Anda di halaman 1dari 12

GEOGRAFI INDUSTRI

FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI

Disusun oleh :

Arum Sekar Kedhaton 17405244005

Bayu Aji

Anita Noor Khasyanah 17405244021

Nova Fikriani

Muhammad Ilham Sasongko

Fakultas Ilmu Sosial

Pendidikan Geografi

Universitas Negeri Yogyakarta


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara industri yang kuat dan mapan,
kontribusi sektor industri pengolahan harus meningkat tiap tahunnya. Perlu usaha
yang terintegrasi baik dari pemerintah dan pelaku usaha untuk menciptakan
pertumbuhan yang dinamis pada sektor industri pengolahan (Wulandari, dkk.
2017: 80).
Produksi adalah setiap proses yang menciptakan nilai atau memperbesar nilai
sesuatu barang, atau dengan mudah dikatakan bahwa produksi adalah setiap
usaha yang menciptakan atau memperbesar daya guna barang. Terkait dengan hal
itu, sesuatu bangsa harus berproduksi untuk menjamin kelangsungan hidupnya.
Produksi harus dilakukan dalam keadaan apapun, oleh pemerintah maupun oleh
swasta. Akan tetapi, produksi tentu saja tidak dapat dilakukan kalau tiada bahan-
bahan yang memungkinkan dilakukan nya proses produksi itu sendiri. Untuk bisa
melakukan produksi orang memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber alam,
modal dalam segala bentuknya, serta kecakapan. Semua unsur-unsur itu disebut
faktor-faktor produksi. Jadi, semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai
atau usaha memperbesar nilai barang disebut sebagai faktor-faktor produksi
(Suherman Rosyid, 2009:55).
Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumber daya) menjadi
satu atau lebih output (produk). Menurut Joesron dan Fathorozi dalam Setiawan
dan Prajanti, (2011: 71) Produksi merupakan hasil akhir dari proses aktivitas
ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dari pengertian
ini dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau
masukan untuk menghasilkan output. Menurut Sukirno dalam Setiawan dan
Prajanti, (2011: 71) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah kaitan di antara
faktorfaktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan. Faktor-faktor
produksi dikenal dengan istilah input dan hasil produksi sering dinamakan output
(Setiawan dan Prajanti, 2011: 71).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini antara
lain:
1. Apa saja faktor-faktor produksi?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari makalah ini antara lain:
1. Memberikan informasi mengenai faktor-faktor produksi
D. Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah memberikan informasi mengenai factor-
faktor produksi sebagai bagian dari kajian geografi industri.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor Produksi
Macam faktor produksi atau input ini berikut jumlah dan kualitasnya perlu
diketahui oleh seorang produsen. Oleh karena itu, untuk menghasilkan suatu
produk maka diperlukan hubungan antara faktor produksi (input) dan hasil
produksi (output). Hubungan antara input dan output ini disebut dengan ” factor
relationship ” (FR) (Setiawan dan Prajanti, 2011: 71).
1. Tanah
Hal yang dimaksud dengan istilah land atau tanah disini bukanlah
sekedar tanah untuk ditanami atau untuk ditinggali saja, tetapi termasuk pula
di dalamnya segala sumber daya alam (natural resources). Itulah sebabnya
faktor produksi yang pertama ini sering kali disebut dengan sebutan natural
resources di samping itu juga sering disebut land. Dengan demikian, istilah
tanah atau land maksudnya adalah segala sesuatu yang bisa menjadi faktor
produksi dan berasal atau tersedia di ala mini tanpa usaha manusia, yang
antara lain meliputi :
a. Tenaga penumbuh yang ada di dalam tanah, baik untuk pertanian,
perikanan maupun pertambangan.
b. Tenaga air, baik untuk pengairan, pengaraman, maupun pelayaran,
misalnya air dipakai sebagai bahan pokok oleh perusahaan air
minum.
c. Ikan dan mineral, baik ikan dan mineral darat (sungai, danau,
tambak) maupun ikan dan mineral laut.
d. Tanah yang di atasnya didirikan bangunan.
e. Living stock, seperti ternak dan binatang-binatang lain yang bukan
ternak.
Istilah tanah (land) maupun sumber daya alam (natural resources) disini
adalah segala sumber asli yang tidak berasal dari kegiatan manusia dan bisa
diperjual belikan. Syarat terakhir itu perlu disebutkan agar kita tidak
menyebut bahwa mega atau embun adalah faktor produksi (Suherman
Rosyid, 2009:55).

2. Tenaga Kerja
Istilah tenaga kerja manusia (labor) bukanlah semata-mata kekuatan
manusia untuk mencangkul, menggergaji, bertukang, dan segala kegiatan
fisik lainnya. Hal yang dimaksud disini memang bukanlah sekedar labor atau
tenaga kerja saja, tetapi yang lebih luas yaitu human resources (sumber daya
manusia). Istilah tersebut lebih luas artinya daripada hanya sekedar labor
saja. Di dalam istilah human resources atau sumber daya manusia mencakup
tidak saja tenaga fisik atau tenaga jasmani manusia tetapi juga kemampuan
mental atau kemampuan non fisik, tidak saja tenaga terdidik tetapi juga
tenaga yang tidak terdidik. Pendek kata, di dalam istilah atau pengertian
human resources itu terkumpullah semua atribut atau kemampuan
manusiawi yang dapat disumbangkan untuk memungkinkan dilakukannya
proses produksi barang dan jasa (Suherman Rosyid, 2009:56).
3. Modal
Faktor produksi yang ketiga adalah modal (capital) atau sebutan bagi
faktor produksi yang ketiga ini adalah real capital goods (barang-barang
modal riil), yang meliputi semua jenis barang yang dibuat untuk menunjang
kegiatan produksi barangbarang lain serta jasa misalnya, mesin, pabrik, jalan
raya, pembangkit tenaga listrik serta semua peralatannya. Pengertian capital
atau modal, sebenarnya hanyalah merupakan salah satu dari pengertian
modal, sebagaimana yang sering dipergunakan oleh para ahli ekonomi.
Sebab modal juga mencakup arti uang yang tersedia di dalam perusahaan
untuk membeli mesin serta faktor produksi lainnya. Orang hanya dapat
menggunakan uang untuk mendapatkan faktor produksi untuk kemudian
dilakukan proses produksi. Oleh karena itu, pentinglah kiranya untuk
membedakan perbedaan antara barang-barang modal riil (real capital goods)
dan modal uang (money capital) (Suherman Rosyid, 2009:56-57).
Modal diperlukan sejak pada waktu perusahaan dimulai dan di
pergunakan untuk membeli berbagai input, termasuk tanah sebagai lokasi
perusahaan. Bagi perusahaan besar, masalah dimana memperoleh modal
bukan merupakan persoalan, modal dapat dipeloreh di mana saja, karena
besar perusahaan pada dirinya merupakan jaminan dan sekaligus merupakan
daya tarik bagi modal. Oleh karena itu, modal kurang berpengaruh bagi
penentuan lokasi perusahaan besar. Masalahnya akan berbeda bagi
perusahaan kecil. Pada umumnya perusahaan kecil hanya dikenal di daerah
operasinya dan kemungkinan untuk mempeloreh modal juga ditentukan oleh
lingkungannya. Dalam hal ini maka modal menentukan lokasi perusahaan
yang bersangkutan. Selain itu, jenis industri juga mempengaruhi tersedianya
modal. Tampaknya di negara kita dewasa ini dalam industri pariwisata lebih
mudah mempeloreh modal daripada dalam industri tekstil. Hal ini antara lain
disebabkan karena industri yang pertama merupakan sasaran kebijaksanaan
Pemerintah untuk dikembangkan.
4. Entrepreneur
Ketiga faktor produksi yang telah disebutkan di atas adalah faktor-faktor
produksi “tangible” (dapat diraba). Ketiganya yakni, land, labor, capital
dapat dilihat dan diraba, disamping itu pula dapat dihitung. Akan tetapi
faktor produksi ini tidak bisa diraba atau intangible. Seorang entrepreneur
mengorganisir ketiga faktor produksi lainnya agar dapat dicapai hasil yang
terbaik. Ia pun menanggung resiko untuk setiap jatuh bangun usahanya.
Faktor produksi yang keempat ini adalah yang terpenting di antara semua
faktor produksi karena ia adalah intangible factor of production.
Entrepreneurship amat penting peranannya sehubungan dengan hasil yang
diproduksinya. Dengan demikian, entrepreneur merupakan faktor produksi
yang justru paling menentukan di dalam perkembangan perekonomian
masyarakat ( Suherman Rosyid, 2009:57). Menurut (Suryana 2006:10)
entrepreneur adalah mereka yang melakukan usaha-usaha kreatif dan
inovatif dengan jalan mengembangkan ide dan menjalankan sumber daya
untuk menemukan peluang dan perbaikan hidup.
5. Pasar dan Harga
Tujuan akhir seorang pengusaha adalah membuat keuntungan. Oleh karena
itu, maka ia harus mampu menjual barang yang dihasilkannya dengan harga
yang lebih tinggi daripada biaya yang dikeluarkan. Dalam hubungannya
dengan masalah. Maka pasar menjadi relavan. Luas pasar ditentukan oleh
tiga unsur yaitu :
a. Jumlah penduduk
b. Pendapatan Perkapita
c. Distribusi Pendapatan

Suatu daerah yang berpenduduk banyak, secara potensial merupakan pasar


yang perlu diperhatikan pengusaha. Bila daerah ini disertai pendapatan per
kapita yang tinggi, maka pasar tersebut akan menjadi efektif. Gejala ini
makin meningkat, bila distribusi pendapatan merata. Namun demikian, bila
distribusi pendapatan yang merata terjadi bersamaan dengan pendapatan per
kapita yang rendah, maka daerah tersebut bukan merupakan pasar untuk
menjual barang yang relatif mewah atau setengah mewah. Dewasa ini diukur
dengan pendapatan perkapita, Indonesia masih merupakan negara
berpendapatan rendah. Namun, distribusi pendapatan yang kurang merata,
membuat pasar barang mewah dan setengah mewah tampaknya tidak
kekurangan pembeli. Sebaliknya Singapura merupakan contoh suatu negara
yang berpenduduk sedikit berpendapatan per kapita tinggi dan distribusi
pendapatan yang relatif merata. Keadaan ini membuat pasar Singapura
sangat cocok bagi penjualan barang mewah dan setengah mewah. Namun
penduduk yang relatif sangat sedikit membuat pasar negara tadi lekas jenuh.
Sebaliknya penduduk Indonesia yang mendekati 180 juta (1991) pada
dasarnya merupakan pasar yang sangat luas. Akan tetapi, pendapatan
perkapitanya yang hanya sekitar US$-500.- membuat sebagian pasar tersebut
tetap potensial. Suatu segi yang menarik adalah bahwa justru distribusi
pendapatan yang kurang merata membuat pasar Indonesia yang tidak sedikit.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi menurut Pindyck &


Rubinfield (2000)

Produksi merupakan suatu proses menghasilkan output (hasil) dengan


cara mengkombinasikan input, tetapi pada prosesnya banyak hal yang dapat
terjadi sebelum hasil diperoleh. Hasil akan berganatung pada input yaitu
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi. Produksi membutuhkan berbagai
macam jenis faktor produksi untuk mennghasilkan output yang baik.

Faktor-faktor produksi itu dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Modal (Capital)

Modal dapat berupa gedung, mesin, peralatan lain, dan inventoris


(Pindyck & Rubinfield, 2000: 178)

2. Tenaga Kerja (Labor)


Merupakan pekerja/manusia yang bekerja dalam proses produksi. Input
tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja terampil (tukang kayu,
teknisi) dan tenaga kerja tidak terampil (buruh tani), juga termasuk
wirausaha dari manajer perusahaan (Pindyck & Rubinfield, 2000: 178)
3. Bahan Mentah ( Materials)

Material atau bahan mentah termasuk baja, plastik, listrik, air dan
barang lain yang perusahaan dapat beli dan diubah menjadi produk
akhir/output (Pindyck & Rubinfield, 2000: 178).

C. Faktor Produksi menurut Al-Ghazali


1. Tanah, dengan segala potensinya sebagai barang yang tidak akan
pernah bisa dipisahkan dari bahasan tentang produksi. Tanah menjadi
faktor terpenting dalam hal ini, penekanan pada penggunaan tanah-
tanah yang mati menunjukan perhatian Rasulullah SAW dalam
penggunaan sumber daya bagi kemakmuran rakyat. Islam mempunyai
komitmen untuk melaksanakan keadilan dalam hal pertanahan.
2. Tenaga kerja, karena kualitas dan kuantitas produksi sangat
ditentukan oleh tenaga kerja. Ini merupakan human capital bagi suatu
perusahaan dan juga aset bagi keberhasilan perusahaan. Kesuksesan
suatu produksi terletak pada kinerja sumber manusia yang ada di
dalamnya, termasuk diantaranya kinerja pada tenaga kerja. Secara
umum diantara ahli ekonomi ada yang menyatakan bahwa tenaga kerja
dalah satu-satunya produsen dan pangkal produktivitas dari semua
faktor misalnya : tanah, modal manajerial yang baik tidak akan bisa
menghasilkan suatu barang/jasa tanpa adanya tenaga kerja.
3. Modal, objek material yang digunakan untuk memproduksi suatu
kekayaan ataupun jasa ekonomi. Modal adalah sejumlah kekayaan
yang bisa berupa aset yang bisa digunakan untuk menghasilkan suatu
kekayaan. Dalam islam modal suatu usaha haruslah bebas dari riba.
Dalam beberapa cara perolehan modal, Islam mengatur suatu sistem
yang lebih baik, dengan cara kerja sama mudharabah atau musharakah.
Hal ini untuk menjaga hak produsen dan juga hak pemilik modal, agar
tercapai suatu kebaikan dalam suatu aktivitas produksi yang akhirnya
akan berimplikasi pada adanya suatu Mashlahah dalam suatu
kerjasama yang dilakukan oleh masing-masing pihak.
4. Manajemen produksi / orang menjalankannya, untuk mendapatkan
kualitas produksi yang baik diperlukan manajemen yang baik juga.
Beberapa faktor produksi di antara semua faktor tidak akan
mengahasilkan suatu profit (keuntungan) yang baik ketika tidak ada
manajemen yang baik, karena tanah, tenaga kerja, modal dan lain
sebagainya tidak akan bisa berdiri dengan sendirinya.
BAB III

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi. Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
maqashid al-Syariah. Jakarta : KENCANA (PRENADAMEDIA GROUP),
2014. 118-121

Pindyck & Rubinfield. 2000. Microeconomics fifth edition. 2000. New Jersey.
Prentice-Hall.

Rosyid, Suherman. 2009. Pengantar Teori Ekonomi. Jakarta: Rajawali.

Setiawan, Avi Budi. 2011. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi


Usaha Tani Jagung Di Kabupaten Grobogan Tahun 2008. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. Vol 4. No 1. Hal 69-75.

Suryana. 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses.
Jakarta: Salemba.

Wulandari, I Gusti Ayu Athina dkk. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Produksi Industri Perhiasan Logam Mulia di Kota Denpasar.
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Vol 6. No 1. Hal 79-108.

Anda mungkin juga menyukai