Anda di halaman 1dari 24

TEORI DAN KEBIJAKAN EKONOMI KEPENDUDUKAN

“PENDUDUK DAN PEMBANGUNAN {2}”


Dosen Pengampu: Prof. Dr. Drs, I Ketut Sudibia, S.U

Disusun Oleh: Kelompok 4

1. Ni Putu Ayu Widiantari 2007511010

2. Mohammad Saif Al-Moreno 2007511237

3. Moh. Toha Alimuddin Nadir 2007511267

PROGRAM SARJANA EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Anugerah-Nya, Tugas mata
kuliah Teori dan Kebijakan Ekonomi Kependudukan dengan judul Penduduk dan Pembangunan
{2} ini bisa terselesaikan dengan tepat pada waktunya. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu sehingga tugas paper ini dapat terselesaikan dengan baik,
terutama kepada:

1. Prof. Dr. Drs, I Ketut Sudibia, S. U. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Teori dan
Kebijakan Ekonomi Kependudukan, karena telah membantu penulis dalam menyelesaikan
tugas paper ini sehingga dapat selesai tepat waktu.

Penulis mengetahui bahwa tugas ini sangatlah jauh dari kesempurnaan karena masih
terdapat kekurangan baik dari segi literatur maupun tata Bahasa, sehingga kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan guna dijadikan pembelajaran pada pembuatan tugas yang akan
datang. Terima kasih atas partisipasi dan perhatian para pembaca, semoga semua isi yang ada
dalam paper ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jimbaran , 20 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................2
2.1 Teori Kependudukan Optimum...............................................................................................2
2.2 Demografi Teoritis..................................................................................................................3
2.3 Penduduk dan Perkembangan Ekonomi..................................................................................6
2.4 Kebijakan Pengendalian dan Persebaran Penduduk...............................................................9
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................17
3.1 Penutup....................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu perintang pembangunan ekonomi di negara-negara yang sedang
berkembang dan yang sekaligus merupakan ciri negara-negara tersebut ialah adanya
ledakan penduduk. Telah kita ketahui bahwa tujuan pembangunan ekonomi adalah
meningkatkan standar hidup penduduk negara yang bersangkutan, yang biasa diukur
dengan kenaikan penghasilan riil perkapita. Penghasilan riil per kapita adalah sama
dengan pendapatan nasional riil atau output secara keseluruhan yang dihasilkan selamam
satu tahun dibagi dengan jumlah penduduk seluruhnya. Jadi standar hidup tidak dapat
dinaikkan kecuali jika output meningkat dengan lebih cepat daripada pertumbuhan
jumlah penduduk. Untuk mempengaruhi perkembangan output total diperlukan
penambahan investasi yang cukup besar agar supaya dapat menyerap pertambahan
penduduk yang berarti naiknya penghasilan riil per kapita.
Ada teori-teori yang memperbincangkan mengenai berapa jumlah penduduk yang
seharusnya atau yang cocok bagi suatu negara. Untuk itu ada teori penduduk yang
dikenal dengan “teori penduduk optimum" (optimum population theory). Adapun yang
dimaksud dengan penduduk optimum ialah jumlah penduduk yang dapat
memberikan/menghasilkan tingkat upah riil atau tingkat penghasilan riil per kapita yang
maksimum.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Teori kependudukan optimum?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan demografi dan landasan teori yang mendasarinya?
1.2.3 Bagaimana konsep penduduk dan perkembangan ekonomi?
1.2.4 Bagaimana kebijakan dalam pengendalian dan persebaran penduduk?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui arti dari teori kependudukan optimum.
1.3.2 Untuk mengetahui arti dari demografi dan landasan yang mendasarinya.
1.3.3 Untuk mengetahui konsep penduduk dan perkembangan ekonomi.
1.3.4 Untuk mengetahui kebijakan yang digunakan dalam pengendalian dan persebaran
penduduk.
1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Kependudukan Optimum


A. Pengertian Kependudukan
Kependudukan adalah salah satu subjek dan atau objek kajian dalam Geografi
Penduduk. Masalah kependudukan merupakan masalah yang serius tidak saja bagi
negara- negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia, tetapi juga bagi negara-
negara maju. Masalah kependudukan ini sudah menjadi masalah besar bagi dunia secara
keseluruhan karena menyangkut banyak segi yang secara objektif dikaji dengan
pendekatan geografi, yaitu ruang, waktu, dan kekompleksan wilayah (Ahmad:4).
Perkembangan penduduk tanpa disertai dengan kontrol untuk mengatur jumlah
penduduk yang diinginkan, hanya akan menimbulkan problematika sosial dan ekonomi
dengan segala akibatnya. Pertambahan penduduk yang besar dari tahun ke tahun
memerlukan tambahan investasi dan sarana di bidang pendidikan, kesehatan, perumahan
dan sebagainya. Produktivitas tenaga kerja pada umumnya akan merosot seiring dengan
bertambahnya pekerja yang mengolah tanah, bilamana tingkat kepadatan penduduk telah
mencapai tahap tertentu, dan akan mencapai tingkat pengembalian (internal rate of
return) untuk menetapkan teori kependudukan optimum dalam pengertian yang statis
(United Nations, 1973).
B. Asumsi Dasar Teori Kependudukan Optimum
Asumsi dasar teori kependuduk optimum terletak pada hubungan antara jumlah
penduduk dengan sumber daya yang ada. Di latar belakangi oleh karya ahli ekonomi
klasik, mereka membahas pengaruh jumlah penduduk, pembagian kerja dan spesialisasi
serta hukum di lain pihak. Menurut Sidgwick, produktivitas tenaga kerja pada umumnya
akan merosot seiring dengan bertambahnya pekerja yang mengolah tanah, bilamana
tingkat kepadatan penduduk telah mencapai tahap tertentu, dan akan mencapai tingkat
pengembalian (internal rate of return) untuk menetapkan teori kependudukan optimum
dalam pengertian yang statis. Konsep tingkat optimum merupakan akibat dari tingginya
pendapatan per kapita, sebab produktivitasnya dapat diukur dari pendapatan per kapita
yaitu faktor ekonomi (United Nations, 1973).

2
C. Teori Kependudukan Optimum
Teori yang menjelaskan keterkaitan antara pendapatan perkapita dengan jumlah
penduduk disebut dengan teori kependudukan optimum. Menurut teori ini, pada mulanya
pertambahan penduduk akan menyebabkan kenaikan pendapatan perkapita. Tapi jika
jumlah penduduk terus meningkat maka hukum hasil lebih yang semakin berkurang akan
mempengaruhi fungsi produksi yaitu produksi marginal akan mengalami penurunan, dan
akan membawa pada keadaan pendapatan perkapita sama dengan produksi marginal.
Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimal. Jumlah penduduk
pada waktu itu dinamakan penduduk optimal. Apabila jumlah penduduk terus meningkat
melebihi titik optimal maka pertumbuhan penduduk akan menyebabkan penurunan nilai
pertumbuhan ekonomi.
2.2 Demografi Teoritis
A. Pengertian Demografi
Kata demografi pertama kali digunakan oleh Achille Guilard pada tahun 1885,
dalam bukunya yang berjudul “Elements de Statistique Humaine, ou Demographie
Comparee”. Demografi berasal dari kata demos yang berarti penduduk dan grafein yang
berarti gambaran. Demografi adalah ilmu yang mempelajari penduduk atau manusia
terutama tentang kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk yang terjadi. Demografi
sendiri sebenarnya melibatkan studi ilmiah tentang ukuran, penyebaran penduduk secara
geografi maupun spasial, komposisi penduduk, dan perubahan yang terjadi dari waktu ke
waktu. Pada tahun tersebut Achille Guilard mengatakan bahwa demografi merupakan
ilmu yang mempelajari segala sesuatu dari keadaan dan sikap manusia yang dapat diukur
yaitu meliputi perubahan secara umum, fisik dan kondisi moral.
B. Landasan teoritis dalam demografi diantaranya:
1. Teori Pre Malthusian
Sebelum Malthus, hanya ada satu pandangan mengenai penduduk, yaitu bahwa
reproduksi dipandang sebagai suatu usaha untuk mengganti penduduk yang
meninggal. Munculnya pandangan ini disebabkan relatif tingginya tingkat kematian
penduduk pada masa-masa tersebut.

3
Meskipun demikian, dalam penerapannya terjadi berbagai perbedaan, baik
karena perbedaan antar tempat maupun antar waktu. Perbedaan-perbedaan tersebut
diantaranya:
- 500 SM (pada zaman Cina Kuno), teori ini dipelopori oleh Confusius (seorang
pemikir Cina), yang berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk dapat menurunkan
nilai output pertenaga kerja, tingkat kehidupan masyarakat dan menimbulkan
perselisihan. Pemikir-pemikir pada masa ini juga mengemukakan bahwa pemerintah
bertanggung jawab untuk mempertahankan hubungan yang ideal rasio antara manusia
dengan luas lahan (man-land ratio).
- 300 SM. Plato menekankan bahwa kestabilan penduduk (dalam konteks rasio
manusia dan lahan) merupakan faktor yang penting untuk mencapai kesempurnaan
manusia. Plato merupakan pemikir yang paling awal yang mengemukakan doktrin
bahwa kualitas manusia lebih penting daripada kuantitasnya.
- 50 SM. Kekaisaran Romawi pada masa Kaisar Julius dan Agustus, menganut paham
pronatalis. Kaisar berpandangan bahwa pertumbuhan penduduk merupakan hal perlu
untuk mengganti korban perang dan juga untuk menjamin jumlah penduduk yang
cukup untuk menjajah daerah jajahan.
- 354 – 430 M. Setelah jatuhnya kekaisaran Romawi, pandangan yang dianut adalah
antinatalis. Augustine percaya bahwa keperawanan merupakan keberadaan manusia
yang paling tinggi. Kepercayaan semacam ini mengakibatkan orang menunda atau
bahkan tidak melakukan sama sekali hubungan kelamin. Pandangan ini berdampak
pada penurunan fertilitas.
- Abad 17. Pertumbuhan penduduk dipandang sebagai hal yang penting untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat. Kemakmuran negara sama dengan produksi
total dikurang dengan upah yang diterima pekerja. Karena tingkat upah cenderung
turun sebagai akibat meningkatnya angkatan kerja, maka negara-negara dengan
pertumbuhan penduduk tinggi akan mendapatkan keuntungan.
- Abad 18. Doktrin pronatalis dari Merkantilis ternyata tidak sesuai dengan kenyataan
yang terjadi. Pertumbuhan penduduk yang tinggi ternyata tidak berhubungan dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat, tetapi malah meningkatkan kemiskinan.
2. Teori Malthus

4
Teori Malthus diturunkan dari tulisan-tulisan Thomas Robert Malthus. Melalui
tulisan-tulisannya, dapat dikemukakan bahwa Malthus merupakan orang pertama
yang memberikan gambaran secara sistematis mengenai hubungan antara penyebab
dan akibat-akibat pertumbuhan penduduk.
Dalam model dasarnya, Malthus menggambarkan suatu konsep tentang
pertambahan hasil yang semakin berkurang (diminishing returns). Malthus
menyatakan bahwa umumnya penduduk suatu negara mempunyai kecenderungan
untuk bertambah menurut suatu deret ukur (1, 2, 4, 8, 16, 32). Kecenderungan ini
menyebabkan penduduk akan berlipat ganda setiap 30-40 tahun, kecuali bila terjadi
bahaya kelaparan. Pada saat yang sama, karena adanya pertambahan hasil yang
semakin berkurang dari suatu faktor produksi yang jumlahnya tetap (tanah dan
sumberdaya alam lainnya) maka persediaan pangan hanya akan meningkat menurut
deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7). Menurut Malthus, karena setiap anggota masyarakat
hanya memiliki tanah yang sedikit, maka kontribusi marginal atau produksi pangan
akan semakin menurun. Pada masyarakat agraris, pendapatan perkapita dapat
diartikan sebagai produksi pangan perkapita. Oleh karenanya, ketika pertumbuhan
pangan tidak dapat mengimbangi pertambahan penduduk yang pesat, maka
pendapatan perkapita akan mengalami penurunan. Penurunan pendapatan perkapita
ini akan menjadi sedemikian rendahnya sehingga mencapai sedikit di atas tingkat
subsisten (kemiskinan absolut).
3. Aliran Sosialis
Karl Marx dan Friederich Engels adalah dua orang dalam aliran sosialis yang
sangat terkenal dalam menentang teori Malthus. Mereka berpendapat bahwa tidak ada
aturan yang bersifat umum untuk kependudukan (population laws). Kondisi
penduduk, sangat tergantung kepada kondisi sosial ekonomi suatu daerah. Perbedaan
fertilitas dan mortalitas ditentukan oleh variasi tingkat kehidupan dan perbedaan
tersebut akan hilang apabila kekayaan didistribusikan secara merata kepada
masyarakat. Mereka menentang ide Malthus tentang pertumbuhan bahan makanan.
Marx dan Engels mengemukakan bahwa ide pertumbuhan bahan makanan yang
mengikuti pola deret hitung tersebut tidak benar selama ilmu pengetahuan dan
teknologi mampu

5
meningkatkan produksi bahan makanan atau barang-barang lainnya sama seperti
pertumbuhan penduduk.
Menurut Marx dan Engels, akibat pertumbuhan penduduk dalam sistem kapitalis
adalah kemiskinan dan overpopulation. Tetapi dalam sistem sosialis, pertumbuhan
penduduk tidak mempunyai efek sampingan, karena pertumbuhan penduduk akan
diserap oleh system ekonominya. Pendapat ini dalam kaitannya dengan Malthus,
lebih berkaitan dengan akibat pertumbuhan penduduk daripada sebab-sebab
pertumbuhan penduduk. Kemiskinan menurut Marx dan Engels disebabkan oleh
organisasi masyarakat, khususnya masyarakat kapitalis. Menurut Marx, Malthusian
hanya berlaku di masyarakat kapitalis, sedangkan di dalam masyarakat sosialis yang
murni tidak akan ada masalah kependudukan.
2.3 Penduduk dan Perkembangan Ekonomi
A. Hubungan Penduduk dengan Perkembangan Ekonomi
Secara konseptual, jumlah penduduk berpengaruh terhadap output perekonomian.
Output perekomian yang tinggi bisa diperoleh dari produksi barang dan jasa yang
dilakukan oleh penduduk. Beberapa ahli mencoba menjelaskan tentang posisi penduduk
dalam perkembangan ekonomi yaitu sebagai berikut.
- Mankiw, 2009 menjelaskan pertumbuhan ekonomi secara teoretik dipengaruhi oleh
penduduk (sumber daya manusia), sumber daya alam, modal fisik, dan modal
manusia.
- Sukirno, 2000 menjelaskan bahwa penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu
dapat menjadi pendorong maupun penghambat perkembangan ekonomi.

Dari pendapat para ahli di atas dapat didimpulkan bahwa jumlah penduduk yang
besar dapat menjadi kunci sukses dalam perkembangan perekonomian, karena dengan
jumlah penduduk (SDM) yang besar tersebut dapat dijadikan sebagai subjek
pembangunan dan perekonomian akan berkembang bila jumlah tenaga kerjanya banyak.
Namun, tidak selamanya pertumbuhan jumlah penduduk yang besar akan selalu
berdampak baik bagi perekonomian. Apabila pertumbuhan penduduk yang besar tidak
dikontrol dan diimbangi dengan sarana dan prasarana yang memadai, maka akan
meningkatkan tindak kriminalitas, angka pengangguran dan kemiskinan, serta berbagai
masalah ekonomi yang akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan

6
perekonomian.

7
Malthus dalam Deliarnov mengamati manusia berkembang jauh lebih cepat
dibandingkan dengan produksi hasil-hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Manusia berkembang sesuai dengan deret ukur. Sementara itu, pertumbuhan produksi
makanan hanya meningkat sesuai dengan deret hitung. Karena perkembangan jumlah
manusia jauh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan produksi hasil-hasil
pertanian. Berdasarkan teori Lincolin Arsyad dan Mulyadi dapat disimpulkan
bawasannya tingkat pengangguran, inflasi dan pertumbuhan penduduk memiliki
hubungan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dimana ketiganya merupakan indikator
penting yang harus dibahas. Jumlah pengangguran disuatu wilayah akan memperlihatkan
seberapa tingginya produktifitas yang dimiliki oleh penduduk disuatu wilayah kemudian
inflasi yang merupakan kenaikan harga-harga barang, memperlihatkan bagaimana
proporsi untuk bahan baku produksi suatu usaha maupun hal-hal lain yang terkait. Dan
pertumbuhan penduduk akan memperlihatkan bagaimana keadaan penduduk suatu
wilayah.
B. Perkembangan Perekonomian Dunia di Masa Pandemi
Dampak yang terlihat dari adanya Covid-19 tidak hanya mempengaruhi kesehatan
masyarakat, tetapi turut mempengaruhi perekonomian diberbagai Negara. Bahkan saat ini
perekonomian dunia mengalami tekanan berat yang diakibatkan oleh virus tersebut.
Perekonomian dunia pada negara-negara tertentu seperti Indonesia, Amerika Serikat,
Jepang, Korea Selatan, Hongkong, Uni Eropa, Singapura, dan beberapa Negara lain
mengalami pertumbuhan ekonomi negatif pada pada triwulan I dan II di tahun 2020.
Pandemi Covid-19 menimbulkan efek negatif dari kesehatan ke masalah sosial dan
berlanjut ke ekonomi Negara.
C. Data Perekonomian Indonesia di Tahun 2020
Indonesia di hadapkan dengan banyak masalah terkait aspek ekonomi akibat dari
Covid-19. Ekonomi di Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan tumbuh negatif, angka
pengangguran dan kemiskinan meningkat. Berdasarkan perhitungan Year on Year
pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama tahun 2020 menunjukkan adanya
pelemahan dengan hanya mencapai 2,97% dibandingkan capaian triwulan pertama tahun
2019 yang sebesar 5.07%. Dampak dari menurunnya persentase ekonomi di Indonesia,
salah satunya adalah peningkatan angka pengangguran dan penduduk miskin yang
disebabkan karena PHK selama masa pandemi Covid-19.
8
D. Kondisi Perekonomian di Indonesia
Keputusan pemerintah yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) di beberapa daerah sejak April 2020 berdampak luas dalam proses produksi,
distribusi, dan kegiatan operasional lainnya yang pada akhirnya mengganggu kinerja
perekonomian. Kebijakan PSBB untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19
menyebabkan terbatasnya mobilitas dan aktivitas masyarakat yang berdampak pada
penurunan permintaan domestik. Penghasilan masyarakat yang menurun karena pandemi
menyebabkan sebagian besar sektor usaha mengurangi aktivitasnya atau tutup total.
Angka pengangguran pun meningkat. Badan Pusat Statistik dalam Survei Angkatan Kerja
Nasional Agustus 2020 menunjukkan, Covid-19 berimbas pada sektor ketenagakerjaan.
E. Kebijakan Pemerintah dalam Pemulihan Ekonomi di Indonesia
Sebagai penanggulangan dampak dari pandemi Covid-19, pemerintah Negara
Indonesia mengeluarkan kebijakan – kebijakan guna mengupayakan pemulihan ekonomi.
Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintanh Pengganti Undang-Undang (PERPPU)
Nomer 1 Tahun 2000 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Covid-19 dan/atau dalam Rangka
Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas
Sistem Keuangan. Perppu tersebut mengatur tentang kebijakan keuangan negara meliputi
kebijakan pendapatan negara termasuk kebijakan di bidang perpajakan, kebijakan belanja
negara termasuk kebijakan di bidang keuangan daerah, dan kebijakan pembiayaan.
Sedangkan, kebijakan stabilitas sistem keuangan meliputi kebijakan untuk penanganan
permasalahan lembaga keuangan yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau
stabilitas sistem keuangan. Seiring penurunan kinerja ekonomi karena terganggunya
belanja pemulihan kesehatan dan ekonomi, pemerintah mulai melakukan upaya
pemulihan ekonomi nasional melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Tujuannya untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan ekonomi para pelaku
usaha dari sektor riil dan sektor keuangan dalam menjalankan usahanya selama pandemi
Covid-19.
F. Strategi Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)
Pemerintah daerah Indonesia mempunyai peran strategis dalam mendorong
percepatan dan efektivitas pemulihan ekonomi nasional. Pemerintah membentuk 3 (tiga)
kebijakan yang akan dilakukan diantaranya peningkatan konsumsi dalam negeri,
9
peningkatan aktivitas dunia usaha serta menjaga stabilitasi ekonomi dan ekpansi moneter.
Salah satu penggerak ekonomi nasional adalah konsumsi dalam negeri, semakin banyak
konsumsi maka ekonomi akan mengalami kenaikan. Konsumsi memiliki peran penting
terkait dengan daya beli masyarakat. Oleh sebab itu, Pemerintah telah mengalokasi
anggaran sebesar Rp172,1 triliun untuk mendorong konsumsi/kemampuan daya beli
masyarakat. Dana tersebut disalurkan melalui Bantuan Langsung Tunai, Kartu Pra Kerja,
pembebasan listrik dan batuan – bantuan lainnya.
2.4 Kebijakan Pengendalian dan Persebaran Penduduk
A. Kebijakan Pengendalian Penduduk
Glen A. Welsch, Hilton, dan Gordon yang diterjemahkan oleh Purwatiningsih dan
Maudy Warouw (2000:3) “pengendalian adalah suatu proses untuk menjamin terciptanya
kinerja yang efisien yang memungkinkan terciptanya tujuan perusahaan”. Berdasarkan
dari pengertian yang dikemukakan di atas dapat kita simpulkan bahwa pengendalian
adalah usaha untuk membandingkan prestasi kerja dengan rencana dan untuk
mengkoreksi perbedaan atau penyimpangan - penyimpangan yang terjadi agar tujuan
perusahaan dapat tercapai. Sedangkan pengendalian pertumbuhan penduduk adalah upaya
pengendalian pertumbuhannya dan pemerataan penduduk, untuk mengontrol jumlah
penduduk di suatu wilayah melalui penyelenggaraan program pemerintah.
Permasalahan penduduk merupakan kendala besar jika tidak dapat diarahkan,
dibina dan dikendalikan. Garis besar tujuan kebijakan kependudukan adalah memelihara
keseimbangan antara pertambahan dan penyebaran penduduk dengan perkembangan
pembangunan sosial ekonomi, sehingga tingkat hidup layak dapat diberikan pada seluruh
penduduk. Usaha ini meliputi seluruh kebijakan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan
kegiatan lain untuk meningkatkan pendapatan yang adil, kesempatan kerja dan
pembangunan pendidikan menyeluruh. Strategi ini dapat dilakukan melalui program, baik
itu jangka pendek maupun jangka panjang. Ada Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penentuan kebijakan penduduk, yaitu:
a. Kualitas penduduk
b. Stabilitas sumber kehidupan penduduk
c. Kelangsungan adanya lapangan kerja
d. Standar kehidupan yang baik

10
Konsep kebijakan pengendalian pembangunan berwawasan kependudukan terdiri dari:
1. Population Responsive Policy
Yaitu kebijakan pembangunan yang senantiasa mengacu atau merujuk kepada
dinamika dan tren perkembangan kependudukan, dan population influencing policy
(kebijakan pembangunan yang diarahkan untuk membentuk dinamika dan struktur
penduduk seperti yang diinginkan). Contoh konsep population responsive policy
adalah:
a. Adanya junlah penduduk usia kerja yang besar, maka pemerintah harus
menyediakan lapangan kerja.
b. Jumlah populasi remaja yang besar harus direspon oleh pemerintah dengan
program pendidikan dan kesehatan reproduksi remaja.
c. Penduduk lansia besar direspon dengan peningkatan kesehatan dan kesejahteraan.
2. Population Influencing Policy
Adalah jumlah penduduk yang tinggi, kualitas penduduk yang rendah, dan
persebaran penduduk tidak merata direspon pemerintah dengan membangun suatu
grand desaign pembangunan kependudukan dengan tujuan untuk pengendalian
kuantitas, peningkatan kualitas, dan pengarahan mobilitas (Jalal, 2014). Contohnya
yaitu diberlakukannya program keluarga berencana (KB).
Arah Kebijakan dan Strategi Nasional dengan berlakunya UU no 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan antara lain bahwa Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana menjadi urusan Pemerintahan Wajib diluar pelayanan
dasar yang harus dilaksanakan secara konkuren oleh pemerintah pusat, provinsi,
kabupaten dan kota. Urusan tersebut meliputi 4 (empat) sub urusan, yaitu:
a. Pengendalian Penduduk
b. Keluarga Berencana
c. Pembangunan Keluarga
d. Standardisasi Pelayanan KB dan Sertifikasi Penyuluh Keluarga Berencana
Beberapa program yang dilakukan pemerintah yang berkaiatan dengan kebijakan
pengendalian kependudukan sebagai berikut:
1. Keluarga Berencana

11
Keluarga berencana merupakan usaha pokok di dalam kebijaksanaan
kependudukan dan usaha untuk menurunkan tingkat kelahiran. Usaha menurunkan
kelahiran melalui keluarga berencana sekaligus dikaitkan dengan meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak. Sasaran usaha keluarga berencana adalah seluruh lapisan
masyarakat dan jangkauan daerah usaha keluarga berencana diperluas ke daerah luar
Jawa dan daerah pedesaan. Tujuan usaha keluarga berencana bukan hanya
memperbanyak jumlah akseptor tetapi mempertahankan agar keluarga-keluarga
penerima tetap melaksanakan keluarga berencana. Selanjutnya kegiatan
pembangunan di dalam berbagai bidang diserasikan agar dapat menunjang
pelaksanaan keluarga berencana.
Arah kebijakan Program Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, yaitu:
a. Masyarakat mengetahui isu kependudukan;
b. Ketersediaan data dan informasi keluarga (pendataan keluarga) yang akurat dan
tepat waktu; dan
c. Tersedianya landasan hukum dan kebijakan yang sinergi dan harmonis antara
pembangunan bidang kependudukan dan Keluarga Berencana dengan bidang
pembangunan lainnya
Untuk masalah kebijakan keluarga pemerintah juga diatur dalam Undang-Undang
ini yaitu pada Pasal 21 dan Pasal 22. Pada Pasal 21 ayat (1) mengatakan. Kebijakan
keluarga berencana dilaksanakan untuk membantu calon atau pasangan suami istri
dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara bertanggung
jawab tentang:
a. Usia ideal perkawinan
b. Usia ideal untuk melahirkan
c. Jumlah ideal anak
d. Jarak ideal kelahiran anak
e. Penyuluhan kesehatan reproduksi.
2. Pendidikan dan Pendidikan Kependudukan
Intensifikasi pendidikan baik formal maupun nonformal akan meningkatkan
kesadaran dan pengetahuan mengenai masalah penduduk dan pentingnya pelaksanaan
keluarga berencana. Tetapi untuk lebih menyebarluaskan informasi mengenai

12
kependudukan maka pendidikan kependudukan diintegrasikan ke dalam sistim
pendidikan dan mencakup lembaga pendidikan guru, pendidikan tingkat sekolah
menengah dan pendidikan orang dewasa. Para lulusan sekolah menengah dan orang
dewasa amat memerlukan informasi mengenai kependudukan oleh sebab mereka
inilah yang akan membentuk keluarga dalam waktu relatif singkat.
3. Perataan Hasil Pembangunan
Usaha untuk memberikan motivasi ke arah tercapainya keluarga kecil dengan
jumlah anak yang sedikit ditingkatkan. Dalam hubungan ini pemberian tunjangan
keluarga dan kelonggaran lainnya di dalam sistem penggajian, pajak dan lain-lain,
akan ditinjau dan disesuaikan dengan kebijaksanaan kependudukan. Selanjutnya
sistem jaminan sosial terutama untuk hari tua setahap demi setahap mulai
ditingkatkan. Peningkatan sistem jaminan sosial ini penting sebab masih luasnya
pandangan bahwa banyak anak berarti banyak rezeki. Salah satu motivasi untuk
mempunyai jumlah anak yang banyak ialah bahwa anak merupakan sumber untuk
meningkatkan pendapatan bagi keluarga berpendapatan rendah. Banyaknya anak
yang tidak meneruskan sekolah adalah keadaan yang timbul oleh sebab rendahnya
pendapatan orang tua mereka dan anak-anak ini dibutuhkan untuk dapat sekedar
menambah pendapatan keluarga.
Semakin tinggi tingkat kematian dikalangan anak dan bayi semakin besar pula
kebutuhan akan tingkat kelahiran yang tinggi. Semakin banyak anak-anak yang lahir
dan hidup dan mencapai umur dewasa semakin kecil kebutuhan untuk jumlah
kelahiran yang besar. Oleh karena itu usaha untuk lebih meratakan hasil
pembangunan akan menunjang usaha keluarga berencana di dalam menurunkan
angka kelahiran.
4. Kesehatan
Selanjutnya usaha-usaha di bidang kesehatan umumnya dan usaha meningkatkan
kesehatan ibu dan anak dan menu-runkan angka kematian anak khususnya merupakan
bagian daripada ikhtiar menurunkan tingkat kelahiran. Tujuan program kesehatan
reproduksi untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap dan perilaku positif
remaja tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi, guna meningkatkan derajat
kesehatan reproduksinya dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga dalam
mendukung upaya peningkatan kualitas generasi mendatang. Kegiatan pokok yang
13
dilakukan antara lain meliputi:

14
a. Mengembangkan kebijakan pelayanan kesehatan reproduksi remaja bagi remaja
dan menyelenggarakan promosi kesehatan reproduksi remaja, termasuk advokasi,
komunikasi, informasi, dan edukasi, dan konseling bagi masyarakat, keluarga, dan
remaja.
b. Memperkuat dukungan dan partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan
program kesehatan reproduksi remaja yang mandiri.
B. Kebijakan Persebaran Penduduk
Persebaran atau distribusi penduduk adalah penempatan rumah tinggal atau
pemadatan penduduk pada suatu wilayah atau tempat-tempat tertentu yang membentuk
pola yang tertentu pula. Distribusi penduduk dalam suatu wilayah secara umum tidak
sama tergantung pada letak yang strategis dari daerah tersebut. Misalnya daerah
perkotaan persebaran penduduknya lebih tinggi dibanding daerah pedesaan atau daerah
perindustrian lebih tinggi tingkat persebarannya dibanding daerah pertanian dan
sebagainya.
Pada daerah-daerah yang penduduknya padat dan persebarannya tidak merata
akan menghadapi masalah-masalah seperti masalah perumahan, masalah pekerjaan,
masalah pendidikan, masalah pangan, masalah keamanan dan sebagainya. Sedangkan
daerah yang jarang penduduknya akan menghadapi masalah seperti kurangnya tenaga
kerja, kesulitan pengembangan industri dan sebagainya.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi
persebaran penduduk antara lain adalah memperketat ijin urbanisasi dari daerah jarang
penduduk ke daerah padat penduduk, pembangunan perumahan memperhatikan
Rancangan Umum Tata Ruang Kota (RUTRK), pemberdayaan sumber daya di daerah
pinggiran dan sebagainya. Selain itu perlu dibuka lapangan pekerjaan baru di daerah-
daerah yang kurang produktif sekaligus penyediaan sarana prasarana yang memadai dan
penyuluhan dan pembinaan bagi masyarakat di daerah tersebut dan sekitarnya.
Persebaran penduduk dibagi menjadi dua yaitu:
1. Persebaran Penduduk Berdasarkan Geografis
Persebaran penduduk secara geografis adalah karakteristik penduduk menurut
batas-batas alam seperti pantai, sungai, danau dan sebagainya.
2. Persebaran Penduduk Berdasarkan Administrasi Pemerintahan

15
Persebaran penduduk secara administrasi adalah karakteristik penduduk menurut
batas-batas wilayah administrasi yang ditetapkan oleh suatu negara, misalnya jumlah
penduduk di desa A atau di kecamatan B.
Untuk mengatasi permasalahan persebaran penduduk di Indonesia pemerintah
menjalankan beberapa program atau kebijakan yaitu:
1. Antar Kerja Antar Daerah
Salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan
adalah dengan program Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) yang merupakan suatu
sistem penempatan tenaga kerja antar daerah provinsi. Program ini bertujuan untuk
mempertemukan pencari kerja yang membutuhkan pekerjaan dengan pemberi kerja
yang membutuhkan tenaga kerja, sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan ditempatkan
sesuai dengan keterampilan yang dimiliki. Berhubung kurang sempurnanya pasaran
tenaga kerja, maka kelebihan tenaga di suatu daerah tidak dengan sendirinya tersalur
ke daerah lain yang kekurangan tenaga kerja. Kekurangan informasi, kurang
sanggupnya banyak tenaga kerja membiayai perpindahannya, adalah beberapa faktor
yang menghambat perpindahan tenaga kerja dari suatu tempat ke tempat lain.
Kegiatan antarkerja antardaerah bertujuan untuk mempertemukan permintaan
tenaga dengan pencari kerja. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah
mengumpullkan dan menyebarluaskan informasi mengenai lowongan pekerjaan
maupun pencari kerja. Bantuan dan fasilitas juga diberikan kepada badan-badan baik
pemerintah maupun swasta yang membutuhkan tenaga terutama di daerah tipis
penduduk. Dengan demikian kegiatan ini membantu penyebaran penduduk lebih rata.
2. Transmigrasi
Pelaksanaan program transmigrasi adalah pemerataan pada berbagai aspek
pengembangan, sepert pendidikan, kesehatan, mental spiritual /keagamaan, olahraga,
kesenian dan lain-lain. Transmigrasi memiliki peran yang sangat penting bagi
pembangunan nasional dan transmigran sebagai objek penyelenggaraan transmigrasi
telah berkontribusi dalam pengembangan daerah. Kebijaksanaan transmigrasi
diarahkan agar mempunyai akibat yang sebesar mungkin terhadap penyebaran
penduduk di berbagai daerah di Indonesia. Transmigrasi merupakan bagian dari usaha
untuk mengembangkan daerah yang kepadatan penduduknya masih rendah. Oleh

16
karena itu transmigrasi tidak terbatas hanya kepada golongan petani tetapi juga
transmigrasi golongan angkatan kerja lainnya sesuai dengan kebutuhan
pengembangan daerah tujuan transmigrasi. Daerah tujuan transmigrasi diharapkan
berkembang menjadi pusat perkembangan baru dan dapat menarik lebih banyak
penduduk untuk pindah ke daerah tersebut secara spontan.
Dalam usaha penyebaran penduduk dari Jawa ke luar Jawa, harus pula disadari
adanya arus perpindahan penduduk dari luar Jawa ke Jawa. Meningkatnya
pembangunan daerah termasuk daerah transmigrasi dan bertambah banyaknya
fasilitas sosial tersebar di daerah-daerah luar Jawa seperti fasilitas pendidikan, akan
mengurangi arus balik perpindahan penduduk ini. Melalui kegiatan transmigrasi juga
diharapkan dapat dipenuhi kebutuhan tenaga pembangunan di berbagai sektor di
daerah-daerah tipis penduduk. Transmigran berasal terutama dari daerah yang padat
penduduknya di samping dari daerah kritis yang perlu direhabilitasikan dan daerah
bencana alam.
Seiring dengan perubahan lingkungan strategis di Indonesia, transmigrasi
dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:
a. Meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya.
b. Peningkatan dan pemerataan pembangunan daerah.
c. Memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa.
3. Kebijaksanaan Pengembangan Kota dan Pemecahan Masalah Kota
Untuk menghindarkan pertumbuhan terlalu cepat dari beberapa kota besar maka
perlu adanya pertumbuhan yang lebih terpencar dan seimbang di antara banyak kota.
Perkembangan kota secara lebih merata dibutuhkan untuk menunjang pembangunan
di sektor pertanian dan industri di pedesaan dan pengembangan daerah pedesaan pada
umumnya, oleh karena itu perhatian lebih besar diberikan kepada pembinaan
kota•kota kecil, yaitu kota-kota yang setingkat dengan kota-kota kecamatan dan
kabupaten. Dalam rangka menanggulangi masalah migrasi umumnya dan
perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah kota pada khususnya maka
kegiatan industri diarahkan ke kota kecil.
Selanjutnya peningkatan jasa-jasa pengangkutan dan perluasan jaringan
pengangkutan akan dilaksanakan agar mobilitas penduduk dapat ditingkatkan.
Dengan demikian perjalanan penduduk pedesaan ke daerah kota tempat mereka
17
bekerja akan

18
lebih dimudahkan sehingga mereka tidak perlu tinggal di kota tempat mereka bekerja.
Adanya perluasan jaringan lalu lintas memungkinkan lebih banyak penduduk
pedesaan mengikuti program keluarga berencana.
Dalam memecahkan masalah kota maka tujuan perluasan kesempatan kerja dan
pemerataan hasil dan kegiatan pembangunan perlu dipegang teguh. Dalam hubungan
ini maka pembangunan berbagai fasilitas kota sejauh mungkin dapat merangsang
terciptanya kesempatan kerja lebih luas, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Juga di dalam berbagai kebijaksanaan kota perlu dihindarkan agar ruang gerak usaha
bagi pedagang kecil dan usaha kecil lainnya tidak menjadi lebih sempit.
Dalam rangka pemerataan pendapatan riil maka sistem pajak disempurnakan agar
warga kota yang berpenghasilan tinggi dapat menanggung beban pembangunan kota
lebih besar. Sejalan dengan itu layanan sosial lebih luas seperti penyediaan air
minum, kesehatan, dan lain-lain lebih diarahkan kepada penduduk yang
berpendapatan rendah di kota.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari paper di atas dapat disimpulkan bahwa masalah kependudukan merupakan
masalah yang penting dan diutamakan penanganannya pada setiap negara. Untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut diperlukan pemahaman mengenai penduduk dan
pembangunan. Dalam penduduk dan pembangunan dikenal teori kependudukan optimum
yang menjelaskan keterkaitan antara pendapatan perkapita dengan jumlah penduduk.
Selanjutnya harus dipahami juga landasan teoritis dari demografi, yaitu teori pre
Malthusian, teori malthus, dan aliran sosialis. Posisi penduduk dalam perkembangan
ekonomi dipengaruhi oleh penduduk, sumber daya alam, modal fisik, dan modal manusia
dan penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong maupun
penghambat perkembangan ekonomi. Dalam pengendalian penduduk, ada dua kebijakan
yang digunakan diantaranya population responsive policy dan population influencing
policy. Sedangkan dalam mengendalikan persebaran penduduk dapat dilakukan dengan
program antar kerja antar daerah, transmigrasi, dan kebijaksanaan pengembangan kota
dan pemecahan masalah kota.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hardiani, Junaedi. 2009. Dasar-Dasar Teori Ekonomi Kependudukan. Jambi: Hamada


Prima.
United Nations. (1973). Teori-teori Kependudukan. Jakarta: Rajawali (terjemahan).
Ahmad, Irdam. 2011. Persebaran Penduduk Yang Tidak Memiliki Dokumen
Kependudukan. Forum Geografi vol. 25 no. 2 Desember 2011. Surakarta : UMS

Hidayat, N. (2013). Kajian Kebijakan Kependudukan di Indonesia. Jurnal Ilmu


Administrasi Publik, 1(2), 24–36.
Sunarto. (2015). Rencana Strategis Direktorat Pemaduan Kebijakan Pengendalian
Penduduk Tahun 2015 – 2019. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional.
Tatuhe, S., Laloma, A., & Pesoth, W. (2017). Badan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Kepulauan Talaud. Peranan Pemerintah
Daerah Dalam Pengendalian Pertumbuhan Penduduk.
UNEJ, K. B. M., 2021. bem.fmipa.unej.ac.id. [Online]
Available at: http://bem.fmipa.unej.ac.id/kastrad-beraksi2-kondisi-perekonomian-
indonesia-di-tengah-pandemi-covid-19/ [Accessed 1 Oktober 2021].
Siadari, Y., 2015. academia.edu. [Online]
Available at:
https://www.academia.edu/30009378/KELOMPOK_1_Penduduk_dan_Pembangu
nan_Ekonomi_doc [Accessed 1 Oktober 2021].

21

Anda mungkin juga menyukai