Anda di halaman 1dari 8

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan pada hakekatnya adalah suatu proses yang berarti
perubahan secara terus menerus. Hal ini merupakan kemajuan dan perbaikan
menuju ke arah yang ingin dicapai yaitu berusaha untuk mempertahankan dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.
Dalam hal pembangunan / perencanaan pembangunan dalam hal ini
perencanaan pembangunan daerah, perencanaan pembangunan daerah disusun
secara berjangka meliputi rencana pembangunan jangka panjang dan rencana
pembangunan jangka menengah. Rencana pembangunan jangka panjang memuat
visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang mengacu pada rencana
pembangunan jangka panjang nasional. Rencana pembangunan jangka menengah
merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang
penyusunannya berpedoman kepada rencana pembangunan jangka panjang daerah
dengan memperhatikan rencana pembangunan jangka menengah ( Undang –
Undang Republik Indonesia Nomor 32 ahun 2004 Tentang Otonomi Daerah ).
Pembangunan ekonomi merupakan suatu usaha meningkatkan taraf hidup bangsa
yang diukur dengan tingkat pendapatan riil perkapita penduduk ( Irawan dan
Suparmoko, 1992:33). Pertumbuhan penduduk di Negara sedang berkembang
menimbulkan berbagai masalah dan hambatan bagi upaya - upaya pembangunan
yang akan dilakukan. Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menyebabkan
pertambahan jumlah tenaga kerja, sedangkan kemampuan negara sedang
berkembang dalam meningkatkan lapangan usaha baru sangat terbatas.
Laju pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi menyebabkan laju
pertumbuhan penduduk secara absolute besar dan menyebabkan jumlah tenaga
kerja terus bertambah, sementara disisi lain penciptaan lapangan kerja buruh
relatif terbatas untuk menampung jumlah tenaga kerja yang terus betambah.
Sehingga jumlah pengangguran semakin membengkak. Kondisi tersebut membuat
pemerintah berkepentingan untuk berusaha memperluas dan menciptakan
kesempatan kerja baru dalam rangka menampung pertambahan tenaga kerja baru.

1
2

Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja di satu pihak dan arah


investasi dipihak lain dapat mempengaruhi masalah pengangguran dan perluasan
lapangan kerja. Pertambahan angkatan kerja di masa datang membawa masalah
dalam rangka perluasan pasar ekonomi : (1) Masalah pertambahan angkatan kerja
yang kebanyakan mendapat nafkah di sektor pertanian, (2) Masalah berapa
persentase angkatan kerja yang berada di luar pertanian ( Basri, 1995 : 35 ).
Masalah dalam rangka perluasan pasar ekonomi seperti yang disebut diatas
dapat diatasi dengan memberikan kepercayaan pada sektor lain guna mengatasi
masalah tersebut dimana tidak hanya terpusat pada sektor pertanian. Salah satu
sektor yang dianggap penting perannya adalah sektor industri ( Sukirno, 1985 :
216 ).
Sektor industri mempunyai peranan yang penting dalam rangka
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memperluas sektor yang diharapkan
akan menghasilkan perkembangan jauh lebih pesat bagi perkembangan ekonomi.
Analisis teoritis dan penelitian empiris membuktikan bahwa industri penentu
utama dari laju pertumbuhan ekonomi. Bagi Negara berkembang seperti
Indonesia, industri dapat dijadikan tumpuan bagi pembangunan untuk
mempercepat pertumbuhan ekonominya.
( Sukirno, 1995 : 216 ).
Sektor industri kecil di Indonesia dinilai sebagai sektor penting dalam
mengkikis angka pengangguran maupun setengah pengangguran. Hal tersebut
didorong oleh minimnya penggunaan teknologi dan sifat produksi yang padat
karya ( Sukirno, 1985 : 304 ). Sektor industri kecil dalam konteks ekonomi
Indonesia diarahkan untuk memperluas lapangan kerja dan usaha serta lebih
memperluas pasar, baik didalam negeri maupun di luar negeri dalam rangka
menunjang pembangunan.
Pembangunan industri harus dapat membuat industri menjadi lebih efisien
dan perananya di dalam perekonomian makin meningkat baik dari segi nilai
tambah maupun perluasan lapangan kerja, untuk itu proses industrialisasi harus
lebih dimantapkan guna mendukung berkembangnya industri sebagai penggerak
3

utama dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan


kerja.
Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun pertengahan 1997, industri
kecil di Indonesia masih mempunyai peluang yang besar untuk
berkembang.Perkembangan dilakukan dengan kekuatan dan modal sendiri
sehingga menciptakan kemandirian dan berusaha. Kondisi tersebut bila didukung
oleh kemudahan dan fasilitas yang diberikan oleh Pemerintah akan menjadi
kekuatan yang konduktif bagi pertumbuhan industri dan kerajinan rakyat,
sehingga dapat berperan dalam penyerapan tenaga kerja. Proporsi tenaga kerja
industri kecil dan kerajinan rumah tangga lebih besar dibandingkan dengan tenaga
kerja yang terserap dalam industri berskala besar maupun menengah yaitu 68,25
persen berbanding 41,70 persen (Dumairy,1999 : 240).
Menurut Simanjuntak (1985 : 83) kesempatan tiap sektor dalam menyerap
tenaga kerja berbeda. Perbedaan tersebut mengakibatkan dua hal : pertama,
terhadap peningkatan produktivitas kerja masing – masing sektor dan yang kedua,
secara berangsur – angsur terjadi perubahan sektoral, baik dalam penyerapan
tenaga kerja maupun kontribusinya terhadap pendapatan nasional. Penciptaan dan
perluasan lapangan kerja produktif di upayakan data terlaksana secara mantap
seirama dengan pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Pembentukan sumber daya
manusia khususnya tenaga kerja yang berkualitas, diharapkan dapat menghasilkan
pekerja yang produktif, mandiri, beretos kerja tinggi dan berjiwa wirausaha
sehingga pada giliranya dapat menciptakan serta mememperluas kembali
lapangan kerja dan kesempatan berusaha.
Memasuki otonomi daerah dewasa ini, masih belum terjadi pergeseran
struktur ekonomi yang berarti karena kondisi daerah yang masih bertumpuh pada
sektor primer. Secara ekonomi kebijakan otonomi daerah yang bertujuan untuk
memberdayakan kapasitas daerah akan memberikan kesempatan bagi daerah
untuk mengembangkan dan meningkatkan perekonomianya. Peningkatan dan
pertumbuhan ekonomi daerah akan membawa pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah. Akan berupaya untuk meningkatkan
perekonomian sesuai kondisi, kebutuhan dan kemampuan, kewenangan daerah
4

melalui otonomi daerah diharapkan dapat memberikan pelayanan maksimal


kepada pelaku daerah, baik lokal nasional, regional maupun global.
Struktur ekonomi Kabupaten Jember daerah dewasa ini, masih belum
terjadi pergeseran struktur yang berarti karena kondisi daerah yang masih
bertumpuh pada sektor primer. Oleh karenanya, struktur ekonomi di Kabupaten
Jember masih berada di sektor pertanian, namun sejalan dengan perkembangan
pembangunan yang giat-giatnya berlangsung, maka perlu suatu keseimbangan
pembangunan di sektor-sektor lain yang perlu terus mendapat perhatian untuk
terus dikembangkan yang salah satunya adalah industri kecil.
Kondisi pengangguran saat ini semakin berat dan merupakan masalah
utama dalam penciptaan lapangan kerja.Hal ini dialami oleh Indonesia sebagai
salah satu Negara yang Labaour Surplus Economy dimana ketenagakerjaan dan
pengangguran adalah masalah yang harus dihadapi dari tahun ketahun.
Keadaan tenaga kerja di Kabupaten Jember Kepala Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jember, M. Thamrin, mengatakan jumlah
pengangguran di daerah itu setiap tahun meningkat, seiring dengan meningkatnya
jumlah lulusan perguruan tinggi di Jember."Secara absolut, angka pengangguran
di Jember meningkat, namun secara relatif jumlah pengangguran dapat ditekan,"
kata Thamrin. Ia mengemukakan, jumlah angkatan kerja tahun 2010 sebanyak
1.015.000 pekerja, 46 ribu orang di antaranya adalah warga yang tidak bekerja
karena belum mendapat pekerjaan dan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Jumlah pengangguran di Jember sekitar 3,00-3,34 persen dari angkatan kerja,
setiap tahunnya,"paparnya. Disnakertrans Jember, kata dia, sudah mengupayakan
agar warga usia produktif yang menganggur setiap tahunnya menurun, dengan
menggandeng sejumlah perusahaan melalui bursa lowongan kerja yang diadakan
setiap tahun."Bursa lowongan kerja yang diadakan tiap tahun mampu menyerap
tenaga kerja mencapai ratusan orang, sehingga mampu mengurangi pengangguran
di kotatembakauini,"ucapnya. Sejauh ini masih banyak orang yang mencari
pekerjaan, bukan sebaliknya menciptakan lapangan kerja, sehingga jumlah
pengangguran di berbagai daerah selalu meningkat.
5

Industri kecil mempunyai daya serap yang tinggi terhadap tenaga kerja
sehingga pertumbuhan sektor ini akan dapat membantu dalam mengatasi
pengangguran. Banyaknya jumlah industri kecil yang menyebar di seluruh daerah,
maka perkembagan sektor industri kecil dapat merupakan wadah kreatifitas
masyarakat karena skala usahanya yang kecil dan tidak terlalu sulit untuk
memulainya. Dari berbagai jenis industri. Berikut ini data banyaknya industri dan
tenaga kerja menurut kategori industri tahun 2000-2009 pada table 1.1 berikut
ini :

Table 1.1 Data Banyaknya Industri dan Tenaga Kerja Menurut Kategori Industri
Tahun 2000-2009
industri besar Industri sedang Industri kecil
Tahun unit TK unit TK unit TK

2000 9 1.251 756 14.225. 10.192 24.928


2001 12 1.462 846 14.981 10.791 25.093
2002 14 1.766 886 14.169 26.862 68.852
2003 16 1.812 977 15.151 27.004 69.130
2004 23 3.639 1.138 17.359 27.115 70.491
2005 31 3.805 1.345 19.185 27.925 82.539
2006 35 4.393 1.573 21.153 28.157 85.097
2007 52 4.536 1.732 21.412 29.556 85.743
2008 53 4.558 1.782 23.283 33.348 86.483
2009 56 4.772 1.825 23.417 34.963 86.912
Sumber : Dinas perindustrian, perdagangan dan Penanaman Modal Kabupaten
Jember Tahun 2009.
Dari Tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa industri kecil dapat menyerap
tenaga kerja lebih banyak daripada industri sedang dan industri besar.Hal itu dapat
dilihat dari peningkatan laju pertumbuhan tenaga kerja menunjukkan peningkatan
tiap tahunnya. Selain itu jumlah unit usaha industri kecil juga lebih banyak dari
industri sedang dan industri besar. Oleh karena itu sektor industri kecil di
Kabupaten Jember benar - benar diperhatikan agar industri kecil dapat lebih
berkembang dan dapat menyerap tenaga kerja lebih besar.
6

Industri kecil perlu diperhatikan denga serius oleh pemerintah karena


industri kecil merupakan salah satu alternatif perluasan kesempatan kerja
meskipun dalam skala terbatas. Tetapi yang lebih penting adalah dapat
berjalannya secara berkesinambungan dalam mendukung program pembanguan
serta pertumbuhan ekonomi yang mantap. Kabupaten Jember sebagai salah satu
kabupaten yang ada di Propinsi Jawa Timur dengan karakteristik tenaga kerja
yang rata berpendidikan SLTA merupakan lahan yang kondusif bagi penyerapan
tenaga kerja, dimana hal itu diharapkan dapat mengurangi angka pengangguran
yang ada serta dapat lebih berperan dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB
dan PAD (Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Jember). Berikut data
perusahaan industri kecil dan tenaga kerja (TK) menurut jenis kegiatan industri
tahun 2000 – 2009 Tabel 1.2 di bawah ini :

Tabel 1.2 Data Perkembangan Perusahaan Industri Kecil di Kabupatenm Jember


Tahun 2000 – 2009
Jumlah Tenaga Nilai Produksi
Tahun Unit Industri Kecil
Kerja ( Orang ) ( Rp)
2000 20.113 35.851 106.249.174
2001 20.875 48.531 177.972.750
2002 26.862 73.852 280.426.578
2003 27.997 86.093 291.643.651
2004 28.279 91.489 326.022.934
2005 29.301 105.527 337.581.110
2006 29.765 110.643 381.985.982
2007 29.940 113.112 385.351.764
2008 30.122 113.937 414.412.812
2009 30.255 114.101 656.606.122
TOTAL 273.509 893.136 3.358.252.877
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kbupaten
Jember Data diolah, 2009
7

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Jember mempunyai


potensi bagi pengembangan sektor industri khususnya industri kecil, yang pada
gilirannya mampu menyerap sumber daya manusia atau tenaga kerja, menciptakan
pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan yang lebih merata dan
pengangguran atau penghapusan kemiskinan jika industri kecil dibina dengan baik
oleh pemerintah.
Berdasarkan tinjauan diatas, maka penulis tertarik untuk menganalisa
sektor industri kecil di Kabupaten Jember, Jangka waktu penelitian adalah 10
tahun yaitu pada tahun 2000 sampai dengan 2009.Tahun – tahun tersebut dipilih
penulis sebagai tahun yang diteliti dikarenakan sekitar pada tahun 2000 adalah
dimulainya Otonomi Daerah bagi Kabupaten Jember.

1.1 Perumusan Masalah


Pembangunan industri kecil harus dapat membuat industri ini lebih efisien
dan peranya didalam perekonomian makin meningkat baik dari segi penyerapan
tenaga kerja maupun kontribusi terhadap pendapatan daerah. Oleh karena itu,
proses industrialisasi harus lebih dimantapkan guna mendukung berkembangnya
industri sebagai penggerak utama dalam meningkatkan laju pertumuhan ekonomi
dan perluasan lapangan kerja.
Dari segi kesempatan kerja, sektor pertanian sudah terlalu berat untuk
menampung tambahan tenaga kerja, sehingga tenaga kerja tidak dapat bekerja
secara produktif, dikarenakan eksistensi sudah tidak dapat dilaksanakan kembali
secara berarti, hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang semakin berkembang
sedangkan sektor pertanian semakin berkurang. Dengan demikian, perluasan
lapangan kerja diharapkan dari sektor non pertanian guna mampu menekan angka
pengangguran dan bisa mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Berasarkan latar belakang permasalahan, maka permasalahan yang dapat
di tarik sebagai berikut :
1. Elastisitas penyerapan tenaga kerja pada sektor industri kecil di Kabupaten
Jember pada tahun 2000 – 2009.
8

2. Bagaimana perkembangan nilai produksi pada sektor industri kecil di


Kabupaten Jember pada tahun 2000 – 2009.

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Trend perkembangan nilai produksi sektor industri kecil di Kabupaten
Jember pada tahun 2000 – 2009.
2. Kolerasi antara perkembangan nilai produksi dengan penyerapan tenaga
kerja sektor industri kecil di Kabupaten Jember pada tahun 2000 – 2009.
3. Elastisitas penyerapan tenaga kerja pada sektor industri kecil di Kabupaten
Jember pada tahun 2000 – 2009.

1.3 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai :
1. Bahan pertimbangan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam
mengambil. kebijakan-kebijakan mengenai ketenagakerjaan dan
pengembangan industri kecil di Kabupaten Jember;
2. Bahan pertimbangan dalam mengembangkan studi tentang industri kecil
dan penyerapannya terhadap tenaga kerja;
3. Sebagai informasi dan referensi bagi peneliti lain yang hendak
mengadakan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai