Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Grand Theory Kauffman

1. Teori Labor Choice

Setiap individu memiliki 168 jam seminggu yang dapat digunakan untuk
berbagai kegiatan termasuk diantaranya untuk memenuhi kebutuhan biologis yang tetap,
seperti aktivitas tidur, makan, dan lain-lain, dengan asumsi jumlah jam yang digunakan
adalah tetap sebesar 68 jam. Sisanya, 100 jam, dapat digunakan untuk pilihan aktivitas
untuk bekerja dan leisure (Kaufman dan Hotchkiss, 2000). Setiap individu memiliki
beberepa perbedaan dalam menentukan pilihan dalam alokasi jumlah waktu yang dimiliki
untuk bekerja dan leisurenya.Dalam menggambarkan antara pilihan bekerja pada tingkat
pendapatan yang diperoleh terhadap jumlah waktu senganggnya dengan kurva indiferen.

2. Teori Penawaran Tenaga Kerja

Menurut G.S Becker (1976), Kepuasan individu bisa diperoleh melalui


konsumsi atau menikmati waktu luang (leissure). Sedang kendala yang dihadapi individu
adalah tingkat pendapatan dan waktu.Bekerja sebagai kontrofersi dari leisure
menimbulkan penderitaan, sehingga orang hanya mau melakukan kalau memperoleh
kompensasi dalam bentuk pendapatan, sehingga solusi dari permasalahan individu ini
adalah jumlah jam kerja yang ingin ditawarkan pada tingkat upah dan harga yang
diinginkan.

Backward Bending Supply Curve


Kurva penawaran tenaga kerja menunjukkan hubungan antara tingkat upah dan
jumlah jam yang ditawarkan ke pasar kerja (kaufman dan hotchkiss, 2000).Waktu dibagi
atas dua penggunaan yaitu waktu kerja dan waktu senggang (leisure). Tingkat upah
tersebut mengukur harga yang diberikan pekerja pada waktu senggang, karena upahnya
mengukur jumlah jam yang dikorbankan pekerja tersebut untuk menikmati waktu
senggangnya. Pada awalnya kenaikan tingkat upah akan meningkat curahan jam kerja
pekerja. Sampai mencapai titik tertentu, kenaikan upah akan membuat pekerja
mengurangi jam kerjanya. Pengurangan curahan jam kerja yang dilakukan oleh pekerja
karena kenaikan tingkat upah disebut dengan backward bending suplly curve. Backward-
bending supply terjadi ketika income effect lebih dominan dan curahan jam kerja menurun
ketika tingkat upah naik sehingga kurva penawaran tenaga kerja memiliki slope negatif.

3. Teori Human Capital

Menurut Becker (1993) bahwa manusia bukan sekedar sumber daya namun
merupakan modal (capital) yang menghasilkan pengembalian (return) dan setiap
pengeluaran yang dilakukan dalam rangka mengembangkan kualitas dan kuantitas modal
tersebut merupaka kegiatan investasi. Asumsi dasar teori human capital adalah bahwa
seseorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan pendidikan.Dalam
peningkatan melalui pendidikan, setiap tambahan satu tahun sekolah berarti, di satu
pihak, meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat penghasilan seseorang, tetapi, di
pihak lain, menunda penerimaan penghasilan selama satu tahun dalam mengikuti sekolah
tersebut.Di samping penundaan menerima penghasilan tersebut, orang yang melanjutkan
sekolah harus membayar biaya secara langsung.Maka jumlah penghasilan Yang
diterimanya seumur hidupnya, dihitung dalam nilai sekarang atau net present
value.Present value ini dibedakan dalam dua hal, yaitu apabila pendidikannya hanya
sampai Sma atau melanjutkan kuliah di perguruan tinggi sebelum bekerja (Bruce E.
Kaufman Dan julie l. Hotchkiss, 1999).

Keuntungan dan Biaya Jika Melanjutkan Kuliah di Perguruan Tinggi


Dari kurva tersebut dapat digambarkan bahwa :

1. Menyelesaikan SMA-nya (pada usia 18 tahun) dan pada usia itu pula memutuskan
untuk langsung bekerja sampai berusia 65 tahun. Hal ini digambarkan oleh kurva SMA.

2. Memilih melanjutkan kuliah selepas SMA pada usia 18 tahun sampai 21 tahun dan
akan bekerja pada usia 22 tahun sampai usia 65 tahun. Hal ini digambarkan oleh kurva
Perguruan Tinggi.

4. Model Rumah Tangga Dalam Penawaran Tenaga Kerja

Penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang disediakan oleh pemilik
tenaga kerja dalam hal ini perusahaan dalam suatu waktu tertentu. Penawaran tenaga
kerja dipengaruhi oleh suatu keputusan yang dilakukan sesorang apakah dia mau bekerja
atau tidak. Dalam Kaufman dan Hotchkiss (1999) model tenaga kerja ini pertama kali
digunakan untuk menganalisis keputusan partisipasi pada pria, yang sejauh ini merupakan
kelompok terbesar dalam angkatan kerja. Karena pria dewasa mempunyai kebiasaan
tradisi menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja/pasar kerja dan sedikit
waktu untuk kegiatan non pasar.

Semenjak proporsi wanita menikah dalam angkatan kerja semakin meningkat,


para ahli ekonomi menyadari bahwa model tenaga kerja sederhana mempunyai
ketidaksempurnaan dalam dua hal penting yaitu,

1. Model tersebut tidak mempedulikan konteks keluarga dalam keputusan


penawaran tenaga kerja yang dibuat oleh pasangan suami istri. Suami dan istri
tidak membuat keputusannya sendiri-sendiri dalam mengalokasikan waktunya
untuk bekerja dan waktu luang tetapi mereka mengambil keputusan bersama
untuk mencapai keputusan yang maksimal bagi seluruh keluarga.
2. Tidak realitas jika menggambarkan kesempatan yang sama antara pria dan wanita
dalam mengalokasikan waktu. Wanita menikah mempunyai alternatif untuk
memanfaatkan waktunya pasar kerja, kegiatan non pasar, dan waktu luang.
A. Pasar Tenaga Kerja dan Ekonomi

Hubungan pasar tenaga kerja dan pasar produk

Interaksi dari demand dan supply di pasar produk menentukan tingkat harga dan
output. Interaksi demand dan supply di pasar tenaga kerja menentukan tingkat upah dan
tenaga kerja. Dalam diagram diatas, terdapat 2 agen ekonomi yaitu rumah tangga dan
perusahaan. Tujuan perusahaan adlaah untuk menghasilkan profit, sehingga mereka
menghasilkan barang dan jasa untuk dijual dipasar produk. Disisi lain, rumah tangga
menginginkan barang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Sisi lain dari gambar diatas menunjukan bagaimana pembelian tenaga kerja oleh
perusahaan dan penjualan tenaga kerja oleh rumah tangga, interaksi ini dilakukan dalam
pasar tenaga kerja. Untuk memproduksi permintaan barang dan jasa oleh rumah tangga,
perusahaan harus mendapatkan ukup jumlah dari tanah, labor, dan capital. Ketika pasar
produk dan pasar tenaga kerja cukup berbeda, ekonom menggunakan teori yang sama
untuk menganalisis tiap pasar, yang dinamakan teori dari demand dan supply di pasar
kompetitif.

B. Hasil Pasar Tenaga Kerja


1. Perubahan Tingkat dan Komposisi dari Penawaran Tenaga Kerja

Dalam menghitung jumlah input tenaga kerja yang tersedia bagi perekonomian,
penting menyadari bahwa ada beberapa dimensi pasokan kerja yang berbeda. Ini
tergantung pada populasi, kualitas, ketrampilan, dan lain – lain. Tren paling penting
adalah proporsi pria agak lebih kecil diangkatan kerja saat ini dibanding wanita.
2. Perubahan Tingkat dan Komposisi dari Permintaan Tenaga Kerja

Salah satu fitur penting dari permintaan pengusaha untuk tenaga kerja adala
pertumbuhan dari waktu ke waktu dalam jumlah total pekerjaan yang tersedia. Sejak
tahun 1950, proporsi pekerja kerah putih makin meningkat.

3. Struktur Penghasilan

Struktur earning diantara pekerja individu, pekerjaan, industri, dan lain-lain. Tugas
utama analisis ekonomi adalah untuk menjelaskan apa yang menimbulkan perbedaan
yang diamati dalam pendapatan diantara pekerja. Aspek penting dari struktur earning
menyangkut perubahan perbedaan pendapatan dari waktu ke waktu.

4. Hubungan Tenaga Kerja dan Tawar Menawar

Gambar dibawah menunjukan premi upah yang diperoleh anggota serikat dan
persentase pekerja yang menjadi anggota serikat pekerja.Beberapa berteori bahwa
anggota serikat pekerja lebih peduli karena ketrampilan dan kemampuan yang mereka
miliki positif. Yang lain telah menemukan bukti bahwa upah dan tunjangan yang tinggi
dari pekerja.

5. Perubahan Tingkat dan Komposisi Pengangguran

Pengagguran memerlukan biaya untuk pekerja individu karena akibat dari hilangnya
pendapatan dan bagi masyarakat karena hilangnya barang dan jasa yang bisa dihasilkan
dengan input tenaga kerja itu.

C. Proses Pasar Tenaga Kerja


1. Kekuatan Pasar

Proses pertama yang dipertimbangkan dalam penentuan harga dan alokasi tenaga
kerja adalah kekuatan pasar penawaran dan permintaan di pasar tenaga kerja. Sisi
penawaran dari setiap pasar tenaga kerja terdiri dari semua individu yang mencari kerja.

2. Kekuatan Institusional

Kekuatan kelembagaan mewakili pengaruh berbagai organisasi seperti serikat


pekerja, pemerintah, tenaga kerja. Mereka mempengaruhi melalui 2 cara :
a. Memecah tenaga kerja menjadi sejumlah sub pasar yang tersegmentasi
b. Mereka secara efektif menggambarkan siapa yang dapat bersaing untuk pekerjaan
tertentu
3. Kekuatan Sosiologi

Faktor penting termasuk latar belakang keluarga, budaya, kelas, dll. Secara dialog,
kekuatan sosiologis mempengaruhi proses pasar tenaga kerja dalam dua cara yang
berbeda :

a. Melalui pengaruh mereka pada siapa yang dapat bersaing di pasar tenaga kerja
tertentu
b. Melalui pengaruh mereka pada penentuan tingkat upah.

Yang lain bagaimanapun pasti juga akan berpendapat bahwa posisi seseorang
cenderung mempengaruhi pandangan seseorang tentang manfaat sosial dari
mengandalkan kekuatan pasar sebagai distributor penghargaan ekonomi dalam
masyarakat.

D. Evolusi Teori Pasar Tenaga Kerja


1. The Neoclassical School

Menjelaskan paradigma dominan dalam tenaga kerja hari ini.untuk menyoroti peran
kekuatan pasar. Faktor – faktor seperti sifat lembaga hukum, distribusi properti dan
preferensi umumnya diperlakukan. Teori ini memiliki bagian penting : menyangkut sifat
manusia. Berpendapat bahwa setiap individu harus memaksimalkan tingkat kesejahteraan
mereka.

2. The Institusional School

Teori ini menggabungkan teori lama dan teori baru. Meskipun sekolah institusional
ekonomi tenaga kerja mencakup sejumlah orang yang berang dan untalan pemikiran, ada
fitur umum tertentu dalam hal teori dan metodologi yang menyatukan ekonom
berorientasi kelembagaan
BAB 2

The Theory of the Labor/Leisure Choice

Ada 168 jam dalam seminggu, dan setiap individu memutuskan bagaimana
mengalokasikan jam-jam itu di antara berbagai kegunaan. Pada bab ini mengasumsikan
bahwa ada dua kegunaan yang mungkin untuk pekerjaan dan waktu luang ini. Pekerjaan
adalah semua jam yang ditujukan untuk pekerjaan yang membayar, waktu luang adalah
sisa waktu yang digunakan untuk semua kegiatan lainnya. Liburan digunakan di sini
dalam arti yang sangat luas untuk mencakup kegiatan non-pasar beragam seperti
menonton film, pergi ke sekolah atau bekerja di rumah.

Kurva Penawaran dari Tenaga Kerja

Kurva penawaran tenaga kerja mewakili hubungan antara tingkat upah dan jam
kerja yang dipasok ke pasar. derivasi dari kurva penawaran tenaga kerja diilustrasikan
dalam grafik a dan b dari gambar 2.9. setiap diagram memiliki satu tingkat upah pada
sumbu vertikal dan jam kerja per minggu pada sumbu horizontal. untuk orang 1 kurva
penawaran S miring ke atas dan ke kanan, menunjukkan bahwa orang 1 mau bekerja
lebih lama dengan tingkat upah yang lebih tinggi.

BAB 4

Permintaan Tenaga Kerja dalam Jangka Pendek

A. Pola Ketenagakerjaan

Permintaan akan tenaga kerja direfleksikan dalam tingkat pekerjaan di antara


perusahaan bisnis dan organisasi nirlaba seperti pemerintah. Beberapa aspek dari pola
pekerjaan yang sangat penting. Yang pertama adalah tren dari waktu ke waktu di tingkat
total employmert dalam perekonomian. Ciri penting kedua dari ketenagakerjaan adalah
penurunan relatif agribudaya dan industri-industri penghasil barang sebagai sumber
utama pekerjaan dalam perekonomian.Ciri ketiga ketenagakerjaan yang patut mendapat
perhatian adalah naik turunnya pekerjaan selama siklus bisnis.

B. Teori Produktivitas Marjinal dari Permintaan Tenaga Kerja

Model standar permintaan tenaga kerja di ekonomi adalah teori produktivitas


marjinal klasik dengan permintaan.Untuk mengembangkan model ini, beberapa asumsi
penyederhanaan haruslah pria.Pertama, diasumsikan bahwa tujuan perusahaan bisnis
adalah untuk memaksimalkan keuntungan dolar.Kedua, untuk menyederhanakan analisis
grafik, diasumsikan bahwa perusahaan hanya menggunakan dua faktor produksi, modal
dan tenaga kerja, untuk menghasilkan produknya.Ketiga, pada awalnya diasumsikan
bahwa perusahaan bisnis beroperasi di pasar produk dan tenaga kerja yang sangat
bersaing.

C. PRODUK MARGINAL DAN RATA-RATA TENAGA KERJA

Dua ukuran produktivitas dapat dihitung dari data total produk dan input tenaga kerja.
Yang pertama dan paling penting adalah produk marginal tenaga kerja (MP). MP
mengukur kenaikan dalam produksi yang dikontribusikan oleh setiap pekerja tambahan
yang dipekerjakan. Produk marginal tenaga kerja didefinisikan sebagai peningkatan
totalproduksi (AQ) dari penambahan satu lagi unit kerja (AL), yaitu: AQ MP AL Secara
geometris, produk marjinal dari setiap pekerja diberikan oleh kemiringan garis yang
ditarik bersinggungan dengan kurva total produk pada setiap level input tenaga kerja.

Elastisitas Permintaan Tenaga Kerja

Kemiringan kurva permintaan tenaga kerja yang menurun menunjukkan bahwa


tingkat upah dan tingkat pekerjaan saling terkait secara terbalik.Namun, untuk banyak
masalah, penting untuk mengetahui lebih dari ini.Secara khusus, para ekonom dan
pembuat kebijakan perlu tahu bahwa pekerjaan yang sensitif adalah untuk mengubah
biaya tenaga kerja.Ini melibatkan konsep kejelasan permintaan tenaga kerja. Klastikitas
permintaan tenaga kerja (E,) didefinisikan sebagai:% AL Ep = (4.4) di mana% AL adalah
perubahan persentase dalam pengangguran dan% AW adalah persentase perubahan dalam
tingkat upah. Karena tingkat upah dan tingkat pekerjaan yang dikehendaki perusahaan
terkait terbalik, elastisitas permintaan tenaga kerja harus berupa angka negatif (atau
setidaknya non-positif).Untuk kenyamanan, bagaimanapun, para ekonom biasanya
mengabaikan tanda minus dalam membahas elastisitas permintaan, praktik yang diikuti di
sini. Semakin responsif permintaan perusahaan akan tenaga kerja terhadap perubahan
dalam tingkat upah, semakin besar akan menjadi nilai numerik elastisitas permintaan.

Kurva Permintaan Jangka Pendek untuk Tenaga Kerja

Kurva permintaan jangka pendek membuat hubungan antara tingkat upah dan
tingkat pekerjaan yang diinginkan oleh Fiem, menahan modal dan semua faktor lainnya
konstan. Mengingat tingkat upah pasar, maka, MRP, kurva dapat digunakan untuk
menentukan permintaan perusahaan akan tenaga kerja. perubahan dalam permintaan
perusahaan akan tenaga kerja karena alasan lain akan menyebabkan pergeseran kurva
permintaan ke kiri atau kanan.

BAB 6

The Determination of Wages (Penentuan Upah)

Penentuan upah adalah inti dari ekonomi tenaga kerja, karena struktur upah dan
perubahan upah dari waktu ke waktu bertanggung jawab untuk mengalokasikan tenaga
kerja secara efisien dan menjaga keseimbangan antara permintaan dan penawaran di
pasar.

A. Pola Upah

Industri, pekerjaan, dan wilayah geografis sangat berbeda dalam hal tingkat upah
dan perubahan upah lembur.Mengukur tingkat upah aktual bisa sulit, namun satu
komplikasi adalah bahwa perusahaan menggunakan beberapa jenis skema pembayaran.
Sementara beberapa karyawan dibayar satu jam, yang lain menerima gaji atau dibayar
berdasarkan upah per satuan. Metode mana pun yang digunakan, apakah mungkin untuk
menghitung kompensasi rata-rata yang diterima per jam dengan membagi penghasilan
mingguan dengan jam kerja mingguan?dengan melakukan itu, hasilkan pendapatan rata-
rata harian. Apakah penghasilan per jam rata-rata mengukur harga tenaga kerja?
Sayangnya, jawabannya tidak, karena data tidak menangkap semua bentuk kompensasi
karyawan, khususnya tunjangan.
B. Penentuan Upah secara Kompetitif

1. perusahaan bisnis berupaya memaksimalkan keuntungan dolar, dan pekerja berupaya


memaksimalkan utilitas

2. pekerja dan perusahaan memiliki informasi sempurna tentang upah dan peluang kerja
di pasar tenaga kerja.

3. pekerja di pasar tenaga kerja identik sehubungan dengan keterampilan dan pekerjaan
produktivitas yang ditawarkan oleh perusahaan identik sehubungan dengan kondisi kerja
dan atribut bukan upah lainnya.

4. pasar tenaga kerja terdiri dari banyak perusahaan individu di sisi pembeli pasar dan
banyak pekerja di sisi penjual. pekerja bukan milik serikat pekerja dan perusahaan tidak
berkolusi.

5. semua pekerjaan di pasar tenaga kerja terbuka bagi persaingan oleh pekerja, tidak ada
larangan kelembagaan yang menghambat mobilitas pekerja dari satu pekerjaan ke
pekerjaan lain (misalnya, ketentuan senioritas dan aturan perekrutan internal) biaya
mobilitas adalah nol.

C. Hukum Satu Upah

1. Hukum Satu Upah diuji: Sekretaris

2. Ketidaksempurnaan Pasar

3. Perilaku Maksimisasi

4. Informasi Tidak Sempurna

5. Berkolusi Asumsi

6. Mobilitas Mahal

BAB 7

EDUCATION, TRAINING, AND EARNING DIFFERENTIALS : THE THEORY


OF HUMAN CAPITAL ”

THE THEORY OF HUMAN CAPITAL


Menurut Becker dalam karyanya “Human Capital” , aktivitas apapun yang
memerlukan biaya pada periode saat ini dan meningkatkan produktivitas di masa depan
dapatkah di analisis dalam teori investasi ? kegiatan-kegiatan yang dilakukan individual
yang sesuai dengan konsep investasi: Pendidikan, pelatihan, migrasi, kesehatan, dan
pencarian pekerjaan sebagai contohnya.

THE INVESTMENT DECISION

Nilai dari biaya dan manfaat dari pendidikan perguruan tinggi belum dapat dibandingkan
karena mereka berada di point yang berbeda dalam waktunya.Untuk membandingkan
manfaat dengan biaya, manfaatnya harus di kalkulasi berdasarkan nilai saat ini.

 Present Value, prinsip ekonomi dasar dibalik konsep nilai sekarang adalah bahwa
semakin jauh waktu adalah penerimaan sejumlah uang, semakin sedikit nilainya
saat ini.
 Two Investment Decision Rules, yang pertama adalah membandingkan nilai
bersih sekarang dari setiap aliran pendapatan dan memilih satu yang tertinggi.
Pilihan ini menghasilkan investasi SDM yang menghasilkan nilai diskonto dari
pendapatan seumur hidup. Cara kedua untuk memutuskan apakah perguruan
tinggi adalah investasi yang baik adalah dengan menghitung tingkat bunga pasar,
investasi itu menguntungkan. Tingkat pengembalian internal lebih besar dari atau
sama dengan dengan tingkat bunga pasar, investasi menguntungkan.

BAB 9

Diskriminasi Dipasar Tenaga Kerja

Teori Diskriminasi Pasar

Diskriminasi dunia memiliki konotasi merendahkan yang tidak salah,


menunjukkan perlakuan terhadap individu atau kelompok individu yang tidak hanya tidak
setara, tetapi juga tidak adil. Dalam berbagai cara, orang-orang yang masyarakatnya
berstatus lebih rendah ditolak kesempatan yang sama untuk mengembangkan kemampuan
potensi mereka untuk menggunakan kemampuan itu dalam pekerjaan yang paling
menguntungkan, dan untuk mendapatkan upah yang setara dengan apa yang dibayar oleh
orang lain dengan kemampuan yang sama. kurangnya kesempatan yang sama terutama
memengaruhi anggota kelompok minoritas yang ditandai oleh warna kulit, asal usul
kebangsaan, agama, pidato, dan juga perempuan, yang tidak menerima peluang pasar
tertentu yang terbuka untuk laki-laki.

Tiga teori yang berbeda tentang diskriminasi pasar diperiksa, berdasarkan :

1. Prasangka Pribadi

Prasangka pribadi berkonotasi perasaan subyektif tidak suka untuk peson atau
kelompok. Ketidaksukaan ini dapat muncul dari sejumlah sumber seperti penampilan,
ucapan, atau adat istiadat yang tidak dikenal, apa pun sumber prasangka yang umum
adalah bahwa orang tersebut menginginkan jarak dari individu atau kelompok yang
menjadi objek ketidaksukaan.

2. Kekuatan Pasar

Sumber kedua diskriminasi pasar antara pekerja minoritas dan mayoritas muncul dari
pelaksanaan kekuatan pasar di pasar tenaga kerja, baik pada sisi permintaan oleh
perusahaan bisnis monopsonistik atau pada sisi pasokan oleh serikat pekerja.Kekuatan
pasar adalah bahwa perusahaan monoposonistik atau serikat buruh bukan sekadar
"penerima upah" pasif di pasar, tetapi memiliki beberapa kebijakan untuk menetapkan
upah independen dari kekuatan kompetitif.

3. Informasi yang Tidak Sempurna

Dalam teori ini, diskriminasi bukan hasil dari prasangka atau pengejaran keuntungan
uang, tetapi lebih dari informasi yang tidak sempurna yang menghadang pengusaha
dalam proses penyaringan. emplover tidak pernah dapat memastikan produktivitas aktual
wokers pada saat perekrutan sebagai akibatnya perusahaan menggunakan karakteristik
pribadi pekerja untuk memilah mereka ke dalam kelompok produktivitas.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Definisi Tenaga Kerja


Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mengandung dua
pengertian. Pertama, sumber daya manusia mengandung pengertian usaha kerja atau jasa
yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini SDM mencerminkan kualitas
usaha yang diberikan dalam jangka waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan
jasa.Kedua, dari SDM menyangkut manusia yang mampu bekerjauntuk memberikan jasa
atau usaha kerja tersebut.Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang
mempunyai nilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan msyarakat. Secara fisik, kemampuan bekerja diukur dengan
usia. Dengan kata lain, orang dalam usia kerja dapat dinamakan tenaga kerja atau man
power. Secara singkat, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia kerja
(work-ing age population) (Sumarsono, 2009).

Tenaga kerja memiliki beberapa definisi, menurut UU No.13 Tahun 2003


tentang ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan/ jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat. Pada UU NO.25 Tahun 1997 mendefinisikan tenaga kerja
adalah pendudukusia 15 tahun atau lebih, sedangkan pada undang undang tentang
ketenagakerjaan yaitu UU No.13 Tahun 2013 tidak memberikan batasan umur dalam
definisi tenaga kerja, namun pada undang undang tersebut melarang mempekerjakan anak
anak. Anak anak menurut UU No.25 Tahun 1997 tentang ketenagakerjaan adalah orang
laki laki atau wanita yang berumur kurang dari 15 tahun.

Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang
mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus
rumah tangga (Simanjuntak, 1985). Tenaga Kerja atau man power terdiri dari angkatan
kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja atau labor force adalah bagian tenaga
kerja yang ingin dan yang benar benar menghasilkan barang dan jasa. Angkatan kerja
terdiri dari golongan yang bekrja dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan.
Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang
mengurus rumah tangga dan, golongan lain lain atau penerima pendapatan.Ketiga
golongan dalam kelompok bukan angkatan kerja sewaktu – waktu dapat menawarkan
jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini sering dinamakan potensial labor
force(Simanjuntak, 1985).
Besarnya penyediaan atau supply tenaga kerja dalam masyarakat adalah jumlah
orang yang menawarkan jasanya untuk proses produksi. Di antara mereka sebagian sudah
aktif dalam kegiatannya yang menghasilkan barang atau jasa. Mereka dinamakan
golongan yang bekerja atau employed persons. Sebagian lain tergolong yang siap bekerja
dan sedang berusaha mencari pekerjaan, mereka dinamakan pencari kerja atau
penganggur. Jumlah yang bekerja dan pencari kerja dinamakan angkatan kerja atau labor
force (Simanjuntak, 1985).

 Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah penduduk berumur 10 tahun keatas yang mampu terlibat
dalam proses produksi. Yang digolongkan bekerja yaitu mereka yang sudah aktif
dalam kegiatannya menghasilkan barang atau jasa atau mereka yang selama
seminggu sebelum pencacahan melakukan pekerjaan atau bekerja dengan maksud
memperoleh penghasilan selama paling tidak 1 jam dalam seminggu yang lalu dan
tidak boleh terputus. Sedangakan pencari kerja adalah bagian dari angkatan kerja
yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan (Subri, 2003).
 Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat ditampung untuk bekerja
pada suatu perusahaan. Kesempatan kerja ini akan menampung semua tenaga kerja
apabila lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan
banyaknya tenaga kerja yang ada. Adapun lapangan pekerjaan adalah bidang
kegiatan usaha, instansi, dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja (BPS,
2016). Menurut Sumarsono (2009), kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh
suatu perekonomian tergantung pada pertumbuhan dan daya serap masing-masing
sektor.

 Permintaan Tenaga Kerja

Menurut Simanjuntak (1985) teori permintaan tenaga kerja adalah teori yang
menjelaskan seberapa banyak suatu perusahaan akan mempekerjakan tenaga kerja
dengan berbagai tingkat upah pada suatu periode tertentu. Permintaan tenaga kerja
berlainan dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Orang akan
membeli barang atau jasa karena barang tersebut memberikan kegunaan kepada
pembeli. Namun bagi pengusaha, mempekerjakan seseorang bertujuan untuk
membantu memproduksi barang atau jasa untuk dijual kepada konsumen. Oleh
karena itu, pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung
dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa yang
diproduksinya. Dengan demikian, permintaan tenaga kerja merupakan permintaan
turunan (derived demand).

 Pasar Tenaga Kerja

Pasar kerja adalah seluruh aktivitas dari pelaku-pelaku yang mempertemukan


pencari kerja dan lowongan kerja.pelaku-pelaku ini terdiri dari pengusaha yang
membutuhkan tenaga, pencari kerja, dan perantara atau pihak ketiga
yangmemberikan kemudahan bagi pengusaha dan pencari kerja untuk saling
berhubungan (Simanjuntak, 1985).

2.2.2 Teori Penawaran Tenaga Kerja

Penawaran tenaga kerja merupakan suatu hubungan antara tingkat upah


denganjumlahtenaga kerja. Besarnya permintaan tenaga adalah derived demand yaitu
permintaannyadipengaruhi oleh besarnya permintaan masyarakat akan barang dan jasa
yang diproduksi.Sehingga, banyaknya orang yang dipekerjakan dipengaruhi oleh faktor
penawaran tenagakerja dan permintaan barang tersebut.
Penawaran tenaga kerja adalah jumlah usaha atau jasa kerja yang
tersediadalammasyarakat untuk menghasilkan barang dan jasa. Penyediaan tenaga kerja
ditentukan olehjumlah dan kualitas tenaga kerja yang diepngaruhi oleh banyak faktor
seperti jumlahpenduduk, struktur usia, tenaga kerja atau penduduk penduduk usia kerja,
jumlah pendudukyang sedang bersekolah dan mengurus rumah tangga, tingkat
penghasilan dan kebutuhanrumah tangga, pendidikan, latihan, jam kerja, motivasi dan
etos kerja, tingkat upah danjaminan sosial dan lingkungan kerja, kemampuan manajerial
dan hubungan industrial sertaberbagai macam kebijakan pemerintah, dimana faktor-faktor
tersebut dapat salingmempengaruhi secara langsung atau tidak langsung dalam
penyediaan tenaga kerja.
Menurut Simanjuntak (1985), besaran permintaan tenaga kerja dipengaruhioleh
tingkatupah. Pada tingkat upah yang lebih tinggi, penawaran tenaga kerja melebihi
permintaantenaga kerja, sehingga persaingan antar individu untuk memperebutkan
pekerjaan akanmendorong turunnya tingkat upah. Kemudian pada tingkat upah yang
lebih rendah jumlahtenaga kerja yang diminta oleh para produsen melebihi kuantitas
penawaran yang ada,sehingga produsen akan meminta lagi tenaga kerja dan penawaran
tenaga kerja akan kembalimeningkat.
2.2.3 Tenaga Kerja Formal dan Tenaga Kerja Informal
Berdasarkan UU Ketenagakerjaan No 13 tahun 2003, pekerja informalmengacu
padaorang yang bekerja tanpa realisasi kerja, yang berarti tidak ada perjanjian yang
mengaturelemen-elemen kerja, upah dan kekuasaan. Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasisecara umum mendefinisikan sektor informal sebagai semau bisnis
komersial dan non-komersial yang tidak terdaftar, yang tidak memiliki struktur organisasi
formal dan secaraumum memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) dimiliki oleh keluarga; (2)
kegiatan berskalakecil, padat karya, menggunakan teknologi yang diadaptasi dan
bergantung pada sumberdaya lokal.
Menurut ILO (2013), ekonomi informal tidak hanya mencakup usaha-usaha yang
tidakterdaftar, tetapi juga terkait dengan hubungan kerja yang secara resmi tidak diatur
dan tidakdilindungi. Bentuk tidak dilindunginya pekerja informal adalah tidak memiliki
perlindungansosial seperti yang diberikan kepada tenaga kerja formal.Tenaga kerja
informal umumnyamemiliki upaah yang lebih rendah dibandingkan dengan pekerja
formal sehingga seringdihubungkan dengan tingkat kemiskinan.Selanjutnya menurut BPS
(2009) menyatakan bahwa kegiatan informal mengacu padakegiatan ekonomi yang
umumnya dilakukan secara tradisional oleh organisasibertinkatrendah ataupun yang tidak
memiliki struktur, tidak ada akun transaksi dan ketika terdapatrelasi kerja biasanya
bersifat musiman, pertemanan atau relasi personal, daripada berbasisperjanjian kontrak.
Ciri-ciri tenaga kerja sektor informal adalah sebagai berikut :
a. Tenaga kerja bekerja pada segala jenis pekerjaan tanpa ada perlindungan Negaradan
atasusaha tersebut tidak dikenakan pajak.
b. Pekerja tidak menghasilkan pendapatan yang tetap,
c. Tempat bekerja tidak terdapat keamanan kerja (job security)
d. Tempat bekerja tidak ada status permanen atas pekerjaan tersebut dan unit usaha
ataulembaga yang tidak berbadan hukum.
Sedangkan ciri-ciri kegiatan informal adalah mudah masuk, artinya setiap oranng
dapatkapan saja masuk ke jenis usaha informal ini, bersandar pada sumber daya lokal,
biasanyausaha milik keluarga, operasi skala kecil, padat karya, keterampilan diperoleh
dari luar systemformal sekolah dan tidak diatur dan pasar yang kompetitif. Contoh dari
jenis kegiatan sectorinformal antara lain pedagang kaki lima (PKL), becak, penata parkir,
pengamen dan anakjalanan, pedagang pasar, buruh tani dan lainnya.
Disisi lain, pekerja manajerial (white collar) yang merepresentasikan pekerja
sectorformal terdiri dari tenaga professional, teknisi dan sejenisnya, tenagakepemimpinan
danketatalaksanaan, tenaga tata usaha dan sejenisnya, tenaga usaha penjualan, tenaga
usaha jasa.Pada beberapa tahun terakhir tercermin adanya kecenderungan penurunan
peran pekerjapekerja informal (blue collar) dan sedikit peningkatan pekerja pekerja
formal (white collar).Ini merupakan sinyal kemajuan perekonomian dan juga kemajuan
pendidikan karena pekerjawhite collar secara umum membutuhkan tingkat pendidikan
yang memadai.

2.3 Industri Berdasarkan KLBI

KATEGORI C (Industri pengolahan)

12 INDUSTRI PENGOLAHAN TEMBAKAU

Golongan pokok ini mencakup pengolahan tembakau atau produk pengganti


tembakau, seperti: rokok, cerutu, cangklong, snuff, chewing, dan pemotongan serta
pengeringan kembali tembakau tetapi tidak mencakup penanaman atau pengolahan awal
tembakau.

120 INDUSTRI PENGOLAHAN TEMBAKAU

Golongan ini mencakup pembuatan tembakau atau produk pengganti tembakau,


seperti rokok, cerutu, cangklong, snuff, chewing; dan pemotongan serta pengeringan
kembali tembakau tetapi tidak mencakup penanaman atau pengolahan awal tembakau.

1201 INDUSTRI ROKOK DAN PRODUK TEMBAKAU LAINNYA

Subgolongan ini mencakup : - Industri produk tembakau dan produk tembakau


pengganti, seperti rokok rokok tembakau, cerutu, tembakau pipa, tembakau yang
dikunyah dan tembakau sedot (snuff).

12011 INDUSTRI KRETEK


Kelompok ini mencakup usaha pembuatan kretek yang mengandung tembakau
rajangan, krosok rajang, cengkeh rajang, dan tambahan bahan-bahan perisa, yang
menghasilkan campuran beraroma khas, dilinting dengan berbagai bahan pembungkus
(ambri/papir/tipping).Termasuk industri kretek tangan, kretek tangan filter, dan kretek
mesin.Usaha pembungkusan/pengepakan rokok tanpa melakukan pembuatan rokok
dimasukkan dalam kelompok 82920.

2.4 Penelitian Terdahulu


Nama Judul Penelitian Isi
Peneliti
Ratna Rima Analisis Faktor Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Ramadani Yang mengetahui besarnya pengaruh usia, masa kerja dan
(Tahun Mempengaruhi jumlah tanggungan keluarga buruh wanita bagian
2016) Pendapatan Buruh linting pada pabrik rokok di Kabupaten
Wanita Bagian probolinggo. Pengambilan sampel menggunakan
Linting Pada sampling aksidental, dalam pengumpulan data
Pabrik Rokok Di menggunakan data primer dan data sekunder dan
Kabupaten metode analisis data yang digunakan dalam
Probolinggo penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa variabel usia,
masa kerja dan jumlah tanggungan keluarga
berpengaruh positif dan singnifikan terhadap
variabel pendapatan wanita bagian linting.
Ery Analisa Tingkat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Kisworo Upah Pekerja seberapa besar tingkat upah pekerja wanita dipabrik
(Tahun Wanita Di Pabrik rokok “Empat Saudara Abadi” di Desa Jambi
2014) Rokok (Study Pada Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk, dalam
Perusahaan Rokok penelitian ini penulis mengambil hipotesa diduga
“Empat Saudara bahwa ada pengaruh antara tingkat pendidikan,
Abadi” Di Desa usia, lama bekerja dan jumlah beban tanggungan
Jambi Kecamatan keluarga terhadap tingkat upah. Teknik yang
Baron, Kabupaten digunakan adalah dengan menggunakan rumus
Nganjuk prosentase dan menggunakan regresi linier
berganda dengan menggunakan uji f dan uji t serta
asumsi klasik. Hasil dari penelitian ini adalah hasil
empiris menyebutkan bahwa variable tingkat
pendidikan lama bekerja dan jumlah beban
tanggungan keluarga, berpengaruh terhadap tingkat
upah. Akan tetapi variabel usia tidak memberikan
pengaruh secara signifikan terhadap variabel
tingkat upah dari masing – masing variabel bebas
terhadap variabel terkait semakin usia bertambah
semakin turun upah yang diterima permasalahan
tersebut dikarenakan telah habisnya usia produktif
menyebabkan menurunnya jumlah hasil kerja.
Irma Analisis Faktor – Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
Eryanti Faktor Yang faktor – faktor yang mempengaruhi upah tenaga
(Tahun Mempengaruhi kerja wanita sebagai buruh pabrik rokok dan
2019) Upah Tenaga Kerja kontibusinya terhadap pendapatan keluarga di

Anda mungkin juga menyukai