Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ILMU USAHATANI

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR SOSIOBIOFISIK DENGAN BENTUK


ORGANISASI DAN CORAK USAHATANI

Dosen Pengampu :

Ir. Eko Priyanto,MP

Disusun Oleh :

1. Belia Onny Putri A (18024010010)


2. Melinda Rifadli (18024010011)
3. Dwi Prasetya Yuliati (18024010012)
4. Dwi Indah Febriyani (18024010013)
5. Firizky Ramadhani (18024010014)
6. Cristian Yuliatin (18024010015)
7. Andhari Nursyadrina (18024010016)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah Ilmu Usahatani
ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya nakalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Surabaya, 05 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang


mngusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.
Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani mrupakan ilmu yang mempelajari
cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan
penggunaan faktor faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga
usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Ada banyak
definisi ilmu usahatani yang diberikan. Berikut ini beberapa definisi menurut
beberapa pakar,
 Menurut Daniel
Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani
mengkombinasikan dan mengoperasikan berbagai faktor produksi seperti lahan,
tenaga, dan modal sebagai dasar bagaimana petani memilih jenis dan besarnya
cabang usahatani berupa tanaman atau ternak sehingga memberikan hasil
maksimal dan kontinyu.
 Menurut Efferson
Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara
mengorganisasikan dan mengoperasikan unit usahatani dipandang sudut efisien
dan pendapatan yang kontinyu.
 Menurut Vink (1984)
Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari norma-norma yang
digunakan untuk mengatur usaha tani agar memperoleh pendapatan yang
setinggi-tingginya.
 Menurut Prawirokusumo (1990)
Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari
bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu
usaha pertanian, peternakan, atau perikanan. Selain itu, juga dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana membuat dan melaksanakan
keputusan pada usaha pertanian, peternakan, atau perikanan untuk mencapai
tujuan yang telah disepakati oleh petani/peternak tersebut.
 Menurut Soekartawi (1995)
Bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
 Menurut Adiwilaga (1982),
Ilmu usahatani adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan orang melakukan pertanian dan permasalahan
yang ditinjau secara khusus dari kedudukan pengusahanya sendiri atau Ilmu
usahatani yaitu menyelidiki cara-cara seorang petani sebagai pengusaha dalam
menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan itu.
Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan melalui
produksi pertanian yang berlebih maka diharapakan memperoleh pendapatan
tinggi. Dengan demikian, harus dimulai dengan merencanakan untuk
menentukan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi pada
waktu yang akan datang secara efisien sehingga dapat diperoleh pendapatan
yang maksimal. Dari definisi tersebut juga terlihat ada pertimbangan ekonomis
di samping pertimbangan teknis.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui hubungan faktor-faktor sosiobiofisik dengan bentuk


oraganisasi dan corak usahatani.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sosiobiofisik Usahatani

Komponen atau penyusun cara mengalokasikan sumber daya yang dimiliki


petani meliputi komponen abiotik dan biotic agar berjalan secara efektif dan
efisien serta memanfaatkan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan memperoleh ketimbangan yang setinggi-tingginya.

2.2 Faktor-faktor Sosiobiofisik Usahatani

Menurut Fadholi (1991), faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani


digolongkan menjadi dua, yaitu :

Faktor intern (faktor-faktor pada usahatani itu sendiri), yang terdiri dari :

1. Petani Pengelola

Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian
atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang
meliputi usaha tani pertanian, peternakan, perikanan, dan pemungutan hasil laut.
Petani tersebut bertanggung jawab tehadap pengelolaan usahatani yang ia
lakukan, apabila petani dapat melakukan pengelolaan secara baik maka usahatani
yang ia lakukan juga dapat berkembang dengan baik, dan sebaliknya. Pengelolaan
usahatani itu juga tergantung dari tingkat pendidikan petani sendiri dan bagaimana
cara ia memanfaatkan berbagai faktor produksi yang ada untuk digunakan secara
efektif dan efisien agar mendapatkan keuntungan yang maksimal. Jadi disini
petani berperan penting sebagai pengambil keputusan dan kebijakan dari
usahatani yang dilakukan.

2. Tanah Usahatani

Tanah sebagai harta produktif adalah bagian organis rumah tangga tani. Luas
lahan usahatani menentukan pendapatan, taraf hidupnya, dan derajat kesejahteraan
rumah tangga tani. Tanah berkaitan erat dengan keberhasilan usaha tani dan
teknologi modern yang dipergunakan. Untuk mencapai keuntungan usaha tani,
kualitas tanah harus ditingkatkan. Hal ini dapat dicapai dengan cara pengelolaan
yang hati-hati dan penggunaan metode terbaik.

Pentingnya faktor produksi tanah, bukan saja dilihat dari segi luas atau
sempitnya lahan, tetapi juga segi yang lain, misalnya aspek kesuburan tanah,
macam penggunaan lahan (tanah sawah, tegalan, dan sebagainya) dan topografi
(tanah dataran pantai, rendah dan dataran tinggi).

Kemampuan tanah untuk pertanian penilaiannya didasarkan kepada:

 Kemampuan tanah untuk ditanami dengan berbagai jenis tanaman. Makin


banyak tanaman makin baik.
 Kemampuan untuk berproduksi. Makin tinggi produksi per satuan luas makin
baik.
 Kemampuan untuk berproduksi secara lestari, makin sedikit pengawetan
tanah makin baik.
3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah energi yang di curahkan dalam suatu proses kegiatan
untuk menghasilkan suatu produk. Pembicaraan mengenai tenaga kerja dalam
pertanian di Indonesia harus dibedakan ke dalam persoalan tenaga kerja dalam
usahatani kecil-kecilan (usahatani pertanian rakyat) dan persoalan tenaga kerja
dalam perusahaan pertanian yang besar-besar yaitu perkebunan, kehutanan,
peternakan dan sebagainya.

Dalam usahatani skala kecil sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga
petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak-anak
petani. Anak-anak berumur 12 tahun misalnya sudah dapat merupakan tenaga
kerja yang produktif bagi usahatani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga
petani ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara
keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang. Peran anggota keluarga tani
dalam mengelola kegiatan usahatani bersama dapat mengurangi biaya
pengeluaran untuk membayar tenaga kerja sewa.
Berbeda dengan usahatani dalam skala besar, tenaga kerja memegang peranan
yang penting karena tenga kerja yang ada memiliki skill/keahlian tertentu dan
berpendidikan sehingga mampu menjalankan usahatani yang ada dengan baik,
tentu saja dengan seorang pengelola (manager) yang juga memiliki keahlian
dalam mengembangkan usahatani yang ada.

4. Modal

Seringkali dijumpai adanya pemilik modal besar yang mampu mengusahakan


usahataninya dengan baik tanpa adanya bantuan kredit dari pihak lain. Golongan
pemilik modal yang kuat ini sering ditemukan pada petani besar, petani kaya dan
petani cukupan, petani komersial atau pada petani sejenisnya. Sebaliknya, tidak
demikian halnya pada petani kecil. Golongan petani yang diklasifikasikan sebagai
petani yang tidak bermodal kuat yaitu petani kecil, petani miskin, petani tidak
cukupan dan petani tidak komersial. Karena itulah mereka memerlukan kredit
usahatani agar mereka mampu mengelola usahataninya dengan baik.

Kredit usaha tani adalah kredit modal kerja yang disalurkan melalui
koperasi/KUD dan LSM, untuk membiayai usaha tani dalam intensifikasi tanaman
padi, palawija dan hortikultura. Kredit program ini dirancang untuk membantu
petani yang belum mampu membiayai sendiri usaha taninya. Sistem penyaluran
kredit ini dirancang sedemikian rupa agar dapat diakses secara mudah oleh petani,
tanpa agunan dan prosedur yang rumit.

Bila tidak ada pinjaman yang berupa kredit usaha tani ini, maka mereka sering
menjual harta bendanya atau sering mencari pihak lain untuk membiayai
usahataninya itu.

5. Tingkat Teknologi

Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apa pun tidak dapat dilepaskan
dari kemajuan teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-
mesin dan cara-cara baru dalam bidang pertanian. Demikian pula “Revolusi
Hijau” mulai tahun 1969/1970 disebabkan oleh penemuan teknologi baru dalam
bibit padi dan gandum yang lebih unggul dibanding bibit-bibit yang dikenal
sebelumnya.

Teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian selalu dimaksudkan untuk
menaikkan produktivitas apakah ia produktivitas tanah, modal atau tenaga kerja.
Dengan penggunaan teknologi yang lebih maju dari sebelumnya maka usahatani
yang dilakukan dapat lebih efektif dan efisien, sehingga dapat memperoleh
keuntungan maksimal dengan produktivitas yang tinggi.

Dalam menganalisa peranan teknologi baru dalam pembangunan pertanian


kadang-kadang digunakan dua istilah lain yang sebenarnya berbeda namun dapat
dianggap sama dan sering dipertukarkan karena keduanya menunjukkan pada soal
yang sama yaitu perubahan teknik (technical change) dan inovasi (innovation).
Istilah perubahan teknik jelas menunjukkan unsur perubahan suatu cara baik
dalam produksi maupun dalam distribusi barang-barang dan jasa-jasa yang
menjurus ke arah perbaikan dan peningkatan produktivitas. Inovasi berarti pula
suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal
sebelumnya. Inovasi selalu bersifat baru.

Namun, teknologi juga dapat menjadi kendala usahatani karena sulitnya


penerimaan petani terhadap teknologi baru dikarenakan ketidakpercayaannya pada
teknologi tersebut, dan juga karena faktor budaya dari petani itu sendiri yang
enggan menerima teknologi maupun inovasi.

6. Teknologi mempunyai sifat sebagai berikut :


 Tingkat keuntungan relatif dari inovasi tersebut. Semakin tinggi tingkat
keuntungan relatif semakin cepat pula teknologi tersebut diterima oleh
masyarakat.
 Tingkat kesesuaian dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Semakin
tinggi tingkat kesesuaian dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat,
semakin cepat pula inovasi tersebut di terima.
 Tingkat kerumitan (complexity) dari inovasi yang akan disebarkan. Semakin
tinggi tingkat kerumitan dari inovasi, semakin sulit diterima masyarakat.
 Tingkat mudah diperagakan (triability) dari inovasi yang akan disebarkan.
Semakin tinggi tingkat kemudahan diperagakan dari inovasi yang akan
disebarkan, semakin mudah inovasi itu diterima masyarakat.
 Tingkat kemudahan dilihat dari hasilnya (observability). Semakin tinggi
tingkat observability semakin mudah inovasi tersebut diterima oleh
masyarakat.

7. Kemampuan Petani Mengalokasikan Penerimaan Keluarga

Hasil dari usahatani skala keluara merupakan penerimaan keluarga yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga tersebut dan juga menyambung
kembali keberlangsungan usahatani mereka. Jika seorang petani dapat mengelola
penerimaan usahataninya dengan baik maka kebutuhan keluarganya dan
usahataninya dapat tercukupi, sebaliknya jika tidak mampu mengelola dan
mengalokasikan penerimaan keluarga dari hasil usahatani maka kebutuhannya
tidak dapat tercukupi dengan baik.

8. Jumlah Keluarga

Jumlah keluarga berhubungan dengan banyak sedikitnya potensi tenaga kerja


yang tersedia di dalam keluarga. Dalam usahatani skala kecil sebagian besar
tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai
kepala keluarga, istri dan anak-anak petani. Semakin banyak jumlah keluarga
produktif yang mampu membantu usahatani maka biaya tenaga kerja pun semakin
banyak berkurang. Dan biaya tersebut dapat dialokasikan untuk keperluan lain.

Faktor ekstern (faktor-faktor di luar usahatani), antara lain :

1. Tersedianya Sarana Transportasi dan Komunikasi

Sarana transportasi dalam usahatani tentu saja sangat membantu dan


mempengaruhi keberhasilan usahatani, misalnya dalam proses pengangkutan
saprodi dan alat-alat pertanian, begitu juga dengan distribusi hasil pertanian ke
wilayah-wilayah tujuan pemasaran hasil tersebut, tanpa adanya transportasi maka
proses pengangkutan dan distribusi akan mengalami kesulitan.
Begitu pula dengan ketersediaan sarana komunikasi, pentingnya interaksi
sosial dan komunikasi baik antara petani dan petani, petani dan kelembagaan,
serta petani dan masyarakat diantaranya dapat meningkatkan kualitas SDM petani,
mengembangkan pola kemitraan, mengembangkan kelompok tani melalui
peningkatan kemampuan dari aspek budidaya dan aspek agribisnis secaa
keseluruhan, memperkuat dan melakukan pembinaan terhadap seluruh komponen
termasuk petani melalui peningkatan fasilitas, kerja sama dengan swasta,
pelayanan kredit dan pelatihan. Jika sarana komunikasi dalam berusahatani
kurang mencukupi maka perkembangan usahatani dan petani yang menjalankan
kurang maksimal karena ruang lingkup interaksi sosialnya sempit.

2. Aspek-Aspek Yang Menyangkut Pemasaran Hasil dan Bahan-Bahan


Usahatani (harga hasil, harga saprodi dan lain-lain)

Harga hasil produksi usahatani mempengaruhi keuntungan yang didapat,


semakin tinggi hasil produksi dan semakin mahal harganya maka keuntungan dari
usahatani pun semakin tinggi pula, namun harga saprodi juga mempengaruhi
penerimaan hasil secara keseluruhan Karena harga saprodi merupakan modal
utama dalam berusahatani entah itu harga alat-alat pertanian, bahan-bahan utama
seperti benih, bibit, pupuk, dan obat-obatan dan sebagainya. Maka perhitungan,
analisis dan pengelolaan/pengalokasian dana yang baik akan mempengaruhi hasil
yang didapat dalam berushatani.

3. Fasilitas Kredit

Kredit adalah modal pertanian yang yang diperoleh dari pinjaman.


Pentingnya peranan kredit disebabkan oleh kenyataan bahwa secara relatif
memang modal merupakan faktor produksi non-alami (buatan manusia) yang
persediannya masih sangat terbatas terutama di negara-negara yang sedang
berkembang. Lebih-lebih karena kemungkinan yang sangat kecil untuk
memperluas tanah pertanian.

Perlunya fasilitas kredit :


 Pemberian kredit usahatani dengan bunga yang ringan perlu untuk
memungkinkan petani melakukan inovasi-inovasi dalam usahataninya.
 Kredit itu harus bersifat kredit dinamis yang mendorong petani untuk
menggunakan secara produktif dengan bimbingan dan pengawasan yang
teliti.
 Kredit yang diberikan selain merupakan bantuan modal juga merupakan
perangsang untuk menerima petunjuk-petunjuk dan bersedia berpartisipasi
dalam program peningkatan produksi
 Kredit pertanian yang diberikan kepada petani tidak perlu hanya terbatas pada
kredit usahatani yang langsung diberikan bagi produksi pertanian tetapi harus
pula mencakup kredit-kredit untuk kebutuhan rumah tangga (kredit
konsumsi).

Adapun lembaga-lembaga kredit yang ada di Indonesia bagi masyarakat tani dapat
digolongkan sebagia berikut :

 Bank yang meliputi Bank Desa, Lumbung Desa dan Bank Rakyat Indonesia
 Perusahaan Negara Pegadaian
 Koperasi-Koperasi Desa dan Koperasi Pertanian (Koperta)

Dengan adanya fasilitas kredit dari pemerintah kepada para petani maka
diharapkan usahatani dapat terus dilakukan dan dikembangkan tanpa adanya
kesulitan modal tapi dengan kredit bunga ringan.

4. Sarana Penyuluhan Bagi Petani

Penyuluh memberikan jalan kepada petani untuk mendapatkan kebutuhan


informasi tentang cara bertani atau teknologi baru untuk meningkatkan produksi,
pendapatan dan kesejahteraannya. Selain itu, penyuluh juga memberikan
pendidikan dan bimbingan yang kontinyu kepada petani.

Dalam proses peningkatan teknologi dan penyebaran inovasi pada


masyarakat, penyuluh berfungsi sebagai pemrakarsa yang tugas utamanya
membawa gagasan-gagasan baru. Beberapa peranan yang harus dilakukan
penyuluh agar proses peningkatan teknologi dan penyebaran inovasi dapat
berjalan efektif adalah :

a. Menumbuhkan kebutuhan untuk berubah.


b. Membangun hubungan untuk perubahan. Hubungan ini tentunya harus
terbina diantara sasaran perubahan (klien) dan penyuluh.
c. Diagnosa dan penjelasan masalah yang dihadapi oleh klien. Gejala-gejala
dari masalah yang dihadapi haruslah diketahui dan dirumuskan menjadi
maslah bersama sasaran perubahan.
d. Mencari alterntif pemecahan masalah. Selain itu tujuan dari perubahan
harus juga ditetapkan dan tekad untuk bertindak harus ditumbuhkan.
e. Mengorganisasikan dan menggerakkan masyarakat ke arah perubahan.
f. Perluasan dan pemantapan perubahan.
g. Memutuskan hubungan antara klien dan penyuluh untuk perubahan itu.
Hal itu diperlukan untuk mencegah timbulnya sikap kertergantungan
masyarakat pada penyuluh

Penyuluh disini bersifat membantu agar kebutuhan informasi yang


berhubungan dengan pertanian dapat tesalurkan dengan baik ke petani-petani,
serta untuk meningkatkan teknologi dan inovasi petani tradisional menjadi lebih
modern.

Menurut Soekartawi (2002), untuk mendukung keberhasilan pengembangan


dan pembangunan petani, aspek yang akan berperan adalah :

 Aspek sumberdaya (faktor produksi)


 Aspek kelembagaan
 Aspek penunjang pembangunan pertanian

Bila uraian tersebut di atas dikaji/ditelaah lebih mendalam, maka keberhasilan


usahatani tidak terlepas dari :

1. Syarat mutlak (syarat pokok pembangunan pertanian), yang terdiri dari :


 Pasaran untuk hasil-hasil usahatani
 Teknologi yang selalu berubah
 Tersedianya bahan-bahan produksi dan peralatan secara local
 Perangsang produksi bagi para petani
 Pengangkutan (transportasi)
2. Faktor pelancar pembangunan pertanian, yang terdiri dari :
 Pendidikan pembangunan
 Kredit produksi
 Kegiatan gotong royong oleh para petani
 Perbaikan dan perluasan tanah/lahan pertanian
 Perencanaan nasional untuk pembangunan pertanain

(Mosher, 1965)

2.3 Bentuk Usahatani

Bentuk usaha tani dibedakan atas penguasaan faktor produksi oleh petani, yaitu:

1. Perorangan
Faktor produksi dimiliki atau dikuasai oleh seseorang,maka hasilnya juga
akan ditentukan oleh seseorang.
2. Kooperatif
Faktor produksi dimiliki secara bersama, maka hasilnya digunakan dibagi
berdasar kontribusi dari pencurahan faktor yang lain. Dari hasil usaha tani
kooperatif tersebut pembagian hasil dan program usaha tani selanjutnya atas
dasar musyawarah setiap anggotanya seperti halnya keperluan pemeliharaan
dan pengembangan kegiatan social dari kelompok kegiatan itu antara lain :
pemilikan bersama alat pertanian,pemasaran hasil dan lain-lain.

2.4 Corak Usahatani


Corak usahatani dimaksudkan sebagai tingkatan dari hasil pengelolaan
usahatani yang ditentukan oleh berbagai ukuran,kriteria untuk menentukan tingkat
komerialisasi suatu usahatani.

Ada 10 kriteria yang umumnya digunakan yaitu:

 Nilai umum, sikap dan motivasi


 Tujuan berproduksi
 Tingkat teknologi
 Derajat komerialisasi
 Proporsi dari penggunaan faktor produksi dan tingkat keuntungan
 Pemberdayaan lembaga pelayanan pertanian setempat
 Ketersediaan sumber yang digunakan dalam usahatani
 Tingkat dan keadaan sumbangan pertanian dalam keseluruhan

Statis adalah tingkat terendah dari usahatani karena bersifat subsistem . Transisi
berada pada tingkat yang lebih tinggi dari statis karena sudah bersifat komersial.
Indonesia berada pada tingkat transisi.

Ada 4 kelompok penentu keputusan :

 Petani yang rasional dan berorientasi pada masalah


 Petani yang rasional dan berorientasi pada kebutuhan
 Petani yang tidak rasional dan berorientasi pada masalah
 Petani yang tidak rasional dan berorientasi pada kebutuhan
2.5 Kaitan Faktor-faktor Sosiobiofisik Usahatani Dengan Bentuk Usahatani
a. Idiolek merupakan variasi bahasa yang sifatnya individual, maksudnya
sifat khas tuturan seseorang berbeda dengan tuturan orang lain. Contoh :
bahasa yang dapat dilihat melalui warna suara
b. Dialek merupakan variasi bahasa yang dibedakan oleh perbedaan asal
penutur dan perbedaan kelas social penutur oleh karena itu, muncul
konsep geografis dandialek social (sosiolek). Contoh : eyong berarti saya
yang digunakan di daerah tertentu yaitu daerah banyumas
c. Tungkat tutur (speech levels) merupakan variasi bahasa yang disebabkan
oleh adanya perbedaan anggapan penutur tentang relasinya dengan mitra
tutur. Contoh : kita memberikan sesuatu pada orang yang lebih tua
menggunakan bahasa yang berbeda dengan kita memberikan kepada
teman yang sebaya
d. Ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang disebabkan oleh adanya
perbedaan dari sudut penutur, temoat, pokok turunan dan situasi. Dalam
kaitan dengan itu akhirnya dikenal adanya ragam bahasa resmi (formal)
dan ragam bahasa tidak resmi (santai, akrab). Contoh : formal “ingkang
kula urmati” biasanya terdapat pada pembukaan pidato. Santai atau akrab
“nuwun yo” mengucapkan terima kasih pada teman sebaya yang sudah
akrab
e. Register merupakan variasi bahasa yang disebabkan oleh adanya sifat-sifat
khas keperluan pemakainya, misalnya bahasa tulis terdapat bahasa iklan,
bahasa tunjuk, bahasa artikel, dan sebagainya. Dalam bahasa lisan terdapat
bahas lawak, behasa politik, bahasa do’a, bahasa pialang, dan sebagainya.
Contoh : “ijuk” adalah tambang yang di pasang di dinding goa yang
digunakan untuk menyebrang
2.6 Kaitan Faktor-Faktor Sosiobiofisik Usahatani dengan Corak Usahatani
Corak usaha tani meliputi:
1.Usahatani Subsistence:
Merupakan Petani yang dalam kegiatan usaha taninya bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya.Disini kaitan-nya dengan sosiobiofisik
usahatani dalam semua aspek,dikarenakan suatu tutur bahasa itu sendiri dapat
membentuk suatu keharmonisan dalam berusaha tani agar tidak terjadi suatu
perseteruan antar petani dalam berusaha tani agar mendapatkan hasil yang
maksimal.

2.Usahatani Komersial:
Petani dalam kegiatan usahataninya bertujuan untuk mendapatkan suatu
keuntungan sebesar-besarnya.Disini Kaitan-nya dengan sosiobiofisik
usahatani dalam hal register (variasi bahasa).dikarenakan register(variasi
bahasa) ini terdapat bahasa iklan, dalam usaha tani komersial ini merupakan
corak usahatani yang salah satunya adalah memerlukan suatu pasar untuk
menawaarkan suatu produknya untuk di distribusikan ke konsumen

Anda mungkin juga menyukai