
total, konsumsi nasional atau pembelanjaan masyarakat, produksi nasional, investasi total, dan
bukannya penganalisaan yang terperinci atas komponen-komponen yang bersifat total itu. Alat
utama ekonomi makro adalah pendapatan nasional dan analisa pendapatan nasional. Analisa
pendapatan nasional berguna untuk mengukur secara statistik tentang besarnya pendapatan
nasional, konsumsi nasional, tabungan dan investasi nasional. Disamping itu berguna untuk
menunjukkan dan menentukan hubungan-hubungan sistematis, sehingga dapat menjelaskan
perubahan –perubahan yang dialami oleh variabel-variabel total itu sepanjang masa.
Pembagian ilmu ekonomi menjadi mikro dan makro adalah tidak mutlak, sebab pengertian total
merupakan penjumlahan dari satuan-satuan yang lebih kecil, seperti pendapatan nasional ( pada
ekonomi makro) adalah penjumlahan dari pendapatan-pendapatan rumah tangga yang terdapat
dalam suatu masyarakat. Dengan membagi ilmu ekonomi menjadi mikro dan makro, tidaklah
berarti bahwa masalah pendapatan itu tidak dipersoalkan lagi dalam ekonomi mikro, dan
persoalan harga tidak dibicarakan lagi dalam ekonomi makro.
Kedua persoalan itu sama-sama dibahas diantara keduanya, hanya saja pembahasannya berbeda.
Dalam ekonomi makro persoalan harga bukanlah harga barang / jasa individual melainkan harga
secara totalitet/aggregatif. Sedangkan dalam ekonomi mikro persoalan pendapatan bukanlah
secara nasional melainkan pendapatan perseorangan sebagai balas-jasa (kontra prestasi ) atas
pengorbanan yang telah dilakukan di pasar faktor-faktor produksi
Jadi kesimpulannya, perbedaan ilmu ekonomi mikro dan makro itu tidaklah mutlak, sebab
keduanya salaing melengkakpi dan keduanya pula merupakan basis dari analisa ekonomi.
( Tunjukkan dengan contoh bahwa antara ekonomi mikro dan makro ada pengaruh secara timbal
balik ! )
Di lihat dari sejarah pertumbuhannya, ekonomi mikro tumbuh dan berkembang lebih dulu
daripada ekonomi makro . Sejak munculnya Adam Smith, dalam bukunya yang berjudul ” An
Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nation ” , yang lebih populer dengan
sebutan The Wealth of Nation, telah berhasil meletakkan dasar-dasar ilmiah bagi lahirnya ilmu
ekonomi modern, yang isinya menerangkan cara-cara meningkatkan kekayaan/kemakmuran
suatu negara dan bagaimana kekayaan itu didistribusikan. Adam Smith kemudian oleh Karl
Mark dijuluki sebagai aliran klasik karena dalam cara menyelesaikan mengenai persoalan
ekonomi yang muncul bersifat klasik(kolot). Tradisi klasik itulah yang mendasari bagi
perkembangan ilmu ekonomi mikro. Ahli-ahli ekonomi klasik lainnya yang mempelopori
tumbuhnya ekonomi mikro, yaitu ; Alfred Marshall, dalam bukunya ” Principles of economics ”,
Thomas Robert Malthus, dalam bukunya yang lebih dikenal dengan ” Essay on The Principles of
Population ”. Jean Babtiste Say, yang terkenal dengan hukumnya dan dijadikan dasar pemikiran
bagi kaum klasik. Say’s law atau hukum Say yang berbunyi ” Supply always creats it’s own
demand ”, Tokoh berikutnya adalah David Ricardo, buku karangannya yang terkenal berjudul ”
The Principle of Political Economy and Taxation. Sedangkan John Stuart Mill, terkenal dengan
teorinya yang disebut “ Law of Reciprocal Demand “. Bahwa harga dalam perdagangan
internasional ditentukan oleh hokum permintaan yang timbale balik. Kemudian tokoh-tokoh
lainnya seperti JH Von Thunen, dan Nassau William Senior.
Apa yang telah dikembangkan oleh Adam Smith tentang pemikirannya masalah ekonomi adalah
hasil dari kemenangannya dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kebebasan individu di
lapangan ekonomi. Seperti halnya perjuangan kebebasan dan kemerdekaan di lapangan politik
yang membuahkan revolusi di Perancis ( 1789 )
Ketika terjadi depresi besar tahun 1930-an yang melanda dunia melahirkan ekonom baru yaitu
John Maynard Keynes yang sekaligus merupakan babak baru pemikiran ekonomi yang bersifat
makro. Keynes menjadi populer sejak menerbitkan bukunya yang berjudul ” General Theory of
Employment, Interest and Money” ( 1936) , Jika aliran kalsik mendasarkan pada bekerjanya
mekanisme pasar persaingan maka kelompok Keynesian menganggap perlu adanya campur
tangan pemerintah dalam kegiatan perekonomian. Di dalam pembahasan teori ekonomi pendapat
klasik yang berpangkal pada hukum Say, ternyata dengan adanya depresi besar, terjadinya over
produksi, pengangguran yang hebat, dan laju inflasi yang tinggi membuktikan bahwa pandangan
klasik dapat disebut sebagai teori yang gagal.
Keynes berpendapat bahwa teori klasik adalah suatu teori ekonomi yang special untuk proses
ekonomi full employment bukannya teori ekonomi umum (general) yang berlaku pada setiap
tingkat employment . Proses ekonomi tidak selamanya berjalan pada tingkat full employment,
sehingga tidak akan terjadi over produksi, tidak ada pengangguran dan keadaan perekonomian
senantiasa menuju kearah titik keseimbangan. Padahal proses ekonomi sering pula terjadi pada
tingkat under employment sehingga bisa saja terjadi penyakit ekonomi, yaitu pertumbuhan yang
sangat lamban, terjadi pengangguran, inflasi, stagflasi.
Menurut Keynes bahwa depresi dan pengangguran yang hebat dapat diatasi dengan jalan
memperbesar konsumsi dan pendapatan masyarakat sehingga menimbulkan daya beli /
permintaan efektif masyarakat . Untuk itu maka perlu adanya campur tangan pemerintah dalam
kegiatan ekonomi masyarakat seperti mengadakan pekerjaan umum ( public work) untuk
masyarakat. Dengan jalan itu maka konsumsi dan pendaatan masyarakat serta daya beli akan
bertambah dan over produksi dapat diserap oleh masyarakat. Dalam perkembangannya,
pendukung teori Keynes menyatakan bahwa campur tangan pemerintah diperlukan melalui
kebijakan fiskal dan moneter untuk meningkatkan permintaan efektif masyarakat. Campur
tangan seperti ini pada klasik/tradisional tidak terjadi karena kegiatan pemerintah hanya dibatasi
pada pertahanan dan keamanan, ketertiban (hukum dan peradilan), penyediaan prasarana umum
yang tidak dapat disediakan oleh swasta.
Dengan teorinya yang baru maka Keynes telah meruntuhkan teori ekonomi klasik dan
kelanjutannya menimbulkan apa yang disebut ” Keynesian Economics ”. Maka dengan adanya
Keynesian Economics mendasari berkembangnya ekonomi makkro yang banyak menguasai cara
berfikir ekonomis masa sekarang.
Sebelum membahas tentang masalah tersebut, perlu untuk kita ketahui terlebih dahulu tentang :
1. Apa tujuan ilmu ekonomi itu sehingga kita tahu sasaran-sasaran pokok yang akan dituju dalam
mencapai kemakmuran.
2. Sumbangan ilmu ekonomi terhadap peningkatan kemakmuran pelaku ekonomi yaitu bagi
konsumen, produsen dan pemerintah
Keterangan
Berdasarkan tujuan ilmu ekonomi tersebut maka ada 5 (lima) sasaran yang akan dicapai untuk
meningkatkan kemakmuran, yaitu :
1. Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan produk per kapita dalam jangka panjang. Ukuran
kenaikan produk per kapita itu ditunjukkan dengan meningkatnya output secara keseluruhan
selama satu tahun yang dikenal dengan istilah GNP. Naik turunnya produk per kapita ditentukan
oleh naik turunnya GNP dan populasi (jumlah penduduk).
Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan ( adil, makmur dan stabil) maka unsur
pertumbuhan ekonomi tersebut harus ada sebab bila syarat itu tidak terwujud hal itu tidak ada
gunanya karena yang diratakan adalah kemiskinan belaka .
b. Distribusi pendapatan yang adil
Masalah keadilan termasuk distribusi pendapatan yang adil merupakan salah satu faktor penting
yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan pembangunan setiap negara. Jika pembangunan
tidak disertai dengan keadilan maka yang terjadi adalah kemakmuran dalam ketidakstabilan yaitu
adanya kecenderungan terjadinya gap atau jurang pemisah yang semakin melebar antara yang
kaya dan yang miskin dan sebaliknya jika pembangunan tidak diikuti dengan kemakmuran maka
yang terjadi adalah keadilan dalam kemiskinan
Kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang menggambarkan banyaknya lapangan kerja
yang tersedia bagi angkatan kerja atau bagi pencari kerja. Menurut teori Keynes masalah
kesempatan kerja tergantung pada permintaan efektif yaitu pengeluaran masyarakat untuk
konsumsi ( C ) barang dan jasa dan pengeluaran investasi( I ) Apabila lapangan pekerjaan yang
tersedia tidak seimbang dengan jumlah penduduk yang mencari pekerjaan maka akan terjadi
pengangguran. Pengangguran mempunyai dampak yang kurang menguntungkan terhadap kegiatan
ekonomi masyarakat sehingga akan menurunkan pendapatan per kapita dan menurunnya
kemakmuran masyarakat itu sendiri. Akibat buruk lainnya seperti : menimbulkan ketidakstabilan di
bidang sosial dan politik, menunda perkembangan ekonomi masyarakat sebab alokasi faktor produksi
lebih banyak tertuju ke arah investasi yang sifatnya sosial dari pada investasi capital
Adanya fluktuasi harga menggambarkan ketidak seimbangan pasar dan perekonomian tidak
stabil, inilah yang akan membahayakan kehidupan produksi, investasi dan pendapatan nasional
Naik-turunnya harga-harga akan berpengaruh langsung pada permintaan efektif , jika terjadi
penurunan permintaan efektif secara keseluruhan maka kecenderungannya adalah bahaya
pengangguran dan sebaliknya jika terjadi peningkatan / kelebihan permintaan efektif maka
kecenderungannya adalah bahaya inflasi
Oleh karena itu stabilitas harga merupakan faktor penting dalam konsep ekonomi mikro karena
akan menentukan hasil produksi dan selanjutnya mempengaruhi keadaan ekonomi makro yaitu
besarnya pendapatan nasional yang akan dicapai
e. Efisiensi
Efisiensi menunjukkan keberhasilan yang dapat dicapai dilihat dari segi besarnya sumber yang
digunakan atau biaya yang dikeluarkan untuk mencapai hasil kegiatan yang dijalankan. Makin
kecil sumber yang digunakan, dengan hasil yang optimal berarti makin efisien.Dengan demikian
efisiensi merupakan perbandingan antara sumber atau masukan dengan hasil atau keluaran.
Sumber atau biaya mencakup pula pengorbanan yang tak dapat diukur dengan uang, seperti
kebosanan, kelelahan, kebisingan, hilangnya semangat kerja, dll
Dengan demikian asumsi rasionalitas ekonomi sama saja dengan prinsip ekonomi dan tindakan
efisiensi yang dilakukan oleh para konsumen dan produsen sebagai pelaku ekonomi
Ilmu ekonomi sangat banyak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat baik sebagai rumah tangga
atau individu, perusahaan atau dunia usaha maupun bagi seluruh masyarakat atau suatu negara.
Bagi rumah tangga atau individu, ilmu ekonomi besar manfaatnya untuk meningkatkan taraf
hidup atau kemakmurannya, melalui pemikiran rasional berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
ekonomis dan faktor-faktor ekonomi di dalam mencapai keputusan-keputusan ekonominya.
Pertimbangan ekonomis seperti dapat menentukan pilihan secara tepat dan efisien dalam
membelanjakan penghasiloannya. Dan faktor ekonomi, seperti, mampu memperoleh hasil secara
maksimal, misalnya dapat menentukan pilihan pekerjaan sesuai dengan minat, kemampuan dan
bakat yang dimilikinya. Sehingga di dalam mencapai penghidupannya semakin lama akan
semakin terpenuhi dan semakin lebih baik, ini berarti dapat mencapai kemakmuran.
Bagi perusahaan atau dunia usaha ilmu ekonomi besar sumbangannya untuk mencapai tujuan
perusahaan yaitu mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya.Untuk mencapai tujuan tersebut
tentunya dibutuhkan informasi ekonomi yang akurat agar dapat menganalisis dan mengambil
keputusan ekonomi yang cepat dan tepat sasaran. Ilmu ekonomi mengajarkan tentang usaha
mencapai efisiensi melalui perhitungan-perhitungan yang rasional yaitu dicapainya sejumlah
output tertentu dengan biaya produksi yang minimum serta mengajarkan bagaimana tindakan
perusahaan untuk mengadakan ekspansi usaha secara tepat sehingga dicapai penghematan-
penghematan yang besar dan dicapai keuntungan yang maksimum.
Bagi suatu negara maka ilmu ekonomi besar sumbangannya dalam rangka mencapai
kemakmuran seluruh masyarakat.Untuk mencapai tujuan tersebut, melalui ekonomi terapan
seperti politik ekonomi memberikan sumbangan yang besar bagi peningkatan kemakmuran
masyarakat. Melalui politik ekonomi dicanangkan pembangunan ekonomi yang bertujuan
meningkatkan taraf hidup rakyat, dan dilaksanakan kebijakan moneter, fiskal, upah, produksi,
sosial, dan politik internasional yang merupakan alat politik ekonomi dalam mencapai tujuannya.
Ini membuktikan bahwa ilmu ekonomi memberikan sumbangan yang besar bagi peningkatan
kemakmuran masyarakat suatu negara bahkan lebih besar lagi yaitu dunia .
Dengan ilmu ekonomi bukan berarti segala sesuatunya menjadi beres, sebab ilmu ekonomi
hanyalah alat untuk mencapai tujuan, ilmu ekonomi memberikan tawaran tentang asas pemikiran
yang rasional, memberikan pedoman dalam berekonomi, memberikan tawaran alternatif. Proses
selanjutnya ditentukan oleh subjek ekonomi yang melaksanakan, ini berarti dituntut pelaku
ekonomi yang profesional baik para tenaga pimpinan (eksekutif) perusahaan aparat negara
maupun para individu, dalam masyarakat untuk menerapkan ilmu ekonomi secara hati-hati dan
bertanggungjawab dalam rangka menuju kemakmuran yang diharapkan bagi para pelaku
ekonomi yang bersangkutan.
Motif penggerak yang paling kuat bagi negara berkembang untuk maju adalah keinginan untuk
berdiri sejajar dengan negara-negara yang maju lainnya. Biasanya negara berkembang adalah
neara bekas jajahan maka sudah barang tentu sisa-sisa kemiskinan , kebodohan dan
keterbelakangan masih tampak dalam perikehidupan masyarakatnya. Di samping itu adanya
masalah kelebihan tenaga kerja dan adanya pengangguran yang tersembunyi. Maka dari itu,
usaha untuk mengikis semuanya memerlukan waktu yang tidak pendek, dan cara yang paling
tepat untuk memperbaiki dan memajukan adalah dengan pembangunan sebab dengan
pembangunan membuka kesempatan untuk memungkinkan adanya perubahan-perubahan
menuju ke arah perkembangan yang lebih baik yaitu adanya keluwesan peradaban. Sebab dengan
keluwesan peradaban di samping dapat mengubah struktur masyarakat dan perekonomian, juga
dapat membuka pikiran sehingga dapat memberikan dasar yang kuat bagi kemajuan teknologi
dan ilmu pengetahuan
Negara-negara berkembang dewasa ini memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan negara-negara
yang relatif sudah berkembang(maju). Menurut Baldwin dan Meier sifat-sifat tersebut secara
ekonomi memiliki 6 karakteristik, yaitu :
Konsekuensi yang sangat dilematis bagi negara berkembang sebagai akibat kekurangan modal
adalah adanya suatu kegiatan perekonomian yang sulit dipecahkan, keadaan seperti ini lebih
populer disebut dengan “lingkaran tak berujung pangkal ” ( vicious circle )
Dengan adanya kondisi sosial ekonomi negara berkembang tersebut maka dalam melaksanakan
pembangunan nasionalnya menghadapi beberapa kesulitan atau hambatan.
Semua hambatan tersebut menjadi penghalang bagi alokasi faktor produksi secaran optimum
sehingga akan menghambat pula kelancaran proses pembangunan
Menurut Michael P Todaro, seorang profesor ilmu ekonomi di New York University dalam
bukunya “ Economic Developments “ ada 7 masalah utama yang dihadapi oleh negara-negara
berkembang , yaitu :
2) Tingkat pertumbuhan relatif pendapatan nasional dan pendapatan per kapita
4) Kesehatan
5) Pendidikan
Jadi secara historis negara berkembang ditandai dengan keadaan-keadaan seperti tersebut di atas
yang merupakan hambatan dalam pembangunan nasionalnya. Adanya hambatan-hambatan
dalam pelaksanaan pembangunan itulah, maka negara-negara berkembang dalam mengejar
tingkat pertumbuhan ekonomi mengalami kemacetan atau pertumbuhan yang kecil saja. Berbeda
dengan negara yang sudah maju, seperti : Amerika Serikat, Jepang, Inggris dan Perancis,
pertumbuhan ekonomi mengalami kemajuan yang pesat karena perkembangan jumlah penduduk
justru dapat meningkatkan produksi sekaligus menyerap produksi yang dihasilkan. Hal itu
disebabkan karena penduduk sebagai faktor produksi memiliki kapasitas yang tinggi. Ini berarti
tingkat pertumbuhan penduduk juga disertai dengan meningkatnya penghasilan masyarakat
Studi atau telaah tentang masalah yang dihadapi pemerintah dalam kontek negara berkembang
khususnya di bidang ekonomi pada prinsipnya tidak hanya tertuju pada suatu strategi
pembangunan ekonomi yang menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi yang pesat saja,
namun yang perlu mendapat perhatian adalah masalah kemiskinan, keterbelakangan,
lapangan kerja dan pemerataan pendapatan.
Batas garis kemiskinan yang ditetapkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 1999 mengacu
pada kebutuhan minimum 2.100 kilo kalori per kapita per hari ditambah dengan kebutuhan
minimum non makanan yang merupakan kebutuhan dasar seseorang yang meliputi papan,
sandang, sekolah, transportasi serta kebutuhan mendasar lainnya. besarnya nilai pengeluaran
untuk memenuhi kebutuhan mendasar dasar minimum makanan dan non makanan tersebut
disebut garus kemiskinan. Penduduk yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minimum
dikategorikan sebagai penduduk miskin.
1. 1. Kemiskinan
Kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan perbaikan kondisi sosial ekonomi masyarakat
sudah dimulai sejak Pelita. Pada PJPT I terlihat cukup berhasil dalam program ini. Indikator
keberhasilan ini dapat dilihat dari berkurangnya jumlah penduduk miskin, yaitu dari sekitar 54,2
juta jiwa pada tahun 1976 dan 27,2 juta jiwa pada tahun 1990 akhirnya tinggal 22,5 juta jiwa
pada tahun 1996.
Sejak masa order baru, pemerintah melalui kebijakan trilogi pembangunan terus mengupayakan
mengentaskan kemiskinan. Program Inpres Desa, Kredit Modal Kerja Permanen, Intensifikasi
Khusus (INSUS), Pengembangan Kawasan Terpadu (PKT), Biman, Inmas, Program Bapak
Angkat dan Anak Angkat, wajib belajar dan sebagainya, merupakan upaya nyata pemerintah
dalam usaha mengangkat mereka yang masih berada di bawah garis kemiskinan.
Di samping itu masih terdapat tiga program penanggulangan kemmiskinan yang secara langsung
diarahkan pada penduduk miskin yaitu :
1) Penyediaan kebutuhan pokok untuk keluarga miskin, contoh pengadaan raskin.
1. 2. Keterbelakangan
Indonesiamasih termasuk golongan negara yang sedang membangun khususnya bila ditinjau dari
segi kemajuan teknologi, ekonomi, pelayanan kesehatan, tingkat pemeliharaan barang-barang
umum, disiplin maupun penghargaan terhadap waktu. Keterbelakangan segi ekonomi terletak
pada rendahnya pendapatan per kapita, terbatasnya pasar, rendahnya tingkat spesialisasi dan
rendahnya penggunaan uang giral per kapita.
Penciptaan dan perluasan lapangan kerja terus diupayakan terutama melalui peningkatan dan
pemerataan pembangunan industri, pertanian, dan jasa yang mampu menyerap banyak tenaga
kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat.
Bertambahnya angkatan kerja dari tahun ke tahun akibat dari pertumbuhan penduduk memaksa
peningkatan kesempatan kerja untuk menyerap tambahan angkatan kerja.
Namun dengan krisis ekonomi yang dialami bangsa Indonesia sejak tahun 1997, jumlah
pengangguran meningkat pesat. Dari data yang ada menunjukkan bahwa pengangguran terbuka
banyak terdapat di daerah perkotaan, sedangkan pengangguran setengah terbuka banyak terdapat
di daerah pedesaan. Banyak tenaga kerja yang akhirnya berpindah ke wilayah perkotaan dan
mempengaruhi tingkat mobilitas angkatan kerja dari desa ke kota. Karena lapangan kerja formal
terbatas, lapangan usaha informal dan usaha keluarga merupakan jalan keluar sementara dan
menjadikan angkatan kerja sektor informal meningkat.
Kualitas angkatan kerja yang dicerminkan melalui tingkat pendidikan pekerja juga belum
menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Sekitar 64% angkatan kerja di Indonesia pada
tahun 1998 berpendidikan SD ke bawah. Kondisi ini menunjukkan masih rendahnya kualitas
angkatan kerja lulusan pendidikan tinggi dengan kebutuhan pasar kerja, membawa permasalahan
tersendiri.
Atas dasar berbagai masalah di atas, pemerintah membuat strategi kebijakan di bidang
ketenagakerjaan sebagai berikut :
1. Menciptakan lapangan kerja selaras dengan kebijakan ekonomi makro yang berlandaskan pada
upaya pengurangan pengangguran di berbagai sektor dan wilayah.
2. Meningkatkan kompetensi dan kemandirian tenaga kerja. Hal ini antara lain dilakukan melalui
penyediaan pendidikan dan pelatihan.
3. Meningkatkan kesejahtaraan tenaga kerja melalui sistem pengupahan dan penjaminan
kesejahteraan pekerja.
4. Meningkatkan perlindungan bagi pekerja yang secara langsung terlibat dalam proses produksi
barang dan jasa, termasuk tenaga kerja anak dan wanita.
5. Menata kembali sistem pelatihan, penempatan, pemantauan, dan perlindungan TKI yang
bekerja di luar negeri.
6. 4. Pemerataan Pendapatan
Agar pemerataan pendapatan terwujud maka orientasi pembangunan harus dapat dilaksanakan
secara merata ke seluruh wilayahIndonesiadengan lebih diarahkan pada perluasan kesempatan
kerja, pembinaan pengembangan lingkungan pemukiman pedesaan danperkotaan, serta
peningkatan kemampuan penduduk untuk memanfaatkan sumber-sumber daya alam.
Pembangunan prasarana ekonomi dan sosial perlu dibuat lebih merata ke seluruh wilayah tanah
air. Perlu ditekankan juga pentingnya penggunaan teknologi tepat guna dalam usaha
menciptakan kesempatan kerja.
Pesatnya laju pertumbuhan ekonomi bila tidak diimbangi dengan pemerataan hasil-hasil
pembangunan terutama distribusi pendapatan yang adil maka tidak ada gunanya sebab hanya
akan menimbulkan akibat-akibat sosial dan politik yang tidak menguntungkan dan akan
membahayakan stabilitas pembangunan itu sendiri
Masalah keadilan termasuk distribusi pendapatan yang adil merupakan salah satu faktor penting
yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan pembangunan setiap negara. Jika pembangunan
tidak disertai dengan keadilan maka yang terjadi adalah kemakmuran dalam ketidakstabilan
yaitu adanya kecenderungan terjadinya gap atau jurang pemisah yang semakin melebar antara
yang kaya dan yang miskin dan sebaliknya jika pembangunan tidak diikuti dengan kemakmuran
maka yang terjadi adalah keadilan dalam kemiskinan
Kebijaksanaan pemerintah unuk mencegah melebarnya jurang pemisah antara yang kaya dengan
yang miskin dilakukkan dengan delapan jalur pemerataan yang terdiri atas :
1) pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan, sandang dan
perumahan;
6) pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda
dan kaum wanita;
Dari delapan jalur pemerataan itu dapat dilihat bahwa pembangunan diIndonesiatidak lagi
ditekankan pada pertumbuhan ekonomi semata-mata, tetapi juga pada pemerataan kesempatan
kerja serta pemerataan hasil-hasil pembangunan ke segala lapisan rakyat. Pemerataan bukan
hanya di bidang ekonomi, tetapi juga di bidang lainnya.
1. Masalah kemiskinan
Gejala ini lebih terletak di dalam diri penduduk miskin itu sendiri, yakni berkatian degnan cara
hidup dan perilaku serta keadaan yang ditimbulkan dari kemiskinan itu sendiri. Gejala ini dapat
dilihat misalnya:
Gejala ini berkaitan dengan lingkungan penduduk miskin yang ditandai kurangnya pendapatan
sehingga banyak orang yang hidup pada tingkat subsistance (hidup pas-pasan).
2. Jenis-jenis kemiskinan
1. Kemiskinan mutlak (absolut),yaitu suatu ukuran kemiskinan dengan mendasarkan diri pada
kebutuhan pokok/dasar minimum(minimum basic needs). Orang dikatakan miskin bila tingkat
pendapatannya tidak dapat menutup kebutuhan hidup minimum atau dengan kata lain mereka
hidup dibawah standar hidup minimum atau dibawah garis kemiskinan(penduduk yang
termiskin)
2. Kemiskinan relatif, menurut Miller diartikan suatu kemiskinan yang lebih banyak ditentukan oleh
keadaan lingkungan sekitarnya. Sehingga bisa saja terjadi seseorang dilihat dari tingkat
pendapatannya telah dapat menutup tingkat kebutuhan dasar minimum akan tetapi
pendapatan tersebut masih jauh lebih rendah dibandingkan pendapatan masyarakat
sekitarnya,ini berarti seseorang tersebut masih berada dalam keadaan miskin.
3. Kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang disebabkan adanya ketimpangan dalam struktur
ekonomi suatu negara. Misalnya : rendahnya produksi masyarakat mengakibatkan tingkat
pendapatan masyarakat juga rendah, adanya ketidakmerataan dalam distribusipendapatan
nasional sehingga timbul jurang pemisah antara yang kaya dedngan yang miskin.
4. Kemiskinan sosial budaya, yaitu kemiskinan yang dikaitkan dengan nilai-nilai budaya
masyarakat. Misalnya: rendahnya etos kerja masyarakat. Misalnya : rendahnya etos kerja
masyarakat menyebabkan hidupnya miskin, adanya kebiasaan hidup boros
Dewasa ini dalam menafsirkan makna pembangunan memang telah berubah tidak seperti dalam
dasawarsa 1950-an dan 1960-an. Sekarang makna pembangunan ditafsirkan tidak hanya sekedar
meningkatkan pertumbuhan (output) saja tetapi juga ditafsirkan suatu proses perubahan atau
transformasi di dalam struktur, sikap-sikap dan nilai-nilai hidup serta mengurangi ketidak-adilan,
mengikis habis kemiskinan absolut dan mengurangi pengangguran
Jadi rasa adil dan diperlakukan adil bisa diukur dari distribusi pendapatan, kekayaan dan
kekuatan. Ini berarti konsep keadilan dan pemerataan adalah sama, dan memang pada
kenyataannya orang biasanya menafsirkan sama sebab pada hakikatnya keduanya menyangkut
masalah kaya dan miskin yang dapat melahirkan kecemburuan sosial. Dan kecemburuan sosial
ini bila tidak ditangani secara tuntas dan sungguh-sungguh akan membahayakan keamanan
nasional, kesatuan nasional dan membahayakan demokrasi itu sendiri.
Dengan demikian keadilan menyangkut masalah norma, hak asasi dan demokrasi dalam
masyarakat. Keadilan yang merupakan salah satu tujuan dari pembangunan jika tidak diikuti
dengan kemakmuran maka yang terjadi adalah keadilan dalam kemiskinan, ini berarti
pembangunan tidak berhasil atau gagal dan sebaliknya kemakmuran tanpa mewujudkan keadilan
maka yang terjadi adalah kemakmuran dalam ketidak-stabilan, ini berarti juga dikatakan
pembangunan tidak berhasil atau gagal
Berkaitan dengan masalah pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya maka syarat penting
untuk mewujudkan tujuan pembangunan (adil, makmur dan stabil) harus ada pertumbuhan
ekonomi sebab bila syarat itu tidak terwujud hal itu tidak ada gunanya karena yang diratakan
adalah kemiskinan. Ini berarti bahwa pertumbuhan merupakan dasar yang kuat untuk
mewujudkan keadilan dalam kemakmuran dan kemakmuran dalam kestabilan, sebaliknya
pembangunan tanpa pemerataan juga tidak ada gunanya sebab hanya akan menimbulkan akibat-
akibat sosial dan politik yang tidak menguntungkan yang akan membahayakan stabilitas
pembangunan itu sendiri.
Kondisi yang dihadapi bangsa Indonesia sesudah tumbangnya rezim orde baru sangat kompleks
serta bersifat multidimensional sehingga membutuhkan penanganan yang serius dan bersungguh-
sungguh. Berdasarkan kondisi umum dan arah kebijakan dalam GBHN 1999-2004, dapat
diidentifikasikan 5 (lima) permasalahan pokok yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, yaitu
sebagai berikut :
Pertama : Adanya campur tangan pemerintah yang terlalu besar telah mengakibatkan kedaulatan
ekonomi tidak berada di tangan rakyat dan mekanisme pasar tidak berfungsi secara efektif
Kedua : Adanya kesenjangan ekonomi dan masih berkembangnya monopoli serta pemusatan
kekuatan ekonomi di tangan sekelompok kecil masyarakat dan daerah tertentu
Faktor di luar ekonomi, seperti : belum stabilnya kondisi keamanan dan ketertibanmasyarakat,
penegakan hukum yang masih lemah, dan banyaknya kasus KKN yang belum dapat diselesaikan.