BIRU = NURMELINIA
KUNING = RISYA
HIJAU = RISKA
Pendekatan Makro
Dilihat dari segi makro, penawaran tenaga kerja secara nasional atau regional atau apapun
skalanya, merupakan satu unit agregat. Di sini kita tidak meninjau proses agregasinya, tetapi
membahas perilaku penawaran dalam satu kesatuan angregat.
1. Penduduk dan Tenaga Kerja
Sumber utama penawaran tenaga kerja adalah penduduk. Tidak semua penduduk
menawarkan tenaga kerjanya di pasar tenaga kerja. Pertimbangan utama disini adalah
kelayakan bekerja menurut umur. Penduduk yang layak bekerja di tinjau dari umur
tersebut dianggap sebagai penduduk usia pekerja.
2. Angkatan kerja
Dalam hubungannya dengan pasar kerja, perilaku mereka dipisahkan menjadi dua
golongan, yaitu golongan yang aktif secara ekonomis dan bukan. Angkatan kerja
termasuk golongan yang aktif secara ekonomis. Golongan ini terdiri dari penduduk yang
menawarkan kerjanya dan berhasil memperolehnya (employed) dan penduduk yang
menawarkan tenaga kerjanya di pasar tenaga kerja tetapi belum berhasil memperolehnya
(unemployed).
1) Bekerja (employed)
2) Pencari kerja (unemployed)
3) Tingkat partisipan angkatan kerja (labor force participation rate)
3. Profil Angkatan Kerja
Untuk memudahkan pembahasan penawaran tenaga kerja biasanya perlu disiapkan
dengan tolok ukur tertentu.
1) Umur
Derajat variasai penawaran tenaga kerja akan lebih mudah ditangkap bisa variasinya
hanya dibedakan menjadi tiga kelompok umur :
Muda=10-24 prima=25-60 tua=60+
Tingkat partisipasi angkatan kerja umur muda biasanya sangat rendah, paling tinggi
30%. Mereka belum stabil dan keterkaitan dengan pasar tenaga kerja masih belum
erat. Berbeda dengan kelompok prima yang pada umur ini seseorang harus bekerja
karena tuntutan tanggung jawab. Sehingga tingkat partisipasinya lebih tinggi dan
stabil. Pada umur 60 tahun ke atas bagi sementara orang merupakan masa
pengunduran diri dari pasar tenaga kerja. Karena tingkat pendidikan di Negara
berkembang masih rendah sehingga jenis pekerjaan yang terbuka bagi mereka
tergolong yang menuntut percurahan fisik yang besar.
2) Gender
Laki-laki ditempatkan pada posisi kepala rumah tangga dengan tanggung jawab.
Wanita dipandang tidak pantas untuk bekerja, tuntutan biologis wanita
mengakibatkan keterkaitan mereka dengan pasar tenaga kerja menjadi kurang.
3) Wilayah kota dan pedesaan (urban dan rural)
Corak pemukiman penduduk dapat membawa dampak pada tingkat partisipasi
angkatan kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja di desa lebih tinggi daripada
perkotaan. Di kota alternative penggunaan waktu seorang individu lebih beragam
daripada pedesaan. Sekolah-sekolah sebagian besar menumpuk di kota. Sedangkan di
desa mau tidak mau mereka harus bekerja dan juga pilihan lain selain bekerja sangat
terbatas.
4) Pendidikan
Pada umumnya jenis dan tingkat pendidikan dianggap dapat mewakili kualitas tenaga
kerja. Pendidikan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menambah keterampilan,
pengetahuan, dan peningkatan kemandirian maupun pembentukan kepribadian
seseorang. Hal-hal yang melekat pada diri seseorang itu adalah modal dasar yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan. Makin tinggi nilai asset, makin tinggi
pula kemampuan mereka untuk bekerja.
Identifikasi Variabel yang Menentukan
Luasnya angkatan kerja dapat berubah dari waktu ke waktu. Penyebab dari perubahan sudah
barang tentu bukan karena waktu. Waktu memang berperan karena bekerjanya variable-variable
yang berpengaruh tersebut kita akan memperole gambaran tentang perilaku penawaran dan kita
memiliki basis untuk menduga perilaku di masa depan. Dari kedua pendekatan tersebut di atas
kita mempunyai basis untuk memulainya.
1. Tingkat upah
Dari pendekatan mikro kita mencatat bahwa tingkat upah mempunyai peranan langsung
dengan jam kerja yang ditawarkan. Pada kebanyakan orang upah merupakan suatu
motivasi dasar yang mendorong orang bekerja. Corak pengaruh tingkat upah bersifat
positif dalam arti tinggi tingkat upah, makin banyak jam kerja yang ditawarkan dengan
batas-batas tertentu.
2. Preferensi
Di depan skala preferensi ditunjukkan oleh bentuk lengkungan dari kurva indiferensi. Hal
ini dapat diamati dari lereng kurva tersebut. Seperti kurva indiferensi lainnya, lereng
kurva tersebut juga menunjukkan kemampuan menggantikan pendapatan atau waktu
kerja terhadap waktu nonkerja atau sebut saja waktu senggang. Semakin curam lereng,
makin lemah peranan pendapatan untuk mengkompensasikan berkurangnya waktu
senggang karena keharusan bekerja untuk memperoleh pendapatan. Kelompok orang
yang mempunyai skala preferensi semacam ini disebut leisure preferer, sedangkan bila
sebaliknya yang terjadi disebut income/work-preferer.
3. Penduduk
Jumlah penduduk merupakan sumber utama penawaran tenaga kerja. Secara absolut
banyaknya orang yang mengadu nasib di pasar kerja tergantung pada besarnya penduduk.
4. Partisipasi angkatan kerja
Partisipan angkatan kerja dalam pasar tenaga kerja ternyata tidak proporsional dengan
perubahan jumlah penduduk.
5. Tingkat pengangguran
Terdapat 2 hipotesis : 1) discourage-worker-hipothesis dengan akibat kenaikan tingkat
pengangguran adalah menurunnya partisipasi angkatan kerja. 2) additional-worker-
hypothesis, dengan akibat kenaikan tingkat pengangguran akan meningkatkan pula
partisipasi angkatan kerja.
6. Kekayaan fisik (nonhuman wealth)
Pemeliharaan harta kekayaan fisik juga membutuhkan biaya yang didapatkan dengan
bekerja.
7. Struktur perekonomian
Bentuk Kurva Penawaran Tenaga Kerja