Anda di halaman 1dari 17

PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM ISLAM

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah:

EKONOMI ISLAM

Dosen Pengampu:

PROF. DR. BAMBANG SETIAJI, M.SI

Disusun Oleh Kelompok 2:

AAN ANDHY KOHARI, S.M (P100220022)

JUNDI MUHAMMAD NAJIBULLAH, S.Ag (P100220020)

MAKALAH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SEKOLAH PASCASARJANA

MAGISTER MANAGEMEN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala karena atas
limpahan rahmatNya saya sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak PROF. DR.


BAMBANG SETIAJI, M.SI sebagai dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Islam
yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu saya sebagai penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Semoga apa yang kami tulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.

Surakarta, 20 Maret 2023

Penyusun

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 Pertumbuhan Ekonomi..............................................................................2
2.1.1 Teori Klasik........................................................................................2
2.1.2 Teori Malthus.....................................................................................3
2.1.3 Teori Schumpeter...............................................................................4
2.2 Pandangan Islam........................................................................................5
2.3 Pertumbuhan Ekonomi bisa memiskinkan ?.............................................8
2.4 Peran Pemerintah.....................................................................................10
2.5 Peran Pemerintah Dalam Menciptakan Kesenjangan Ekonomi..............11
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
3.1 Kesimpulan Dan Saran............................................................................13
3.1.1 Kesimpulan......................................................................................13
3.1.2 Saran.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Di negara Muslim, yang pertambahan pendudukya relatif tinggi,


pertumbuhan ekonomi, di mana barang dan jasa yang diproduksi oleh negara
bertambah atau mengalami pertambahan, dibanding dengan tahun sebelumnya,
adalah diperlukan. Terjadiya pertumbuhan karena pertambahan komponen faktor
produksi terutama modal, tenaga kerja, dan teknologi. Disamping modal fisik dan
modal manusia, juga bagian bagian seperti penegakan hukum, pasar yang
kompetitif, stabilitas makro ekonomi yang meliputi nilai uang yang stabil baik
terhadap harga barang dan nilai tukar, perpajakan dan pembe-lanjaan negara,
pengembangan infrastruk-tur, keterbukaan terhadap perdagagan dan investasi
asing dengan catatan-catatan, dan peningkatan produktifitas pertanian untuk
mengimbangi produktifitas sektor industri dan jasa jasa.

Dalam membahas pertumbuhan ekonomi umumnya dikaitkan perannya


dalam mengurangi kemiskinan. Terlepas dari seberapa timpang pembagian
pendapatan dan mengenai siapa yang tumbuh, pertumbuhan ekonomi terbukti
bermanfaat untuk meningkatkan kehidupan umum. Bagaimanpun juga, bila
ekonomi tumbuh dengan tidak timpang, atau tumbuh dengan merata maka efek
perbaikan kepada umum dan khususnya rakyat bawah akan lebih baik. Ajaran
Islam tidak melarang kemajuan atau pertumbuhan ekonomi, akan tetapi mencela
pertumbuhan ekonomi dengan ekploitasi moral, tidak mempedulikan susial,
menggusur, memiskinkan, dan merusak alam. Dari sisi ekonomi islam, harus
terdapat jaminan bahwa rakyat terbawah memeroleh bagian dari pertumbuhan
ekonomi.
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Pertumbuhan Ekonomi

II.1.1 Teori Klasik

Pembahasan pertumbuhan ekonomi termasuk ruang lingkup pembahasan


makro ekonomi. Persoalan pertumbuhan adalah termasuk diantara salah satu
masalah serius yang dihadapi dan harus dipecahkan oleh penentu kebijakan dalam
memikirkan ekonomi jangka panjang. Oleh karena itu dibutuhkan teori yang
dapat memaparkan kondisi pertumbuhan ekonomi di sebuah negara agar
pertumbuhan yang diinginkan dapat diprediksi, karena melalui data-data
pertumbuhan yang dilalui dapat diketahui laju pertumbuhan yang telah dicapai
sehingga bagi pihak yang berkompeten dalam perekonomian termasuk
pemerintah, mendapatkan informasi dan refrensi sebagai sarana dalam
menentukan kebijakan. Ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi yang
dikemukakan oleh beberapa ekonom di antaranya adalah mazhab klasik. Teori ini
pertama kali dilontarkan oleh Adam Smith dalam bukunya An Inquiry Into The
Nature and Gauses of the Wealth of Nation dan The Wealth of Nations. Menurut
pendapat mazhab klasik, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor:

 Jumlah penduduk
 Jumlah stok barang-barang modal
 Luas tanah dan kekayaan alam
 Penggunaan teknologi

Dalam teori ekonomi mazhab klasik yang lebih banyak disorot adalah
pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Para ekonom
klasik mengemukakan bahwa antara pendapatan per kapita dan jumlah penduduk
harus sesuai/seimbang. Kedua faktor tersebut akan saling mempengaruhi, karena
apabila pertumbuhan penduduk rendah, maka produksi marjinal akan lebih tinggi
3

daripada pendapatan perkapita. Pada saat itulah akan terjadi akumulasi modal
yang menuntut pertambahan tenaga kerja sehingga fungsi produksi akan
mengalami kenaikan.

Menurut teori ini jumlah penduduk akan lebih memperbesar pendapatan dan
akumulasi modal menuntut tenaga kerja baru untuk lebih meningkatkan produksi,
walaupun pada akhirnya ketika jumlah penduduk semakin pesat maka hasil
produksi marginal akan mengalami penurunan yang disebabklan oleh kelebihan
tenaga kerja dan statisnya output riil. Oleh karena itu pendapatan nasional per
kapita menjadi semakin lambat. Melalui asumsi tersebut, pertumbuhan penduduk
yang semakin tinggi, pada akhirnya akan menyebabkan keadaan yang sama
dengan pendapatan maksimum perkapita. Nah, pada waktu itulah pendapatan
mencapai puncak optimal dan apabila digambarkan dalam bentuk kurva adalah
Kurva YPK menunjukkan tingkat perkapita dari berbagai jumlah penduduk dan M
adalah puncak kurva tersebut, maka pendapatan optimal adalah jumlah penduduk
sebanyak PO dan pendapatan perkapita paling maksimal adalah YO.
4

II.1.2 Teori Malthus

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Malthus (1798) sebagai pencetus
pertama. Dalam teorinya ia mengatakan bahwa pertumbuhan jumlah penduduk
lebih cepat dari alat-alat subsistensi (bahan-bahan kehidupan). Jumlah penduduk
cenderung bertambah cepat ibarat deret ukuran 1,2,4,8,16,32 dan seterusnya,
sedangkan alat-alat subsistensi bertambah menurut deret hitung 1,2,3,4 dan
seterusnya, yakni pertumbuhanya lebih lambat dari pertumbuhan penduduk.
Kondisi tersebut akan mengakibatkan penurunan pendapatan pekerja. Pada
akhirnya manusia akan megalami kemiskinan dan kesengsaraan kecuali dengan
cara menekan laju pertumbuhan penduduk baik melalui:

 Preventive checks (pencegahan preventeif) misalnya dengan melakukan


perkawinan pada usia matang.
 Positive Checks (pencegahan positif) misalnya adanya musibah perang
atau penyakit.

Hal itu menimbulkan pertanyaan, bagaimanakah langkah positif untuk


mencegah ledakan penduduk tersebut bagi malthusian. Di antara tawaran
solusinya yang dikemukakan oleh mazhab ini, pertama adalah melakukan
perpindahan penduduk dari daerah yang padat pada daerah yang kurang
penduduk. Kedua adalah megembangkan sumber daya baru serta teknik- teknik
produksi baru dengan tingkat kecepatan yang lebih tinggi dan memiliki tingkat
pertumbuhan penduduk.

II.1.3 Teori Schumpeter

Teori ini lebih menekankakan pada peran pengusaha dalam menciptakan


pertumbuhan ekonomi. Pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus
membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut
meliputi; memperkenalkan baranag-barang baru, efisiensi produksi barang,
perluasan pasar, mengembangkan sumber bahan mentah dan megadakan
perubahan-perubahan dalam organisasi perusahaan untuk mempertinggi efisiensi.
5

Analisis yang digunakan dalam teori ini adalah diumpamakan pada


perekonomian yang sedang mandek, akan tetapi keadaan tersebut tidak
berlangsung lama karena pengusaha akan mengadakan inovasi yang didorong oleh
keinginan medapatkan keuntungan. Oleh karena itu mereka akan menambah
modal baik dengan cara meminjam atau menanamkan kelebihan modalnya.
Investasi baru tersebut pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian negara
dan secara otomastis pendapatan agregat meningkat sehingga tingkat konsumsi
masyarakat akan bertambah pula. Oleh karena tingkat konsumsi bertambah maka
akan mendorong pengusaha untuk menghasilkan lebih banyak barang dan
melakukan penanaman modal baru. Akan tetapi pada saat kemajuan mencapai
peningkatan tertinggi, saat itu pula pertumbuhan semakin lambat hingga akhirnya
kembali pada keadaan tidak berkembang seperti semula.

II.2 Pandangan Islam

Dalam pandangan Islam, manusia dalam adalah khalifah (Al-Baqarah (2):


30), sebagai pengemban amanat (QS. Al-Ahzab (33): 72) dari Allah SWT yang
diberi tugas untuk memakmurkan kehidupa di Bumi (QS. Hud (11): 61). Islam
tidak anti pertumbuhan, islam tidak anti kaya, tetapi di dalam Islam banyak ayat
yang ditujukan kepada orang kaya untuk memikirkan mereka yang tertinggal, dan
banyak kafarat atau denda dalam ibadah bisa ditebus dengan membebaskan budak
dan atau memberi makan kepada orang miskin.

Apabila semangat Islam dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi adalah


diharapkan berupa sebuah pertumbuhan yang merata melibatkan lapisan kerucut
bawah. Ekonomi yang tumbuh dan sejauh mungkin melibatkan yang bawah atau
tumbuh tersebar dengan bentuk ekonomi yang tidak monopolistik. Sehingga akan
banyak pemain yang tumbuh menyebabkan kerucut ekonomi yang pendek dan
cepat merembes ke bawah. Pertumbuhan ekonomi dan semangat kapitalisme,
yaitu semangat untuk mengakumulasi keuntungan, melakukan riset perkembangan
yang tidak bertentangan dengan agama, dan termasuk diantaranya beberapa
pendorong dari agama, seperti untuk menghargai waktu (QS. Al-Ashr (103): 1-3),
6

untuk menjauhkan dirinya dari sesuatu yang tidak berguna (QS. Al-Mukminun
(23): 3), untuk bertebaran dimuka bumi mencari karunia Allah SWT (QS. Al-
Jumu’ah (62): 10), untuk mengadakan perjalanan di muka bumi (QS. Ar-Rum
(30): 9), untuk saling mengenal antara suku-suku dan bangsa-bangsa yang ada
(QS. Al-Hujurat (49): 13).

Hal-hal yang tidak secara jelas diatur dalam kedua sumber ajaran Islam
tersebut diperoleh ketentuannya dengan jalan ijtihad.

Dasar-dasar ekonomi Islam adalah:

a. Bertujuan untuk mencapai masyarakat yang sejahtera baik di dunia dan di


akhirat tercapainya pemuasan optimal berbagai kebutuhan baik jasmani
maupun rohani secara seimbang, baik perorangan maupun masyarakat.
Dan untuk itu alat pemuas dicapai secara optimal dengan pengorbanan
tanpa pemborosan dan kelestarian alam tetap terjaga.
b. Hak milik relatif perorangan diakui sebagai usaha dan kerja secara halal
dan dipergunakan untuk hal-hal yang halal pula.
c. Dilarang menimbun harta benda dan menjadikannya terlentar.
d. Dalam harta benda itu terdapat hak untuk orang miskin yang selalu
meminta, oleh karena itu harus dinafkahkan sehingga dicapai pembagian
rizki.
e. Pada batas tertentu, hak milik relatif tersebut dikenakan zakat.
f. Perniagaan diperkenankan, akan tetapi riba dilarang.
g. Tiada perbedaan suku dan keturunan dalam bekerja sama dan yang
menjadi ukuran perbedaan adalah prestasi kerja.

Kemudian landasan nilai yang menjadi tumpuan tegaknya sistem ekonomi Islam
adalah sebagai berikut:

Nilai dasar sistem ekonomi Islam:

a. Hakikat pemilikan adalah kemanfaatan, bukan penguasaan


b. Keseimbangan ragam aspek dalam diri manusia
7

c. Keadilan antar sesama manusia

Nilai instrumental sistem ekonomi Islam:

a. Kewajiban zakat
b. Larangan riba
c. Kerjasama ekonomi
d. Jaminan social
e. Peranan negara

Nilai filosofis sistem ekonomi Islam:

a. Sistem ekonomi Islam bersifat terikat yakni nilai


b. Sistem ekonomi Islam bersifat dinamik, yakni penelitian dan
pengembangannya berlangsung terus-menerus.

Nilai normatif sistem ekonomi Islam:

a. Aqidah
b. Akhlaq
c. syari'at
d. Al-Qur'an
e. Ijtihad

Landasan Ekonomi Islam:

a. Aqidah (tauhid) merupakan konsep ketuhanan umat Islam terhadap Allah


SWT. Di mana dalam pembahasan ekonomi Islam berasal dari ontologi
tauhid, dan hal ini menjadi prinsip utama dalam syariah. Sebab kunci
keimanan seseorang adalah dilihat dari tauhid yang dipegangnya sehingga
rukun Islam yang pertama adalah syahadat yang memperlihatkan betapa
pentingnya tauhid dalam setiap insan beriman. Oleh karenanya, setiap
perilaku ekonomi manusia harus didasari oleh prinsip-prinsip yang sesuai
dengan ajaran Islam yang berasal dari Allah SWT. Oleh karenanya, setiap
8

tindakan yang menyimpang dari syariah akan dilarang, sebab akan dapat
menimbulkan kemudharatan bagi kehidupan umat manusia.
b. Keadilan, mengandung makna bahwa dalam setiap aktivitas ekonomi yang
dijalankan tidak terjadi suatu tindakan yang menzalimi orang lain. Konsep
adil ini mempunyai dua konteks yaitu konteks individual dan konteks
sosial. Menurut konteks individual, janganlah dalam aktivitas
perekonomiannya ia sampai menyakiti diri sendiri. Sedang dalam konteks
sosial, dituntut jangan sampai merugikan orang lain. Oleh karenanya,
harus terjadi keseimbangan antara keduanya. Hal ini menunjukkan dalam
setiap aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh insan beriman haruslah adil
agar tidak ada pihak yang tertindas.
c. Dengan adanya konsep nubuwwa, kita dituntut untuk percaya dan yakin
bahwa ilmu Allah itu benar adanya dan akan membawa keselamatan dunia
dan akhirat, serta dapat dijalankan oleh seluruh umat manusia dan bukan
hanya oleh Nabi saja. Ajaran Nabi Muhammad SAW adalah suatu ajaran
yang memiliki nilai-nilai universal di dalamnya, sehingga prinsip-prinsip
yang terkandung dalam ekonomi Islam merupakan prinsip ekonomi
universal yang dapat diterapkan oleh seluruh umat baik oleh umat Islam
maupun umat selain Islam.
d. Khilafah berarti pemimpin, membawa implikasi bahwa pemimpin umat
dalam hal ini bisa berarti pemerintah. Pemerintah adalah suatu hal yang
kecil namun memegang peranan penting dalam tata kehidupan
bermasyarakat. Islam menyuruh kita untuk mematuhi pemimpin selama
masih dalam koridor ajaran Islam. Ini berarti negara memegang peranan
penting dalam mengatur segenap aktivitas dalam perekonomian. Hal ini
menunjukkan bahwa regulasi dan aturan tersebut tetap dibutuhkan, namun
selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Dengan kata lain, peran
negara adalah berupaya menegakkan kewajiban dan keharusan mencegah
terjadinya hal-hal yang diharamkan.
e. Ma’ad atau return, berarti dalam Islam pun membolehkan mengambil
keuntungan dalam melakukan aktivitas perekonomian. Oleh karenanya,
9

salah besar yang beranggapan bahwa dalam Islam tidak boleh mengambil
keuntungan. Keuntungan merupakan salah satu hal yang dianjurkan dalam
suatu aktivitas ekonomi. Namun, yang dilarang dalam Islam adalah
mengambil keuntungan yang berlebihan apalagi sampai merugikan orang
banyak, misalnya dengan melakukan penimbunan untuk menciptakan
kelangkaan barang agar mendapat harga yang berlipat ganda.

II.3 Pertumbuhan Ekonomi bisa memiskinkan ?

Pertumbuhan ekonomi membuat level ekonomi umum makin tinggi yang


menyebabkan banyak orang menjadi tersingkir oleh pertumbuhan ekonomi yang
para pekerja itu sendiri ikut ambil bagian. Terutama para pekerja bawah di sektor
formal dan lapis kedua di sektor informal, dan lapis ketiga pekerja tidak tetap, dan
lapis keempat para pengangguran. Lapisan lapisan ini menggambarkan akses yang
semakin sulit kepada barang dan jasa bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi
yang terjadi. Pada akhirnya di berbagai kota dan desa di negara berkembang
ditemukan sebagian besar rakyat yang hidup sekedarnya dan mereka bekerja
menjadi penyangga ekonomi kelompok atasnya yang lebih beruntung bisa
menikmati pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi seperti pusaran kerucut tiga dimensi yang memberi


manfaat semula kepada lingkaran terkecil di lapisan teratas, berpusar makin lama
makin lebar kepada lapisan makin besar di bawahnya. Lapisan bawahnya bertugas
menyangga lapisan atasnya sambil menunggu pusaran diatas memberikan
rembesan manfaat ekonomi kepada lapisan di bawahnya begitu seterusnya bersifat
dinamik. Pertumbuhan ekonomi yang konsisten dan jangka pangjang bisa
mengangkat seluruh lapisan kerucut, tetapi negara negara yang kemudian stagnan
tidak bisa melanjutkan pusaran perubahan rembesan manfaatnya tidak bisa
mengangangkat lapisan terbawahnya.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi menyebabkan kelompok atas memeroleh


pendapatan yang cukup, bila perbedaan upah dalam suatau masyarakat tinggi, dan
perbedaan dasar tukar antara sektor maju dan tradisional senjang maka
10

pertumbuhan ekonomi menyebabkan lahirnya barang barang dan layanan yang


makin berkuailtas dan harganya makin tinggi. Hal ini menyebabkan akses makin
sulit pada lapisan bawah. Terhadap itu semua, mereka kemudian membuat
lingkaran sendiri dengan sumber daya yang dapat mereka akses.

Walaupun terdapat kemungkinan memperburuk lapisan bawah,


pertumbuhan ekonomi tentu merupakan pilihan terbaik dari pada ekonomi tidak
tumbuh dan tidak ada pusaran yang bisa mengangkat dan merembes kepada
kelompok bawahnya. Pertumbuhan ekonomi terjadi secara alami karena
merupakan konsekuensi dari perbaikan pendidikan dan pengetahuan teknologi dan
pengetahuan pasar yang semakin terbuka. Berbagai lapisan masyarakat mencari
kemungkinan-kemungkinan terbaik untuk memperbaiki produksinya dan mencari
cara memasarkan produksinya dengan harga terbaik.

II.4 Peran Pemerintah

Sebagai negara yang dikaruniai dengan alam dan sumber dayanya yang
sangat melimpah, entah itu karena kesannya terlalu dimudahkan dan dimanjakan,
apabila dibadingkan dengan negara lain. Karena mungkin terlena dan terpedaya,
sehingga dalam perkembangannya, dalam pertumbuhannya, kualitas SDM yang
dihasilkan adalah tertinggal dan terhadap factor-faktor yang menyertainya seperti
teknologi, informasi, dan lain sebagainya, juga ikut tertinggal. Terlebih lagi,
karena SDA yang melimpah tadi, selama beberapa ratus tahun, negara Indonesia
telah dikolonisasi, dan setelah itu, walaupun sudah lepas, pada kenyataannya tidak
bisa lepas begitu saja dan atau secara penuh karena masih memerlukan barang
kapital, tekonologi, dan manajemen dari negara bekas patronnya.

Sumber-sumber daya alam tersebut disewa kelolakan kepada negara maju,


dan pembangunan infra strukturnya dipinjami di mana perusahaan-perusahaan
asing lah yang berangsur-angsur menguasai industri-industri pentingnya,
memang selintas memberi efek kemajuan tetapi dibelakangnya masalah besar.
Kota-kota tumbuh maju hampir tidak ada bedanya dengan kota kota di Barat,
dengan fasilitas-fasilitasnya yang terbangun, walaupun di beberapa negara masih
11

kurang memadai tetapi secara umum sangat maju. Hubungan ini mengakibatkan
pertumbuhan ekonomi yang elitis, di mana pekerjaan-pekerjaan terbaik yang
terkait asing dan modal diperebutkan oleh jutaan generasi muda. Yang berhasil
sungguh sepeti mendapat lotere, sementara jutaan lain memperoleh pekerjaan
yang kurang baik, dan lebih besar lagi memeroleh pekerjaan survival dan bahkan
mensubsidi tempatnya bekerja. Ekonomi yang elitis ini juga menghasilkan
pengangguran yang sangat besar dan menghasilkan bisnis bisnis sederhana.

Hasil akhirnya adalah sebuah keadaan kota-kota maju yang dipenuhi oleh
masalah masalah sosial. Terutama pengangguran, premanisme, prostitusi, sistem
transportasi yang crowded, tidak tepat waktu, dan kemudian direspons dengan
penggunaan sepeda motor yang tidak ada habisnya. Beberapa negara Muslim
mengadopsi demokrasi, yang menghasilkan plus-minus, plusnya memungkinkan
transformasi rakyat kecil ke atas kepada kekuasaan yang semula sakral, minusnya
banyak menghasilkan pembual di tengah masalah sosial.

II.5 Peran Pemerintah Dalam Menciptakan Kesenjangan Ekonomi

Kesenjangan ekonomi tidak lepas dari peran pemerintah yang karena


keinginannya untuk maju, dan kemudian asal maju, membabi buta, memberikan
keputusan-keputusan secara serampangan. Akibatnya, timbul kesenjangan
ekonomi itu sendiri. Sebagai contoh pemerintah Indonesia secara akumulatif dari
berbagai rezim memberi lisensi sampai 2,5 juta hektar kepada sebuah korporasi.
Hal ini menimbulkan kesenjangan ekonomi secara langsung dibanding misalnya
jika lisensi diberikan dengan skenario keadilan dan membentuk lapisan pengusaha
nasional mengengah yang kuat dan banyak. Lisensi satu korporasi itu bisa dipecah
menjadi 5000 (lima ribu) perusahaan menengah nasional yang tangguh masing
masing dengan 500 hektar. Sumber daya manusia tersedia dari berbagai fakultas
pertanian dan khususnya institut pertanian.

Dengan lahirnya ribuan kelompok pengusaha nasional menengah tentu saja


diperlukan koordinasi menyatukan kembali suplai mereka kepada industri
pengolah yang memerlukan modal dan teknologi yang lebih tinggi. Are ini bisa
12

diberikan kepada korporasi yang kuat dan pemain asing. Jadi tidak perlu menolak
pemain asing hanya ditempatkan untuk yang memerlukan modal dan teknologi
yang tinggi.

Skenario di atas sesuai dengan ajaran Islam yang menempatkan pemerataan dan
keadilan pada tempat yang mendekati takwa itu sendiri. Dalam konstitusi
Indonesia pasal 33 juga terlihat bahwa pertumbuhan yang didesign melibatkan
orang banyak, kekeluargaan, sebagai anti tesa persaingan mematikan. Bisa
dibayangkan seperti pembagian area di mana perusahaan pengolah yang padat
modal dan teknologi dikelilingi pengusaha menengah dan kecil pemasok dari hasil
pertanian dan perkebunan yang didesign oleh negara secara merata.

Ketidak adilan menimbulkan kemarahan baik yang terlahir maupun yang


seperti api dalam sekam. Hal mana merugikan negara untuk menjadi bangsa yang
kuat. Negara sebenarnya rentan karena persatuannya tidak dilandasi dengan
keadilan yang diterima tetapi dengan keterpaksaan dan kemarahan. Pemerintah
yang hanya asal maju dan tanpa sekenario keadilan dan pemerataan pada
hakekatnya menghancurkan negaranya sendiri.
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan Dan Saran

III.1.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan topik yang
mendasar dalam pembangunan ekonomi, terutama bagi negara berkembang
seperti di Indonesia, dengan pengaplikasian konsep syariah dapat menjadikan
pertumbuhan ekonomi tersebut sesuai dengan keadilan.

III.1.2 Saran
Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara dalam ini
adalah Indonesia, perlunya aspek saling bersinergi dan bekerjasama dari segenap
komponen bangsa dengan memberikan akses koordinasi yang lebih terstruktur
dari segala sektor perekonomian berdasarkan konsep syariat islam.
DAFTAR PUSTAKA

Budiwati, Septarina. “Akad Sebagai Bingkai Transaksi Bisnis Syariah, Jurnal


Jurisprudence”, Vol. 7 No. 2 Desember 2017.

Khan, Muhammad Akram. 1994. “An Introduction to Islamics Economics”, Vol.


15 International Institute of Islamic Thought (IIIT).

Muzlifa, Eva. “ Maqashid Syariah Sebagai Paradigma Dasar Ekonomi Islam. :


Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 3, No. 2

Nur Rianto Al Arif, M. 2011.“Filosofi Dasar Ekonomi Islam”. Modul 1. Jakarta:


Uin Syarif Hidayatullah.

Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Makroekonomi, Jakarta: Raja Grafindo


Persada, 1996.

Winardi. Sejarah Perkembangan Ilmu Ekonom, Bandung: Tarsito, 1993.

14

Anda mungkin juga menyukai