PENAWARAN TENAGA KERJA DI INDONESIA, TERKAIT KARAKTERISTIK UMUR, JENIS KELAMIN, DAERAH TEMPAT TINGGAL, DAN PENDIDIKAN SERTA KASUS–KASUS TENAGA KERJA DI INDONESIA Dosen Pengampu : Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, S.E., M.Si.
OLEH KADEK HELIA RAYANI (2007511272)
PROGRAM STUDI SARJANA EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2022 1. Penawaran Tenaga Kerja di Indonesia Penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan oleh pemilik tenaga kerja pada setiap kemungkinan upah dalam jangka waktu tertentu. Dalam teori klasik sumberdaya manusia (pekerja) merupakan individu yang bebas mengambil keputusan untuk bekerja atau tidak. Bahkan pekerja juga bebas untuk menetapkan jumlah jam kerja yang diinginkannya. Teori ini didasarkan pada teori tentang konsumen, dimana setiap individu bertujuan untuk memaksimumkan kepuasan dengan kendala yang dihadapinya. Layard dan Walters (1978), menyebutkan bahwa keputusan individu untuk menambah atau mengurangi waktu luang dipengaruhi oleh tingkat upah dan pendapatan non kerja. Adapun tingkat produktivitas selalu berubah-rubah sesuai dengan fase produksi dengan pola mula-mula naik mencapai puncak kemudian menurun. Semakin besar elastisitas tersebut semakin besar peranan input tenaga kerja untuk menghasilkan output, berarti semakin kecil jumlah tenaga kerja yang diminta.
Sedangkan untuk menggambarkan pola kombinasi faktor produksi yang tidak
sebanding (Variable proportions) umumnya digunakan kurva isokuan (isoquantities) yaitu kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi faktor produksi (tenaga kerja dan kapital) yang menghasilkan volume produksi yang sama. Lereng isokuan menggambarkan laju substitusi teknis marginal atau marginal Rate of Technical Substitution atau dikenal dengan istilah MRS. Hal ini dimaksudkan untuk melihat hubungan antara faktor tenaga kerja dan kapital yang merupakan lereng dari kurva isoquant. 2. Penawaran Tenaga Kerja di Indonesia Terkait Karakteristik Umur Angkatan kerja menurut umur, polanya sama dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurut umur. Umur penduduk usia kerja (UU No. 25) tentang ketenagakerjaan adalah 15 tahun keatas. Jumlah angkatan kerja menurut umur sangat bervariasi. Semakin tinggi umur, semakin banyak jumlah angkatan kerjanya, sampai pada titik tertentu, lalu menurun kembali. Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) periode Agustus 2020 penduduk usia kerja sebesar 203,97 juta orang atau sekitar 75,49% dari jumlah populasi di Indonesia. 3. Penawaran Tenaga Kerja di Indonesia Terkait Karakteristik Jenis Kelamin Seperti pola Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurut jenis kelamin, jumlah angkatan kerja menurut jenis kelamin juga demikian. Dalam arti jumlah angkatan kerja perempuan lebih sedikit dari pada angkatan kerja laki-laki. Hal ini dapat berkaitan dengan factor budaya/norma maupun karena tuntutan biologis. Tuntuan biologis ini seperti mengandung maupun melahirkan yang menyebabkan keterkaitan mereka dengan pasar kerja lebih renggang dibandingkan laki-laki. Melihat keadaan ini pekerja perempuan sering disebut pekerja sekunder/marginal artinya sewaktu-waktu dapat masuk atau keluar pasar kerja sesuai dengan keinginan. Pekerja perempuan disebut sebagai pekerja sekunder, karena perempuan hanya dianggap sebagai pekerja untuk memperoleh penghasilan tambahan bagi keluarganya bukan penghasilan utama. 4. Penawaran Tenaga Kerja di Indonesia Terkait Karakteristik Daerah Tempat Tinggal Jumlah angkatan kerja juga tidak sama menurut daerah tempat tinggal yang umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu daerah perkotaan dan daerah pedesaan. Jumlah angkatan kerja menurut daerah tempat tinggal ini sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk masing-masing wilayah tertentu. Secara umum jumlah penduduk di wilayah pedesaan lebih banyak daripada di perkotaan. 5. Penawaran Tenaga Kerja di Indonesia Terkait Karakteristik Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang secara umum merupakan cermin dari kualitas tenaga kerjatersebut. Tingkat pendidikan boleh dikatakan sebagai model dasar di dalammelaksanakan pekerjaan. Bagi angktan kerja wanita berpendidikan ini sangat penting perannya di dalam menentukan keikutsertaan mereka dalam pasar kerja. Untuk angkatan kerja laki-laki barang kali pendidikan tidaklah sangat menentukan partisipasinya dalam pasar kerja hal ini berkaitan dengan norma yang berlaku di masyarakat bahwa laki-laki adalah pencari nafkah utama dalam keluarga.