Anda di halaman 1dari 27

PENGANTAR HUKUM BISNIS (EKU 220E G)

HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL

Dosen Pengampu: I Wayan Wiryawan, S.H., M.H.

Oleh Kelompok 5:
Alyssa Dea Natalia (1907511038)

Ni Putu Ayu Widiantari (2007511010)

I Wayan Yoniga Arta (2007511038)

Dea Nanda Putri Natasya (2007511122)

Eliza Vivi Nurzila (2007511137)

Nur Indah Mukaromah (2007511159)

Fino Rihab Dibihantoro (2007511164)

Rosita Damayanti (2007511200)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas segala berkah dan karuniaNya,
sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas kelompok Makalah yang berjudul
“Hukum Kekayaan Intelektual” dengan tepat waktu.
Tugas kelompok ini nantinya akan kami gunakan untuk memenuhi persyaratan di dalam
Mata Kuliah Pengantar Hukum Bisnis. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan Makalah ini. Serta kami berterimakasih kepada
bapak dosen pengampu I Wayan Wiryawan, S.H., M.H. atas bimbingan yang diberikan
selama perkuliahan.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam menyusun Makalah ini. Oleh
sebab itu kritik dan saran yang membangun senantiasa diharapkan jika terdapat kesalahan dan
keterbatasan materi demi perbaikan dan kesempurnaan Makalah dimasa mendatang. Atas
perhatiannya, kami sampaikan terimakasih.

Denpasar, 29 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1 Hukum Kekayaan Intelektual ................................................................................ 3

2.2 Jenis-Jenis Kekayaan Intelektual ........................................................................... 5

2.3 Sistem Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual................................................... 14

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 23


3.1 Kesimpulan… ..................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hak Kekayaan Intelektual merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan kreatif
suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada umum dalam berbagai
bentuknya, yang memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang kehidupan manusia,
serta memiliki nilai ekonomi.
Hak Kekayaan Intelektual terdiri dari jenis-jenis perlindungan yang berbeda,
bergantung kepada objek atau karya intelektual yang dilindungi. Secara garis besar,
terdapat dua pembagian hak kekayaan intelektual, yakni hak cipta dan hak kekayaan
industri. Ruang lingkup hak cipta adalah karya cipta dalam bidang ilmu pengetahuan, seni
dan sastra. Perlindungan terhadap suatu hak cipta diakui secara otomatis oleh negara sejak
saat pertama kali ciptaannya tersebut selesai diciptakan atau muncul meskipun ciptaannya
tersebut belum dipublikasikan dan belum didaftarkan. Sebaliknya, hak kekayaan industri
yang terdiri dari hak paten, merek, desain industri, rahasia dagang, desain tata letak sirkuit
terpadu, dan perlindungan varietas tanaman ditentukan berdasarkan pihak yang pertama
kali mendaftarkan hasil karya intelektualnya ke instansi berwenang dan berhasil disetujui.
Hak Kekayaan Intelektual akan berhubungan dengan kehidupan manusia dalam
berbagai aspek seperti aspek teknologi, sosial, industri dan lainnya. Aspek terpenting jika
dihubungkan dengan perlindungan bagi karya intelektual adalah aspek hukum. Hukum
mampu mengatasi sengketa-sengketa yang timbul berkaitan dengan Hak Kekayaan
Intelektual tersebut. Hukum diharapkan dapat memberikan perlindungan bagi karya
intelektual, baik yang berasal dari hasil kreasi dan cipta manusia maupun dari alam,
sehingga mampu mengembangkan kreatifitas manusia yang berguna untuk masyarakat.
Hak Kekayaan Intelektual ada agar dapat melindungi hasil ciptaan seseorang dari
penggunaan atau peniruan yang dilakukan oleh pihak lain tanpa izin.
Permasalahan Hak Kekayaan Intelektual adalah permasalahan yang terus
berkembang. Kehadiran barang atau jasa yang dalam proses produksinya telah
menggunakan Hak Kekayaan Intelektual, dengan demikian juga telah menghadirkan Hak
Kekayaan Intelektual pada saat yang sama ketika barang atau jasa yang bersangkutan
dipasarkan. Kebutuhan untuk melindungi Hak Kekayaan Intelektual juga tumbuh
bersamaan dengan kebutuhan untuk melindungi barang atau jasa sebagai komoditi dagang.
Kebutuhan untuk melindungi barang atau jasa dari kemungkinan pemalsuan atau dari

1
persaingan curang, juga berarti kebutuhan untuk melindungi Hak Kekayaan Intelektual
yang digunakan pada atau untuk memproduksi barang atau jasa tadi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian hukum kekayaan intelektual?
2. Apa saja jenis-jenis kekayaan intelektual?
3. Bagaimana sistem perlindungan hak kekayaan intelektual?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian hukum kekayaan intelektual
2. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis kekayaan intelektual
3. Untuk mengetahui dan memahami sistem perlindungan hak kekayaan intelektual

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hukum Kekayaan Intelektual


2.1.1 Pengertian Hak Kekayaan Intelektual
Hak Kekayaan Intelektual atau biasa disebut dengan HAKI adalah hak yang
didapatkan dari hasil olah pikir manusia untuk dapat menghasilkan suatu produk, jasa,
atau proses yang berguna untuk masyarakat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Hak
Kekayaan Intelektual adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu
kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam kekayaan intelektual berupa karya yang
dihasilkan oleh kemampuan intelektual manusia.
Kata "intelektual" tercermin dalam kekayaan intelektual sebagai hasil dari
kecerdasan, kekuatan pikiran, atau pemikiran manusia (penciptaan pikiran manusiaHak
kekayaan intelektual adalah hak eksklusif yang diberikan kepada seseorang atau
sekelompok orang untuk pekerjaan mereka. Sederhananya, hak kekayaan intelektual
termasuk hak cipta, hak paten dan hak merek dagang. Secara lebih rinci, hak kekayaan
intelektual adalah bagian dari suatu objek yaitu objek tidak berwujud, termasuk dalam
hak-hak benda tidak berwujud yaitu paten, merek dagang, dan hak cipta dan hak
kekayaan intelektual dalam bentuk informasi, sains, teknologi, seni, sastra,
keterampilan, dan sebagainya.
Dasar hukum mengenai Hak Kekayaan Intelektual cakupanya cukup luas, berikut
adalah beberapa di antaranya:
 UU Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

Berisi tentang hak cipta, pencipta, perlindungan hak cipta & ciptaan yang dilindungi.
 UU Nomor 4 Tahun 2001 diganti oleh UU Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Paten.

Berisi tentang inventor dan juga pemegang hak paten.


 UU Nomor 15 Tahun 2001 diganti oleh UU Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek

dan Indikasi Geografis


Berisi tentang merek, merek dagang, merek jasa, merek kolektif, dan jangka waktu
perlindungan terhadap merek.
 UU Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri.

Berisi tentang desain industri, dan jangka waktu perlindungannya.


 UU Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

Berisi tentang desain tata letak, dan juga sirkuit terpadu.

3
 UU Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang

Berisi tentang rahasia dagang, lingkup rahasia dagang, dan juga perlindungan
terhadap rahasia dagang.
 UU Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Varietas Tanaman
Berisi tentang perlindungan terhadap varietas tanaman.

2.1.2 Fungsi Hak Kekayaan Intelektual


Fungsi dan tujuan utama dari diciptakannya HAKI, antara lain:
 Sebagai perlindungan hukum terhadap pencipta yang dipunyai perorangan ataupun

kelompok atas jerih payahnya dalam pembuatan hasil cipta karya dengan nilai
ekonomis yang terkandung di dalamnya
 Mengantisipasi dan mencegah terjadinya pelanggaran atas HAKI milik orang lain

 Meningkatkan kompetisi, khususnya dalam hal komersialisasi kekayaan intelektual.

Karena dengan adanya HAKI akan mendorong para pencipta untuk terus berkarya
dan berinovasi, dan bisa mendapatkan apresiasi dari masyarakat
 Dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan strategi penelitian, industri

yang ada di Indonesia.

2.1.3 Prinsip – Prinsip Hak Kekayaan Intelektual


a. Prinsip ekonomi
Prinsip ekonomi, yaitu hak intelektual muncul dari aktivitas kreatif, kesiapan pikiran
manusia dan diwujudkan dalam berbagai bentuk yang bermanfaat bagi pemilik yang
bersangkutan.
b. Prinsip keadilan
Prinsip keadilan, yaitu penciptaan karya/pekerja, mengarah pada pencapaian
kemampuan intelektual dalam sains, seni & sastra yang dilindungi oleh pemiliknya.
c. Prinsip budaya
Prinsip budaya, yaitu pengembangan ilmu pengetahuan, sastra dan seni untuk
meningkatkan kehidupan masyarakat.
d. Prinsip sosial
Prinsip sosial (mengatur kepentingan manusia sebagai warga negara) berarti bahwa
hak yang diakui oleh hukum dan diberikan kepada individu adalah kesatuan,
sehingga perlindungan diberikan atas dasar keseimbangan antara kepentingan
individu dan komunitas.

4
2.1.4 Ruang Lingkup Hak Kekayaan Intelektual
Perlindungan terhadap hak cipta mempunyai dua ruang lingkup yang berbeda, yaitu:
a. Hak Ekonomi
Hak yang memiliki hubungan dan dampak langsung terhadap ekonomi perusahaan,
seperti hak pengadaan, hak distribusi, hak penyiaran, hak pertunjukan, dan juga
hak pinjam masyarakat.
b. Hak atas Ciptaan
Hak yang merujuk langsung terhadap subjek ciptaanya, seperti program komputer,
buku, fotografi, database, dan lainya.

2.1.5 Jenis Kekayaan Intelektual


Secara garis besar Hak Kekayaan Intelektual terbagi menjadi dua jenis, yaitu Hak
Cipta dan juga Hak Kekayaan Industri. Penggolongan Hak Kekayaan Intelektual
kedalam hak cipta dan hak kekayaan industri diperlukan karena adanya perbedaan sifat
hasil ciptaannya, dan hasil temuannya
a. Hak Cipta
Hak cipta diberikan khusus kepada para pencipta dan mereka memiliki hak
eksklusif untuk dapat mengumumkan atau memperbanyak hasil ciptaannya. Hak
cipta yang dimaksud adalah yang dalam ruang lingkup bidang ilmu pengetahuan,
kesenian, dan kesusasteraan.
b. Hak Kekayaan Industri
Hak kekayaan industri adalah hak yang melindungi suatu perusahaan dari berbagai
macam plagiarisme dan juga dapat mengatur segala sesuatu dalam lingkungan
industri. Cangkupan atau jenis hak kekayaan industri berupa:
 Merek

 Paten

 Desain Industri

 Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

 Rahasia Dagang

 Indikasi Geografis

2.2 Jenis-Jenis Kekayaan Intelektual


A. Hak Cipta (Copyright)
Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk

5
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Hak cipta timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan
dilahirkan (bukan ide tetapi perwujudan atau bentuk nyata dari ide), orisinil, dan bukan
public domain.
Hak cipta mengandung hak moral yaitu hak melekat pada pencipta atau pelaku
yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus dengan alasan apapun termasuk apabila
hak cipta atau hak terkait dialihkan (contohnya lagu Bengawan Solo ciptaan Gesang
diakui menjadi ciptaan saya) dan juga mengandung hak ekonomi yaitu hak
mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan (hak ekonomi berhubungan dengan bisnis
atau nilai ekonomis. contohnya: vcd dan dvd bajakan).
Hak cipta dianggap sebagai benda bergerak dan tidak berwujud, dapat dialihkan
seluruhnya atau sebagian bila dialihkan harus tertulis (bisa di notaris atau di bawah
tangan), tidak dapat disita kecuali jika diperoleh secara melawan hukum. Dalam hak
cipta, ciptaan tidak wajib didaftarkan karena pendaftaran hanya alat bukti bila ada
pihak lain ingin mengakui hasil ciptaannya di kemudian hari.
Pasal 9 ayat 2 TRIPs menyatakan Perlindungan hak cipta hanya diberikan pada
perwujudan suatu ciptaan dan bukan pada ide, prosedur, metode pelaksanaan atau
konsep-konsep matematis semacamnya. Yang dilindungi hak cipta adalah ekspresi
dari sebuah ide, jadi bukan melindungi idenya itu sendiri. Artinya, yang dilindungi
hak cipta adalah sudah dalam bentuk nyata sebagai sebuah ciptaan, bukan masih
merupakan gagasan. Dengan demikian, terdapat dua persyaratan pokok untuk
mendapatkan perlindungan hak cipta, yaitu unsur keaslian dan kreativitas dari suatu
karya cipta. Bahwa suatu karya cipta adalah hasil dari kreativitas penciptanya itu
sendiri dan bukan tiruan serta tidak harus baru atau unik. Namun, harus menunjukkan
keaslian sebagai suatu ciptaan seseorang atas dasar kemampuan dan kreativitasnya
yang bersifat pribadi. Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta telah memberikan beberapa kriteria mengenai hasil ciptaan yang diberikan
perlindungan oleh Hak Cipta sebagai berikut:
 Dalam Undang-Undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang
ilmu pengetahuan, seni, dan sastra
 Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat l dilindungi sebagai ciptaan tersendiri
dengan tidak mengurangi hak cipta atas ciptaan asli

6
 Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2, termasuk
perlindungan terhadap ciptaan yang tidak atau belum dilakukan pengumuman
tetapi sudah diwujudkan dalam bentuk nyata yang memungkinkan penggandaan
ciptaan tersebut.

B. Merek (Trademark)
Merek adalah tanda berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Pada
perdagangan barang dan jasa, merek merupakan salah satu karya intelektual yang
penting bagi kelancaran dan peningkatan barang dan jasa. Hal tersebut dikarenakan
merek memiliki nilai strategis dan penting bagi produsen dan konsumen. Merek harus
memiliki daya pembeda yang cukup (capable of distinguishing), artinya memiliki
kekuatan untuk membedakan barang atau jasa produk suatu perusahaan lainnya.
Merek juga berfungsi sebagai sarana promosi dan reklame bagi produsen. Merek
memberikan suatu tingkat informasi tertentu kepada konsumen mengenai barang
dan/atau jasa yang dihasilkan produsen. Masyarakat pada umumnya hanya tertarik
untuk mengkonsumsi suatu produk karena percaya pada kualitas merek tersebut.
Ruang lingkup merek meliputi merek dagang yang mengarah pada produk
perdagangan berupa barang, dan merek jasa yang lebih terkait dengan produk
perdagangan berupa jasa. Selain itu, terdapat pula merek kolektif yaitu merek yang
digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang
diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk
membedakan dengan barang atau jasa sejenis lainnya.
Pemegang merek akan diakui atas kepemilikan mereknya jika merek itu dilakukan
pendaftaran. Pendaftaran tersebut berfungsi sebagai kepemilikan yang sah atas suatu
merek sehingga dapat melakukan aktivitas perdagangan baik dalam sektor nasional
ataupun internasional. Apabila hak atas merek telah dimiliki secara sah, maka pihak
pemilik merek tersebut mendapatkan perlindungan hukum. Artinya apabila terjadi
pelanggaran atas merek, pihak pemilik merek dapat mengajukan gugatan terhadap
pihak yang melakukan pelanggaran hak atas merek.

C. Paten (Patent)
Paten adalah hak ekslusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil

7
invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan
sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya. Paten diatur secara khusus dalam UU No.13 Tahun 2016. Dalam
hak paten siapa yang mendaftarkan invensinya lebih dahulu maka akan memperoleh
hak paten. Hal ini karena paten menganut prinsip yang disebut first to file. Untuk
memperoleh bukti yang kuat sebagai pemegang hak paten serta sebagai perlindungan
hukum apabila ada pihak yang melakukan pelanggaran hak paten, paten harus
dimohonkan terlebih dahulu pendaftarannya dan dapat ditolak jika tidak memenuhi
persyaratan pengajuan permohonan hak paten.
Dalam hak paten, objek yang dilindungi adalah invensi. Invensi merupakan ide
dari inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang
spesifik di bidang teknologi berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan
pengembangan produk atau proses. Lingkup perlindungan paten terdiri dari 2 hal,
yaitu paten dan paten sederhana. Paten akan diberikan untuk:
1) Invensi yang baru (novelty)
Invensi dianggap baru sebagaimana dimaksud dalam jika pada tanggal
penerimaan, invensi tersebut tidak sama dengan teknologi yang diungkapkan
sebelumnya. Teknologi yang diungkapkan sebelumnya merupakan teknologi
yang telah diumumkan di Indonesia atau di luar Indonesia dalam suatu tulisan,
uraian lisan atau melalui peragaan, penggunaan, atau dengan cara lain yang
memungkinkan seorang ahli untuk melaksanakan invensi tersebut.
2) Mengandung langkah inventif
Jika invensi tersebut bagi seseorang yang mempunyai keahlian tertentu di
bidang teknik merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya.
3) Dapat diterapkan dalam industri
Sedangkan paten sederhana diberikan untuk setiap invensi baru, pengembangan
dari produk atau proses yang telah ada, dan dapat diterapkan dalam industri.
Paten memberikan perlindungan terhadap pencipta atas penemuannya.
Perlindungan tersebut diberikan untuk jangka waktu yang terbatas, jangka waktu paten
adalah selama 20 tahun sedangkan paten sederhana selama 10 tahun dan tidak dapat
diperpanjang. Dalam paten, ketika jangka waktu berakhir maka invensi tersebut
menjadi milik umum (public domain). Setelah menjadi milik umum maka pihak lain
juga dapat menggunakan paten tersebut. Hal ini dilakukan agar tidak ada pihak yang
menguasai, mengontrol, dan memonopoli suatu industri tertentu.

8
D. Desain Industri
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
menyebutkan bahwa Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi,
atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang
berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat
diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk
menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.

 Hak Desain Industri


Hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pendesain atas hasil kreasinya
untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuan
kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
 Lingkup Desain Industri
1) Desain industri yang dilindungi: Hak desain industri diberikan untuk desain
industri yang baru, yaitu apabila pada tanggal penerimaan permohonan desain
industri tersebut tidak sama dengan pengungkapan sebelumnya.
2) Desain Industri yang Tidak Dilindungi: Hak desain industri tidak dapat diberikan
apabila suatu desain industri bertentangan dengan peraturan UU yang berlaku,
ketertiban umum, dan agama.
 Bentuk dan Lama Perlindungan
Bentuk perlindungan yang diberikan adalah hak eksklusif untuk melaksanakan Hak
Desain Industri yang dimilikinya dan berhak melarang pihak lain tanpa
persetujuannya untuk membuat, memakai, menjual, dan/atau mengedarkan barang
yang telah diberikan Hak Desain Industrinya. Sebagai pengecualian, untuk
kepentingan pendidikan sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari
pemegang Hak Desain Industrinya, pelaksanaan hal-hal di atas tidak dianggap
pelanggaran. Perlindungan terhadap hak desain industri diberikan untuk jangka
waktu 10 tahun terhitung sejak tanggal penerimaan.
 Pelanggaran dan Sanksi
Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak membuat, memakai, menjual,
mengimpor, mengekspor dan mengedarkan barang yang diberi hak desain industri
tanpa persetujuan, dipidana penjara paling lama 4 tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Tindak pidana dalam desain
industri merupakan delik aduan.

9
 Pendaftaran Desain Industri
Untuk memperoleh perlindungan desain indutsri, suatu kreasi harus didaftarkan ke
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual-Departemen Hukum dan HAM.

E. Rahasia Dagang
Seperti yang disebutkan dalam Pasal 1 Undang-Undang Rahasia Dagang (UU
Nomor 30 Tahun 2000), Rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh
umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna
dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang.

 Lingkup Rahasia Dagang


Dalam Pasal 2 Undang-Undang Rahasia Dagang dijelaskan lebih lanjut bahwa
lingkup perlindungan rahasia dagang adalah metode produksi, metode pengolahan,
metode penjualan atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang
memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui masyarakat umum. Rezim HKI ini
merupakan salah satu cara yang tepat untuk melindungi ide, selain paten.
 Lama Perlindungan
Beberapa alasan/keuntungan penerapan rahasia dagang dibandingkan paten adalah
karya intelektual tidak memenuhi persyaratan paten, masa perlindungan yang tidak
terbatas, proses perlindungan tidak serumit dan semahal paten, lingkup dan
perlindungan geografis lebih luas.
 Pelanggaran dan Sanksi
Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan dan mengungkapkan
rahasia dagang, mengingkari kesepakatan tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga
rahasia dagang yang bersangkutan, atau pihak lain yang memperoleh/menguasai
rahasia dagang tersebut dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
 Prosedur Perlindungan
Untuk mendapat perlindungan rahasia dagang tidak perlu diajukan pendaftaran
(berlangsung secara otomatis), karena UU secara langsung melindungi rahasia
dagang tersebut apabila informasi tersebut bersifat rahasia, bernilai ekonomis dan
dijaga kerahasiaannya, kecuali untuk lisensi rahasia dagang yang diberikan. Lisensi
rahasia dagang harus dicatatkan ke Ditjen. HKI-KemenkumHAM.

10
F. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
Undang-Undang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu membagi pengertian desain
tata letak sirkuit terpadu menjadi dua bagian:
1) Sirkuit terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di
dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen
tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta
dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan
untuk menghasilkan fungsi elektronik.
2) Desain tata letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari
berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif,
serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu sirkuit terpadu dan peletakan
tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan sirkuit terpadu.
Dengan demikian, yang diberi perlindungan adalah desain sirkuit terpadu yang
menghasilkan fungsi elektronik.

 Lingkup Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu


Desain tata letak sirkuit terpadu yang mendapat perlindungan adalah yang orisinil,
yaitu apabila desain tersebut merupakan hasil karya mandiri pendesain, dan pada
saat desain tersebut dibuat tidak merupakan sesuatu yang umum bagi para pendesain.
 Bentuk dan lama perlindungan
Bentuk perlindungannya adalah hak eksklusif untuk melaksanakan hak yang
dimilikinya dan untuk melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat,
memakai, menjual dan/atau mengedarkan barang yang di dalamnya terdapat seluruh
atau sebagian desain yang telah diberi hak desain tata letak sirkuit terpadu.
Perlindungan terhadap hak desain tata letak sirkuit terpadu diberikan selama 10
tahun sejak tanggal pendaftaran atau sejak pertama kali desain tersebut dieksploitasi
secara komersial di mana pun.
 Pelanggaran dan sanksi
Pemakaian desain tata letak sirkuit terpadu untuk kepentingan penelitian dan
pendidikan sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pemegang
desain tata letak sirkuit terpadu tidak dianggap sebagai pelanggaran.
Bagi mereka yang melanggar desain tata letak sirkuit terpadu yang telah terdaftar
dapat diancam hukuman pidana penjara paling lama 3 tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

11
 Pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
Untuk memperoleh perlindungan desain tata letak sirkuit terpadu, suatu desain atau
layout rangkaian elektronik harus didaftarkan ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual-Departemen Hukum dan HAM (Ditjen HKI-KemenkumHAM).

G. Varietas Tanaman
Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) atau hak pemulia tanaman
adalah hak kekayaan intelektual yang diberikan kepada pihak pemegang PVT untuk
memegang kendali secara eksklusif terhadap bahan perbanyakan
(mencakup benih, anakan, atau jaringan biakan) dan material yang dipanen
(bunga, buah, daun) dari suatu varietas tanaman baru untuk digunakan dalam jangka
waktu yang telah ditentukan. Suatu kultivar yang didaftarkan untuk mendapatkan PVT
harus memiliki karakteristik baru, unik, seragam, stabil, dan telah diberi nama. Hak ini
merupakan imbalan atas upaya yang dilakukan pemulia dalam merakit kultivar yang
dimuliakannya, sekaligus untuk melindungi konsumen (penanam bahan tanam atau
pengguna produk) dari pemalsuan atas produk yang dihasilkan dari kultivar tersebut.
Sedangkan Pengertian Perlindungan Varietas Tanaman menurut UU PVT UU NO 29
Tahun 2000 Pasal 1(1) adalah : Perlindungan khusus yang diberikan negara, yang
dalam hal ini diwakili oleh pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor
Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh
pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman.

 Persyaratan Permohonan Hak PVT


1. PVT dapat diberikan pada varietas tanaman dari jenis atau spesies tanaman yang
baru, unik, seragam, stabil dan diberikan nama
2. Tanaman yang dimaksud adalah tanaman semusin dan tanaman tahunan
3. Suatu varietas dianggap baru apabila pada saat penerimaan permohonan hak PVT,
bahan perbanyakan atau hasil panen dari varietas tersebut belum pernah
diperdagangkan di Indonesia atau sudah diperdagangkan tetapi tidak lebih dari
setahun, atau telah diperdagangkan di luar negeri tidak lebih dari empat tahun
untuk tanaman semusim dan enam tahun untuk tanaman tahunan
4. Suatu varietas dianggap unik apabila varietas tersebut dapat dibedakan secara
jelas dengan varietas lain yang keberadaannya sudah diketahui secara umum pada
saat penerimaan permohonan hak PVT

12
5. Suatu varietas dianggap seragam apabila sifat-sifat utama atau penting pada
varietas tersebut terbukti seragam meskipun bervariasi sebagai akibat dari cara
tanam dan lingkungan yang berbeda-beda
6. Suatu varietas dianggap stabil apabila sifat-sifatnya tidak mengalami perubahan
setelah ditanam berulang-ulang, atau untuk yang diperbanyak melalui siklus
perbanyakan khusus, tidak mengalami perubahan pada setiap akhir siklus tersebut
7. Varietas yang dapat diberi PVT harus diberi penamaan yang selanjutnya menjadi
nama varietas yang bersangkutan, dengan ketentuan bahwa:
a. Nama varietas tersebut terus dapat digunakan meskipun masa perlindungannya
telah habis
b. Pemberian nama tidak boleh menimbulkan kerancuan terhadap sifat varietas
c. Penamaan varietas dilakukan oleh pemohon hak PVT dan didaftarkan pada
Kantor PVT
d. Apabila penamaan tidak sesuai dengan ketentuan poin 2, maka
Kantor PVT berhak menolak penamaan tersebut dan meminta penamaan baru
e. Apabila nama varietas tersebut telah dipergunakan untuk varietas lain, maka
pemohon wajib mengganti nama varietas tersebut
f. Nama varietas yang diajukan dapat juga diajukan sebagai merek dagang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Jangka Waktu Perlindungan PVT dan Pusat Perlindungan Varietas Pertanian dan
Perijinan Pertanian (PVTPP)
Jangka waktu perlindungan PVT adalah 20 tahun untuk tanaman semusim dan 25
tahun untuk tanaman tahunan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 61/Permentan/OT. 140/10/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian Pertanian maka terhitung
tanggal 1 Desember 2011, Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Pusat
Perizinan Pertanian berubah menjadi Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan
Perizinan Pertanian (Pusat PVTPP). Kantor PVT dan Perijinan Pertanian menjadi
kantor yang ditunjuk untuk menangani pendaftaran PVT baik dari dalam negeri
maupun luar negeri. Kantor Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perijinan
Pertanian berada dibawah naungan Departemen Pertanian Republik Indonesia.
 Pengumuman Permohonan Hak Perlindungan Varietas Tanaman
1) 6 bulan setelah tanggal penerimaan permohonan hak PVT

13
2) 12 (dua belas) bulan setelah tanggal penerimaan permohonan hak PVT dengan
hak prioritas.
 Pengalihan Hak Perlindungan Varietas Tanaman
1) Hak PVT dapat beralih atau dialihkan karena:
a. Pewarisan
b. Hibah
c. Wasiat
d. Perjanjian dalam bentuk akta notaris, atau
e. Sebab lain yang dibenarkan oleh undang-undang.
2) Pengalihan hak PVT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir a, b, dan c harus
disertai dengan dokumen PVT berikut hak lain yang berkaitan dengan itu
3) Setiap pengalihan hak PVT wajib dicatatkan pada Kantor PVT dan dicatat dalam
Daftar Umum PVT dengan membayar biaya yang ditetapkan oleh Menteri
4) Syarat dan tata cara pengalihan hak PVT diatur lebih lanjut oleh Pemerintah
5) Pengalihan hak PVT tidak menghapus hak pemulia untuk tetap dicantumkan
nama dan identitas lainnya dalam Sertifikat hak PVT yang bersangkutan serta hak
memperoleh imbalan.
 Berakhirnya Hak Perlindungan Varietas Tanaman
Hak PVT berakhir karena:
a. Berakhirnya jangka waktu
b. Pembatalan
c. Pencabutan.

2.3 Sistem Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual


Saat ini, negara-negara yang makmur memiliki sumber daya alam yang melimpah
tetapi sedikit sekali memiliki sumber daya manusia berbasis kekayaan intelektual.

 Kekayaan Intelektual (KI):


a. Hak yang timbul hasil oleh pikir, karsa, rasa manusia yang menghasilkan suatu

proses atau produk barang dan/atau jasa berguna bagi manusia itu sendiri
b. Hak ekslusif yang diberikan oleh negara kepada kreator, inventor, desainer, dan

pencipta berkaitan dengan kreasi atau karya intelektual mereka


c. Hal ekslusif bagi pemegang hak untuk mengizinkan atau melarang pihak lain

menggunakan hak mereka untuk tujuan komersial yang diatur bersadarkan UU.

14
 Perlunya melindungi kekayaan intelektual:
a. Untuk mencegah dipalsukan
b. Kebijakan perusahaan/kerajinan
c. Mendahului kompetitornya
d. Prestige (harkat) perusahaan
e. Untuk mencegah dikatakan barang palsu.
 Kekayaan Intelektual (KI) dibagi menjadi dua yaitu:
a. Kekayaan Intelektual Personal
Hak Kekayaan Intelektual yang bersifat personal adalah HKI yang dimiliki
sepenuhnya oleh individu atau kelompok individu dengan atau tanpa mengajukan
permohonan kepada negara untuk mendapatkan hak monopoli atas eksploitasi secara
ekonomi.
 Hak individu atau badan hukum

 Keuntungan ekonomis bagi Individu/badan hukum

 Berupa produk/proses

 Karya disusun secara tertulis dan sistematis

b. Kekayaan Intelektual Komunal


Hak Kekayaan Intelektual yang bersifat komunal merupakan HKI yang dimiliki
sepenuhnya oleh kelompok masyarakat yang hidup di suatu tempat secara tetap.
 Hak masyarakat lokal atau masyarakat adat

 Milik bersama (komunal) sehingga dapat dibagi

 Disusun, dijaga, dan dipelihara oleh tradisi.

15
2.3.1 Jangka Waktu Perlindungan
 Prinsip HKI yang berakhir jangka waktu perlindungannya berubah menjadi publik
domain
HKI yang telah berakhir jangka waktu perlindungannya akan menjadi milik umum
(public domain). Semua orang berhak untuk mengakses HKI yang telah berakhir
waktu perlindungannya. Pasca berakhirnya perlindungan hukum pemegang HKI tidak
boleh menghalangi atau melakukan tindakan seolah-olah masih memiliki hak ekslusif.
Sebagai contoh perjanjian lisensi dengan kewajiban membayar royalty bagi pihak
licensee tidak boleh dilakukan jika jangka waktu perlindungan HKI yang menjadi
dasar bagi terjadinya perjanjian tersebut telah berakhir.

2.3.2 Hak Eksklusif dalam Hukum Kekayaan Intelektual


 Sistem Pendaftaran dan Perlindungan HKI berupa hak esklusif
Perlindungan hak cipta lahir pada saat ide telah diwujudkan ke dalam bentuk nyata
(fixation). Oleh karena itu hak cipta ini tidak memerlukan pendaftaran guna
memperoleh perlindungan, perlindungan itu ada secara otomatis ketika ide telah
diwujudkan, walaupun beberapa negara mencantumkan juga tentang pendaftaran hak
cipta, namun tujuan pendaftaran tersebut adalah sebagai alat bukti di pengadilan jika
terjadi sengketa terhadap hak cipta yang dimiliki seseorang. Bagi rahasia dagang
unsur pendaftaran bukanlah syarat untuk perlindungan, mengingat sifat secret dari
rahasia dagang terkait dengan informasi yang tidak diketahui oleh umum. Meskipun
demikian perjanjian lisensi terkait rahasia dagang dapat didaftarkan. Hanya saja yang
didaftarkan adalah syarat dan isi perjanjiannya, bukan rahasia itu sendiri. Dalam
sistem pendaftaran HKI secara umum dikenal dua cara pendaftaran HKI yaitu:
1. Fisrt to file system
Sistem pendaftaran ini didasarkan pada pendaftar pertama. Artinya jika ada dua
orang yang mendaftarkan kekayaan intelektual pada hari yang sama dengan objek
yang sama, maka pihak yang mendaftarkan lebih dahululah yang diprioritaskan
untuk diproses, disebut juga dengan pendaftaran konstitutif.
2. Fisrt to use system
Sistem ini didasarkan pada pengguna pertama, artinya pemilik kekayaan intelektual
yang akan didaftar adalah orang yang pertama menggunakan kekayaan intelektual
tersebut, sistem ini dinamakan juga dengan sistem deklaratif.
Melalui pendaftaran hak kekayaan intelektual ini, maka negara memberikan

16
perlindungan kepada orang yang memenuhi persyaratan untuk mendaftar, dan akan
memberikan hak ekslusif kepada yang telah berhasil melakukan pendaftaran.
Perlindungan tersebut berupa penerimaan hak ekslusif yang bersifat monopoli
untuk waktu tertentu dan hanya dimiliki oleh orang yang terkait langsung dengan
kekayaan intelektual yang didaftarkan tersebut. Melalui hak ekslusif pemilik hak
kekayaan intelektual dapat mencegah orang lain untuk membuat, menggunakan
atau berbuat sesuatu terhadap hak kekayaan intelektual tersebut tanpa izin.
Hak esklusif mempunyai dua muatan yaitu, hak ekonomi untuk memperoleh
keuntungan finansial dari perolehan pengakuan HKI berupa pengalihan dan pemberian
izin penggunaan HKI dengan memperoleh royalti dan hak moral yang selalu melekat atas
diri pemilik HKI yang bersifat tetap dan tidak dapat dialihkan.
Hak ekslusif yang diberikan tersebut sesungguhnya berupa hak monopoli untuk
jangka waktu yang terbatas, sebagai imbangan yang diberikan negara kepadanya atas
banyak pengorbanan yang telah dilakukan untuk perolehan HKI. Hak monopoli tidak
untuk selamanya namun hanya dalam jangka waktu tertentu (terbatas). Dalam waktu
yang telah ditentukan tersebut1 hanya yang memiliki hak yang dapat berbuat bebas
terhadap HKInya, sedangkan bagi pihak lain harus mengakui HKInya tersebut melalui
permintaan izin terlebih dahulu untuk dapat berbuat atas HKI pihak lain dengan
membayar sejumlah royalti.
Apabila menggunakan Hak ekslusif tersebut tanpa izin dikategorikan sebagai
perbuatan yang melanggar hak kekayaan intelektual pihak lain baik dari aspek perdata
maupun dari aspek pidana secara sekaligus. Apabila masa perlindungan telah habis, maka
hak ekslusif yang bersifat ekonomis menjadi lenyap, maka si pemilik HKI tidak lagi
dilindungi dalam penggunaan HKI nya berarti hak ekslusifnya hilang dan pihak lain
dapat mempergunakan HKI tersebut secara bebas, tanpa izin dan tanpa royalty.
Lenyapnya hak ekslusif penguasaan HKI yang telah habis masa perlindungannya beralih
mempunyai fungsi sosial.

 Hak Prioritas dan Hak Ekslusif dalam Pendaftaran HKI


Kajian mengenai HKI khususnya hak kekayaan industri tidaklah dapat dilepaskan dari
historis eksistensi Paris Convention yang asas-asasnya telah digabungkan di dalam
TRIPs. Berdasarkan ketentuan-ketentuan Paris Convention bahwa; Penanganan
nasional atau similasi nasional yang mengatur bahwa sejauh berkaitan dengan milik
industrial, setiap anggota harus memberikan perlindungan yang sama kepada warga

17
negara dari negara anggota lain sebagaimana ia berikan kepada warga negaranya
sendiri. Penangangan seperti ini dikenal dengan principle of national treatment. Inti
national treatment adalah pada pemberlakuan yang sama dalam kaitan dengan
perlindungan kekayaan intelektual antara yang diberikan kepada warga negara sendiri
dan warga negara lain.
Penggunaan hak prioritas atas dasar permintaan pendaftar pertama di negara anggota,
pemohon dapat di dalam periode tertentu 6 atau 12 bulan meminta perlindungan
seolah-olah didaftarkan pada hari yang sama pada permintaan pertama. Khusus bagi
negara bukan anggota diberlakukan asas principle of independence, artinya pemberian
HKI di suatu negara tidak mewajibkan negara lain memberikan HKI. Inti dari
pengertian prioritas adalah menggunakan tanggal penerimaan permintaan pendaftaran
atau filling date. Jadi hak prioritas berkaitan dengan jangka waktu pendaftaran yang
memberikan anggapan mendaftar lebih awal dari fakta yang sesungguhnya.
Dengan pelaksanaan pendaftaran HKI di negara lain, maka secara yuridis HKI yang
telah didaftarkan tersebut memperoleh perlindungan dengan mendapatkan hak
ekslusifnya di negara tersebut selama jangka waktu perlindungan. Bagi negara-negara
sesama anggota Paris Convention, dalam pendaftaran HKI bagi warga asing dapat
menggunakan permohonan dengan hak prioritas, dalam arti HKI didaftarkan dengan
maksud memperoleh perlindungan, serta dengan hak prioritas maka perlindungan
berupa hak ekslusif itu dianggap sudah ada sebelum pendaftaran dilakukan. Sebelum
pendaftaran dalam arti perlindungan telah dianggap ada pada sejak penerimaan
pendaftaran di negara asal. Bagi pihak lain yang secara tanpa hak menggunakan HKI
yang didaftarkan tersebut, baik sebelum ataupun sesudah pendaftaran HKI dapat
dikenakan tuntutan ganti rugi atau dilaporkan melakukan tindak pidana dan
penyelesaian menurut hukum.
Prinsip pokok dalam Paris Convention adalah tidak diperkenankan negara peserta
konvensi melakukan diskriminasi terhadap negara sesama peserta anggota Paris
Convention. Jadi tidak ada alasan untuk lebih memprioritaskan warga negaranya
dibandingkan dengan warga negara lain. Dalam regulasi HKI di Indonesia pengaturan
hak prioritas dapat ditemukan dalam beberapa ketentuan berikut: Pasal 1 angka 12 UU
No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, Pasal 1 angka 12 UU No.14 Tahun 2001
tentang Paten, Pasal 1 angka 14 UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.

18
2.3.3 Hak Ekonomi dan Hak Moral
a. Hak Ekonomi
Hak ekonomi dalam hak cipta adalah hak eksklusif pencipta atau pemegang
hak cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan. Hak ekonomi yang
melekat pada pencipta atau pemegang hak cipta adalah:
 Penerbitan ciptaan
 Penggandaan ciptaan dalam segala bentuk. Penerjemahan ciptaan
 Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentranformasian ciptaan
 Pendistribusian ciptaan atau salinannya. Pertunjukan ciptaan
 Komunikasi ciptaan
 Penyewaan ciptaan.
Setiap orang yang melakukan hak ekonomi pencipta tersebut wajib
mendapatkan izin dari pencipta atau pemegang hak cipta. Penggandaan secara
komersial terhadap ciptaan dilarang apabila tidak ada izin pencipta. Selain itu, UU
hak cipta juga mengatur hak ekonomi atas hasil foto atau potret. Setiap orang
dilarang menggunakan secara komersial, menggandakan, dan mendistribusikan
potret yang dibuat tanpa persetujuan tertulis dari ahli warisnya.
Hak cipta dapat beralih atau dialihkan secara keseluruhan maupun sebagian
karena alasan tertentu. Alasan pengalihan hak ekonomi adalah pewarisan, hibah,
wakaf, wasiat, dan perjanjian tertulis. Hak ekonomi atas suatu ciptaan tetap berada
di tangan pencipta selama pencipta tidak mengalihkan seluruh hak ekonomi kepada
penerima pengalihan. Hak cipta tidak dapat dialihkan untuk kedua kalinya oleh
pencipta yang sama.

b. Hak moral
Hak moral diatur dalam UU Nomor 28 Tahun 2014 pasal 5 hingga pasal 7.
Hak moral adalah hak yang melekat secara abadi pada diri pencipta. Berikut yang
menjadi hak moral pencipta:
 Mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan
dengan pemakaian ciptaannya untuk umum. Menggunakan nama alias atau
nama samaran
 Mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat

19
 Mengubah judul dan anak judul ciptaan. Mempertahankan haknya apabila
terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang
merugikan kehormatan diri atau reputasinya.
Hak moral tidak dapat dialihkan selama pencipta masih hidup. Akan tetapi,
pelaksanaan hak moral dapat dialihkan dengan wasiat atau sebab lain setelah
pencipta meninggal dunia. Apabila pelaksanaan hak moral dialihkan, penerima
dapat melepaskan atau menolak dengan membuat penolakan pelaksanaan hak yang
dinyatakan secara tertulis. Dalam rangka melindungi hak moralnya, pencipta
berhak memiliki informasi manajemen hak cipta dan informasi elektronik hak
cipta. Informasi manajemen hak cipta meliputi:
 Metode atau sistem yang dapat mengidentifikasi originalitas substansi ciptaan
dan penciptanya
 Kode informasi dan kode akses.

Sedangkan, informasi elektronik hak cipta meliputi:


 Suatu ciptaan yang muncul dan melekat secara elektronik dalam hubungannya
dengan kegiatan pengumuman ciptaan
 Nama pencipta, nama alias, atau nama samaran
 Pencipta sebagai pemegang hak cipta
 Masa dan kondisi penggunaan ciptaan
 Nomor dan kode informasi.

2.3.4 Penyelesaian Sengketa


Setelah memperoleh hak atas Kekayaan Intelektual, seperti Hak Paten, Hak
Cipta, Hak atas Merek, dan sebagainya, tentu mungkin akan menghadapi sengketa
berkaitan dengan hak yang kita telah dimiliki. Terutama di zaman p erdagangan
bebas tentu dinamika di persaingan usaha sangat besar dan dapat menimbulkan
kerugian. Oleh karena itu, Negara tetap menyediakan upaya-upaya hukum untuk
melindungi hak-hak kekayaan intelektual yang telah diperoleh dan dalam
penyelesaian sengketa.
Upaya hukum yang dikenal dalam Kekayaan Intelektual dalam penyelesaian
sengketa mengenal dua jalur, yaitu melalui litigasi dan non litigasi. Apabila
sesorang ingin menyelesaikan sengketa hukum secara litigasi, maka dapat
mengajukan gugatan ke pengadilan niaga. Tentu melalui pengadilan, apabila

20
dirasa putusan hakim tidak memuaskan, maka orang tersebut dapat mengajukan
Kasasi ke Mahkamah Agung bahkan dapat mengajukan Peninjauan Kembali.
Litigasi adalah kegiatan untuk menyelesaikan sebuah sengketa yang dilakukan
di dalam pengadilan. Litigasi ini sendiri adalah jalan terakhir untuk
merampungkan suatu permasalahan jika tidak juga ditemukan titik temu. Selain
penyelesaian sengketa secara litigasi, seseorang dapat mengajukan penyelesaian
sengketa melalui non litigasi. Non litigasi adalah kegiatan untuk merampungkan
sebuah sengketa atau masalah hukum tanpa dibawa ke pengadilan. Pengaturan
mengenai penyelesaian sengketa non litigasi diatur dalam Undang-Undang Nomor
30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penye lesaian Sengketa (UU Non
Litigasi). Dalam aturan UU Non Litigasi diatur bahwa bentuk-bentuk penyelesaian
sengketa non litigasi dapat berupa:
a. Arbitrase
Dalam UU Non Litigasi yang dimaksud Arbitrase adalah cara penyelesaian
sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian
arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
b. Alternatif Penyelesaian Sengketa
 Negosiasi
 Mediasi
 Konsiliasi
 Konsultasi, atau
 Penilaian ahli.
Penyelesaian sengketa non litigasi ini bisa menjadi pilihan, mengingat
keduanya merupakan penyelesaian sengketa yang didasarkan pada kesepakatan
para pihak baik melalui perjanjian atau tidak.

 Penyelesaian Sengketa di Beberapa Jenis Hak Kekayaan Intelektual


1. Penyelesaian sengketa Hak Cipta diatur dalam Pasal 95 Ayat (1) Undang-
Undang Hak Cipta, bahwa penyelesaian sengketa dapat dilakukan oleh
para pihak melalui alternatif penyelesaian sengketa, arbitrase atau melalui
pengadilan.
2. Penyelesaian sengketa Paten dalam Pasal 153 ayat (1) Undang-Undang
Hak Paten dapat melalui Pengadilan Niaga atau dapat melalui arbitrase
atau alternatif penyelesaian sengketa.

21
3. Penyelesaian sengketa Merek dan Indikasi Geografis dapat melalui
Pengadilan Niaga atau para pihak dapat menyelesaikan sengketa melalui
alternatif penyelesaian sengketa atau melalui arbitrase. Ketentuan ini
diatur dalam Pasal 93 Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografis.
4. Penyelesaian sengketa Desain Industri diatur dalam Pasal 47 Undang-
Undang Desain Industri, bahwa selain melalui Pengadilan Niaga, para
pihak yang bersengketa dapat menyelesaikan sengketa tersebut melalui
arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa.
5. Penyelesaian sengketa Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dapat melalui
Pengadilan Niaga atau melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian
sengketa. Penyelesaian sengketa ini diatur dalam Pasal 39 Undang-Undang
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
6. Selanjutnya untuk penyelesaian sengketa Rahasia Dagang dalam Pasal 12
Undang-Undang Rahasia Dagang, Negara tidak hanya memberikan
penyelesaian sengketa melalui Pengadilan Negeri, tetapi juga melalui
arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa.
Bentuk penyelesaian sengketa Kekayaan Intelektual diatas menunjukkan
bahwa Negara memberikan kebebasan bagi pihak-pihak yang berkepentingan
atas hak-haknya untuk memilih bentuk penyelesaian sengketa. Melalui
mekanisme penyelesain sengketa diatas, maka masyarakat tidak perlu khawatir
mengenai upaya-upaya hukum yang mereka akan lalui apabila terdapat sengketa
atas hak kekayaan intelektual yang dimilikinya.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan bahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Hak Kekayaan Intelektual adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari
suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam kekayaan intelektual berupa
karya yang dihasilkan oleh kemampuan intelektual manusia.
b. Terdapat dua ruang lingkup hukum kekayaan intelektual, yaitu hak ekonomi yang
merupakan hak yang memiliki hubungan dan dampak langsung terhadap ekonomi
perusahaan, dan hak atas ciptaan yang merupakan hak yang merujuk langsung terhadap
subjek ciptaanya.
c. Terdapat 7 jenis kekayaan intelektual, yaitu hak cipta (copyright), merk (trademark),
paten (patent), desain industri, rahasia dagang, desain tata letak sirkuit terpadu, dan
varietas tanaman.
d. Negara-negara yang makmur memiliki sumber daya alam yang melimpah tetapi sedikit
sekali memiliki sumber daya manusia berbasis kekayaan intelektual. Kekayaan
intelektual berasal dari hak yang timbul hasil oleh pikir, karsa, rasa manusia yang
menghasilkan suatu proses atau produk barang dan/atau jasa berguna bagi manusia itu
sendiri, hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada kreator, inventor, desainer,
dan pencipta berkaitan dengan kreasi atau karya intelektual mereka, dan hak ekslusif
bagi pemegang hak untuk mengizinkan atau melarang pihak lain menggunakan hak
mereka untuk tujuan komersial yang diatur bersadarkan UU.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Theressa, Barita. (2020). Penyelesaian Sengketa Kekayaan Intelektual di Indonesia. Foxip
Law Office. Diakses pada tanggal 10 April 2022, melalui link:
https://www.foxip.co.id/sengketa-kekayaan-intelektual/

Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Bogor


(2021). Sistem Perlindungan Hukum Kekayaan Intelektual olrh Kementrian Hukum dan
HAM RI. Diakses pada tanggal 27 Maret 2022, melalui link:
https://bappedalitbang.bogorkab.go.id/topik/sistem-perlindungan-hukum-kekayaan-
intelektual-oleh-kementerian-hukum-dan-ham-ri/

Denyil. (2012). HAKI (Hak atas Kekayaan Intelektual) Hak atas Varietas Tanaman.
Wordpress.com. Diakses pada tanggal 27 Maret 2022, melalui link:
https://denyil.wordpress.com/2012/06/27/haki-hak-atas-kekayaan-intelektual-hak-atas-
varietas-tanaman/

Lembaga Kawasan Sains dan Teknologi Institut Pertanian Bogor (2021). Desain Industri.
Diakses pada tanggal 28 Maret 2022, melalui link: https://dik.ipb.ac.id/desain-industri/

Lembaga Kawasan Sains dan Teknologi Institut Pertanian Bogor (2021). Rahasia Dagang.
Diakses pada tanggal 28 Maret 2022, melalui link: https://dik.ipb.ac.id/rahasia-dagang/

Lembaga Kawasan Sains dan Teknologi Institut Pertanian Bogor (2021). Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu. Diakses pada tanggal 28 Maret 2022, melalui link:
http://dik.ipb.ac.id/dtlst/

Siregar, N., & Saragih, R. (2016). Penyelesaian Sengketa Para Pihak di Bidang Bisnis
melalui Arbitrase. to-ra, 2(1), 305-314.

Sufiarina. (Tanpa Tahun). Hak Prioritas dan Hak Ekslusif dalam Perlindungan HKI. Jurnal
Hukum Vol.3 No.2. hlm 265-282 ADIL. Fakultas Hukum Universitas Tama Jagakarsa
Jakarta

Susanto., Dinantara, Duddy.dkk. (2019). Pengantar Hukum Bisnis. S1 Manajemen Universitas


Pamulang, Tangerang Selatan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

24

Anda mungkin juga menyukai