Anda di halaman 1dari 22

TUGAS ANALISIS SISTEM AGRIBISNIS ANALISIS PRODUK OLAHAN JERUK KALAMANSI DI KOTA BENGKULU

KELOMPOK 3 SUJONO M. ALI HANAFIAH DARWAN GINTING RUSLAN EFENDI SISWADI

MAGISTER AGRIBISNIS UNIVERSITAS BENGKULU 2013

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris sehingga sektor pertanian merupakan faktor andalan dalam menopang perekonomian negara. Pembangunan pertanian adalah salah satu titik sentral dalam upaya pengembangan suatu wilayah. Pembangunan pertanian harus dilaksanakan secara terintegrasi dan terpadu sehingga, pertanian dipahami bukan sekadar dalam arti sempit, tetapi pertanian dalam arti luas. Dalam arti sempit, pertanian menunjuk pada kegiatan pertanian rakyat yang biasanya hanya bercocok tanam atau melakukan budidaya tanaman pangan seperti padi, jagung, kedele, ubi kayu, dan sebagainya. Sedangkan dalam arti luas pertanian merupakan kegiatan yang meliputi pertanian rakyat, perkebunan, peternakan, perikanan, dan bahkan kehutanan. Pertanian yang dikelola secara terpadu dari hulu hingga hilir dikenal dengan istilah agribisnis. Agribisnis berasal dari dua kata yaitu Agri dan Bisnis berdasarkan makna kedua kata pembentuknya, dapat dikemukakan bahwa agribisnis merupakan pertanian yang dikelola berdasarkan prinsip-prinsip komersial atau ekonomi. Pertanian bukan lagi sebagi way of live, tetapi merupakan usaha yang harus memberikan keuntungan. Dalam agribisnis, segala aktivitas pertanian didasarkan pada prinsip ekonomi bukan mengikuti kebiasaan atau turun temurun. Agribisnis merupakan kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran produk-produk yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Oleh

karena itu maka pemahaman akan agribisnis harus diketahui oleh seluruh petani dan masyarakat yang ada di Kota Bengkulu. Pelaku agribisnis harus memiliki kemampuan merancang, merekayasa dan melakukan kegiatan agribisnis itu sendiri mulai dari identifikasi pasar yang kemudian diterjemahkan ke dalam proses produksi. Pengembangan perusahaan agribisnis diterjemahkan sebagai upaya meningkatkan kuntitas, kualitas

manajemen dan kemampuan untuk melakukan usaha secara mandiri, dan memanfaatkan peluang pasar. Selain pelaku agribisnis, pemerintah berkewajiban memberikan fasilitas dan mendorong berkembangnya usaha-usaha agribisnis dalam suasana yang harmonis dan tidak terlibat langsung dalam bisnis. Salah satu bagian dari agribisnis adalah agroindustri. Dimana

Agroindustri merupakan proses pengolahan bahan baku yang berasal dari hasil pertanian (usahatani) baik secara langsung maupun tidak langsun menjadi bahan jadi atau setengah jadi. Proses pengolahan dalam agroindustri ini dalam rangka untuk meningkatkan nilai tambah dari hasil-hasil pertanian yang ada. Agroindustri adalah salah satu cabang industri yang mempunyai kaitan erat dan langsung dengan pertanian. Apabila pertanian diartikan sebagai proses yang menghasilkan produk pertanian di tingkat primer, maka kaitannya dengan industri dapat berkaitan ke belakang maupun ke depan. Sebagai salah satu subsistem agribisnis, kegiatan agroindustri mempunyai prospek yang baik untuk

dikembangkan di Indonesia, jika tindakan kebijakan terhadap komoditas ini dilakukan secara tepat. Salah satu contoh dari agroindustri yang sekarang berkembang adalah industri pengolahan jeruk kalamansi. Pada umumnya jeruk

kalamansi dapat diolah menjadi berbagai macam produk agribisnis yakni produk sirup, bubuk kalamansi, masker kalamansi, dan everfesen sari kalamansi. Kota Bengkulu merupakan kota berkembang yang juga terdapat beberapa agroindustri, yang berskala rumah tangga. Sehingga sebagian besar agroindustri yang ada skalanya masih termasuk kecil bahkan mikro. Salah satunya adalah pabrik pengolahan jeruk kalamansi. Kota Bengkulu sebagai daerah yang memiliki potensi pengembangan agribisnis produk local tengah berbenah dan

mengembangkan program One Village One Product (OVOP) dari Kementerian Koperasi Republik Indonesia. Melalaui Dinas Koperasi dan UKM Pemerintah Kota Bengkulu mengusulkan pembinaan dan pengembangan jeruk kalamansi sebagai produk unggulan local. Jeruk kalamansi dicanangkan sebagai model perdana dari program One Village One Product (OVOP) di Kota Bengkulu, karena tanaman ini mudah dibudidayakan, serta memiliki keunggulan dibandingkan dengan jeruk yang lain yaitu kandungan vitamin C-nya lebih tinggi serta kalsium yang seimbang. Masa Panen jeruk kalamansi juga tergolong pendek yaitu enam bulan sejak masa tanam (Widiastuti, 2012). Sejak tahun 2008 Pemerintah Kota Bengkulu telah menganggarkan dana sebesar Rp 3,25 miliar dan telah menghasilkan volume usaha sebesar Rp 9,8 miliar. Dengan sisa hasil usaha sebesar Rp 404 juta dan angsuran kembali mencapai Rp 302 juta. Pemerintah Kota Bengkulu pada 2011 menyediakan sebanyak 5.000 batang dan pada tahun 2012 disediakan 7000 batang bibit jeruk jenis kalamansi untuk dibagikan secara gratis kepada masyarakat.

Saat ini sudah banyak petani yang menanam jeruk kalamansi dengan luas lahan yang bervasriasi di kelurahan Bumi Ayu, Surabaya dan Air Sebakul. Jeruk kalamansi yang ada saat ini baru diolah menjadi sirup kalamansi. Saat ini terdapat beberapa pengrajin sirup kalamansi di Kota Bengkulu dan sekitarnya, diantaranya seperti tercantum dalam Tabel 1. berikut ini Tabel 1. Pengrajin Sirup Kalamansi di Kota Bengkulu dan Sekitarnya Pengrajin Merek Alamat No 1 2 Iskandar Ramis Haryoto Sanggar Bengkulu Kesturi Putri Bengkulu Bukit Bengkulu Kultura Kalamansi Jl. Hibrida Kompleks Perumdam Pondok Kubang Tanjung Terdana Rawa Makmur

3 Marwoto 4 Yayasan Baptis 5 Sorta Sumber: Widiastuti, 2012 1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini meliputi: a. Produk apakah yang paling potensial dari olahan jeruk kalamansi di Kota Bengkulu? b. Indikator apakah yang berpengaruh dalam menghasilkan produk olahan jeruk kalamansi?

1.3 Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk: a. Mengetahui Produk yang paling potensial dari olahan jeruk kalamansi b. Mengetahui indikator yang berpengaruh dalam menghasilkan produk olahan jeruk kalamansi

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Agribisnis Pendekatan untuk memahami pengertian agribisnis dapat dilakukan dengan menelusuri asal kata agribisnis itu sendiri. Soekartawi (1993) mengemukakan bahwa agribisnis berasal dari kata agri dan bisnis. Agri berasal darai bahasa Inggris, agricultural (pertanian). Bisnis berarti usaha komersial dalam dunia perdagangan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1991). Pengertian Agribisnis Menurut Sjarkowi dan Sufri (2004) adalah setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan produksi itu sendiri atau pun juga pengusahaan pengelolaan hasil pertanian. Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Ruang lingkup sistem agribisnis dikemukakan oleh Davis dan Golberg, Sonka dan Hudson, Farrell dan Funk dalam Saragih (1998), yaitu: Agribusiness included all operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies; production operation on the farm; the storage, processing and distribution of farm commodities made from them, trading (wholesaler, retailers), consumer to it, all non farm firms and institution serving them. Pendapat ini menunjukkan bahwa agribisnis adalah suatu sistem. Berdasarkan pendapat ini, Saragih (1998) mengemukakan bahwa sistem agribisnis terdiri atas empat

subsistem, yaitu: (a) subsistem agribisnis hulu atau downstream agribusiness, (b) subsistem agribisnis usahatani atau on-farm agribusiness, (c) subsistem agribisnis hilir atau upstream agribusiness, dan (d) subsistem jasa layanan pendukung agribisnis atau supporting institution. Subsistem agribisnis hulu disebut juga subsistem faktor input (input factor subsystem). Dalam pengertian umum subsistem ini dikenal dengan subsistem pengadaan sarana produksi pertanian. Kegiatan subsistem ini berhubungan dengan pengadaan sarana produksi pertanian, yaitu memproduksi dan mendistribusikan bahan, alat, dan mesin yang dibutuhkan usahatani atau budidaya pertanian (onfarm agribusiness). Subsistem usahatani atau budidaya pertanian disebut juga subsistem produksi pertanian (production subsystem). Kegiatan subsistem ini adalah melakukan usahatani atau budidaya pertanian dalam arti luas. Istilah pertanian selama ini lebih banyak mengacu pada subsistem produksi. Kegiatan subsistem ini menghasilkan berbagai macam komoditas primer atau bahan mentah sebagaimana telah dikemukan dalam pengertian agribisnis. Subsistem agribisnis hilir terdiri atas dua macam kegiatan, yaitu pengolahan komoditas primer dan pemasaran komoditas primer atau produk olahan. Kegiatan pengolahan komoditas primer adalah memproduksi produk olahan baik produk setengah jadi maupun barang jadi yang siap dikonsumsi konsumen dengan menggunakan bahan baku komoditas primer. Kegiatan ini sering juga disebut agroindustri. Contoh kegiatan pengolahan komoditas primer yang menghasilkan produk antara adalah pabrik tepung terigu, maezena, tapioka,

dan sebagainya. Contoh kegiatan komoditas primer yang menghasilkan barang jadi adalah pabrik pengolahan jeruk kalamansi menajdi sari buah atau sirup

kalamansi. Kegiatan pemasaran berlangsung mulai dari pengumpulan komoditas primer sampai pengeceran kepada konsumen. Subsistem jasa layanan pendukung atau kelembagaan penunjang agribisnis adalah semua jenis kegiatan yang berfungsi mendukung dan melayani serta mengembangkan kegiatan ketiga subsistem agribisnis yang lain. Lembagalembaga yang terlibat dalam kegiatan ini adalah penyuluhan, konsultan, keuangan, dan penelitian. Lembaga penyuluhan dan konsultan memberikan layanan informasi dan pembinaan teknik produksi, budidaya, dan manajemen. Lembaga keuangan seperti perbankan, modal ventura, dan asuransi memberikan layanan keuangan berupa pinjaman dan penanggungan risiko usaha (khusus asuransi). Lembaga penelitian baik yang dilakukan oleh balai-balai penelitian atau perguruan tinggi memberikan layanan informasi teknologi produksi, budidaya, atau teknik manajemen mutakhir hasil penelitian dan pengembangan. Berdasarkan pandangan bahwa agribisnis sebagai suatu sistem dapat terlihat dengan jelas bahwa subsistem-subsistem tersebut tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling terkait satu dengan yang lain. Subsistem agribisnis hulu membutuhkan umpan balik dari subsistem usahatani agar dapat memproduksi sarana produksi yang sesuai dengan kebutuhan budidaya pertanian. Sebaliknya, keberhasilan pelaksanaan operasi subsistem usahatani bergantung pada sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis hilir. Selanjutnya, proses

produksi agribisnis hilir bergantung pada pasokan komoditas primer yang dihasilkan oleh subsistem usahatani. Subsistem jasa layanan pendukung, seperti telah dikemukakan,

keberadaannya tergantung pada keberhasilan ketiga subsistem lainnya. Jika subsistem usahatani atau agribisnis hilir mengalami kegagalan, sementara sebagian modalnya merupakan pinjaman maka lembaga keuangan dan asuransi juga akan mengalami kerugian.

2.2. Agroindustri Agroindustri merupakan bagian dari system agribisnis. Salah satu contoh agroindustri adalah industry pengolahan jeruk kalamansi yang ada di Kota Bengkulu. Agroindustri adalah kegiatan industri yang memanfaatkan hasil komoditi pertanian sebagai bahan baku yang dapat diolah menjadi produk yang mempunyai nilai tambah serta mempunyai manfaat lebih dari hasil komoditi pertanian sebelumnya (Kartasasmita, 2011). Soekartawi (2001) mendefenisikan agroindustri sebagai berikut : 1. Agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian. Studi agroindustri pada konteks ini adalah menekankan pada food processing management dalam suatu perusahaan produk olahan yang bahan baku utamanya adalah produk pertanian. 2. Agroindustri di artikan sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian , tetapi sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri.

Berdasarkan latar belakang sosial ekonomi dan geografis Indonesia, agroindustri dapat diharapkan menjadi sub-sektor industri yang strategis. Pengembangan agroindustri diharapkan terjadi peningkatan nilai tambah hasil pertanian yang secara komparatif Indonesia merupakan penghasil utama komoditas pertanian penting (Mangunwidjaja dkk, 2001) Selanjutnya menurut Mangunwidjaja dkk (2001) nilai strategis

agroindustri terletak pada posisinya sebagai jembatan yang menghubungkan antara sektor pertanian pada kegiatan hulu dan sektor industri pada sektor hilir. Dengan pengembangan agroindustri secara cepat dan baik diharapkan dapat ditingkatkan (a) jumlah tenaga kerja, (b) pendapatan petani, (c) volume ekspor dan devisa yang diperoleh , (d) pangsa pasar baik domestic maupun internasional. (e) nilai tukar produk hasil pertanian, dan (f) penyediaan bahan baku industri.

2.3 Jeruk Kalamansi Jeruk Kalamansi termasuk jenis tanaman semak. Kayunya memiliki banyak cabang kecil-kecildan berdaun rimbun. Tumbuh setinggi 3- 6 m dari permukaan tanah. Rasa buahnya asam. Bentuknya kecil sebesar jeruk limo dengan warna hijau saat muda dan kuning setelah masak. Aromanya sedikit menyengat tapi sangat enak. Jeruk ini juga dikenal sebagai Calamondin dengan nama latin Citrofortunella microcarpa. (http://www.eviindrawanto.com/2012/08/mengenaljeruk-kalamansi) Selain untuk masakan, kalamansi kaya Vitamin C dibuat sirup dan aneka juice penghilang dahaga. Kadang jusnya dibekukan dan dibuat ice cube untuk teh atau minuman jahe. Kandungan mineral dan vitammin C itu sangat baik untuk

10

mencegah penyakit pernafasan.penguat tulang dan pemacu pertumbuhan. Setiap rumah tangga sebaiknya menggunaka jeruk ini untuk obat, bumbu dapur, bumbu kue, ramuan kecantikan dan minuman segar.

Pohon kalamansi ini memiliki2 masa panen yaitu : a. Panen raya, dimana semua pohon menghasilkan buah, yang rata-rata setiap pohon menghasilkan 40 kg jeruk kalamansi. b. Panen sela, dimana semua pohon juga akan menghasilkan, tetapi tidak sebanyak waktu panen raya. Tanaman jeruk ini dapat tumbuh dimana pun, asal tidak terlindungi dari matahari. Tapi akan \menjadi lebih baik kalau pohon ini ditanam di tempat yang suhu udaranya lembab / dingin sehingga dapat menghasilkan buah yang mempunyai kualitas yang lebih baik. Batang jeruk kalamansi ini tidak akan berbatang besar, tidak memiliki banyak duri dan memiliki banyak buah jika ditanam atau dikembang kan dengan cara cangkok, sambuung stek / pucuk serta okulasi.

2.3 Budidaya Jeruk Kalamansi Pembudidayaan jeruk kalamansi menggunakan bibit dari bahan cangkokan, bibit okulasi atau sambung stek. Penanaman dilakukan dilahan yang sudah dibuat proteksi tanahnya dengan menggunakan tanaman pelindung tersebut, pada bagian gang dari setiap tanaman pelindung (alley). Dengan jarak tanaman 3x3 Meter. Dua minggu sebelum tanam, lubang tanam dibuat dengan ukuran 40x40x40 CM. Seminggu setelah lubang tanah dibuat lubah tanam ditimbun lagi dengan

11

mencampur top soil dengan pupuk kandang( kompos) dikasih ajir pada bagian tengah lubang tanam. Seminggu kemudian bibit yang sudah disiapkan ditanam. Penanaman sebaiknya dilakukan pada musim hujan. Pemiliharaan tanaman dilahan ini (alley cropping) perlu dilakukan pemangkasan pohon lindung yang dimulsakan disekitar tanaman jeruknya. Hal ini dilakukan setiap bulan sekali apabila tanaman pelindung tanahnya sudah memungkinkan untuk dilakukan pemangkasan. Dengan perlakuan ini selain mulsa tersebut dapat menahan kelembapan pada tanah tersebut (disekitar pohon jeruk), hal ini dapat menekan pertumbuhan gulma. Penambahan mulsa pada lahan tanaman jeruk yang diaplikasikan secara terus menerus akan semakin meningkatkan tingkat kesuburan tanah, yang semakin semakin tambah subur.

12

III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.

Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada pekan keempat bulan Februari dan pekan

pertama bulan Maret 2013 di Kota Bengkulu.

Penentuan lokasi penelitian

ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota Bengkulu merupakan daerah yang mengembangkan program OVOP (One Village One Produkct) jeruk kalamansi.

3.2.

Metode Penentuan Responden Responden dalam penelitian ini adalah pelaku usaha (pengrajin) dan

pejabat Dinas Koperasi dan UKM dan juga pejabat dinas pertanian dan peternakan Kota Bengkulu yang dianggap paling mengetahui tentang pengolahan jeruk kalamansi. Responden diambil secara sengaja (purposive).

3.3.

Metode Pengambilan Data Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder.

Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara

dengan pelaku usaha industry pengolahan jeruk kalamansi dan para pejabat di Dinas Koperasi dan UKM dan juga pejabat di Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bengkulu dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi yang ada hubungan langsung serta literatur-literatur atau pustaka yang ada hubungan dengan penelitian ini.

13

3.4.

Metode Analisa Data Metode yang digunakan untuk pemilihan produk olahan jeruk kalamansi

yang paling potensial di Kota Bengkulu adalah Process (AHP) dengan Criterium Decision Plus.

Metode Analisys Hierarchy

14

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tahapan Pengambilan Keputusan Pemilihan Produk Olahan Jeruk Kalamansi Metode Analisys Hierarchy Process (AHP) merupakan proses dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan perbandingan berpasangan (Pairwise Comparisons) untuk menjelaskan faktor evaluasi dan faktor bobot dalam kondisi multi faktor. Dengan demikian AHP digunakan manakala keputusan yang akan diambil melibatkan banyak faktor, dimana pengambil keputusan mengalami kesulitan dalam membuat bobot setiap faktor tersebut. Pada kasus Analisis Agribisnis Produk Olahan Jeruk Kalamansi di Kota Bengkulu ini Metode AHP menguji konsistensi anggapan terhadap suatu alternative dalam pengambilan keputusan, sehingga ketika ditemukan

ketidakkonsistenan dalam memberikan anggapan atau bobot maka perlu dilakukan reevaluasi, terhadap bobot-bobot yang diberikan kepada setiap faktor. Alternatif produk olahan jeruk kalamansi terdiri dari 4 produk yakni Sirup Kalamansi, Bubuk Kalamansi, Everfesen Kalamansi dan Masker kalamansi. Untuk itu pada kondisi dimana terdapat kesulitan, maka diperlukan asistensi dari para pakar dalam hal ini pejabat di Dinas Koperasi dan UKM dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bengkulu dalam menentukan bobot suatu faktor. Tahap pertama metode AHP ini adalah pengambil keputusan membuat urutan-urutan dalam pengambilan keputusan. Urutan-urutan ini menunjukan faktor yang dipertimbangkan sebagai alternative-alternatif dalam pengambilan keputusan. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi dalam industri produk jeruk

15

kalamansi adalah Bahan baku, tenaga kerja dan pasar.

Tahap berikutnya

digunakan perbandingan berpasangan, yang akan menghasilkan faktor bobot (weigth Factor) dan Faktor evaluasi (Evaluation Factor). Alternatif yang memiliki total weight score tertinggi adalah alternatif yang dipilih

4.2. Struktur Hierarki Pemilihan Alternatif Jeruk Kalamansi

Produk Komoditi Berbasis

Dari seluruh data primer yang diperoleh dan setelah diolah dengan bantuan Criterium Decision Plus diperoleh struktur hierarki pemilihan alternatif yang paling potensial produk olahan jeruk kalamansi seperti yang terlihat pada Gambar 1 berikut :

Gambar 1. Struktur Hierarki Pemilihan Produk Olahan Jeruk Kalamansi

Berdasarkan analisis data dengan bantuan Criterium Decision Plus yang dilihat pada decision score maka produk olahan jeruk kalamansi yang potensial

16

untuk dikembangkan di Kota Bengkulu adalah Sirup Kalamansi. Hal ini dapat dilihat dari gambar dibawah ini :

Gambar 2. Hasil Akhir Pemilihan Alternatif Produk Olahan Jeruk Kalamansi

Dari Gambar 2, dapat dilihat bahwa Produk berupa sirup kalamansi mendapatkan nilai tertinggi yaitu 0,747 , produk yang lain mendapat nilai yang lebih rendah, yakni Eferfesen kalamansi sebesar 0,722 , serbuk kalamansi 0,583 dan masker kalamansi 0,472. Berdasarkan hasil decision score tersebut maka diambil keputusan bahwa Produk sirup kalamansi merupakan produk olahan jeruk kalamansi yang paling potensial untuk dikembangkan di Kota Bengkulu. Nilai decision score diatas diperoleh dari nilai kontribusi dari berbagai aspek yang menjadi penilaian. Hal tersebut dapat dilihat pada diagram kontribusi level 2 dan 3 seperti terlihat pada gambar 3 dan 4 berikut :

17

Gambar 3 Kontribusi Indikator Penilaian Terhadap Produk Kalamansi Level 2 Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa nilai kontribusi terbesar untuk produk sirup kalamansi disumbangkan oleh indikator Potensi Pasar sebesar 0,3 di ikuti oleh eferfesen kalamansi sebesar 0,25 selanjutnya disusul oleh masker kalamansi dan serbuk kalamansi. Hal ini disebabkan produk sirup kalamansi telah dikenal masyarakat luas dan memiliki segmentasi pasar yang cukup luas. Namun eferfesen kalamansi memiliki kontribusi terbesar dari indikator nilai tambah selanjutnya disusul oleh serbuk kalamansi, sirup kalamansi dan masker kalamansi. Hal ini karena eferfesen kalamansi memiliki nilai prestise yang tinggi dan nilai jual yang lebih mahal. Dari indikator fasilitas produk sirup kalamansi memiliki nilai kontribusi terbesar karena bisa dilaksanakan dengan teknologi yang sederhana. Selanjutnya untuk melihat bagaimana nilai kontribusi pada level 3 untuk decision score sebagaimana dijelaskan diatas dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini :

18

Gambar 4 Kontribusi Indikator Penilaian Terhadap Produk Kalamansi Level 3 Gambar 4 Kontribusi Indikator Penilaian Terhadap Produk Kalamansi Level 3

Rangkuman nilai bobot atau skore dalam pemilihan produk berbasis jeruk kalamansi dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini, sehingga di putuskan memilih sirup kalamansi sebagai produk pilihan yang dikembangkan di Kota Bengkulu saat ini.

Gambar 5 Hirarki keputusan berdasarkan prioritas dan nilai bobot Indikator Penilaian Terhadap Produk Kalamansi

19

IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan Dari pembahasan tentang Analisis Agribisnis Produk Olahan Jeruk Kalamansi di Kota Bengkulu, dapat disimpulkan bahwa: 1. Produk olahan yang paling potensial adalah produk Sirup kalamansi dengan skor tertinggi yakni 0,747 2. Indikator yang mempengaruhi industri produk olahan jeruk kalamansi adalah Potensi Pasar, Nilai Tambah, Fasilitas dan Bahan Baku

4.2. Saran Beberapa hal yang dapat disarankan dalam makalah ini diantaranya: 1. Hendaknya pelaku agribisnis produk olahan jeruk kalamansi untuk dapat meningkatkan penggunaan teknologi yang lebih baik, sehingga kuantitas dan kualitas yang dihasilkan akan lebih baik 2. Pelaku agribisnis jeruk kalamansi perlu diikut sertakan dalam program pelatihan atau magang ke daerah yang lebih maju sehingga penguasaan teknologi dan pasar lebih berkembang. 3. Disarankan kepada Pemerintah Kota Bengkulu untuk memfasilitasi sarana atau peralatan pengolahan jeruk kalamansi

20

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofjan. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Beierlein, James G., Kenneth C. Schneeberger, and Donald D. Osburn. 1986. Principles of Agribusiness Management. Prentice-Hall, New Jersey. Branson, Robert E. and Douglas G. Norvell. 1983. Introduction to Agricultural Marketing. Mc Graw-Hill Book Company, New York. Departemen Pendidikan dam Kebudayaan. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua. Balai Pustaka, Jakarta. Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian, Edisi Ketiga. PT Pustaka LP3ES, Jakarta . Saragih, Bungaran. 1998. Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian, Kumpulan Pemikiran. Editor Tungkot Sipayung, dkk. Yayasan Mulia Persada, PT Surveyor Indonesia, dan Pusat Studi Pembangunan LP IPB, Jakarta. Soekartawi. 1993. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya, Cetakan Kedua. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai