EKONOMI ISLAM
Dosen Pengampu:
MAKALAH
SEKOLAH PASCASARJANA
MAGISTER MANAGEMEN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala karena atas
limpahan rahmatNya saya sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Penyusun
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 Pertumbuhan Ekonomi..............................................................................2
2.1.1 Teori Klasik........................................................................................2
2.1.2 Teori Malthus.....................................................................................3
2.1.3 Teori Schumpeter...............................................................................4
2.2 Pandangan Islam........................................................................................5
2.3 Pertumbuhan Ekonomi bisa memiskinkan ?.............................................8
2.4 Peran Pemerintah.....................................................................................10
2.5 Peran Pemerintah Dalam Menciptakan Kesenjangan Ekonomi..............11
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
3.1 Kesimpulan Dan Saran............................................................................13
3.1.1 Kesimpulan......................................................................................13
3.1.2 Saran.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Jumlah penduduk
Jumlah stok barang-barang modal
Luas tanah dan kekayaan alam
Penggunaan teknologi
Dalam teori ekonomi mazhab klasik yang lebih banyak disorot adalah
pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Para ekonom
klasik mengemukakan bahwa antara pendapatan per kapita dan jumlah penduduk
harus sesuai/seimbang. Kedua faktor tersebut akan saling mempengaruhi, karena
apabila pertumbuhan penduduk rendah, maka produksi marjinal akan lebih tinggi
3
daripada pendapatan perkapita. Pada saat itulah akan terjadi akumulasi modal
yang menuntut pertambahan tenaga kerja sehingga fungsi produksi akan
mengalami kenaikan.
Menurut teori ini jumlah penduduk akan lebih memperbesar pendapatan dan
akumulasi modal menuntut tenaga kerja baru untuk lebih meningkatkan produksi,
walaupun pada akhirnya ketika jumlah penduduk semakin pesat maka hasil
produksi marginal akan mengalami penurunan yang disebabklan oleh kelebihan
tenaga kerja dan statisnya output riil. Oleh karena itu pendapatan nasional per
kapita menjadi semakin lambat. Melalui asumsi tersebut, pertumbuhan penduduk
yang semakin tinggi, pada akhirnya akan menyebabkan keadaan yang sama
dengan pendapatan maksimum perkapita. Nah, pada waktu itulah pendapatan
mencapai puncak optimal dan apabila digambarkan dalam bentuk kurva adalah
Kurva YPK menunjukkan tingkat perkapita dari berbagai jumlah penduduk dan M
adalah puncak kurva tersebut, maka pendapatan optimal adalah jumlah penduduk
sebanyak PO dan pendapatan perkapita paling maksimal adalah YO.
4
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Malthus (1798) sebagai pencetus
pertama. Dalam teorinya ia mengatakan bahwa pertumbuhan jumlah penduduk
lebih cepat dari alat-alat subsistensi (bahan-bahan kehidupan). Jumlah penduduk
cenderung bertambah cepat ibarat deret ukuran 1,2,4,8,16,32 dan seterusnya,
sedangkan alat-alat subsistensi bertambah menurut deret hitung 1,2,3,4 dan
seterusnya, yakni pertumbuhanya lebih lambat dari pertumbuhan penduduk.
Kondisi tersebut akan mengakibatkan penurunan pendapatan pekerja. Pada
akhirnya manusia akan megalami kemiskinan dan kesengsaraan kecuali dengan
cara menekan laju pertumbuhan penduduk baik melalui:
untuk menjauhkan dirinya dari sesuatu yang tidak berguna (QS. Al-Mukminun
(23): 3), untuk bertebaran dimuka bumi mencari karunia Allah SWT (QS. Al-
Jumu’ah (62): 10), untuk mengadakan perjalanan di muka bumi (QS. Ar-Rum
(30): 9), untuk saling mengenal antara suku-suku dan bangsa-bangsa yang ada
(QS. Al-Hujurat (49): 13).
Hal-hal yang tidak secara jelas diatur dalam kedua sumber ajaran Islam
tersebut diperoleh ketentuannya dengan jalan ijtihad.
Kemudian landasan nilai yang menjadi tumpuan tegaknya sistem ekonomi Islam
adalah sebagai berikut:
a. Kewajiban zakat
b. Larangan riba
c. Kerjasama ekonomi
d. Jaminan social
e. Peranan negara
a. Aqidah
b. Akhlaq
c. syari'at
d. Al-Qur'an
e. Ijtihad
tindakan yang menyimpang dari syariah akan dilarang, sebab akan dapat
menimbulkan kemudharatan bagi kehidupan umat manusia.
b. Keadilan, mengandung makna bahwa dalam setiap aktivitas ekonomi yang
dijalankan tidak terjadi suatu tindakan yang menzalimi orang lain. Konsep
adil ini mempunyai dua konteks yaitu konteks individual dan konteks
sosial. Menurut konteks individual, janganlah dalam aktivitas
perekonomiannya ia sampai menyakiti diri sendiri. Sedang dalam konteks
sosial, dituntut jangan sampai merugikan orang lain. Oleh karenanya,
harus terjadi keseimbangan antara keduanya. Hal ini menunjukkan dalam
setiap aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh insan beriman haruslah adil
agar tidak ada pihak yang tertindas.
c. Dengan adanya konsep nubuwwa, kita dituntut untuk percaya dan yakin
bahwa ilmu Allah itu benar adanya dan akan membawa keselamatan dunia
dan akhirat, serta dapat dijalankan oleh seluruh umat manusia dan bukan
hanya oleh Nabi saja. Ajaran Nabi Muhammad SAW adalah suatu ajaran
yang memiliki nilai-nilai universal di dalamnya, sehingga prinsip-prinsip
yang terkandung dalam ekonomi Islam merupakan prinsip ekonomi
universal yang dapat diterapkan oleh seluruh umat baik oleh umat Islam
maupun umat selain Islam.
d. Khilafah berarti pemimpin, membawa implikasi bahwa pemimpin umat
dalam hal ini bisa berarti pemerintah. Pemerintah adalah suatu hal yang
kecil namun memegang peranan penting dalam tata kehidupan
bermasyarakat. Islam menyuruh kita untuk mematuhi pemimpin selama
masih dalam koridor ajaran Islam. Ini berarti negara memegang peranan
penting dalam mengatur segenap aktivitas dalam perekonomian. Hal ini
menunjukkan bahwa regulasi dan aturan tersebut tetap dibutuhkan, namun
selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Dengan kata lain, peran
negara adalah berupaya menegakkan kewajiban dan keharusan mencegah
terjadinya hal-hal yang diharamkan.
e. Ma’ad atau return, berarti dalam Islam pun membolehkan mengambil
keuntungan dalam melakukan aktivitas perekonomian. Oleh karenanya,
9
salah besar yang beranggapan bahwa dalam Islam tidak boleh mengambil
keuntungan. Keuntungan merupakan salah satu hal yang dianjurkan dalam
suatu aktivitas ekonomi. Namun, yang dilarang dalam Islam adalah
mengambil keuntungan yang berlebihan apalagi sampai merugikan orang
banyak, misalnya dengan melakukan penimbunan untuk menciptakan
kelangkaan barang agar mendapat harga yang berlipat ganda.
Sebagai negara yang dikaruniai dengan alam dan sumber dayanya yang
sangat melimpah, entah itu karena kesannya terlalu dimudahkan dan dimanjakan,
apabila dibadingkan dengan negara lain. Karena mungkin terlena dan terpedaya,
sehingga dalam perkembangannya, dalam pertumbuhannya, kualitas SDM yang
dihasilkan adalah tertinggal dan terhadap factor-faktor yang menyertainya seperti
teknologi, informasi, dan lain sebagainya, juga ikut tertinggal. Terlebih lagi,
karena SDA yang melimpah tadi, selama beberapa ratus tahun, negara Indonesia
telah dikolonisasi, dan setelah itu, walaupun sudah lepas, pada kenyataannya tidak
bisa lepas begitu saja dan atau secara penuh karena masih memerlukan barang
kapital, tekonologi, dan manajemen dari negara bekas patronnya.
kurang memadai tetapi secara umum sangat maju. Hubungan ini mengakibatkan
pertumbuhan ekonomi yang elitis, di mana pekerjaan-pekerjaan terbaik yang
terkait asing dan modal diperebutkan oleh jutaan generasi muda. Yang berhasil
sungguh sepeti mendapat lotere, sementara jutaan lain memperoleh pekerjaan
yang kurang baik, dan lebih besar lagi memeroleh pekerjaan survival dan bahkan
mensubsidi tempatnya bekerja. Ekonomi yang elitis ini juga menghasilkan
pengangguran yang sangat besar dan menghasilkan bisnis bisnis sederhana.
Hasil akhirnya adalah sebuah keadaan kota-kota maju yang dipenuhi oleh
masalah masalah sosial. Terutama pengangguran, premanisme, prostitusi, sistem
transportasi yang crowded, tidak tepat waktu, dan kemudian direspons dengan
penggunaan sepeda motor yang tidak ada habisnya. Beberapa negara Muslim
mengadopsi demokrasi, yang menghasilkan plus-minus, plusnya memungkinkan
transformasi rakyat kecil ke atas kepada kekuasaan yang semula sakral, minusnya
banyak menghasilkan pembual di tengah masalah sosial.
diberikan kepada korporasi yang kuat dan pemain asing. Jadi tidak perlu menolak
pemain asing hanya ditempatkan untuk yang memerlukan modal dan teknologi
yang tinggi.
Skenario di atas sesuai dengan ajaran Islam yang menempatkan pemerataan dan
keadilan pada tempat yang mendekati takwa itu sendiri. Dalam konstitusi
Indonesia pasal 33 juga terlihat bahwa pertumbuhan yang didesign melibatkan
orang banyak, kekeluargaan, sebagai anti tesa persaingan mematikan. Bisa
dibayangkan seperti pembagian area di mana perusahaan pengolah yang padat
modal dan teknologi dikelilingi pengusaha menengah dan kecil pemasok dari hasil
pertanian dan perkebunan yang didesign oleh negara secara merata.
PENUTUP
III.1.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan topik yang
mendasar dalam pembangunan ekonomi, terutama bagi negara berkembang
seperti di Indonesia, dengan pengaplikasian konsep syariah dapat menjadikan
pertumbuhan ekonomi tersebut sesuai dengan keadilan.
III.1.2 Saran
Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara dalam ini
adalah Indonesia, perlunya aspek saling bersinergi dan bekerjasama dari segenap
komponen bangsa dengan memberikan akses koordinasi yang lebih terstruktur
dari segala sektor perekonomian berdasarkan konsep syariat islam.
DAFTAR PUSTAKA
14