Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Afifah Almanda Khairani

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043957201

Kode/Nama Mata Kuliah : PANG4224/Ekonomi Pangan

Kode/Nama UPBJJ : UPBJJ UT Bogor

Masa Ujian : 2020/21.2 (2022.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
PANG4224-1

NASKAH TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2021/22.2 (2022.1)

Fakultas : FST/Fakultas Sains dan Teknologi


Kode/Nama MK : PANG4224/Ekonomi Pangan
Tugas 1

No. Soal
1 Untuk menjawab soal ini, bacalah artikel di bawah ini
Bisnis.com, JAKARTA — Center for Indonesia Policy Studies (CIPS) menyebut, upaya dan program
yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan produksi kakao masih belum mampu menjawab
tantangan produksi dan permintaan pasar.Pembinaan yang diberikan kepada petani kakao oleh
pemerintah dinilai masih sangat kurang. Selain itu, petani kakao juga tidak mendapatkan akses
permodalan yang memadai sehingga sebagian besar dari mereka tak mampu menerapkan pertanian
berkelanjutan dengan pendekatan prinsip-prinsip praktik bercocok tanam yang baik atau dikenal dengan
istilah Good Agricultural Practice (GAP).
Peneliti CIPS Felippa Amanta mengatakan, hal tersebut pada akhirnya menyebabkan penurunan
produksi kakao di Indonesia setiap tahunnya. Berdasarkan data CIPS yang mengacu pada data
Kementerian Pertanian, produksi kakao Indonesia sepanjang 2012—2017 terus mengalami penurunan.
Produksi kakao pada 2012 sebesar 740.500 ton dan terus mengalami penurunan hingga sebanyak
659.776 ton pada 2017.
“Data tersebut bersumber dari Kementan yang masih dikritisi keabsahannya. Karena berdasarkan data
yang dihimpun oleh pihak swasta atau asosiasi, produksi kakao Indonesia sebenarnya hanya berkisar
300.000-400.000 ton per tahun,” katanya di Jakarta, Selasa (17/9/2019).Berdasarkan data dari Dewan
Kakao Indonesia (Dekaindo) produksi kakao Indonesia pada 2018 hanya mencapai 365.000 ton. Adapun
pada 2017, produksi kakao Indonesia hanya tercatat sebesar 300.000 ton.
Lebih lanjut, Felippa menjelaskan sejumlah faktor yang membuat produksi kakao Indonesia semakin
menurun dari tahun ke tahun. Menurut dia, penurunan tersebut disebabkan oleh kondisi pohon kakao
yang sudah terlalu tua, pohon yang mudah terserang hama dan penyakit, hingga sulitnya menambah nilai
tambah dari hasil produksi. “Hal ini membuat petani semakin enggan menanam kakao. Sudah resikonya
tinggi, butuh waktu lima tahun untuk kembali produksi bagi pohon yang baru diremajakan, kualitas
produksi juga rendah atau tak kompetitif. Banyak petani yang beralih menanam karet atau sawit,” ujar
dia.
(Diambil dari bisnis.com berjudul Program Peningkatan Produksi Kakao Dinilai Tak Efektif tangga
17 September 2019)
A. Tentukan permasalahan agribisnis apa saja yang terjadi dalam artikel tersebut!
B. Tentukan faktor internal apa saja yang mempengaruhi terjadinya kondisi tersebut!
C. Tentukan faktor eksternal apa saja yang mempengaruhi terjadinya kondisi tersebut!
D. Apa solusi Anda dalam menanggulangi permasalahan agribisnis tersebut?

2 A. Apa yang dimaksud dengan ekonomi pangan?


B. Menurut Anda, bagaimana kondisi pangan dan pertanian di Kabupaten Anda berada!
(kaitkan dengan peningkatan taraf hidup dan PDB daerah)

3 A. Uraikan tentang definisi elastisitas penawaran dan berikan contohnya dalam produksi pangan!
B. Gambarkan grafik/kurva yang menunjukkan elastisitas penawaran dinyatakan inelastis sempurna!
C. Apakah yang dimaksud dengan elastisitas penawaran dinyatakan inelastis sempurna?

1 dari 1
1. a) Agribisnis merupakan suatu system yang dibangun oleh berbagai subsistem. Oleh karena itu,
agribisnis dapat dijalankan dengan baik apabila pengembangannya dapat dijalankan secara
terpadu dan selaras dengan seluruh subsistem yang tersusun didalamnya. Subsistem yang
tersusun didalam agribisnis terdiri dari empat, yaitu subsistem pengadaan dan penyaluran
sarana dan prasarana produksi, subsistem produksi primer atau usaha tani (on- farm),
subsistem pengolahan atau agroindustri dan subsistem pemasaran.
Didalam artikel tersebut ada beberapa subsistem yang belum terpenuhi dengan baik seperti
pembinaan yang diberikan oleh pemerintah kepada petani kakao dinilai masih sangat kurang.
Selain itu, pemerintah juga belum memberikan akses permodalan yang memadai sehingga
sebagian besar dari petanai kakao tidak mampu menerapkan pertanian berkelanjutan dengan
pendekatan prinsip-prinsip praktik bercocok tanam yang baik atau dikenal dengan istilah
Good Agricultural Practice (GAP). Kemudian bahan baku yaitu pohon kakao yang
kondisinya sudah terlalu tua, pohonnya pun mudah diserang oleh hama dan penyakit
sehingga petani semakin enggan untuk menanam kakao.
b) Faktor-faktor internal yang terdapat di dalam aritkel tersebut yaitu seperti pemerintah yang
memberikan pembinaan kepada para petani tetapi dinilai masih sangat kurang, pemerintah
juga tidak memberikan akses permodalan yang memadai sehingga sebagian besar dari pertain
tidak mampu menerapkan pertanian berkelanjutan dengan pendekatan prinsip-prinsip praktik
bercocok tanam yang baik atau dikenal dengan istilah Good Agricultural Practice (GAP).
Kemudian faktor internal lainnya adalah pohon kakao yang sudah tua menyebabkan hasil
produksi kakao semakin menurun dari ketahun.
c) Faktor eksternal yang terdapat di dalam artikel tersebut adalah kondisi pohon yang mudah
terserang hama dan penyakit sehingga sulitnya menambah nilai tambah dari hasil produksi.
Oleh karena itu, petani semakin enggan untuk menanam pohon kakao.
d) Solusi untuk menanggulangi permasalahan agribisnis tersebut adalah pemerintah
memberikan pembinaan yang baik untuk petani agar dapat menerapkan cara bercocok tanam
yang baik atau Good Agricultural Practice (GAP). Kemudian pemerintah memberikan modal
yang memadai dan memberikan sosialisasi cara penanganan hama dan penyakit terhadap
pohon kakao.
2. a) Ekonomi pangan merupakan aplikasi ekonomi dan manajemen dalam bidang industry,
perdangan dan pelayanan pangan. Didalam ekonomi pangan, rantai pangan digambarkan
mulai dari penyediaan bibit bahan pangan (tanaman maupun hewan), kemudian
dibudidayakan, diolah menjadi produk-produk yang bernilai tambah, hingga dikonsumsi oleh
konsumen.
b) Taraf hidup adalah meningkatkan tingkat hidup masyarakat di suatu tempat dengan cara
memenuhi kebutuhan yang sebelumnya belum terpenuhi yang bertujuan untuk
memperpanjang umur suatu masyarakat disuatu tempat tertentu.
Sektor pertanian di Kabupaten Bogor mengalami permasalahan berupa peningkatan konversi
lahan sawah dan produktivitas padi yang cenderung tidak meningkat. Permasalahan ini
menyebabkan produksi padi menjadi tidak optimal sehingga tidak tercapai kemandirian
pangan utama di Kabupaten Bogor. Produktivitas berpengaruh signifikan terhadap produksi
padi di Kabupaten Bogor, sedangkan konversi lahan tidak berpengaruh signifikan.
Berikut merupakan produk domestik bruto daerah kabupaten bogor.
KATEGORI 2018 2019 2020
Pertanian, kehutanan dan 7 031 218,6 7 169 916,7 7 227 236,7
perikanan
Dari data di atas produk domestik bruto untuk pertanian, kehutanan dan perikanan
mengalami penigkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan untuk lahan sawah dikabupaten bogor
semakin sedikit dikarenakan lahan terserbut yang sudah digunakan untuk pembangunan.
3. a) Permintaan muncul dan ditentukan oleh pihak pembeli atau jasa. Kuantitas permintaan
merupakan jumlah produk yang ingin dan mampu dibeli oleh pembeli yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yakni harga, tingkat pendapatan, barang interior, harga produk subtitusi,
ketersediaan barang-barang komplementer, selera serta tingkat ekpektasi atau pengharapan
konsumen akan produk atau jasa. Kuantitas permintaan mengalami penurunan apabila harga
produk atau jasa meningkat. Sebaliknya, kuantitas permintaan terhadap produk atau jasa
meningkat ketika harganya menurun.
Ukuran terhadap seberapa banyak kuantitas permintaan terhadap suatu produk atau jasa
mengalami perubahan mengikuti perubahan yang terjadi pada harga produk atau jasa tersebut
disebut elastisitas permintaan. Permintaan disebut elastis apabila perubahan kuantitas
permintaan konsumen cukup besar pada saat terjadi perubahan pada harga produk atau jasa
yang diinginkan. Sebaliknya suatu permintaan terhadap produk atau jasa dinyatakan inelastis
apabila perubahan pada tingkat permintaan tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan harga
dari produk atau jasa yang bersangkutan.
Contoh.
Harga bawang dipasar meningkat dari Rp. 30.000 perkilogram menjadi Rp. 45.000
perkilogram. Namun permintaan bawang dipasar juga mengalami peningkatan dari 150 kg
menjadi 300 kg. Berapakah nilai elastis permintaan bawang di pasar?
Penyelesain :
Q1 = 300 kg
Q2 = 150 kg
P1 = Rp. 45.000
P2 = Rp. 30.000
b = (Q1-Q2) / (P1-P2)
= (300-150) / (45.000-30.000)
= 0,01
ℇ = b (P1/Q1)
= 0,01 (45.000 / 300)
= 1,5
Dengan demikian, permintaan bawang bersifat elastis dengan nilai elastis adalah 1,5.
b) Grafik/ kurva elastisitas penawaran yang dinyatakan inelastis sempurna

|ℇ| = 0
(Inelastis
Sempurna)

Q
c) Pada kondisi-kondisi tertentu, elastisitas permintaan dapat bersifat ekstrim. Elastisitas
ekstrim dibagi menjadi dua, yaitu inelastis sempurna dan elastisitas sempurna. Apabila elastis
bernilai = 0 maka permintaan terhadap produk tersebut dinyatakan inelastis sempurna
dengan bentuk kurva permintaannya berupa garis tegak vertikal. Sebesar apapun harga
mengalami perubahan permintaannya akan selalu sama.

Sumber :

• Said, Gumbira. (2007). Ekonomi Pangan. Tanggerang Selatan : Universitas Terbuka


• Kusumaningrum, Syifa Putri (2001). Strategi Peningkatan Ketahanan Pangan Kabupaten Bogor.
Bogor
• https://bogorkab.bps.go.id/

Anda mungkin juga menyukai