TENAGA KERJA
Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
IRHAM (90400119104)
FERAWATI (90400119106)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatNya-lah sehingga kita dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik.
Walaupun sederhana keadaannya, namun diharapkan agar dapat memberi
manfaat bagi kita semua.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan yang terjadi baik dalam bentuk penulisan kata-kata
maupun kalimat yang kurang baku, maka dari itu saran dan kritik sangat kami
harapkan demi kesempurnaannya makalah ini. Karena kami manusia biasa yang
tidak luput dari kesalahan.
Demikianlah makalah yang kami yang susun ini semoga bermamfaat bagi
kita semua, atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.
Penulis
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pendekatan Ekonomi untuk Pertumbuhan Penduduk?
2. Bagaimana konsep pendidikan berorientasi tenaga kerja?
3. Bagaimana kebijakan pemerintah di bidang pendidikan dalam menghadapi
pengangguran?
4. Bagaimana kesehatan dan produktivitas kerja di Indonesia?
5. Bagaimana pasar tenaga kerja di negara berkembang?
6. Bagaimana studi kasus di Indonesia?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pendekatan ekonomi untuk pertumbuhan penduduk.
2. Untuk mengetahui konsep pendidikan berorientasi tenaga kerja di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah di bidang pendidikan dalam
menghadapi pengangguran.
4. Untuk mengetahui kesehatan dan produktivitas kerja yang ada di
Indonesia.
5. Untuk mengetahui pasar tenaga kerja di negara yang sedang berkembang.
6. Untuk mengetahui studi kasus di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Ekonomi untuk Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan
dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah
populasi menggunakan “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan
pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah
pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi
nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untul merujuk pada pertumbuhan
penduduk dunia.
Orang yang pertama mengemukakan teori mengenai penduduk adalah
Thomas Robert Malthus yang hidup pada tahun 1776-1824. Kemudian timbul
bermacam-macam pandangan sebagai perbaikan teori Malthus. Dalam edisi
pertamanya Essay on Population tahun1798 Malthus mengemukakan dua
pokok pendapatnya, yaitu:
1) Bahan makanan adalah penting untuk kehidupan manusia
2) Nafsu manusia tak dapat ditahan.
Dalam An Essay on the Principle of population, yang pertama kali
diterbitkan pada 1798, Malthus membuat ramalan yang terkenal bahwa jumlah
populasi akan mengalahkan pasokan makanan, yang menyebabkan
berkurangnya jumlah makanan per orang. Ia bahkan meramalkan secara
spesifik bahwa hal ini pasti akan terjadi pada pertengahan abad ke-19, sebuah
ramalan yang gagal karena beberapa alasan, termasuk penggunaan analisis
statisnya, yang memperhitungkan kecenderungan-kecenderungan mutakhir dan
memproyeksikannya secara tidak terbatas ke masa depan yang hampir selalu
gagal untuk sistem yang kompleks.
Dalil yang dikemukakan Malthus, bahwa jumlah penduduk cenderung
untuk meningkat secara geometris (deret ukur), sedangkan kebutuhan hidup riil
dapat meningkat secara arismatik (deret hitung). Menurut pendapat Malthus
ada faktor-faktor pencegah yang dapat mengurangi kepincangan terhadap
perbandingan antara penduduk dan manusia yaitu:
1) Preventive checks, yaitu faktor-faktor yang dapat menghambat jumlah
kelahiran yang lazimnya dinamakan moral restraint. Termasuk
didalamnya antara lain:
a. Penundaan masa perkawinan
b. Mengendalikan hawa nafsu
c. Pantangan kawin.
2) Positive checks, yaitu faktor-faktor yang menyebabkan bertambahnya
kematian, termasuk didalamnya antara lain:
a. Bencana alam
b. Wabah penyakit
c. Kejahatan
d. Peperangan.
Teori yang dikemukakan Malthus terdapat beberapa kelemahan antara
lain:
1) Malthus tidak yakin akan hasil preventive checks
2) Ia tidak yakin bahwa ilmu pengetahuan dapat mempertinggi produksi
bahan makanan dengan cepat
3) Teori Malthus tidak berlaku lagi bagi negara-negara Barat, tetapi
masih berlaku bagi negara-negara Asia.
Teori yang dikemukakan Malthus menarik perhatian dunia, karena
dialah mula-mula membahas persoalan penduduk secara ilmiah. Disamping itu,
esainya merupakan metode untuk menyelesaikan atau perbaikan persoalan
penduduk dan merupakan dasar bagi ilmu-ilmu kependudukan sekarang ini.
Doktrin Malthus juga punya akibat penting terhadap teori ekonomi. Para ahli
ekonomi yang terpengaruh Malthus berkesimpulan bahwa dalam keadaan
normal, kebanyakan penduduk dapat mencegah kenaikan upah melampaui
batas yang layak. Ekonom Inggris yang masyhur, David Ricardo seorang
sahabat akrab Malthus berkata “Upah yang layak bagi buruh adalah upah yang
diperlukan untuk memungkinkan para buruh dapat hidup dan bertahan”.
Namun ada beberapa pendapat ilmuwan yang menentang pendapat
Malthus yakni “Aliran Marxist (Karl Marx dan Fried engels)”. Aliran ini tidak
sependapat dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk akan kekurangan
makanan). Karl Marx dan Friedrich Engels (1834) adalah generasi sesudah
Malthus. Marxist umumnya tidak setuju dengan pandangan Malthus, karena
menurutnya Malthus bertentangan dengan nurani manusia.
Dasar pegangan Marxist adalah beranjak dari pengalaman bahwa
manusia sepanjang sejarah akan dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman. Beda pandangan Marxist dan Malthus adalah pada
“Natural Resource” tidak bisa dikembangkan atau mengimbangi kecepatan
pertumbuhan penduduk. Menurut Marxist tekanan penduduk di suatu negara
bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan terhadap
kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis). Marxist juga berpendapat
bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk yang
dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu diadakan pembatasan penduduk.
Pendapat Aliran Marxist, yaitu:
1) Populasi manusia tidak menekan makanan, tapi memengaruhi
kesempatan kerja
2) Kemelaratan bukan terjadi karena cepatnya pertumbuhan penduduk,
tapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian hak para buruh
3) Semakin tinggi tingkat populasi manusia, semakin tinggi
produktivitasnya, jika teknologi tidak menggantikan tenaga manusia
sehingga tidak perlu menekan jumlah kelahirannya, berarti menolak
teori Malthus tentang moral restraint untuk menekan angka kelahiran.
Pada abad ke-20 teori Malthus mulai diperdebatkan kembali. Kelompok
Aliran Neo-Malthusian (Garreth Hardin dan Paul Ehrlich), menyokong aliran
Malthus, akan tetapi lebih radikal lagi dan aliran ini sangat menganjurkan
untuk mengurangi jumlah penduduk dengan menggunakan cara-cara
“Preventive Check” yaitu menggunakan alat kontrasepsi.