Anda di halaman 1dari 10

Nama : Irmayanti .

NIM : P10117223

MK : Dasar Kependudukan

Peminaatan : Biostatistik, KB dan Kependudukan

Materi I Konsep Dasar Kependudukan

1. Defenisi dan Ruang Lingkup

Sebelum makna tentang Ilmu Kependudukan dapat dipahami, akan diawali


dengan berbagai konsep yang terkait dengan hal tersebut. Pertama dijelaskan
tentang konsep dan definisi demografi. Kata Demografi berasal dari Bahasa
Yunani yang dapat dilihat dari asal katanya yaitu demos dan graphein. Demos
dapat diartikan sebagai penduduk, dan graphein berarti menulis. Dengan
menggabungkan kedua makna dari kata-kata tersebut maka dapat diartikan
kata demografi berarti tulisan-tulisan atau karangan-karangan tentang penduduk
suatu negara atau suatu daerah. Jika diperhatikan makna kata demografi
tersebut, maka makna atau definisi tersebut belum jelas arahnya mengingat
ilmu-ilmu sosial lainnya seperti ilmu sosiologi, antropologi sosial juga
berbicara tentang penduduk atau berorientasi tentang penduduk atau manusia.
Menyadari hal tersebut, maka beberapa ilmuwan atau ahli memberikan definisi
tentang demografi agar dapat dibedakan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya. Ahli-ahli
tersebut antara lain Achille Guillard, G.W Barclay, dan P. Hauser & D. Duncan,

a. Achille Guillard (1855)


Definisi yang diberikan oleh ahli ini melihat atau mempelajari
manusia atau penduduk secara keseluruhan. Demografi didefinisikan
sebagai ilmu mempelajari segala sesuatu dari keadaan dan sikap manusia
yang dapat diukur yaitu meliputi perubahan secara umum, fisiknya,
peradabannya, intelektualitasnya, dan kondisi moralnya. Jika dilihat dari
konsep atau definisi tersebut juga masih sangat umum yang menyangkut
kondisi manusia atau penduduk, yang juga sulit dibedakan dengan ilmu sosial
lainnya.
b. G.W Barclay (1970)
Gambaran secara numerik /statistik tentang penduduk.
Penduduk/population adalah satu kesatuan dari manusia yang diwakili oleh
suatu nilai statistik tertentu. Oleh karena itu demografi berhubungan dengan
tingkah laku penduduk secara keseluruhan/ bukan perorangan
c. Phillip M. Hauser dan Otis Dudley Duncan (1959)
Berpendapat bahwa demografi merupakan ilmu yang mempelajari
jumlah, persebaran teritorial, komposisi penduduk, serta perubahannya dan
sebab-sebab perubahan tersebut, dimana sebab-sebab perubahan tersebut
yang biasanya timbul karena natalitas/fertilitas, mortalitas,gerak teritorial
(migrasi) dan mobilitas sosial (perubahan status).

Ruang Lingkup Demografi

Penggunaan demografi di kehidupan sangatlah luas, demografi bisa


digunakan secara bersama-sama dengan keilmuan lain, seperti ekonomi,
sosiologi, geografi, psikologi, politik, kesehatan dan lainnya sehingga ilmu
demografi implementasinya disebut interdisiplin (Interdisciplinary science)
2. Teori Penduduk dan Perkembangannya
Teori kependudukan dibedakan menjadi tiga kelompok.
Kelompok pertama terdiri dari penganut aliran Malthusian dan aliran Neo
Malthusian. Kelompok kedua terdiri dari penganut aliran Marxist dan kelompok
ketiga terdiri dari pakar-pakar teori kependudukan mutakhir yang merupakan
reformulasi teori-teori kependudukan yang ada.
1. Aliran Malthusian dan Neo-Malthusian
a. Aliran Malthusian Aliran
Aliran ini dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, seorang pendeta
Inggris (1766-1834). Malthus menyatakan bahwa penduduk (seperti juga
tumbuh-tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan mudah
berkembang biak dan memenuhi beberapa bagian dari permukaan bumi ini
dengan cepat. Weeks dalam (Mantra 2003).
Pertumbuhan penduduk yang tinggi disebabkan karena hubungan
kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak dapat dihentikan sedangkan laju
pertumbuhan bahan makanan yang diperlukan manusia untuk tetap hidup,
berkembang jauh lebih padat dibandingkan dengan laju pertumbuhan
penduduk. Manusia akan mengalami kekurangan bahan makanan apabila
tidak ada pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk.
Menurut Malthus, pembatasan tersebut dapat dilakukan melalui dua
cara yaitu preventive checks dan positive checks. Preventive Checks ialah
pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran. Preventive checks dapat
dibagi menjadi dua yaitu moral restraint dan vice. Moral Restraint
(pengekangan diri) yaitu segala usaha untuk mengekang nafsu seksuil dan
vice adalah usaha untuk mengurangi kelahiran seperti penguguran kandungan,
homoseksual, promiscuity, adultery dan penggunaan alat-alat kontrasepsi.
Namun, bagi Malthus moral resraint merupakan pembatasan kelahiran yang
paling penting, sedangkan penggunaan alat kontrasepsi belum dapat
diterimanya.
Positive checks adalah pengurangan penduduk melalui proses
kematian. Positive checks dibagi menjadi dua yaitu vice dan misery. Vice
(kejahatan) ialah segala bentuk jenis pencabutan nyawa sesama manusia
seperti pembunuhan anak-anak, pembunuhan orang cacat, dan orang tua.
Misery (kemelaratan) ialah segala keadaan yang menyebabkan kematian
seperti berbagai jenis penyakit dan epidemi.
Pendapat Malthus banyak mendapat tanggapan dari para ahli.
Beberapa kritik terhadap Malthus adalah sebagai berikut:
1) Malthus tidak memperhitungkan kemajuan-kemajuan transportasi yang
memudahkan pengiriman bahan makanan ke daerah-daerah yang
kekurangan pangan.
2) Malthus tidak memperhitungkan kemajuan teknologi terutama dalam
bidang pertanian yang dapat meningkatkan produksi lebih cepat dan mudah
dengan menggunakan teknologi baru.
3) Malthus tidak memperhitungkan usaha pembatasan kelahiran bagi
pasangan yang sudah menikah. Di samping itu, pada tahun 1982 Francis
Place menganjurkan untuk melakukan usaha pembatasan kelahiran.
4) Malthus tidak memperhitungkan bahwa fertilitas akan menurun apabila
terjadi perbaikan ekonomi dan standard hidup penduduk dinaikkan.
b. Aliran Neo-Malthusians
Kelompok Neo-Malthusians adalah kelompok yang menyokong aliran
Malthus tetapi lebih radikal. Aliran ini menganjurkan penggunaan cara
preventive checks seperti penggunaan alat kontrasepsi untuk mengurangi
jumlah penduduk. Tahun 1960-an dan 1970-an telah diambil foto-foto dari
ruang angkasa yang menunjukkan bahwa bumi terlihat seperti kapal dengan
persediaan bahan bakar dan bahan makanan yang terbatas. Pada suatu saat
bahan bakar dan bahan makanan ini akan habis hingga akhirnya malapetaka
menimpa kapal tersebut.
Paul Ehrlich menggambarkan penduduk dan lingkungan yang ada di
dunia dalam sebuah buku “The Population Bomb” kemudian merevisinya
menjadi “The Population Explotion”. Isi dari buku tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Dunia ini sudah terlalu banyak manusia
b. Keadaan bahan makanan sangat terbatas
c. Lingkungan mengalami kerusakan karena populasi manusia meningkat

Analisis ini dilengkapi oleh Meadow dalam sebuah buku dengan


judul “The Limit to Growth”. Buku ini memuat hubungan antara variabel
lingkungan yaitu: penduduk, produksi pertanian, produksi industri, dan
penduduk bertambah dengan cepat. Malapetaka seperti kelaparan, polusi,
dan habisnya sumber daya alam akan terjadi dan tidak dapat dihindari
namun dapat ditunda yaitu dengan membatasi pertumbuhan manusia dan
mengelola lingkungan alam dengan baik.
Para ahli biologi dan ahli lingkungan mendukung analisis ini karena
diniliai memiliki kesamaan dengan dunia binatang dan tumbuh-tumbuhan
dimana pertumbuhannya dibatasi oleh daya tampung alam. Sedangkan para
ahli ilmu sosial memberi kritikan karena tidak memasukkan unsur sosial
dan budaya. Meadow mengasumsikan bahwa faktor sosial dan budaya
dianggap sama dan konstan. Karena kritikan tersebut, Mesarovic dan Pestel
(1974) merevisi model Meadow ini dengan memperhatikan adanya unsur-
unsur lingkungan antara satu tempat dengan tempat yang lain sehingga
masalah lingkungan yang akan menimpa daerah-daerah tidak akan datang
secara bersamaan (Mantra, 2003).
2 Aliran Marxist
Aliran Marxist dipelopori oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Aliran
ini tidak sependapat dengan teori Malthus bahwa manusia akan mengalami
kekurangan bahan pangan jika tidak dilakukan pembatasan terhadap
pertumbuhan penduduk. Menurut Marx, tekanan dalam suatu negara bukanlah
bahan pangan tetapi tekanan kesempatan kerja. Marx menentang usaha-usaha
moral restraint yang disarankan oleh Malthus, ia berpendapat bahwa semakin
banyak jumlah manusia maka semakin tinggi produksi yang dihasilkan
sehingga tidak perlu diadakan pembatasan pertumbuhan penduduk. Aliran
Malthus banyak didukung oleh kaum kapitalis seperti Amerika Serikat,
Inggris, Perancis, Australia, Canada, dan Amerika Latin. Sedangkan Aliran
Marxist ini didukung oleh kaum sosialis seperti Uni Soviet, negara-negara di
Eropa Timur, Republik Rakyat Cina, Korea Utara dan Vietnam.
Marx menyatakan bahwa hukum kependudukan di negara sosialis
merupakan antithesa hukum kependudukan di negara kapitalis. Artinya
apabila di negara kapitalis tingkat kelahiran dan kematian rendah, maka di
negara sosialis mengalami kebalikannya yaitu tingkat kelahiran dan kematian
tinggi. Pendapat ini mendapat kritikan karena pada kenyataannya tidaklah
demikian, tingkat pertumbuhan penduduk di negara Uni Soviet hampir sama
dengan negara-negara maju yang sebagian besar merupakan negara kapitalis.
3. Beberapa teori kependudukan mutakhir
Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20 teori Malthus dan Marx
mengalami formulasi kembali (reformulations) yang merupakan rintisan teori
kependudukan mutakhir. Teori ini dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
a. Teori fisiologi dan ekonomi
1). John stuart mill
John Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi
berkebangsaan Inggris menerima pendapat Malthus mengenai laju
pertumbuhan penduduk melampaui laju pertumbuhan makanan
sebagai suatu aksioma. Namun ia juga berpendapat bahwa pada situasi
tertentu manusia dapat mempengaruhi perilaku demografinya. Mill
menyatakan tidaklah benar bahwa kemiskinan tidak dapat dihindarkan
(teori Malthus) atau kemiskinan disebabkan oleh sistem kapitalis (teori
Marx).
Menurut Mill, jika pada suatu waktu di suatu wilayah terjadi
kekurangan bahan makanan, maka keadaan ini hanyalah bersifat
sementara dan dapat dipecahkan dengan dua kemungkinan yaitu:
mengimport bahan makanan atau memindahkan sebagian penduduk
wilayah tersebut ke wilayah lain.
Tinggi rendahnya tingkat kelahiran ditentukan oleh manusia itu
sendiri. Maka Mill menyarankan untuk meningkatkan golongan yang
tidak mampu (Mantra, 2003).
2). arsene Dumont
Arsene Dumont, seorang ahli demografi bangsa Perancis yang
hidup pada akhir abad ke-19. Melalui artikelnya yang berjudul
“Depopulation et civizilation” menyatakan teori penduduk baru yang
disebut dengan teori kapilaritas sosial
Kapilaritas sosial mengacu pada keinginan seseorang untuk
mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat. Konsep ini dibuat
berdasarkan atas analogi bahwa cairan akan naik pada sebuah pipa
kapiler.
3). emile Durkheim
Emile Durkheim adalah seorang ahli sosiologis Perancis yang
hidup pada akhir abad ke-19. Berbeda dengan Dumont yang
menekankan perhatiannya pada faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk, Durkheim lebih menekankan perhatian pada
akibat dari pertumbuhan penduduk yang tinggi (Weeks, 1992).
Ia berpendapat bahwa pada suatu wilayah dengan kepadatan
penduduk yang tinggi sebagai akibat dari tingginya laju pertumbuhan
penduduk akan timbul persaingan diantara penduduk untuk dapat
mempertahankan hidup. Dalam usaha memenangkan persaingan
tersebut setiap orang akan berusaha untuk meningkatkan pendidikan
dan keterampilan, dan mengambil spesialisasi tertentu. Keadaan
seperti ini terlihat jelas pada masyarakat perkotaan dengan kehidupan
yang kompleks.
4). Michael Thomas Sadler dan Doubleday
Sadler dan Doubleday adalah seorang ahli fisiologis, Sadler
berpendapat bahwa daya reproduksi manusia dibatasi oleh jumlah
penduduk yang ada di suatu negara atau wilayah. Jika kepadatan
penduduk tinggi, daya reproduksi manusia akan menurun, sebaliknya
jika kepadatan penduduk rendah, daya reproduksi manusia akan
meningkat.
Thomson (1953) meragukan kebenaran teori ini setelah melihat
keadaan di Jawa, India dan Cina dimana penduduknya sangat padat,
tetapi pertumbuhan penduduknya juga tinggi. Dalam hal ini Malthus
lebih konkret argumentasinya dari pada Sadler. Malthus mengatakan
bahwa penduduk disuatu daerah dapat mempunyai tingkat fertilitas
yang tinggi, tetapi dalam pertumbuhan alaminya rendah karena
tingginya tingkat kematian. Namun demikian, penduduk tidak dapat
mempunyai fertilitas tinggi, apabila tidak mempunyai kesuburan
(fecunditas) yang tinggi, tetapi penduduk dengan tingkat kesuburan
tinggi dapat juga tingkat fertilitasnya rendah. Teori Doubleday hampir
sama dengan teori Sadler, hanya
titik tolaknya berbeda. Kalau Sadler mengatakan bahwa daya
reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan tingkat kepadatan
penduduk, maka Doubleday berpendapat bahwa daya reproduksi
penduduk berbanding terbalik dengan bahan makanan yang tersedia.
Jadi kenaikan kemakmuran menyebabkan turunnya daya reproduksi
manusia. Jika suatu jenis makhluk diancam bahaya, mereka akan
mempertahankan diri dengan segala daya yang mereka miliki. Mereka
akan mengimbanginya dengan daya reproduksi yang lebih besar
(Iskandar, 1980). Menurut Doubleday, kekurangan bahan makanan
akan
merupakan perangsang bagiu daya reproduksi manusia, sedang
kelebihan pangan justru merupakan faktor penegkang perkembangan
penduduk. Dalam golongan masyarakat yang berpendapatan rendah,
seringkali terdiri dari penduduk dengan keluarga besar, sebaliknya
orang yang mempunyai kedudukan yang lebih baik biasanya jumlah
keluarganya kecil.
Rupa-rupanya teori fisiologis ini banyak diilhami dari teori
aksi dan reaksi dalam meninjau perkembangan penduduk suatu negara
atau wilayah. Teori ini dapat menjelaskan bahwa semakin tinggi
tingkat mortalitas penduduk semakin tinggi pula tingkat produksi
manusia.
b. Teori teknologi

Pandangan yang suram dan pesimis dari Malthus beserta penganut-


penganutnya ditentang keras oleh kelompok teknologi. Mereka
beranggapan manusia dengan ilmu pengetahuannya mampu melipat
gandakan produksi pertanian. Mereka mampu mengubah kembali
(recycling) barang-barang yang sudah habis dipakai, sampai akhirnya
dunia ketiga mengakhiri masa transisi demografinya.

Ahli futurology Herman Kahn (1976) mengatakan bahwa negara-


negara kaya akan membantu negara-negara miskin, dan akhirnya
kekayaan itu akan jatuh kepada orang-orang miskin. Dalam beberapa
decade tidak akan terjadi lagi perbedaan yang mencolok antara umat
manusia di dunia ini.

Dengan tingkat teknologi yang ada sekarang ini mereka


memperkirakan bahwa dunia ini mampu menampung 15 milliun orang
dengan pendapatan melebihi Amerika Serikat dewasa ini. Dunia tidak
akan kehabisan sumber daya alam, karen seluruh bumi ini terdiri dari
mineral-mineral. Proses pengertian dan recycling akan terus terjadi dan
era ini disebut dengan era substitusi. Mereka mengkritik bahwa The Limit
to Growth bukan memcahkan masalah tetapi memperbesar permasalahan
tersebut.

Kelompok Malthus dan kelompok teknologi mendapat kritik dari


kelompok ekonomi, karena kedua-duanya tidak memperhatikan masalah-
masalah organisasi sosial dimana distribusi pendapatan tidak merata.
Orang-orang miskin yang kelaparan, karena tidak meratanya distribusi
pendapatan di negara-negara tersebut. Kejadian seperti ini di Brasilia,
dimana Pendapatan Nasional (GNP) tidak dinikmati oleh rakyat banyak
adalah salah satu contoh dari ketimpangan organisasi sosial tersebut
(Mantra, 2003).

Anda mungkin juga menyukai