Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH SUMBER DAYA MANUSIA DAN PASAR

TENAGA KERJA

Disusun Oleh:

KELOMPOK 4

MUHAMMAD FIRMAN SYAM (90400119103)

IRHAM (90400119104)

ANDI MITSAAL SABRINA VERREL (90400119105)

FERAWATI (90400119106)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
            Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatNya-lah sehingga kita dapat menyelesaikan Makalah  ini dengan baik.
Walaupun sederhana keadaannya, namun diharapkan agar  dapat memberi
manfaat bagi kita semua.

            Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan yang terjadi baik dalam bentuk penulisan kata-kata
maupun kalimat yang kurang baku, maka dari itu saran dan kritik sangat kami
harapkan demi kesempurnaannya makalah ini. Karena kami manusia biasa yang
tidak luput dari kesalahan.

            Demikianlah makalah yang kami yang susun ini semoga bermamfaat bagi
kita semua, atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.

Penulis

Makassar, 15 Oktober 2020


DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................
B. Rumusan Masalah .............................................................................
C. Tujuan Pembahasan .........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pendekatan Ekonomi untuk Pertumbuhan Penduduk........................
B. Konsep Pendidikan Berorientasi Tenaga Kerja.................................
C. Kebijakan Pemerintah di Bidang Pendidikan Dalam Menghadapi
Pengangguran.....................................................................................
D. Kesehatan dan Produktivitas Kerja....................................................
E. Pasar Tenaga Kerja di Negara Sedang Berkembang.........................
F. Studi Kasus di Indonesia....................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan
dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah
populasi menggunakan “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan
pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah
pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi
nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untul merujuk pada pertumbuhan
penduduk dunia.
Pasar tenaga kerja adalah seluruh aktivitas dari pelaku-pelaku untuk
mempertemukan pencari kerja dengan lowongan kerja, atau proses terjadinya
penempatan dan atau hubungan kerja melalui penyediaan dan penempatan
tenaga kerja.
Jumlah angkatan kerja di Indonesia terus meningkat. Saat ini mencapai
113,74 juta jiwa dan yang bekerja mencapai 104,49 juta jiwa (BPS, 2009).
Rendahnya produktivitas kerja dianggap akibat kurangnya motivasi kerja,
tanpa menyadari faktor lainnya seperti gizi pekerja. Berat ringannya beban
kerja seseorang ditentukan oleh lamanya waktu melakukan pekerjaan dan jenis
pekerjaan itu sendiri. Semakin berat beban kerja, sebaiknya semakin pendek
waktu kerjanya agar terhindar dari kelelahan dan gangguan fisiologis yang
berarti atau sebaliknya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pendekatan Ekonomi untuk Pertumbuhan Penduduk?
2. Bagaimana konsep pendidikan berorientasi tenaga kerja?
3. Bagaimana kebijakan pemerintah di bidang pendidikan dalam menghadapi
pengangguran?
4. Bagaimana kesehatan dan produktivitas kerja di Indonesia?
5. Bagaimana pasar tenaga kerja di negara berkembang?
6. Bagaimana studi kasus di Indonesia?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pendekatan ekonomi untuk pertumbuhan penduduk.
2. Untuk mengetahui konsep pendidikan berorientasi tenaga kerja di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah di bidang pendidikan dalam
menghadapi pengangguran.
4. Untuk mengetahui kesehatan dan produktivitas kerja yang ada di
Indonesia.
5. Untuk mengetahui pasar tenaga kerja di negara yang sedang berkembang.
6. Untuk mengetahui studi kasus di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Ekonomi untuk Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan
dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah
populasi menggunakan “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan
pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah
pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi
nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untul merujuk pada pertumbuhan
penduduk dunia.
Orang yang pertama mengemukakan teori mengenai penduduk adalah
Thomas Robert Malthus yang hidup pada tahun 1776-1824. Kemudian timbul
bermacam-macam pandangan sebagai perbaikan teori Malthus. Dalam edisi
pertamanya Essay on Population tahun1798 Malthus mengemukakan dua
pokok pendapatnya, yaitu:
1) Bahan makanan adalah penting untuk kehidupan manusia
2) Nafsu manusia tak dapat ditahan.
Dalam An Essay on the Principle of population, yang pertama kali
diterbitkan pada 1798, Malthus membuat ramalan yang terkenal bahwa jumlah
populasi akan mengalahkan pasokan makanan, yang menyebabkan
berkurangnya jumlah makanan per orang. Ia bahkan meramalkan secara
spesifik bahwa hal ini pasti akan terjadi pada pertengahan abad ke-19, sebuah
ramalan yang gagal karena beberapa alasan, termasuk penggunaan analisis
statisnya, yang memperhitungkan kecenderungan-kecenderungan mutakhir dan
memproyeksikannya secara tidak terbatas ke masa depan yang hampir selalu
gagal untuk sistem yang kompleks.
Dalil yang dikemukakan Malthus, bahwa jumlah penduduk cenderung
untuk meningkat secara geometris (deret ukur), sedangkan kebutuhan hidup riil
dapat meningkat secara arismatik (deret hitung). Menurut pendapat Malthus
ada faktor-faktor pencegah yang dapat mengurangi kepincangan terhadap
perbandingan antara penduduk dan manusia yaitu:
1) Preventive checks, yaitu faktor-faktor yang dapat menghambat jumlah
kelahiran yang lazimnya dinamakan moral restraint. Termasuk
didalamnya antara lain:
a. Penundaan masa perkawinan
b. Mengendalikan hawa nafsu
c. Pantangan kawin.
2) Positive checks, yaitu faktor-faktor yang menyebabkan bertambahnya
kematian, termasuk didalamnya antara lain:
a. Bencana alam
b. Wabah penyakit
c. Kejahatan
d. Peperangan.
Teori yang dikemukakan Malthus terdapat beberapa kelemahan antara
lain:
1) Malthus tidak yakin akan hasil preventive checks
2) Ia tidak yakin bahwa ilmu pengetahuan dapat mempertinggi produksi
bahan makanan dengan cepat
3) Teori Malthus tidak berlaku lagi bagi negara-negara Barat, tetapi
masih berlaku bagi negara-negara Asia.
Teori yang dikemukakan Malthus menarik perhatian dunia, karena
dialah mula-mula membahas persoalan penduduk secara ilmiah. Disamping itu,
esainya merupakan metode untuk menyelesaikan atau perbaikan persoalan
penduduk dan merupakan dasar bagi ilmu-ilmu kependudukan sekarang ini.
Doktrin Malthus juga punya akibat penting terhadap teori ekonomi. Para ahli
ekonomi yang terpengaruh Malthus berkesimpulan bahwa dalam keadaan
normal, kebanyakan penduduk dapat mencegah kenaikan upah melampaui
batas yang layak. Ekonom Inggris yang masyhur, David Ricardo seorang
sahabat akrab Malthus berkata “Upah yang layak bagi buruh adalah upah yang
diperlukan untuk memungkinkan para buruh dapat hidup dan bertahan”.
Namun ada beberapa pendapat ilmuwan yang menentang pendapat
Malthus yakni “Aliran Marxist (Karl Marx dan Fried engels)”. Aliran ini tidak
sependapat dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk akan kekurangan
makanan). Karl Marx dan Friedrich Engels (1834) adalah generasi sesudah
Malthus. Marxist umumnya tidak setuju dengan pandangan Malthus, karena
menurutnya Malthus bertentangan dengan nurani manusia.
Dasar pegangan Marxist adalah beranjak dari pengalaman bahwa
manusia sepanjang sejarah akan dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman. Beda pandangan Marxist dan Malthus adalah pada
“Natural Resource” tidak bisa dikembangkan atau mengimbangi kecepatan
pertumbuhan penduduk. Menurut Marxist tekanan penduduk di suatu negara
bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan terhadap
kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis). Marxist juga berpendapat
bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk yang
dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu diadakan pembatasan penduduk.
Pendapat Aliran Marxist, yaitu:
1) Populasi manusia tidak menekan makanan, tapi memengaruhi
kesempatan kerja
2) Kemelaratan bukan terjadi karena cepatnya pertumbuhan penduduk,
tapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian hak para buruh
3) Semakin tinggi tingkat populasi manusia, semakin tinggi
produktivitasnya, jika teknologi tidak menggantikan tenaga manusia
sehingga tidak perlu menekan jumlah kelahirannya, berarti menolak
teori Malthus tentang moral restraint untuk menekan angka kelahiran.
Pada abad ke-20 teori Malthus mulai diperdebatkan kembali. Kelompok
Aliran Neo-Malthusian (Garreth Hardin dan Paul Ehrlich), menyokong aliran
Malthus, akan tetapi lebih radikal lagi dan aliran ini sangat menganjurkan
untuk mengurangi jumlah penduduk dengan menggunakan cara-cara
“Preventive Check” yaitu menggunakan alat kontrasepsi.

B. Konsep Pendidikan Berorientasi Tenaga Kerja


Konsep pendidikan berorientasi tenaga kerja di Indonesia, dipersiapkan
untuk menyiapkan lulusan yang siap pakai, siap jual, siap guna dan mandiri.
Langkah yang ditempuh dengan pendidikan berbasis life skill. Pendidikan
berbasis kecakapan hidup adalah pendidikan yang membekali kecakapan yang
dimiliki oleh peserta didik untuk mau dan berani menghadapi problema hidup
dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif,
kreatif dan inovatif mencari, menemukan solusi sehingga mampu mengatasi
permasalahannya.
Konsep kecakapan hidup (life skill) lebih luas dari keterampilan untuk
bekerja, tidak hanya sekedar keterampilan manual. Menurut Kaluge (2002),
(Slamet, 2005) kecakapan hidup dapat dipilah menjadi lima, yaitu:
1) Kecakapan mengenal diri (self awareness), yang juga sering disebut
kemampuan personal (personal skill)
2) Kecakapan berpikir rasional (thinking skill)
3) Kecakapan sosial (social skill)
4) Kecakapan akademik (academic skill)
5) Kecakapan vokasional (vocational skill).
Setelah kecakapan hidup yang diberikan, maka seorang peserta didik
juga digali kemampuan dan potensi kecerdasannya dari delapan macam
kecerdasan (Gardnet, 1993), yaitu:
1) Linguistic intelligence
2) Logicalmathematical intelligence
3) Intelligence
4) Bodily-kinesthetic intelligence
5) Musical intelligence
6) Interpersonal intelligence
7) Intrapersonal intelligence
8) Naturalist intelligence.
C. Kebijakan Pemerintah di Bidang Pendidikan dalam Menghadapi
Pengangguran
Adanya mismatch antara yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan
dengan kebutuhan pasar tenaga kerja menjadi perhatian serius pemerintah saat
ini. Sebagai contoh, dalam rangka meningkatkan kualitas terhadap lulusan
SMK, Depdiknas akan memperbanyak simulasi-simulasi industri di masing-
masing SMK. Simulasi industri dimaksud ditujukan agar para siswa SMK
mendapatkan pengetahuan tentang budaya kerja, kondisi rill di industri, dan
penguasaan teknologi.
Pengembangan pola kemitraan juga akan dilakukan sebagai rencana
aksi pemerintah. Kemitraan tersebut akan dijalin antara SMK, pendidikan
tinggi vokasi, dan pelatihan keterampilan dengan dunia industri, termasuk
industri kreatif. Hal ini dilakukan dalam rangka memperkuat intermediasi dan
kesempatan pemagangan serta kesesuaian pendidikan/pelatihan dengan dunia
kerja.
Upaya yang direncanakan dalam bidang pendidikan adalah:
1) Peningkatan pelayanan pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu dan
terjangkau. Konsep pendidikan dasar 9 tahun sesuai dengan Undang-
Undang Sisdiknas tahun 2003, yakni dimaksudkan untuk memberikan
peluang kepada siswa yang tidak dapat meneruskan pendidikan ke
jenjang pendidikan menengah (SMA). Di samping itu, untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kerja kasar/ teknisi yang banyak
dibutuhkan pada saat itu, yang dengan pendidikan 6 tahun dianggap
tidak memadai. Pendidikan dasar 9 tahun juga merupakan pondasi dari
kualitas pendidikan. Dengan demikian, masyarakat haruslah mendapat
kemudahan dalam mengakses pendidikan 9 tahun dengan mutu yang
baik dan biaya seminimal mungkin.
2) Peningkatan profesionalisme dan pemerataan distribusi guru. Seperti
diketahui, guru merupakan pangkal dari keberhasilan pendidikan.
Degan meningkatkan profesionalisme guru berarti akan memperbaiki
kualitas pendidikan di Indonesia. Hal inilah yang kemudian
membuahkan SDM yang bermutu dan kemudiam dapat bersaing
dengan SDM luar negeri. Dengan demikian, akan terbuka kesempatan
kerja yang lebih luas karena tak hanya terbatas di dalam negeri saja.
3) Peningkatan daya saing pendidikan tinggi. Rencana aksi dari program
ini adalah dengan memberikan beasiswa PTN untuk siswa SMA/SMK
berprestasi dan kurang mampu. Selain itu, dengan mengembangkan
kewirausahaan, termasuk technopreneur (entrepreneur di bidang IT)
bagi dosen dan mahasiswa melalui kerja sama antar institusi
pendidikan dengan dunia usaha. Perlu pula diketahui bahwa pada
akhir-akhir ini memang banyak perguruan tinggi yang telah
memasukkan mata kuliah kewirausahaan sebagai mata kuliah wajib.

D. Kesehatan dan Produktivitas Kerja


Jumlah angkatan kerja di Indonesia terus meningkat. Saat ini mencapai
113,74 juta jiwa dan yang bekerja mencapai 104,49 juta jiwa (BPS, 2009).
Pemenuhan kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah satu
bentuk penerapan syarat keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai bagian dari
upaya meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Gizi merupakan salah satu
aspek kesehatan kerja yang memiliki peran penting dalam peningkatan
produktivitas kerja. Hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak, terutama
pengelola tempat kerja mengingat para pekerja umumnya menghabiskan waktu
sekitar 8 jam setiap harinya di tempat kerja.
Rendahnya produktivitas kerja dianggap akibat kurangnya motivasi
kerja, tanpa menyadari faktor lainnya seperti gizi pekerja. Perbaikan dan
peningkatan gizi mempunyai makna yang sangat penting dalam upaya
mencegah morbiditas, menurunkan angka absensi serta meningkatkan
produktivitas kerja. Berat ringannya beban kerja seseorang ditentukan oleh
lamanya waktu melakukan pekerjaan dan jenis pekerjaan itu sendiri. Semakin
berat beban kerja, sebaiknya semakin pendek waktu kerjanya agar terhindar
dari kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.
Kebutuhan gizi terutama energy dipengaruhi oleh usia, ukuran tubuh,
dan jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu jenis pekerjaan
atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari, keadaan fisiologis, keadaan khusus
seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia, keadaan lingkungan kerja.
Faktor-faktor tersebut di atas harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya
energi, komposisi zat gizi dan menu untuk konsumsi pekerja.
Penilaian status gizi pekerja perlu dilakukan, karena dengan mengetahui
status gizi pekerja dapat ditentukan kebutuhan gizi yang sesuai serta pemberian
intervensi gizi bila diperlukan. Penilaian status gizi dilakukan melalui beberapa
cara yaitu pemeriksaan biokimia, pemeriksanaan klinis, pemeriksaan biofisik
dan antropometri. Antropometri merupakan metode yang paling sering
digunakan dalam penilaian status gizi. Metode ini menggunakan parameter
Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB). Melalui kedua parameter tersebut,
dapat dilakukan penghitungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan rumus
sebagai berikut:
Massa Tubuh(kg)
IMT=
Tinggi Badan ( m ) x Tinggi Badan( m)

Status Gizi IMT (kg/m2)


Sangat kurus <14,9
kurus 15,0-18,4
normal 18,5-22,9
Massa tubuh berlebih 23,0-27,4
Obesitas 27,5-40,0
Sangat obesitas >40,0

E. Pasar Tenaga Kerja di Negara Sedang Berkembang


Salah satu pembangunan ekonomi di negara sedang berkembang adalah
adanya ledakan penduduk (population explotion atau population pressure).
Sehingga dengan adanya perintang pembangunan ekonomi maka muncul teori
penduduk optimum (optimum population theory). Penduduk optimum adalah
jumlah penduduk yang dapat menghasilkan upah riil atau pendapatan riil per
kapita yang maksimum. Apabila jumlah penduduk bertambah dan menjadi
lebih besar daripada jumlah penduduk yang optimum, maka akan berlaku law
of diminishing return dan apabila jumlah penduduk bertambah tetapi belum
mencapai jumlah optimumnya maka akan berlaku increasing return.
Kelemahan dari konsep penduduk optimum adalah tidak dapat
menentukan besarnya jumlah penduduk yang optimum dan banyak perubahan-
perubahan seperti selera, sumber alam dan teknologi sehingga jumlah
penduduk optimum dapat berubah-ubah. Untuk meningkatkan output totalnya
di negara sedang berkembang maja harus diimbangi dengan penurunan
perkembangan penduduk, sehingga penghasilan riil per kapita akan meningkat.
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan di negara sedang berkembang
antara lain:
1) Tingkat perkembangan penduduk yang tinggi
2) Struktur umur yang tidak favorable
3) Distribusi penduduk tidak seimbang atau tidak merata
4) Tenaga kerja tidak terdidik dan terlatih.
Peranan penduduk dalam pembangunan ekonomi, dari segi permintaan,
penduduk bertindak sebagai konsumen dan dari segi penawaran, penduduk
bertindak sebagai produsen. Sehingga perkembangan penduduk yang cepat
tidaklah selalu merupakan penghambat sebagai jalannya pembangunan
ekonomi jika penduduk memiliki kapasitas yang tinggi untuk menyerap dan
menghasilkan hasil produksi.
Di negara maju, pertambahan penduduk yang pesat justru akan
menaikkan penghasilan riil per kapita, karena negara ini telah siap dengan
tabungan yang akan melayani kebutuhan investasi. Selain itu pertumbuhan
penduduk yang pesat di negara maju ini akan menambah potensi masyarakat
untuk menghasilkan dan sebagai sumber permintaan baru.
Berdasarkan teori Profesor A. Hansen mengenai stagnasi sekuler
bertambahnya penduduk memperbesar permintaan agregatif terutama
investasi. Menurut pengikut Keynes melihat tambahan penduduk tidak
sekadar sebagai tambahan penduduk tetapi juga melihat adanya kenaikan
dalam daya beli (purchasing power). Sedangkan menurut pengikut Keynes
kenaikan jumlah tenaga kerja disebabkan karena meningkatnya
produktivitas dan meningkatnya permintaan tenaga kerja.
1. Keadaan Penduduk Sekarang Ini di Dunai Ketiga
Sebaliknya di negara sedang berkembang perkembangan penduduk
malah menghambat perkembangan ekonomi. Menurut kaum klasik, akan ada
perlombaan antara tingkat perkembangan output dengan tingkat perkembangan
penduduk, yang akhirnya dimenangkan oleh perkembangan penduduk. Jadi
bagi negara yang sedang berkembang perkembangan penduduk merupakan
perintang perkembangan ekonomi karena negara tersebut sedikit sekali
memiliki kapital. Jadi di negara sedang berkembang terdapat perbandingan
yang tinggi antara jumlah manusia dengan jumlah faktor produksi yang lain,
perkembangan penduduk yang cepat akan menimbulkan “diseconomies of
scale”.
Beberapa isu ke penduduk pada dunia ketiga, yaitu:
1) Dunia ketiga mampu memperbaiki standar hidup penduduknya
dengan laju pertumbuhan penduduk seperti sekarang ini
2) Bagaimana negara dunia ketiga dapat mengimbangi kenaikan yang
cepat dalam perkembangan angkatan kerja
3) Apakah akibat laju pertumbuhan penduduk yang tinggi bagi negara
miskin dalam menghindari kemiskinan absolute
4) Apakah negara dunia ketiga akan dapat memperluas ruang lingkup
dan memperbaiki kualitas kesehatan dan sistem pendidikan
5) Seberapa jauh tingkat hidup yang rendah merupakan faktor yang
penting dalam membatasi kebebasan orang tua untuk menentukan
besarnya keluarga
6) Seberapa jauh meningkatnya kesejahteraan dan keinginan untuk
berkembang lebih jauh diantara negara yang telah maju
perekonomiannya.
a. Tren Fertilitas dan Mortalitas
Perbedaan laju pertumbuhan penduduk di negara berkembang dan
negara maju disebabkan oleh tingkat kelahiran di negara berkembang lebih
tinggi daripada negara maju. Sedangkan angka kematian di negara berkembang
lebih tinggi daripada negara maju. Hal ini disebabkan karena umumnya
penduduk di negara berkembang menikah pada usia muda. Perbedaan angka
kematian di negara maju dan berkembang sudah sangat sempit disebabkan
adanya tingkat perbaikan tingkat kesehatan, perekonomian, pendidikan.
Tingkat kelahiran rendah terdapat di negara yang distribusi pendapatannya
lebih merata dan sebaliknya. Sehingga negara ini mengurangi tidak meratanya
penghasilan dengan cara menurunkan tingkat kelahiran daripada negara yang
kurang memerhatikan pemerataan hasil pembangunan ekonomi.
Untuk meningkatkan output tambahan investasi harus cukup besar
sehingga dapat meningkatkan penghasilan riil per kapita. Menurut Malthus
negara berkembang ditandai dengan adanya perangkap pada keseimbangan
pendapatan yang rendah (low level equilibrium trap). Artinya
tingkatbpenghasilan yang subsistence apabila penghasilan naik sedikit saja
akan mengakibatkan penduduk berkembang lebih pesat dan lebih tinggi
daripada tingkat perkembangan penghasilan itu sendiri. Akibatnya tingkat
penghasilan per kapita turun sebaliknya penghasilan turun lagi di bawah
tingkat subsistence, penduduk turun jumlahnya dengan tingkat yang lebih cepat
daripadaa tingkat penurunan jumlah penghasilan. Pada tingkat penghasilam
subsistence ini merupakan keadaan yang stabil (stable equilibrium).
b. Penduduknya Berusia Muda
Di negara yang sedang berkembang sebagian besar penduduknya
berusia muda. Keadaan penduduk yang seperti ini disebut penduduk berciri
expansif. Sehubungan dengan struktur umur penduduk kita kenal dengan angka
beban tanggungan (dependency ratio). Angka beban tanggungan adalah
perbandingan antara banyaknya orang yang produktif dengan orang yang tidak
produktif. Negara yang berkembang memiliki angka beban tanggungan yang
tinggi karena besarnya jumlah penduduk usia muda.
c. Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah
Rendahnya kualitas penduduk merupakan penghalang pembangunan
ekonomi suatu negara. Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan
dan tingkat pengetahuan tenaga kerja. Pendidikan merupakan faktor penting
bagi berhasilnya pembangunan ekonomi. Menurut Schumaker pendidikan
merupakan sumber daya yang terbesar manfaatnya dibanding faktor-faktor
produksi lain.
2. Ledakan Penduduk
Dari pengalaman yang ada, laju pertumbuhan penduduk selalu
meningkat bagi dunia secara keseluruhan. Di samping itu, jumlah penduduk
yang besar secara absolute akan bertambah lebih cepat daripada jumlah
penduduk yang kecil, walaupun laju pertumbuhannya sama. Faktor utama yang
menentukan perkembangan penduduk adalah tingkat kematian, tingkat
kelahiran dan tingkat perpindahan penduduk (migrasi).
a. Tingkat Kematian (Death Rate)
Ada 4 faktor utama yang menyumbang terhadap penurunan tingkat
kematian pada umumnya, yaitu:
1) Adanya kenaikan standar hidup sebagai akibat kemajuan teknologi
dan meningkatnya produktivitas tenaga kerja serta tercapainya
perdamaian dunia yang cukup lama
2) Adanya perbaikan pemeliharaan kesehatan umum maupun kesehatan
individu
3) Adanya kemajuan dalam ilmu kedokteran serta diperkenalkannya
lembaga-lembaga kesehatan umum yang modern
4) Meningkatnya penghasilan riil per kapita sehingga orang mampu
membiayai hidupnya.
b. Tingkat Kelahiran (Birth Rate)
Di negara industri pertumbuhan penduduk berlangsung terus di
samping adanya penurunan tingkat kelahiran, misalnya di Prancis, Amerika
dan Inggris, tingkat kelahirannya menurun sejak abad ke-19. Hanya setelah
Perang Dunai II tingkat kelahiran meningkat dan meningkat dan mempercepat
tingkat pertambahan penduduk. Tingkat kelahiran lebih dihubungkan dengan
perkembangan ekonomi melalui pola-pola kebudayaan seperti umur
perkawinan, status wanitanya, kedudukan antara rural dan urban serta sifat-
sifat dari sistem family yang ada.
c. Migrasi
Migrasi mempunyai peranan juga dalam menentukan tingkat
pertumbuhan penduduk. Oleh karena itu, tingkat pertumbuhan penduduk tidak
dapat diperhitungkan hanya dari tingkat kematian saja. Bagi negara
berkembang migrasi bukan berarti peningkatan atau pengurangan jumlah
penduduk. Perpindahan penduduk keluar negeri dari negara yang sedang
berkembang tidaklah mungkin dapat terlaksana lagi guna mengurangi
kepadatan penduduknya, dengan alasan kesulitan-kesulitan integrasi sosial dan
rendahnya skill di negara yang mengalami tekanan penduduk tersebut. Dengan
adanya tingkat penurunan kematian yang cepat dan tetap tingginya kelahiran
serta kurang efektifnya migrasi, maka pertumbuhan penduduk akan cepat dan
mengakibatkan terjadinya ledakan penduduk di negara berkembang.
3. Pemecahan Masalah Kependudukan
Ledakan penduduk yang terjadi di negara-negara sedang berkembang
menerapkan suatu kebijakan dari sudut tingkat kematian untuk mengurangi
tingkat pertumbuhan penduduk dan juga program keluarga berencana sudah
banyak dilaksanakan oleh sebagian besar negara-negara sedang berkembang.
Walaupun program keluarga berencana telah diterima hampir semua negara
belum semua penduduk yang tinggal di negara-negara itu melaksanakan
program tersebut yang disebabkan adanya kemelaratan dan buta huruf di
negara-negara sedang berkembang bersamaan itu juga organisasi sosial yang
masih bersifat tradisional, perkembangan ilmu obat-obatan dan ilmu kesehatan
masih merupakan faktor-faktor fisikologi dari orang-orang yang akan menjadi
akseptor.
Kemajuan ilmu pengetahuan dapat menyediakan metode kontrasepsi
yang baru dan bagaimana pemerintah nasional mendorong penduduk untuk
memakainya bukan masalah yang sulit. Yang sulit ialah agar pengendalian
kelahiran atau kehamilan dapat diterima oleh semua golongan dengan
demikian jalan yang patut ditempuh oleh negara yang sedang berkembang ialah
mendidik orang-orangnya secara lebih baik dan bukan dianjurkan untuk
mengurangi kelahiran saja.
4. Pemanfaatan Sumber Daya Manusia
a. Konsep Ketenagakerjaan
Tidak semua penduduk dapat bertindak sebagai faktor produksi. Hanya
penduduk yang berupa tenaga kerja (human power) yang dapat dianggap
srbagai faktor produksi. Tenaga kerja adalah penduduk pada usia kerja yaitu
antara 15-64 tahun, dan dapat digolongkan menjadi dua yaitu angkatan kerja
(labor force) dan bukan angkatan kerja. Yang dimaksud dengan angkatan kerja
adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun siap
bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku.
Kuantitas dan kualitas angkatan kerja lebih rendah di negara-negara sedang
berkembang daripada negara-negara maju karena sebagian besar penduduk di
negara berkembang berusia muda.
b. Macam-macam Pengangguran
Dalam pembangunan ekonomi ada tenaga-tenaga manusia yang disebut
menganggur dan setengah menganggur. Jumlah tenaga kerja yang menganggur,
cukup banyak di negara-negara yang padat penduduknya. Di negara-negara
sedang berkembang pengangguran dapat di golongkan ke dalam tiga jenis,
yaitu:
1) Pengangguran yang kelihatan (visible underemployment). Hal ini
timbul apabila jumlah waktu kerja yang sungguh-sungguh digunakan
lebih sedikit daripada waktu kerja yang disediakan untuk bekerja.
visible underemployment dapat dibagi dua yaitu pengangguran kronis
(chronic underemployment) dan pengangguran musiman (seasonal
underemployment). Pengangguran yang ketara (visible
underemployment) timbul karena kurangnya kesempatan kerja.
2) Pengangguran tak-ketara (invisible underemployment). Pengangguran
jenis ini terjadi apabila para pekerja telah menggunakan waktu
kerjanya secara penuh dalam suatu pekerjaan dapat ditarik ke sektor-
sektor atau pekerjaan lain tanpa mengurangi output di sektor yang
ditinggalkan.
3) Pengangguran potensial (potential underemployment), pengangguran
potensial dapat diartikan bahwa para pekerja dalam suatu sektor dapat
ditarik dari sektor tersebut tanpa mengurangi output, tetapi harus
dibarengi dengan perubahan-perubahan fundamental dalam metode
produksi yang memerlukan pembentukan kapital yang berarti. Dengan
kata lain, pengangguran tercipta akibat adanya perubahan teknologi.
c. Kualitas tenaga kerja
Tenaga kerja adalah salah satu faktor yang memengaruhi Pendapatan
Nasional. Dan selama ini kita hanya memerhatikan segi kuantitasnya saja, kita
beranggapan bahwa kalau jumlah tenaga kerja meningkat, maka jumlah
produktivitas juga meningkat. Pernyataan tersebut tidak seluruhnya benar,
karena walaupun jumlah tenaga kerja itu tidak beruabah, tetapi bila kualitas
dari tenaga kerja tersebut lebih baik atau meningkat, maka tingkat produksi
juga akan mengalami peningkatan. Selama ini kita beranggapan bahwa, tingkat
produksi hanya tergantung pada jumlah tenaga kerja, maka kita menganggap
tenaga kerja itu bersifat homogeny. Padahal dalam kenyataannya, tenaga kerja
itu bersifat heterogen baik dilihat dari jenis kelamin, usia, kemampuan kerja,
dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam merencankan pertumbuhan ekonomi,
perlu adanya perencanaan tenaga kerja secara tepat. Sehingga suatu negara
harus mampu memperkirakan, misalnya jumlah tenaga dokter, tenaga guru,
tenaga tukang, akuntan, sekretaris, ahli teknik untuk 5 sampai 10 tahun yang
akan datang.
F. Studi Kasus di Indonesia
Secara umum, diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan
indikator yang lazim dipergunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan.
Tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis dampak
pertumbuhan ekonomi terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia. Analsis
deskriptif dan ekonometrika dilakukan untuk menelah keterkaitan pertumbuhan
ekonomi dan faktor-faktor lain terhadap kemiskinan dengan menggunakan data
dari berbagai instansi seperti BPS dan BI. Kurangnya kualitas pertumbuhan
ekonomi dicerminkan oleh angka kemiskinan yang relative persisten di atas
20% dalam kurun waktu satu dasawarsa terakhir. Jumlah penduduk miskin
akibat krisis ekonomi belum berhasil dikurangi bahkan cenderung meningkat.
Penyebaran penduduk miskin terpusat di Pulau Jawa dan Sumatera, terutam di
perdesaan dengan pertanian sebagai sumber utama pendapatan. Pertumbuhan
ekonomi berpengaruh signifikan terhadap penurunan jumlah penduduk msikin
walaupun dengan magnitude yang relative kecil seperti inflasi, populasi
penduduk, share sektor pertanian dan sektor industri. Namun, variabel yang
signifikan dan relatif besar pengaruhnya terhadap penuruna jumlah penduduk
miskin adalah sektor pendidikan. Berdasarkan temuan-temuan tersebut,
kebijakan yang perlu ditempuh untuk mengurangi jumlah penduduk miskin
adalah pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan yang merupakan syarat
keharusan. Di samping itu, diperlukan pula syarat kecukupan dengan
mempercepat industrialisasi pertanian/perdesaan, akumulasi modal manusia,
pengendalian inflasi untuk mempertahankan daya beli masyarakat, dan
pengendalian secara efektif pertumbuhan penduduk yang terutama masyarakat
miskin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dasar pegangan Marxist adalah beranjak dari pengalaman bahwa
manusia sepanjang sejarah akan dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman. Beda pandangan Marxist dan Malthus adalah pada
“Natural Resource” tidak bisa dikembangkan atau mengimbangi kecepatan
pertumbuhan penduduk. Menurut Marxist tekanan penduduk di suatu negara
bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan terhadap
kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis). Marxist juga berpendapat
bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk yang
dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu diadakan pembatasan penduduk.
Pendapat Aliran Marxist, yaitu:
4) Populasi manusia tidak menekan makanan, tapi memengaruhi
kesempatan kerja
5) Kemelaratan bukan terjadi karena cepatnya pertumbuhan penduduk,
tapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian hak para buruh
6) Semakin tinggi tingkat populasi manusia, semakin tinggi
produktivitasnya, jika teknologi tidak menggantikan tenaga manusia
sehingga tidak perlu menekan jumlah kelahirannya, berarti menolak
teori Malthus tentang moral restraint untuk menekan angka kelahiran.
Jumlah angkatan kerja di Indonesia terus meningkat. Saat ini mencapai
113,74 juta jiwa dan yang bekerja mencapai 104,49 juta jiwa (BPS, 2009).
Pemenuhan kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah satu
bentuk penerapan syarat keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai bagian dari
upaya meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Gizi merupakan salah satu
aspek kesehatan kerja yang memiliki peran penting dalam peningkatan
produktivitas kerja. Hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak, terutama
pengelola tempat kerja mengingat para pekerja umumnya menghabiskan waktu
sekitar 8 jam setiap harinya di tempat kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Putra Windhu. 2019. Perekonomian Indonesia Penerapan Beberapa Teori
Ekonomi Pembangunan di Indonesia. Depok: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai