0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
17 tayangan10 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar kependudukan. Mencakup definisi demografi menurut beberapa ahli, ruang lingkup demografi, teori-teori kependudukan seperti Malthusian, Neo-Malthusian, Marxist, serta beberapa teori kependudukan mutakhir.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar kependudukan. Mencakup definisi demografi menurut beberapa ahli, ruang lingkup demografi, teori-teori kependudukan seperti Malthusian, Neo-Malthusian, Marxist, serta beberapa teori kependudukan mutakhir.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar kependudukan. Mencakup definisi demografi menurut beberapa ahli, ruang lingkup demografi, teori-teori kependudukan seperti Malthusian, Neo-Malthusian, Marxist, serta beberapa teori kependudukan mutakhir.
Sebelum makna tentang Ilmu Kependudukan dapat dipahami, akan diawali
dengan berbagai konsep yang terkait dengan hal tersebut. Pertama dijelaskan tentang konsep dan definisi demografi. Kata Demografi berasal dari Bahasa Yunani yang dapat dilihat dari asal katanya yaitu demos dan graphein. Demos dapat diartikan sebagai penduduk, dan graphein berarti menulis. Dengan menggabungkan kedua makna dari kata-kata tersebut maka dapat diartikan kata demografi berarti tulisan-tulisan atau karangan-karangan tentang penduduk suatu negara atau suatu daerah. Jika diperhatikan makna kata demografi tersebut, maka makna atau definisi tersebut belum jelas arahnya mengingat ilmu-ilmu sosial lainnya seperti ilmu sosiologi, antropologi sosial juga berbicara tentang penduduk atau berorientasi tentang penduduk atau manusia. Menyadari hal tersebut, maka beberapa ilmuwan atau ahli memberikan definisi tentang demografi agar dapat dibedakan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya. Ahli-ahli tersebut antara lain Achille Guillard, G.W Barclay, dan P. Hauser & D. Duncan,
a. Achille Guillard (1855)
Definisi yang diberikan oleh ahli ini melihat atau mempelajari manusia atau penduduk secara keseluruhan. Demografi didefinisikan sebagai ilmu mempelajari segala sesuatu dari keadaan dan sikap manusia yang dapat diukur yaitu meliputi perubahan secara umum, fisiknya, peradabannya, intelektualitasnya, dan kondisi moralnya. Jika dilihat dari konsep atau definisi tersebut juga masih sangat umum yang menyangkut kondisi manusia atau penduduk, yang juga sulit dibedakan dengan ilmu sosial lainnya. b. G.W Barclay (1970) Gambaran secara numerik /statistik tentang penduduk. Penduduk/population adalah satu kesatuan dari manusia yang diwakili oleh suatu nilai statistik tertentu. Oleh karena itu demografi berhubungan dengan tingkah laku penduduk secara keseluruhan/ bukan perorangan c. Phillip M. Hauser dan Otis Dudley Duncan (1959) Berpendapat bahwa demografi merupakan ilmu yang mempelajari jumlah, persebaran teritorial, komposisi penduduk, serta perubahannya dan sebab-sebab perubahan tersebut, dimana sebab-sebab perubahan tersebut yang biasanya timbul karena natalitas/fertilitas, mortalitas,gerak teritorial (migrasi) dan mobilitas sosial (perubahan status).
Ruang Lingkup Demografi
Penggunaan demografi di kehidupan sangatlah luas, demografi bisa
digunakan secara bersama-sama dengan keilmuan lain, seperti ekonomi, sosiologi, geografi, psikologi, politik, kesehatan dan lainnya sehingga ilmu demografi implementasinya disebut interdisiplin (Interdisciplinary science) 2. Teori Penduduk dan Perkembangannya Teori kependudukan dibedakan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama terdiri dari penganut aliran Malthusian dan aliran Neo Malthusian. Kelompok kedua terdiri dari penganut aliran Marxist dan kelompok ketiga terdiri dari pakar-pakar teori kependudukan mutakhir yang merupakan reformulasi teori-teori kependudukan yang ada. 1. Aliran Malthusian dan Neo-Malthusian a. Aliran Malthusian Aliran Aliran ini dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, seorang pendeta Inggris (1766-1834). Malthus menyatakan bahwa penduduk (seperti juga tumbuh-tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan mudah berkembang biak dan memenuhi beberapa bagian dari permukaan bumi ini dengan cepat. Weeks dalam (Mantra 2003). Pertumbuhan penduduk yang tinggi disebabkan karena hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak dapat dihentikan sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan yang diperlukan manusia untuk tetap hidup, berkembang jauh lebih padat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk. Manusia akan mengalami kekurangan bahan makanan apabila tidak ada pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk. Menurut Malthus, pembatasan tersebut dapat dilakukan melalui dua cara yaitu preventive checks dan positive checks. Preventive Checks ialah pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran. Preventive checks dapat dibagi menjadi dua yaitu moral restraint dan vice. Moral Restraint (pengekangan diri) yaitu segala usaha untuk mengekang nafsu seksuil dan vice adalah usaha untuk mengurangi kelahiran seperti penguguran kandungan, homoseksual, promiscuity, adultery dan penggunaan alat-alat kontrasepsi. Namun, bagi Malthus moral resraint merupakan pembatasan kelahiran yang paling penting, sedangkan penggunaan alat kontrasepsi belum dapat diterimanya. Positive checks adalah pengurangan penduduk melalui proses kematian. Positive checks dibagi menjadi dua yaitu vice dan misery. Vice (kejahatan) ialah segala bentuk jenis pencabutan nyawa sesama manusia seperti pembunuhan anak-anak, pembunuhan orang cacat, dan orang tua. Misery (kemelaratan) ialah segala keadaan yang menyebabkan kematian seperti berbagai jenis penyakit dan epidemi. Pendapat Malthus banyak mendapat tanggapan dari para ahli. Beberapa kritik terhadap Malthus adalah sebagai berikut: 1) Malthus tidak memperhitungkan kemajuan-kemajuan transportasi yang memudahkan pengiriman bahan makanan ke daerah-daerah yang kekurangan pangan. 2) Malthus tidak memperhitungkan kemajuan teknologi terutama dalam bidang pertanian yang dapat meningkatkan produksi lebih cepat dan mudah dengan menggunakan teknologi baru. 3) Malthus tidak memperhitungkan usaha pembatasan kelahiran bagi pasangan yang sudah menikah. Di samping itu, pada tahun 1982 Francis Place menganjurkan untuk melakukan usaha pembatasan kelahiran. 4) Malthus tidak memperhitungkan bahwa fertilitas akan menurun apabila terjadi perbaikan ekonomi dan standard hidup penduduk dinaikkan. b. Aliran Neo-Malthusians Kelompok Neo-Malthusians adalah kelompok yang menyokong aliran Malthus tetapi lebih radikal. Aliran ini menganjurkan penggunaan cara preventive checks seperti penggunaan alat kontrasepsi untuk mengurangi jumlah penduduk. Tahun 1960-an dan 1970-an telah diambil foto-foto dari ruang angkasa yang menunjukkan bahwa bumi terlihat seperti kapal dengan persediaan bahan bakar dan bahan makanan yang terbatas. Pada suatu saat bahan bakar dan bahan makanan ini akan habis hingga akhirnya malapetaka menimpa kapal tersebut. Paul Ehrlich menggambarkan penduduk dan lingkungan yang ada di dunia dalam sebuah buku “The Population Bomb” kemudian merevisinya menjadi “The Population Explotion”. Isi dari buku tersebut adalah sebagai berikut: a. Dunia ini sudah terlalu banyak manusia b. Keadaan bahan makanan sangat terbatas c. Lingkungan mengalami kerusakan karena populasi manusia meningkat
Analisis ini dilengkapi oleh Meadow dalam sebuah buku dengan
judul “The Limit to Growth”. Buku ini memuat hubungan antara variabel lingkungan yaitu: penduduk, produksi pertanian, produksi industri, dan penduduk bertambah dengan cepat. Malapetaka seperti kelaparan, polusi, dan habisnya sumber daya alam akan terjadi dan tidak dapat dihindari namun dapat ditunda yaitu dengan membatasi pertumbuhan manusia dan mengelola lingkungan alam dengan baik. Para ahli biologi dan ahli lingkungan mendukung analisis ini karena diniliai memiliki kesamaan dengan dunia binatang dan tumbuh-tumbuhan dimana pertumbuhannya dibatasi oleh daya tampung alam. Sedangkan para ahli ilmu sosial memberi kritikan karena tidak memasukkan unsur sosial dan budaya. Meadow mengasumsikan bahwa faktor sosial dan budaya dianggap sama dan konstan. Karena kritikan tersebut, Mesarovic dan Pestel (1974) merevisi model Meadow ini dengan memperhatikan adanya unsur- unsur lingkungan antara satu tempat dengan tempat yang lain sehingga masalah lingkungan yang akan menimpa daerah-daerah tidak akan datang secara bersamaan (Mantra, 2003). 2 Aliran Marxist Aliran Marxist dipelopori oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Aliran ini tidak sependapat dengan teori Malthus bahwa manusia akan mengalami kekurangan bahan pangan jika tidak dilakukan pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk. Menurut Marx, tekanan dalam suatu negara bukanlah bahan pangan tetapi tekanan kesempatan kerja. Marx menentang usaha-usaha moral restraint yang disarankan oleh Malthus, ia berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia maka semakin tinggi produksi yang dihasilkan sehingga tidak perlu diadakan pembatasan pertumbuhan penduduk. Aliran Malthus banyak didukung oleh kaum kapitalis seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Australia, Canada, dan Amerika Latin. Sedangkan Aliran Marxist ini didukung oleh kaum sosialis seperti Uni Soviet, negara-negara di Eropa Timur, Republik Rakyat Cina, Korea Utara dan Vietnam. Marx menyatakan bahwa hukum kependudukan di negara sosialis merupakan antithesa hukum kependudukan di negara kapitalis. Artinya apabila di negara kapitalis tingkat kelahiran dan kematian rendah, maka di negara sosialis mengalami kebalikannya yaitu tingkat kelahiran dan kematian tinggi. Pendapat ini mendapat kritikan karena pada kenyataannya tidaklah demikian, tingkat pertumbuhan penduduk di negara Uni Soviet hampir sama dengan negara-negara maju yang sebagian besar merupakan negara kapitalis. 3. Beberapa teori kependudukan mutakhir Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20 teori Malthus dan Marx mengalami formulasi kembali (reformulations) yang merupakan rintisan teori kependudukan mutakhir. Teori ini dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu: a. Teori fisiologi dan ekonomi 1). John stuart mill John Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan Inggris menerima pendapat Malthus mengenai laju pertumbuhan penduduk melampaui laju pertumbuhan makanan sebagai suatu aksioma. Namun ia juga berpendapat bahwa pada situasi tertentu manusia dapat mempengaruhi perilaku demografinya. Mill menyatakan tidaklah benar bahwa kemiskinan tidak dapat dihindarkan (teori Malthus) atau kemiskinan disebabkan oleh sistem kapitalis (teori Marx). Menurut Mill, jika pada suatu waktu di suatu wilayah terjadi kekurangan bahan makanan, maka keadaan ini hanyalah bersifat sementara dan dapat dipecahkan dengan dua kemungkinan yaitu: mengimport bahan makanan atau memindahkan sebagian penduduk wilayah tersebut ke wilayah lain. Tinggi rendahnya tingkat kelahiran ditentukan oleh manusia itu sendiri. Maka Mill menyarankan untuk meningkatkan golongan yang tidak mampu (Mantra, 2003). 2). arsene Dumont Arsene Dumont, seorang ahli demografi bangsa Perancis yang hidup pada akhir abad ke-19. Melalui artikelnya yang berjudul “Depopulation et civizilation” menyatakan teori penduduk baru yang disebut dengan teori kapilaritas sosial Kapilaritas sosial mengacu pada keinginan seseorang untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat. Konsep ini dibuat berdasarkan atas analogi bahwa cairan akan naik pada sebuah pipa kapiler. 3). emile Durkheim Emile Durkheim adalah seorang ahli sosiologis Perancis yang hidup pada akhir abad ke-19. Berbeda dengan Dumont yang menekankan perhatiannya pada faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, Durkheim lebih menekankan perhatian pada akibat dari pertumbuhan penduduk yang tinggi (Weeks, 1992). Ia berpendapat bahwa pada suatu wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi sebagai akibat dari tingginya laju pertumbuhan penduduk akan timbul persaingan diantara penduduk untuk dapat mempertahankan hidup. Dalam usaha memenangkan persaingan tersebut setiap orang akan berusaha untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilan, dan mengambil spesialisasi tertentu. Keadaan seperti ini terlihat jelas pada masyarakat perkotaan dengan kehidupan yang kompleks. 4). Michael Thomas Sadler dan Doubleday Sadler dan Doubleday adalah seorang ahli fisiologis, Sadler berpendapat bahwa daya reproduksi manusia dibatasi oleh jumlah penduduk yang ada di suatu negara atau wilayah. Jika kepadatan penduduk tinggi, daya reproduksi manusia akan menurun, sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah, daya reproduksi manusia akan meningkat. Thomson (1953) meragukan kebenaran teori ini setelah melihat keadaan di Jawa, India dan Cina dimana penduduknya sangat padat, tetapi pertumbuhan penduduknya juga tinggi. Dalam hal ini Malthus lebih konkret argumentasinya dari pada Sadler. Malthus mengatakan bahwa penduduk disuatu daerah dapat mempunyai tingkat fertilitas yang tinggi, tetapi dalam pertumbuhan alaminya rendah karena tingginya tingkat kematian. Namun demikian, penduduk tidak dapat mempunyai fertilitas tinggi, apabila tidak mempunyai kesuburan (fecunditas) yang tinggi, tetapi penduduk dengan tingkat kesuburan tinggi dapat juga tingkat fertilitasnya rendah. Teori Doubleday hampir sama dengan teori Sadler, hanya titik tolaknya berbeda. Kalau Sadler mengatakan bahwa daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan tingkat kepadatan penduduk, maka Doubleday berpendapat bahwa daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan bahan makanan yang tersedia. Jadi kenaikan kemakmuran menyebabkan turunnya daya reproduksi manusia. Jika suatu jenis makhluk diancam bahaya, mereka akan mempertahankan diri dengan segala daya yang mereka miliki. Mereka akan mengimbanginya dengan daya reproduksi yang lebih besar (Iskandar, 1980). Menurut Doubleday, kekurangan bahan makanan akan merupakan perangsang bagiu daya reproduksi manusia, sedang kelebihan pangan justru merupakan faktor penegkang perkembangan penduduk. Dalam golongan masyarakat yang berpendapatan rendah, seringkali terdiri dari penduduk dengan keluarga besar, sebaliknya orang yang mempunyai kedudukan yang lebih baik biasanya jumlah keluarganya kecil. Rupa-rupanya teori fisiologis ini banyak diilhami dari teori aksi dan reaksi dalam meninjau perkembangan penduduk suatu negara atau wilayah. Teori ini dapat menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat mortalitas penduduk semakin tinggi pula tingkat produksi manusia. b. Teori teknologi
Pandangan yang suram dan pesimis dari Malthus beserta penganut-
penganutnya ditentang keras oleh kelompok teknologi. Mereka beranggapan manusia dengan ilmu pengetahuannya mampu melipat gandakan produksi pertanian. Mereka mampu mengubah kembali (recycling) barang-barang yang sudah habis dipakai, sampai akhirnya dunia ketiga mengakhiri masa transisi demografinya.
Ahli futurology Herman Kahn (1976) mengatakan bahwa negara-
negara kaya akan membantu negara-negara miskin, dan akhirnya kekayaan itu akan jatuh kepada orang-orang miskin. Dalam beberapa decade tidak akan terjadi lagi perbedaan yang mencolok antara umat manusia di dunia ini.
Dengan tingkat teknologi yang ada sekarang ini mereka
memperkirakan bahwa dunia ini mampu menampung 15 milliun orang dengan pendapatan melebihi Amerika Serikat dewasa ini. Dunia tidak akan kehabisan sumber daya alam, karen seluruh bumi ini terdiri dari mineral-mineral. Proses pengertian dan recycling akan terus terjadi dan era ini disebut dengan era substitusi. Mereka mengkritik bahwa The Limit to Growth bukan memcahkan masalah tetapi memperbesar permasalahan tersebut.
Kelompok Malthus dan kelompok teknologi mendapat kritik dari
kelompok ekonomi, karena kedua-duanya tidak memperhatikan masalah- masalah organisasi sosial dimana distribusi pendapatan tidak merata. Orang-orang miskin yang kelaparan, karena tidak meratanya distribusi pendapatan di negara-negara tersebut. Kejadian seperti ini di Brasilia, dimana Pendapatan Nasional (GNP) tidak dinikmati oleh rakyat banyak adalah salah satu contoh dari ketimpangan organisasi sosial tersebut (Mantra, 2003).