Anda di halaman 1dari 5

1

DASAR KEPENDUDUKAN

A. TEORI MALTHUSIAN
Malthus ( Thomas Robert Malthus ) adalah orang pertama yang
mengemukakan tentang penduduk. Dalam “Essay on Population”, Malthus
beranggapan bahwa bahan makanan penting untuk kelangsungan hidup, nafsu
manusia tak dapat ditahan dan pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari bahan
makanan. Teori Malthus menyebutkan bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti
deret ukur, pada hal ini permasalahan meledaknya jumlah penduduk dikota tidak
diimbangi dengan ketersediaan pangan pun berkurang.

Teori Malthus jelas menekankan tentang pentingnya keseimbangan


pertambahan jumlah penduduk menurut deret ukur terhadap persediaan bahan
makanan menurut deret hitung. Malthus memaparkan postulatnya yang terkenal
“Unchecked population increases in ageometrical ration while subsistence
increases in an aritmetical ratio” yang berarti Jika diutarakan dengan angka-
angka, rumus Malthus akan menunjukan pertubuhan jumlah penduduk (1, 2, 4, 8,
16, 32, 64 dan seterusnya), sedangkan persediaan makanan (1,2, 3, 4, 5, 6, 7 dan
seterusnya).

Berikut merupakan beberapa pendapat menurut Robert Malthus tentang


kependudukan, antara lain :

1. Penduduk (seperti juga tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan
akan berkembang biak dengan sangat cepat dan memenuhi dengan cepat
beberapa bagian dari permukaan bumi.
2. Manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju
pertumbuhan makanan jauh lebih lambat (deret hitung) dibandingkan dengan
laju pertumbuhan penduduk (deret ukur) 27.
2

Adapun peranan penduduk yang justru merupakan penyebab utama dari


kemiskinan dengan proposisi utamanya yaitu:
1. Penduduk biasanya mengalami kesulitan hidup.
2. Penduduk akan selalu bertambah apabila sarana kehidupan bertambah,
terkecuali ada rintangan yang dahsyat.
3. Rintangan-rintangan tersebut dapat dikelompokkan sebagai pengekangan
moral, kejahatan dan kesengsaraan.

Dalam teori yang ditulis dalam bukunya yang berjudul An Essay on the
principles of Population (1798) Malthus berpendapat, bahwa:
1. Masyarakat manusia akan tetap miskin karena terdapat kecenderungan
pertambahan penduduk berjalan lebih cepat daripada persediaan makanan.
2. Pertambahan penduduk dapat diibaratkan deret kali atau deret ukur sehingga
pelipat-gandaan jumlah penduduk dalam setiap 25 tahun, sedangkan
peningkatan sarana-sarana kehidupan berjalan lebih lambat, yakni menurut
deret hitung atau deret tambah.

3. Melalui tindakan pantang seksual/pantangan kawin, perang, bahaya kelaparan,


dan bencana alam, jumlah penduduk setiap kali memang diusahakan sesuai
dengan sarana kehidupan yang tersedia. Namun cara itu tidak cukup untuk
meningkatkan kehidupan masarakat sampai di atas batas minimum.
3

Untuk dapat keluar dari kemelut permasalahan ini, pertumbuhan penduduk


dapat dibatasi melalui dua cara, yaitu preventive checks dan positive checks.
1. Preventif Checks (pengekangan diri) yaitu segala usaha untuk mengekang
nafsu seksual. Dapat dilakukan dengan cara :
a. Moral restraint (pengekangan diri), seperti ;
1) Mengekang nafsu seks
2) Tunda kawin
b. Vice atau Kejahatan (pengurangan kelahiran), seperti ;
1) Pengguguran kandungan
2) Homoseksual
3) Penggunaan kontrasepsi
2. Positive Checks (lewat proses kematian), yang terdiri dari :
a. Vice atau kejadian (pencabutan nyawa), seperti ;
1) Bunuh anak-anak
2) Bunuh orang cacat
3) Bunuh orang tua
b. Misery (kemelaratan), seperti :
1) Epidemik
2) Bencana alam
3) Peperangan
4) Kekurangan makanan

Meskipun demikian teori ini mendapat berbagai kritik karena Malthus tidak
memperhitungkan hal-hal sebagai berikut :

1. Kemajuan bidang transportasi yang dapat menghubungkan satu daerah dengan


daerah lain sehingga distribusi makana dapat berjalan
2. Kemajuan bidang teknologi, terutama bidang pertanian
3. Usaha pembatasan kelahiran bagi pasangan yang sudah menikah
4. Fertilitas akan menurun apabila perbaikan ekonomi dan standar hidup
penduduk dinaikkan
4

B. CONTOH KASUS MENGATASI ANCAMAN MALTHUS


Teori Thomas Robert Malthus (1798) bahwa peningkatan produksi pangan
mengikuti deret hitung dan pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur sehingga
manusia pada masa depan akan mengalami ancaman kelaparan barangkali
hanyalah mitos. Ternyata kemajuan teknologi dapat melipatgandakan produksi
pangan dan kebutuhan manusia lainnya. Sementara itu, berkat kemajuan teknologi
kontrasepsi modern, kehamilan dapat dikendalikan dan pertumbuhan penduduk
pun dapat ditekan. Kehendak untuk mengatasi ancaman Malthus inilah yang
melahirkan gerakan kependudukan dunia pada tahun 1968. Gerakan tersebut tidak
direspons secara sama oleh bangsa-bangsa di dunia. Indonesia adalah satu dari
sedikit negara berkembang berpenduduk banyak yang responsif dan mampu
mengatasi tekanan penduduk dengan mengendalikan laju pertambahan
penduduknya. Indonesia belum cukup merasakan adanya tekanan penduduk ketika
merdeka. Penduduk Indonesia baru berjumlah 69,2 juta pada tahun 1940.
Oleh karena itu, wajar jika Soekarno bersikap pronatalis, ingin penduduk
Indonesia bertambah cepat agar dapat menjadi kekuatan revolusi. Penduduk
memang bertambah cepat pada era Soekarno. Antara tahun 1950 dan 1970 terjadi
apa yang disebut sebagai ledakan bayi (baby boom); jumlah penduduk Indonesia
naik 53 persen (41 juta), dari angka 77,2 juta pada tahun 1950 menjadi 118,2 juta
pada tahun 1970. Ketika itulah ancaman tekanan penduduk mulai disadari. Jika
fertilitas tinggi (TFR 5,6 pada 1970) dibiarkan, Widjojo Nitisastro
memperkirakan, penduduk akan bertambah menjadi 350 juta jiwa pada tahun
2000. Namun, jika KB berhasil, Natanael Iskandar memperkirakan penduduk
hanya akan bertambah menjadi 280 juta. Program KB memang terbukti berhasil
dengan dengan pencapaian yang jauh melampaui kedua ramalan tersebut. Angka
fertilitas total (total fertility rate/TFR) berhasil diturunkan menjadi 2,4 dan
penduduk hanya bertambah menjadi 206 juta jiwa pada tahun 2000.
5

DAFTAR PUSTAKA

Darwin, Muhadjir. 2008. Mengatasi Ancaman Malthus. Diunduh 31 Maret


2018. Tersedia pada laman:
https://nasional.kompas.com/read/2008/08/25/00504622/mengat
asi.ancaman.malthus

Pratama, A. 2017. Teori-Teori Kependudukan. Diunduh 31 Maret 2018.


Tersedia pada laman: http://repository.radenintan.ac.id>BAB-
II.pdf

Tukiran, T. 2014. Teori Mutakhir Dan Parameter Dasar Kependudukan.


Diunduh 31 Maret 2018. Tersedia pada laman:
http://reposirory.ut.ac.id/4236/1/PWKL4101-M1.pdf

Anda mungkin juga menyukai