Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL PEMBANGUNAN & PERTUMBUHAN EKONOMI

ARTIKEL PEMBANGUNAN & PERTUMBUHAN EKONOMI | Lembaran Buku (alviescoot.blogspot.com)

ARTIKEL
Pembangunan Ekonomi Di Indonesia
salah satu masalah ekonomi di indonesia yang sering kita jumpai adalah pengangguran yang tiap
tahun semakin meningkat.

Penyebab Pengangguran
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan
jumlahlapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah
dalamperekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan
timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan
jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Baca Selanjutnya.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur
dankeluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan
sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang
adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana
pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak
orang.
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang
mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha
mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan
kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu
menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya
pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat
menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan
jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan
penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek
psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu
tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan
pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah
"pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja
sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai: perkembangan kegiatan dalam perekonomian
yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Masalah
pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam jangka panjang. Dari
satu periode ke periode lainnya kemampuan sesuatu negara untuk menghasilkan barang dan
jasabarang faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi
akan menambah jumlah barang modal. Teknologi yang digunakan berkembang. Disamping itu tenaga
kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk, dan pengalaman kerja dan pendidikan
menambah ketrampilan mereka.
Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor
produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama
besarnya. Pertambahan potensi memproduksi kerap kali lebih besar dari pertambahan produksi yang
sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah adalah lebih lambat dari potensinya.
Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik


Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith, David Ricardo dan TR. Malthus. Berikut ini akan diuraikan satu
per satu.

a. Adam Smith

Adam Smith adalah ahli ekonomi yang menulis buku “The Wealth of Nation” (kemakmuran suatu
negara) yang sangat terkenal. Ia merupakan tokoh yang mengemukakan pentingnya sistem ekonomi
liberal (bebas), yakni sistem ekonomi yang bebas dari campur tangan pemerintah yang diperkuat
dengan semboyan “Laissez Faire, Laissez Passer”. Adam Smith percaya bahwa dengan menggunakan
sistem ekonomi liberal (bebas), pertumbuhan ekonomi dapat dicapai secara maksimum. Pertumbuhan
ekonomi bisa dicapai dengan melibatkan dua unsur, yaitu:

1. Pertumbuhan penduduk.
2. Pertumbuhan output total.

Selanjutnya, pertumbuhan output yang berupa barang dan jasa dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu
sumber-sumber alam, tenaga kerja, jumlah persediaan barang.

Agar terjadi pertumbuhan output, sumber-sumber alam harus dikelola oleh tenaga kerja dengan
menggunakan barang modal. Sumber-sumber alam sangat penting untuk menentukan pertumbuhan
ekonomi, karena sumbersumber alam merupakan batas maksimum output jika sudah dimanfaatkan
secara maksimum. Sumber-sumber alam mencapai batas maksimum apabila telah dikerjakan oleh
tenaga kerja yang handal dengan menggunakan barang modal yang cukup.
b. David Ricardo dan TR Malthus
Pemikiran David Ricardo dan TR Malthus tidak sama dengan Adam Smith. Mereka mengkritik Adam
Smith, bila Adam Smith berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, maka David Ricardo berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk yang terlalu besar (hingga 2
kali lipat) bisa menyebabkan melimpahnya tenaga kerja.

Tenaga kerja yang melimpah menyebabkan upah yang diterima menurun, di mana upah tersebut hanya
bisa untuk membiayai tingkat hidup minimum (subsistence level). Pada taraf ini, perekonomian
mengalami stagnasi (kemandegan) yang disebut Stationary State.

TR Malthus sependapat dengan David Ricardo dan mengemukakan bahwa bahan makanan bertambah
menurut deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya), sedangkan penduduk bertambah menurut deret
ukur (1, 2, 4, 8, 16 dan seterusnya). Akibatnya, bahan makanan tidak cukup untuk menghidupi
penduduk, sehingga masyarakat hidup pada tingkat subsistence dan perekonomian mengalami
kemandegan.

Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik


Ada tiga tokoh Neoklasik yang akan dibahas, yakni Robert Slow, Harrod Domar serta Joseph
Schumpeter.

a. Robert Solow

Robert Solow adalah ahli ekonomi yang memenangkan hadiah nobel pada tahun 1987. Solow
berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi akan tercapai jika ada pertumbuhan output. Pertumbuhan
output terjadi jika dua faktor input, yakni modal dan tenaga kerja dikombinasikan, sedangkan faktor
teknologi dianggap konstan (tidak berubah). Adapun yang tergolong sebagai modal adalah bahan baku,
mesin, peralatan, komputer, bangunan dan uang. Dalam memproduksi output, faktor modal dan tenaga
kerja bias dikombinasikan dalam berbagai model kombinasi. Sehingga, bisa dituliskan dalam rumus
sebagai berikut:

Q = f (C.L)
Keterangan:
Q = Jumlah output yang dihasilkan
f = Fungsi
C = Capital (modal sebagai input)
L = Labour (tenaga kerja, sebagai input)

Rumus di atas menyatakan bahwa output (Q) merupakan fungsi dari modal (C) dan tenaga kerja (L). Ini
berarti tinggi rendahnya output tergantung pada cara mengombinasikan modal dan tenaga kerja.
b. Harrod dan Domar

Harrod dan Domar mengemukakan perlunya pembentukan modal sebagai syarat untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi yang mantap (steady growth). Menurut mereka, bila pembentukan modal telah
dilakukan pada suatu masa, maka pada masa berikutnya perekonomian akan sanggup memproduksi
barang-barang dalam jumlah lebih besar. Keinginan masyarakat dalam pembentukan modal
(berinvestasi) ditentukan oleh permintaan agregat (keseluruhan) dari masyarakat dan oleh MEC
(Marginal Efficiency of Capital), yakni perbandingan antara pertambahan modal terhadap pertambahan
output.

c. Joseph Schumpeter

Menurut Joseph Schumpeter pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada inovasi dari para pengusaha
(wiraswasta). Dalam hal ini, inovasi merupakan penerapan pengetahuan dan teknologi yang baru di
dunia usaha. Inovasi memiliki pengaruh sebagai berikut:

1. Diperkenalkannya teknologi baru.


2. Menimbulkan keuntungan yang lebih tinggi.
3. Menimbulkan imitasi inovasi, yaitu peniruan teknologi baru oleh pengusaha-pengusaha lain yang
dapat meningkatkan hasil produksi

Faktor-faktor pembangunan ekonomi

Sumber daya alam yang dimiliki memengaruhi pembangunan ekonomi.


Ada beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, namun pada
hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor
nonekonomi.
Faktor ekonomi yang memengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi diantaranya adalah
sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan.
Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah,
keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat memengaruhi
pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi. Sementara
itu, keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam, menjadi
sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi).
Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan pembangunan nasional melalui jumlah dan
kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk memasarkan
hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang
ada.
Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan mentah tersebut.
Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan mengolah kekayaan. Sumber daya
modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan
ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik,
kelembagaan, dan sistem yang berkembang dan berlaku.
Pembangunan ekonomi
 Merupakan proses perubahan yang terus menerus menuju perbaikan termasuk usaha
meningkatkan produk per kapita.
 Memperhatikan pemerataan pendapatan termasuk pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya.
 Memperhatikan pertambahan penduduk.
 Meningkatkan taraf hidup masyarakat.
 Pembangunan ekonomi selalu dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi.
 Setiap input selain menghasilkan output yang lebih banyak juga terjadi perubahan –
perubahan kelembagaan dan pengetahuan teknik.

Indikator merupakan sumber informasi yang sistematik serta obyektif yang hampir setiap hari
beberapa surat kabar menulis statistic yang baru dikeluarkan oleh pemerintah. Indicator adalah
sebuah instrument yang menunjukkan keterkaitan berbagai hal. Pemerintah misalnya, secara regular
mensurvei rumah tangga ataupun perusahaan untuk mempelajari aktivitas dan dampak kegiatan
mereka terhadap kesejahteraannya. Tanpa adanya indicator-indikator ini, pola atau gejala yang
sedang terjadi serta pengaruhnya akan sulit diketahui secara pasti. Indikator yang diperoleh secara
survey oleh pemerintah ataupun lembaga yang berkepentingan digunakan sebagai tolak ukur untuk
mengawasi dan merumuskan suatu kebijakan. Dapat disimpulkan bahwa indicator pembangunan
ekonomi adalah suatu instrument untuk mengetahui derajat pembangunan yang dilakukan oleh suatu
Negara yang meliputi beberapa aspek.

Adapun pentingnya indicator-indikator pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut :


1.   Memantau perilaku perekonomian
2.   Kepentingan analisis ekonomi
3.   Dasar pengambilan keputusan
4.   Dasar perbandingan internasional

Pembangunan Ekonomi memiliki tiga Indikator pokok, berikut ini adalah penjelasan dari


masing-masing Indikator Pembangunan Ekonomi :
    Indikator Moneter
Indikator ini berkaitan dengan uang. Uang disini berupa tingkat income yang diterima oleh
masyarakat. Dalam indicator moneter, ada beberapa indicator yang dapat diukur, yakni :

Indikator Non-Moneter
Indikator ini merupakan indicator yang diambil dari beberapa hal pokok yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat. Sama halnya dengan indicator sebelumnya, Indikator memiliki
beberapa macam-macam sub- Indikator. Berikut ini adalah uraiannya.
1.      Indikator Sosial
Ahli Pembangunan Ekonomi yang bernama Beckerman membedakan berbagai penelitian tentang
cara-cara membandingkan tingkat kesejahteraan dalam 3 kelompok.
Kelompok pertama, merupakan suatu usaha untuk membandingkan tingkat kesejahteraan yang
terjadi dalam masyarakat yang ada di dalam dua atau beberapa Negara dengan cara memperbaiki
pelaksanaan dalam perhitungan pendapatan nasional biasa. Usaha ini dipelopori oleh Colin Clark
yang selanjutnya disempurnakan oleh Gilbert dan Kravis.
Kelompok kedua, dengan usaha membuat penyesuaian dalam pendapatan masyarakat yang
dibandingkan dengan melihat pertimbangan perbedaan tingkat harga disetiap Negara.
Kelompok ketiga, adalah usaha untuk membuat perbandingan tingkat kesejahteraan dari setiap
Negara berdasarkan pada data yang tidak bersifat moneter seperti, jumlah kendaraan bermotor,
konsumsi minyak, jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan, dan usaha ini dipelopori oleh
tokoh yang bernama Bennet.
Menurut Beckerman, dari tiga cara diatas, cara yang dirasa paling tepat adalah cara yang
dilakukan oleh Gilbert dan Kravis. Cara ini merupakan usaha untuk membandingkan tingkat
kesejahteraan dan pembangunan di berbagai Negara dengan memperbaiki metode pembanding
dengan menggunakan data pendapatan nasional dari masing-masing Negara.

Indikator Campuran
1.   Pendidikan
Pendidikan adalah suatu indicator yang digunakan dalam mengukur pembangunan ekonomi suatu
Negara. Pada umumnya, dalam Negara maju tingkat pendidikan rata-rata tinggi dengan TPAK dari
tahun ketahun selalu meningkat. Negara maju sangat memperhatikan tingkat pendidikan para
penduduknya. Berbeda dengan Negara sedang berkembang, pendidikan di NSB masih rendah jika
dibandingkan Negara maju. Terbukti tingkat melek huruf dan TPAk serta angka partisipasi sekolah
masih rendah. Sehingga, dari perbandingan tersebut, indicator yang dapat diukur dalam pendidikan
yakni ; tingkat pendidikan, tingkat melek huruf, dan tingkat partisipasi pendidikan.
2.      Kesehatan
Kesehatan merupakan hak asasi yang harus dipenuhi demi keberlangsungannya kehidupan
bermasyarakat. Indikator tingkat kesehatan dapat dilihat dari rata-rata hari sakit dan ketersediaannya
fasilitas kesehatan. Ketika terpenuhinya pembangunan ekonomi berupa kesejahteraan dalam bidang
kesehatan, dapat dilihat dari beberapa indikasi berupa tingkat mortalitas yang rendah, angka
pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan angka harapan hidup yang tinggi.
3.      Perumahan
Rumah merupakan kebutuhan primer yang harus terpenuhi oleh masing-masing penduduk. 
Indicator perumahan yang sesuai dengan tujuan kesejahteraan penduduk yakni sumber air bersih dan
listrik, sanitasi, dan mutu rumah tinggal.
4.      Angkatan Kerja
Penduduk yang dikatakan angkatan kerja adalah orang yang telah berumur 15-64 tahun.
Angkatan kerja ini juga dibagi lagi menjadi dua yakni bekerja dan sedang mencari pekerjaan
(Menganggur). Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kesejahteraan angkatan kerja
adalah, partisipasi tenaga kerja, jumlah jam kerja, sumber penghasilan utama, dan status pekerjaan.
5.      KB dan Fertilitas
Indikator yang dapat digunakan yakni, penggunaan asi, tingkat imunisasi, kehadiran tenaga
kesehatan pada kelahiran, dan penggunaan alat kontrasepsi.
6.      Ekonomi
Pembangunan ekonomi pada dasarnya di ikuti dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya
pertumbuhan ekonomi, kita dapat melihat Indikator ekonomi itu sendiri, yakni tingkat pendapatan
dan konsumsi per kapita.
7.      Kriminalitas
Pada dasarnya Negara maju memiliki tingkat kriminalitas yang rendah, hal ini disebabkan sudah
lengkapnya alat keamanan Negara yang digunakan oleh Negara tersebut.  Hal ini berbeda dengan
keadaan di Negara sedang berkembang. Di NSB, banyak terjadi kriminalitas yang disebabkan
beberapa factor seperti adanya cultural shock, ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan, dan
adanya kepentingan dari suatu pihan. Indicator kriminalitas itu sendiri diantaranya adalah, jumlah
pencurian per tahun, jumlah pembunuhan per tahun, dan jumlah pemerkosaan per tahun.

8.      Perjalanan Wisata
Indikatornya adalah frekuensi perjalanan wisata per tahun.
9.      Akses Media Massa
Akses media bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi dalam masyarakat itu sendiri.
Indikatornya antara lain : jumlah surat kabar, jumlah radio, dan jumlah televisi.

Masalah Pembangunan Ekonomi Indonesia


Secara umum, ada empat masalah yang harus dihadapi dalam pembangunan ekonomi di Indonesia.
Keempat masalah tersebut dari tahun ke tahun selalu mendapat perhatian serius. Masalah yang paling
serius diperhatikan pemerintah adalah masalah kemiskinan, apalagi menurut data PROPENAS terjadi
peningkatan jumlah penduduk miskin dari 22, 5 juta pada tahun 1996 menjadi 37,5 juta pada
pertengahan tahun 1999. Keempat masalah tersebut adalah:

a. Kemiskinan

Program pengentasan kemiskinan sudah dilaksanakan sejak masa orde baru melalui berbagai bentuk
program seperti INSUS (Intensifikasi Khusus), INMUM (Intensifikasi Umum), BIMAS (Bimbingan
Massal), INMAS (Intensifikasi Massal), KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen), KUK (Kredit
Usaha Kecil), Wajib Belajar, INPRES Desa yang dilanjutkan dengan INPRES Desa Tertinggal
(IDT).

Selanjutnya, ada tiga program yang dilakukan untuk menanggulangi kemiskinan, program-program
ini langsung ditujukan kepada penduduk miskin, yakni:
1) Menyediakan kebutuhan pokok untuk keluarga miskin.
2) Mengembangkan sistem jaminan sosial.
3) Mengembangkan budaya masyarakat miskin.

b. Keterbelakangan
Secara umum, keterbelakangan yang diderita Indonesia meliputi rendahnya tingkat pendidikan,
tingkat keterampilan, pemilikan modal, efisiensi dan efektivitas kerja, tingkat manajemen, dan
kurang tersedianya infrastruktur. Semua faktor tersebut memiliki hubungan sebab akibat satu sama
lain yang membentuk lingkaran setan kemiskinan (vicious circle) Adapun keterbelakangan di bidang
ekonomi tampak dari rendahnya pendapatan per kapita, tingkat spesialisasi (pembagian kerja),
penggunaan uang giral per kapita serta masih sempitnya pasar.

c. Lapangan Kerja

Jumlah pengangguran di Indonesia diupayakan terus berkurang dengan memperluas lapangan kerja.
Akan tetapi, krisis ekonomi tahun 1997 semakin menambah jumlah pengangguran di Indonesia
hingga mencapai 37,5 juta jiwa. Ditambah lagi dengan masih rendahnya kualitas angkatan kerja
Indonesia; kurang lebih 64% dari angkatan kerja Indonesia memiliki pendidikan SD ke bawah.

Untuk mengatasi masalah di atas, pemerintah melakukan strategi kebijakan ketenagakerjaan yang
meliputi:
1) Menciptakan lapangan kerja yang sesuai dengan kebijakan ekonomi makro.
2) Meningkatkan kompetensi dan kemandirian tenaga kerja melalui pendidikan dan pelatihan.
3) Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dengan menetapkan system pengupahan dan penjaminan
kesejahteraan.
4) Meningkatkan perlindungan bagi pekerja.
5) Menata kembali sistem pelatihan, penempatan, pemantauan dan perlindungan TKI yang bekerja di
luar negeri.

d. Pemerataan Pembangunan

Untuk memeratakan pembangunan, harus dilihat komposisi penduduk dan wilayah Indonesia.
Karena, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dan daerah (bukan di ibukota) maka
pembangunan harus lebih banyak diarahkan ke pedesaan dan daerah. Selain itu, dalam melakukan
pembangunan pemerintah juga berpedoman pada “delapan jalur pemerataan”, yakni:
1) Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok terutama sandang, pangan dan papan.
2) Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
3) Pemerataan pembagian pendapatan.
4) Pemerataan kesempatan kerja.
5) Pemerataan kesempatan berusaha.
6) Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya bagi generasi muda dan
wanita.
7) Pemerataan penyebaran pembangunan ke seluruh wilayah tanah air.
8) Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
ARTIKEL
Kemiskinan memang adalah pekerjaan besar bagi pemerintah kita, tapi pekerjaan itu tidak pernah di
prioritaskan untuk mengurangi angka kemiskinan, berbagi cara telah di lakukan tapi malah tidak
dapat mengurus permasalahan ini.
Kemiskinan merupakan masalah yang ditandai oleh berbagai hal antara lain rendahnya kualitas hidup
penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan
kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Selama ini berbagai upaya telah
dilakukan untuk mengurangi kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan
dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan sebagainya.
Berbagai upaya tersebut telah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin dari 54,2 juta (40.1%)
pada tahun 1976 menjadi 22,5 juta (11.3%) pada tahun 1996. Namun, dengan terjadinya krisis
ekonomi sejak Juli 1997 dan berbagai bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami pada Desember
2004 membawa dampak negatif bagi kehidupan masyarakat, yaitu melemahnya kegiatan ekonomi,
memburuknya pelayanan kesehatan dan pendidikan, memburuknya kondisi sarana umum sehingga
mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk miskin menjadi 47,9 juta (23.4%) pada tahun 1999.
Kemudian pada 5 tahun terakhir terlihat penurunan tingkat kemiskinan secara terus menerus dan
perlahan-lahan sampai mencapai 36,1 juta (16.7%) di tahun 2004.
Pemecahan masalah kemiskinan memerlukan langkah-langkah dan program yang dirancang secara
khusus dan terpadu oleh pemerintah dan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
masyarakat.
4.1  Faktor Penyebab Kemiskinan
Ternyata kemiskinan itu tidak terjadi begitu saja melainkan memiliki faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kemiskinan. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan dapat
dikategorikan dalam beberapa hal berikut ini :
A.   Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara                                          
       global.
Yang perlu digaris bawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-kapita bergerak seimbang
dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau produktivitas berangsur meningkat maka
pendapatan per-kapita pun akan naik. Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut
maka pendapatan per-kapita akan turun beriringan. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi
kemerosotan standar perkembangan pendapatan per-kapita:
1)      Naiknya standar perkembangan suatu daerah.
2)      Politik ekonomi yang tidak sehat.
3)      Faktor-faktor luar negeri, diantaranya:
4)      Rusaknya syarat-syarat perdagangan
5)       Beban hutang
6)       Kurangnya bantuan luar negeri, dan Perang

B.   Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.


Faktor ini sangat penting dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan. Oleh karena itu, untuk
menaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat harus didukung dengan SDA dan SDM yang
bagus, serta jaminan kesehatan dan pendidikan yang bisa dipertanggung jawabkan dengan maksimal
C.   Biaya kehidupan yang tinggi.
Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat dari tidak adanya
keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya kemiskinan adalah konsekuensi logis dari
realita di atas. Hal ini bisa disebabkan oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli dan banyaknya
pengangguran.
D.  Pembagian subsidi in come pemerintah yang kurang merata.
Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan keamanan untuk para
warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi lain
rakyat miskin masih terbebani oleh pajak negara

Semoga Artikel ini bermanfaat.


Terima kasih telah berkunjung.

Anda mungkin juga menyukai