Anda di halaman 1dari 4

2.

2 Teori Teori Kependudukan Tingginya laju pertumbuhan penduduk di beberapa bagian di dunia ini menyebabkan jumlah penduduk meningkat dengan cepat. Di beberapa bagian di dunia ini telah terjadi kemiskinan dan kekurangan pangan. Fenomena ini menggelisahkan para ahli, dan masing masing dari mereka berusaha mencari faktor faktor yang menyebabkan kemiskinan tersebut. Umumnya para ahli dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama terdiri dari penganut aliran Malthusian. Aliran Malthusian dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, dan aliran Neo Malthusian dipelopori oleh Garreth Hardin dan Paul Ehrlich. Kelompok kedua terdiri dari penganut aliran Marxist yang dipelopori oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Kelompok ketiga terdiri dari pakar pakar teori kependudukan mutakhir yang merupakan reformulasi teori teori kependudukan yang ada. 2.2.1 Aliran Malthusian Aliran ini dipelopori oleh Thomas Robert Maltus, seorang pendeta Inggris, hidup pada tahun 1766 hingga tahun 1834. Pada permulaan tahun 1798 lewat karangannya yang berjudul: Essai on Principle of Populations as it Affect the Future Improvement of Society, with Remarks on the Specculations of Mr. Godwin, M.Condorcet, and Other Writers , menyatakan bahwa penduduk (seperti juga tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari permukaan bumi ini. Tingginya pertumbuhan penduduk ini disebabkan karena hubungan kelamin antar laki laki dan perempuan tidak bisa dihentikan. Disamping itu Malthus berpendapat bahwa untuk hidup manusia memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan jauh lebih lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk. Apabila tidak diadakan pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk, maka manusia akan mengalami kekurangan bahan makanan. Inilah sumber dari kemelaratan dan kemiskinan manusia. Untuk dapat keluar dari permasalah kekurangan pangan tersebut, pertumbuhan penduduk harus dibatasi. Menurut Malthus pembatasan tersebut dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu Preventive Checks, dan Positive Checks. Preventive Checks adalah pengurangan penduduk melalui kelahiran. Positive Checks adalah pengurangan penduduk melalui proses kematian. Apabila di suatu wilayah jumlah penduduk melebihi jumlah persediaan bahan pangan, maka tingkat kematian akan meningkat mengakibatkan terjadinya kelaparan, wabah penyakit dan lain sebagainya. Proses ini akan terus berlangsung sampai jumlah penduduk seimbang dengan persediaan bahan pangan. 2.2.2 Aliran Neo-Malthusians Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, teori Malthus mulai diperdebatkan lagi. Kelompok yang menyokong aliran Malthus tetapi lebih radikal disebut dengan kelompok Neo-Malthusianism. Menurut kelompok ini (yang dipelopori oleh Garrett Hardin dan Paul Ehrlich), pada abad ke-20 (pada tahun 1950-an), dunia baru yang pada jamannya Malthus masih kosong kini sudah mulai penuh dengan manusia. dunia baru sudah tidak mampu untuk menampung jumlah penduduk yang selalu bertambah. Paul Ehrlich dalam bukunya The Population Bomb pada tahun 1971, menggambarkan penduduk dan lingkungan yang ada di dunia dewasa ini sebagai berikut. Pertama, dunia ini sudah terlalu banyak manusia; kedua, keadaan bahan makanan sangat terbatas; ketiga, karena terlalu banyak manusia di dunia ini lingkungan sudah banyak yang tercemar dan rusak. TEORI PENDUDUK

PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk dunia mengalami peningkatan sangat cepat mulai tahun 1960. Dalam dua abad, jumlah penduduk di negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Amerika Tengah dan Amerika Selatan telah

bertambah menjadi tiga kali lipat dari 113 juta jiwa pada tahun 1750 menjadi 325 juta jiwa pada tahun 1850. Sedangkan di benua Asia dan Afrika jumlah penduduknya mengalami pertambahan dua kali lipat dalam rentang waktu yang sama. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi di beberapa belahan dunia telah menyebabkan peningkatan jumlah penduduk dengan cepat. Gejala ini diikuti munculnya fenomena kemiskinan dan kekurangan pangan yang melanda beberapa tempat di dunia. Hal ini menjadi keprihatinan beberapa ahli, sehingga mereka tertarik mencari faktor-faktor penyebab kemiskinan tersebut dengan harapan dapat mengatasi masalah ini di kemudian hari. Umumnya para ahli dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama terdiri dari penganut aliran Malthusian. Aliran Malthusian dipelopori oleh Thomas Robert Malthus dan aliran Neo Malthusian dipelopori oleh Garreth Hardin dan Paul Ehrlich. Kelompok kedua terdiri dari penganut aliran Marxist yang dipelopori oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Kelompok ketiga terdiri dari pakar-pakar teori kependudukan mutakhir yang merupakan reformulasi teori-teori kependudukan yang ada. Beberapa pakar tersebut yang akan dibicarakan di sini adalah John Stuart Mill, Arsene Dumont dan Emile Durkheim (Weeks, 1992). Aliran Malthusian umumnya dianut di negara-negara kapitalis dan aliran Marxist dianut di negaranegara sosialis. Di bawah ini secara singkat pandangan dari masing-masing aliran tersebut.

A. 1.

ALIRAN MALTHUSIAN DAN NEO MALTHUSIAN Aliran Malthusian Aliran ini dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, seorang pendeta Inggris, hidup pada tahun 1766 hingga tahun 1834. Pada permulaan tahun 1798 lewat karangannya yang berjudul Essai on Principle of Populations as it Affect the Future Improvement of Socienty, with Remarks on the Specculations of Mr.Godwin, M. Condorcet, and Other Writers , menyatakan bahwa penduduk (seperti juga tumbuh-tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari permukaan bumi ini (Weeks, 1992). Tingginya pertumbuhan penduduk ini disebabkan karena hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak bisa dihentikan. Disamping itu Malthus berpendapat bahwa manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan jauh lebih lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk. Apabila tidak diadakan pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk, maka manusia akan mengalami kekurangan bahan makanan. Inilah sumber dari kemelaratan dan kemiskinan manusia. (Malthus, edisi Fogarty, 1948)

Untuk dapat keluar dari permasalahan kekurangan pangan tersebut, pertumbuhan penduduk harus dibatasi. Menurut Malthus pembatasan tersebut, dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu preventive checks dan positive checks. Preventive checks ialah pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran. Preventive checks dapat dibagi menjadi dua, yaitu: moral restraint dan vice. Moral restraint (pengekangan diri) yaitu segala usaha untuk mengekang nafsu seksual, dan vice pengurangan kelahiran seperti: pengguguran kandungan, penggunaan alat-alat kontrasepsi, homoseksuil, promiscuity, adultery, (Yaukey, 1990). Bagi Malthus moral restraint merupakan pembatasan kelahiran yang paling penting, sedangkan penggunaan alatalat kotrasepsi belum dapat diterima. Positive checks adalah pengurangan penduduk melalui proses kematian. Apabila disuatu wilayah jumlah penduduk melebihi jumlah persediaan bahan pangan, maka tingkat kematian akan meningkat mengakibatkan terjadinya kelaparan, wabah penyakit dan lain sebagainya. Proses ini akan berlangsung sampai jumlah penduduk seimbang dengan persediaan bahan pangan. Positive checks dapat dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu: vice dan misery. Vice (kejahatan) ialah segala jenis pencabutan nyawa sesama manusia seperti pembunuhan anak-anak (infanticide), pembunuhan orang-orang cacat, dan orang-orang tua. Misery (kemelaratan) ialah sesegala keadaan yang menyebabkan kematian seperti berbagai jenis penyakit dan epidemi, bencana alam, kelaparan, kekurangan pangan dan peperangan (Tabel 2).

Tabel 2. Pembatasan Pertumbuhan Penduduk Preventive Checks (Lewat Penekanan Kelahiran) Moral Restraint (Pengekangan Diri) Segala usaha mengekang nafsu seksual Penundaan perkawinan Vice (Usaha Pengurangan Kelahiran) Positive Checks (Lewat Proses Kematian) Vice (Segala Jenis Pencabutan Nyawa) Misery (Keadaan yang menyebabkan kematian)

- pengguguran - pembunuhan anak- - epidemis kandungan anak - bencana alam - Homoseksual - pembunuhan orang- - peperangan - Promiscuity orang cacat - kelaparan - Adultery - pembunuhan orang- - kekurangan pangan - Penggunaan alat-alat orang tua kontrasepsi* *Thomas Robert Malthus hanya percaya pada Moral Restraint sebagai preventive checks (Weeks, 1992) Sumber: Weeks (1992) yang disesuaikan

Pendapat Malthus banyak mendapat tanggapan para ahli dan menimbulkan diskusi yang terus menerus. Pada umumnya gagasan yang dicetuskan Malthus dalam abad ke-18 pada masa itu dianggap sangat aneh. Asumsi yang mengatakan bahwa dunia akan kehabisan sumber daya alam karena jumlah penduduk yang selalu meningkat, tidak dapat diterima oleh akan sehat. Dunia baru (Amerika, Afrika, Australia dan Asia) dengan sumber daya yang berlimpah, baru saja terbuka untuk para migran dari dunia lama (misalnya Eropa Barat). Mereka memperkirakan bahwa sumber daya alam di dunia baru tidak akan dapat dihabiskan. Beberapa kritik terhadap teori Malthus adalah sebagai berikut: a) Malthus tidak memperhitungkan kemajuan-kemajuan transportasi yang menghubungkan daerah satu dengan yang lain sehingga pengiriman bahan makanan ke daerah-daerah yang kekurangan pangan mudah dilaksanakan. Dia tidak memperhitungkan kemajuan yang pesat dalam bidang teknologi, terutama dalam bidang pertanian. Jadi produksi pertanian dapat pula ditingkatkan secara cepat dengan mempergunakan teknologo baru. Malthus tidak memperhitungkan usaha pembatasan kelahiran bagi pasangan-pasangan yang sudah menikah. Usaha pembatasan kelahiran ini telah dianjurkan oleh Francis Place pada tahun 1822 (Flew, 1976). Fertilitas akan menurun apabila terjadi perbaikan ekonomi dan standar hidup penduduk dinaikkan. Hal ini tidak diperhitungkan oleh Malthus.

b)

c)

d)

Aliran Neo-Malthusians Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, teori Malthus mulai diperdebatkan lagi. Kelompok yang menyokong aliran Malthus tetapi lebih radikal disebut dengan Neo-Malthusianism. Kelompok ini tidak sependapat dengan Malthus bahwa mengurangi jumlah penduduk cukup dengan moral restraint saja. Untuk keluar dari perangkap Malthus, mereka menganjurkan menggunakan semua cara-cara preventive checks misalnya dengan menggunakan alat-alat kotrasepsi untuk mengurangi jumlah kelahiran, pengguguran kandungan (abortions). Paul Ehrlich mengatakan : 2. .....the only way to avoid that scenario is to bring the birth rate under control-perhaps even by force (Week, 1992). Paul Ehrlich dalam bukunya The Population Bomb pada tahun 1971, menggambarkan penduduk dan lingkungan yang ada di dunia dewasa ini sebagai berikut. Pertama, dunia ini sudah terlalu banyak manusia; kedua, keadaan bahan makanan yang sangat terbatas; ketiga, karena terlalu banyak manusia di dunia ini

lingkungan sudah banyak yang rusak dan tercemar. Pada tahun 1990 Ehrlich dan istrinya merevisi buku tersebut dengan judul yang baru The Population Explotion , yang isinya bahwa bom penduduk yang dikhawatirkan tahun 1968, kini sewaktu-waktu akan dapat meletus. Kerusakan dan pencemaran lingkungan yang parah karena sudah terlalu banyaknya penduduk sangat merisaukan mereka. Selanjutnya Ehrlich menulis: ....the poor are dying of hunger, while rich and poor alike are dying from the by-products of affluencepollution and ecological disaster (Week, 1992). Pandangan mereka (Ehrlich dan Hardin) tentang masa depan dunia ini sangat suram, namun demikian isu kependudukan ini sangat penting bagi seluruh generasi terutama bagi penduduk di negara maju (developed world). Pada tahun 1972, Meadow menerbitkan sebuah buku dengan judul The Limit to Growth . Bagi penganut Malthus, buku ini merupakan karya yang terbaik yang pernah diterbitkan, tetapi bagi penentang teori Malthus buku ini dapat mempengaruhi manusia dalam melihat masa depan dari dunia ini, yaitu dunia yang penuh kesuraman dan pesimisme. Tulisan Meadow memuat hubungan antara variabel lingkungan yaitu penduduk, produksi pertanian, produksi industri, sumber daya dan polusi (Gambar 1). Dalam gambar tersebut jelas terbaca bahwa pada waktu persediaan sumber daya alam masih berlimpah, maka bahan makanan per kapita, hasil industri dan penduduk bertambah dengan cepat. Pertumbuhan ini akhirnya menurun sejalan dengan menurunnya persediaan sumber daya alam yang akhirnya menurut model ini habis pada tahun 2100. Walaupun dibuat asumsi yang bervariasi dari laju perkembangan kelima variabel diatas, terjadinya malapetaka (kelaparan, polusi, dan habisnya sumber daya alam) tidak dapat dihindari, hanya waktunya dapat tertunda. Ada dua kemungkinan yang dapat dilakukan, yaitu membiarkan malapetaka itu terjadi, atau manusia itu membatasi pertumbuhannya dan mengelola lingkungan alam dengan baik (Jones, 1981).

Gambar 1. Hubungan Antara Sumberdaya Alam, Penduduk, Makanan perkapita, hasil industri perkapita dan polusi, dari The Limit to Growth.

Ahli-ahli biologi dan ahli-ahli lingkungan menyambut baik buku The Limit to Growth ini, karena karena mempunyai kesamaan dengan dunia binatang dan tumbuhan-tumbuhan dimana pertumbuhannya sangat dibatasi oleh daya tampung alam. Sebaliknya ahli-ahli ilmu sosial memberi kritikan terhadap karya Meadow karena tidak memasukkan unsur-unsur sosial-budaya dalam pembuatan modelnya. Meadow mengasumsikan bahwa faktor sosial-budaya dianggap sama dan konstan. Dengan memperhatikan kritik-kritik diatas, Mesarovic dan Pestel (1974) merevisi model Meadow ini. Mereka memperhatikan adanya variasi unsur-unsur lingkungan antara satu tempat dengan yang lain sehingga masalah lingkungan yang akan menimpa daerah-daerah datangnya tidak bersamaan.

Anda mungkin juga menyukai