Pada era perdagangan global saat ini, sejalan dengan telah diratifikasinya konvensi internasional oleh Indonesia, peranan merek menjadi sangat penting khususnya dalam hal guna menjaga persaingan usaha yang sehat, menjunjung tinggi keadilan, menjamin perlindungan terhadap konsumen, serta perlindungan terhadap Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang berbasis kreativitas serta industri kreatif dalam negeri lainnya. Dibentuknya Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif cara pemerintah dalam memberikan perlindungan terhadap pelaku ekraf yang sebagian besar tergolong dalam Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Perlindungan yang diberikan khususnya melalui perlindungan kekayaan intelektual yang terdapat di dalam produk-produk ekraf yang berupa merek. Usaha Mikro dan Kecil (UMK) sebagai suatu industri bersakala kecil, masih banyak pelaku usaha ekraf yang menganggap bahwa perlindungan terhadap kekayaan intelektual yang dimilikinya itu bukan merupakan suatu hal yang penting. Hal ini dapat dilihat bahwa sampai saat ini masih minimnya produk-produk ekraf yang telah didaftarkan ke Kemenkumham. Padahal menurut pandangan yang diberikan oleh World Intellectual Property Rights (WIPO), ekonomi kreatif berpotensi untuk tumbuh serta mengembangkan inovasi-inovasi dan kreativitas atas produk yang dihasilkannya. Namun sangat disayangkan bahwa pada kenyataannya kesadaran pelaku usaha ekraf akan pentingnya perlindungan Hak Kekayaan Intelektual khususnya dibidang merek guna mendukung kegiatan usaha mereka masih tergolong rendah (Sardjono, 2013). Pendaftaran merek pada produk-produk ekraf yang tergolong Usaha Mikro dan Kecil (UMK) binaan pemerintah daerah harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Prosedur pendaftaran merek jika melalui Pemerintah Daerah hampir sama dengan jika mendaftar langsung melalui Kementerian Hukum dan HAM. Terdapat perbedaan dalam prosedur pendaftaran merek pada produk-produk ekraf yang menjadi binaan Pemerintah Daerah yaitu harus melalui prosedur seleksi atau peninjauan terlebih dahulu dari Dinas Koperasi dan UMK dan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan, antara lain: a. Surat permohonan dalam bentuk rekomendasi yang ditujukan kepada Kepala Dinas Koperasi dan UMK Kota Semarang; b. Fotocopy KTP domisili Kota Semarang; c. Fotocopy Ijin Usaha Mikro; d. Melampirkan etiket merek yang akan didaftarkan. Berkaitan dengan biaya pendaftaran merek, jika usaha ekraf tersebut tergolong Usaha Mikro dan Kecil binaan Pemerintah Daerah yang dibuktikan melalui adanya surat rekomendasi dari Pemerintah Daerah, akan mendapatkan keringanan biaya pendaftaran dibandingkan dengan kategori pelaku usaha umum.
2. Macam – Macam Hak kekayaan Intelektual:
a. Hak Paten Yaitu hak eksklusif yang diberikan negara bagi pencipta di bidang teknologi. Hak ini memiliki jangka waktu (usia sekitar 20 tahun sejak dikeluarkan), setelah itu habis masa berlaku patennya.Adapun Dasar Hukumnya Yakni Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten b. Merk dagang Yaitu hasil karya, atau sekumpulan huruf, angka, atau gambar sebagai daya pembeda yang digunakan oleh individu atau badan hukum dari keluaran pihak lain.Adapun Dasar Hukumnya Yakni Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek c. Hak desain industry Yakni perlindungan terhadap kreasi dua atau tiga dimensi yang memiliki nilai estetis untuk suatu rancangan dan spesifikasi suatu proses industriAdapun Dasar Hukumnya Yakni Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri d. Hak desain tata letak sirkuit terpadu (integrated circuit) Yakni perlindungan hak atas rancangan tata letak di dalam sirkuit terpadu, yang merupakan komponen elektronik yang diminiaturisasi.Adapun Dasar Hukumnya Yakni Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu e. Rahasia dagang Yakni merupakan rahasia yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau individu dalam proses produksiAdapun dasar hukumnya yakni undangundang republik indonesia nomor 30 tahun 2000 tentang rahasia dagang Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) adalah perlindungan khusus yang diberikan Negara, yang dalam hal ini diwakili oleh Pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh kantor PVT, terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman. Adapun dasar hukumnya yakni Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman.
3. Ketentuan Mengenai Lisensi Meliputi Keseluruhan Perundang-Undangan HKI.
a. Bidang Paten Pengaturan mengenai Lisensi terdapat dalam Bab V bagian kedua pasal 69 sampai pasal 87 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten (diundangkan 1 Agustus 2001, Lembaran Negara Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4130). Pemerintah pun telah membuat Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) yang semula PP tentang Lisensi diubah menjadi PP tentang Perjanjian Lisensi dan Lisensi Wajib Paten. b. Bidang Merek Pengaturan mengenai Lisensi terdapat dalam Bab I Ketentuan umum, Pasal 1 angka 14 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001, atau disingkat UU Merek 2001 (diundangkan 1 Agustus 2001, Lembaran Negara Nomor 110 , Tambahan Lembaran Negara Nomor 4131). c. Bidang Varietas Tanaman Pengaturan mengenai Lisensi diatur dalam bab V bagian kedua pasal 42 sampai dengan pasal 55 Undang-undang Nomor 29 Tahun 2000 atau disingkat UU PVT 2000 (diundangkan 20 Desember 2000, Lembaran Negara Nomor 241, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4043). d. Bidang Hak Cipta Pengaturan Lisensi dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, atau disingkat UUHC 2002 (diundangkan 29 Juli 2002, Lembaran Negara Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4220) terdapat dalambab V pasal 45 sampai dengan pasal 47 mengenai Lisensi e. Bidang Rahasia Dagang Pengaturan Lisensi terdapat dalam Bab IV bagian kedua pasal 6 sampai dengan pasal 9 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 mengenai Rahasia Dagang (diundangkan pada tanggal 20 Desember 2000, lembaran negara RI tahun 2000 Nomor 242. f. Bidang Desain Industri Pengaturan Lisensi terdapat dalam Bab V bagian pertama pasal 31 sampai dengan pasal 36 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 mengenai Desain Industri (diundangkan pada tanggal 20 Desember 2000, lembaran negara RI tahun 2000 Nomor 243. g. Bidang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Pengaturan Lisensi terdapat dalam Bab V bagian pertama pasal 25 sampai dengan pasal 28 UndangUndang Nomor 32 Tahun 2000 mengenai Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (diundangkan pada tanggal 20 Desember 2000, lembaran negara RI tahun 2000 Nomor 244.