Anda di halaman 1dari 4

Ringkasan Mata Kuliah

Ekonomi Mikro Lanjutan Kelas A


Teori Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja

Kelompok 3:
1. Komang Dea Ayu Maheswari (2007511098)
2. I Putu Junior Surya Ananda (2007511123)
3. Putu Sitha Satyadhara Surya (2007511185)

Faktor produksi tenaga kerja yaitu faktor produksi yang berupa tenaga kerja manusia. Jenis
ini meliputi semua usaha yang dilakukan manusia guna meningkatkan nilai pada suatu 4 benda.
Sumber daya manusia merupakan jenis faktor yang sangat penting. Karena tidak mungkin bahan
mentah bisa menjadi bahan setengah jadi lalu produk/barang jadi jika tidak ada manusia yang
mengolahnya. Maka dari itu sumber daya manusia harus ada di dalam perusahaan. Terutama yang
memang memiliki kompetisi bagus dalam bidang pengolahan produk. Termasuk bisa
mengoperasikan alat-alat produksi. Sumber daya manusia bisa dibilang poin paling penting di
dalam produksi. Walau sebagian tenaga kerja saat ini mulai digantikan peranannya oleh mesin,
namun mesin pun masih memerlukan manusia (jasa tenaga kerja) untuk mengoperasikannya.
Berdasarkan sifatnya, faktor produksi tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja jasmani dan tenaga
kerja rohani.
• Tenaga Kerja Jasmani : kegiatan kerja yang lebih banyak menggunakan kekuatan jasmani atau
fisik dalam kesehariannya
• Tenaga Kerja Rohani :kegiatan kerja yang lebih banyak menggunakan kekuatan pikiran atau
otak.
Berdasarkan kemampuannya tenaga kerja dibagi menjadi terdidik, terlatih, tidak terdidik dan tidak
terlatih.
• Tenaga Kerja Terdidik : tenaga kerja yang memerlukan pendidikan khusus dan struktur tenaga
kerja ini dihasilkan dari lembaga pendidikan formal dari tingkat dasar Sekolah Dasar sampai
pendidikan tingkat seperti Universitas atau Institut atau sekolah tinggi
• Tenaga Kerja Terlatih : tenaga kerja yang memerlukan Latihan latihan dan pengalaman.Tenaga
kerja ini disiapkan melalui lembaga pendidikan dan pelatihan atau kursus.
• Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih : tenaga kerja yang tidak memerlukan
pendidikan dan Latihan. Tenaga kerja ini merupakan tenaga kerja yang tidak memiliki keahlian
dan keterampilan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja (Sumarsono, 2009):
1. Naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan.
➢ Apabila permintaan hasil produksi perusahaan meningkat, produsen cenderung untuk
menambah kapasitas produksinya, untuk maksud tersebut produsen akan menambah
penggunaan tenaga kerjanya.
2. Apabila harga barang-barang modal turun, maka biaya produksi turun dan tentunya
mengakibatkan pula harga jual per unit barang akan turun.
➢ Pada keadaan ini produsen cenderung untuk meningkatkan produksi barangnya karena
permintaan tambah besar di samping itu permintaan akan tenaga kerja dapat bertambah
besar karena peningkatan kegiatan perusahaan. Efek selanjutnya akan terjadi apabila harga
barang-barang modal turun adalah efek substitusi. Keadaan ini dapat terjadi karena
produsen cenderung untuk menambah jumlah barangbarang modal (mesin) sehingga
terjadi kapital intensif dalam proses produksi. Jadi secara relatif penggunaan tenaga
kerjanya adalah berkurang.
Menurut Danim, faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja adalah:
1. Tingkat upah Upah merupakan motivasi dasar orang bekerja. Semakin tinggi tingkat upah
maka semakin banyak waktu yang ditawarkan untuk bekerja.
2. Preferensi Preferensi seseorang terhadap pendapatan, makin curam kurva indefferen makin
lemah peranan pendapatan untuk mengkompensasikan berkurangnya waktu senggang karena
keharusan memperoleh pendapatan.
3. Struktur Umum Penduduk Indonesia termasuk dalam struktur umur muda, ini dapat dilihat dari
bentuk piramida penduduk Indonesia. Meskipun pertambahan penduduk dapat ditekan tetapi
penawaran tenaga kerja semakin tinggi karena semakin banyaknya penduduk yang memasuki
usia kerja, dengan demikian penawaran tenaga kerja juga akan bertambah.
4. Penduduk Banyak orang yang bekerja tergantung jumlah penduduk.
5. Tingkat Pendidikan Manusia yang memiliki pendidikan yang tinggi tentu saja akan memiliki
keterampilan yang lebih dibandingkan dengan manusia yang memiliki pendidikan yang
rendah, hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka peluang untuk
mendapatkan penawaran tenaga kerja juga semakin besar.
6. Partisipasi Angkatan Kerja Semakin tinggi tingkat partisipasi angkatan kerja, maka semakin
besar penawaran tenaga kerja.
7. Tingkat Pengangguran Hipotesis discourge worker menyatakan bila perekonomian semakin
buruk maka pengangguran bertambah karena orang akan semakin putus asa dalam mencari
pekerjaan sehingga keluar dari pasar tenaga kerja. Sebaliknya hipotesis additional worker
menyatakan bahwa bila mencari kerja lebih sulit maka memaksa anggota keluarga lain turut
mencari kerja.
8. Kekayaan Fisik Kekayaan fisik dapat berdampak positif dan negatif. Jika kekayaan fisik
membutuhkan maka akan memaksa orang untuk bekerja berarti berdampak positif sedangkan
jika bersifat income generating akan berdampak negatif.
9. Struktur Perekonomian Pergeseran struktural dari sektor pertanian ke manufaktur dan jasa akan
membawa pengaruh perubahan pendapatan dan kesempatan kerja sehingga struktur ekonomi
akan berkaitan dengan tingkat partisipasi angkatan kerja.
Kurva backward-bending supply adalah grafik yang menggambarkan tesis bahwa ketika
upah meningkat, orang akan menggantikan waktu luang untuk bekerja. Kurva ini mengasumsikan
bahwa pekerja hanya memiliki dua opsi untuk waktu mereka: bekerja liburan waktu luang untuk
kesenangan pribadi. Selain itu, penawaran tenaga kerja disini diukur dari jumlah jam kerja, bukan
jumlah pekerja (angkatan kerja). Juga, upah disini merujuk pada upah riil, bukan upah nominal.
Misalkan seseorang akan memasuki pasar kerja jika upah yang ditawarkan melebihi dari
upah reservasi (ŵ). Pada tingkat upah diatas upah reservasi, kurva penawaran tenaga kerja
memiliki slope positif sampai pada titik tertentu. Keadaan selanjutnya akan berubah jika seseorang
kesejahteraannya sudah baik atau mempunyai suatu keahlian yang lebih dan jumlah jam kerja yang
ditawarkan semakin berkurang pada saat upah meningkat yang mengakibatkan slope kurva
penawaran tenaga kerja menjadi negatif. Kurva ini disebut kurva penawaran tenaga kerja
melengkung ke belakang (backward bending labour supply curve).

Dalam teori permintaan-penawaran tenaga kerja, ketika upah riil naik, semakin banyak
tenaga kerja yang bersedia menawarkan jasanya untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi.
Hasilnya, jumlah pasokan tenaga kerja meningkat. Tetapi dalam kasus lain, kemiringan mungkin
tidak positif sepanjang kisaran upah riil. Pada tingkat upah yang rendah, upah yang lebih tinggi
mendorong orang untuk bekerja lebih banyak. Orang memandang penghasilan yang harus
dikorbankan hanya untuk menambah waktu luang terlalu besar. Dengan tingkat upah saat ini,
penghasilan mereka hanya relatif kecil untuk mendukung pengeluaran sehari-hari. Jadi, ketika
tingkat upah riil meningkat, mereka ingin bekerja lebih banyak. Tetapi, pada tingkat upah tertentu,
peningkatan pendapatan yang diperoleh dengan bekerja lebih banyak sebagai tanggapan terhadap
upah yang lebih tinggi kurang bernilai dibandingkan dengan waktu luang yang dikorbankan.
Ketidakpuasan ini meningkat sejalan dengan kenaikan upah. Singkatnya, ketika orang menjadi
lebih kaya, mereka mengambil lebih banyak waktu luang dan melakukan lebih sedikit pekerjaan.
Akibatnya, kurva akan tertekuk karena ketika upah riil naik, jumlah pasokan justru menurun,
sehingga slope kurva menjadi positif.
Keseimbangan pasar tenaga kerja merupakan suatu posisi tertentu yang terbentuk oleh
adanya interaksi permintaan dan penawaran tenaga kerja. Todaro (2000) menyatakan bahwa dalam
pasar persaingan sempurna (perfect competition), di mana tidak ada satupun produsen dan
konsumen yang mempunyai pengaruh atau kekuatan yang cukup besar untuk mendikte harga-
harga input maupun output, tingkat penyerapan tenaga kerja (level of employment) dan harganya
(tingkat upah) ditentukan secara bersamaan oleh segenap harga-harga output dan faktor-faktor
produksi selain tenaga kerja.

Kurva di atas memperlihatkan keseimbangan di pasar tenaga kerja tercapai pada saat
jumlah tenaga kerja yang ditawarkan oleh individu di pasar tenaga kerja (SL) sama besarnya
dengan yang diminta (DL) oleh perusahaan, yaitu pada tingkat upah ekuilibrium (W0). Pada
tingkat upah yang lebih tinggi (W2) penawaran tenaga kerja melebihi permintaan tenaga kerja,
sehingga persaingan di antara individu dalam rangka memperebutkan pekerjaan akan mendorong
turunnya tingkat upah mendekati atau tepat ke titik ekuilibrium (W0). Sebaliknya, pada tingkat
upah yang lebih rendah (W1) jumlah total tenaga kerja yang diminta oleh para produsen melebihi
kuantitas penawaran yang ada, sehingga terjadi persaingan di antara para perusahaan atau produsen
dalam memperebutkan tenaga kerja. Hal ini akan mendorong kenaikan tingkat upah mendekati
atau tepat ke titik ekuilibrium. Pada titik W0 jumlah kesempatan kerja yang diukur pada sumbu
horisontal adalah sebesar L0. Secara definitif, pada titik L0 inilah tercipta kesempatan kerja atau
penyerapan tenaga kerja secara penuh (full employment). Artinya pada tingkat upah ekuilibrium
tersebut semua orang yang menginginkan pekerjaan akan memperoleh pekerjaan, atau dengan kata
lain sama sekali tidak akan terdapat pengangguran, kecuali pengangguran secara sukarela.

Anda mungkin juga menyukai