Kelompok 1
Kelas MAB A1
Anggota :
SEKOLAH VOKASI
2021
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................
BAB II .................................................................................................................
BAB III................................................................................................................
BAB IV ..............................................................................................................
LAMPIRAN ........................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pandemi Covid-19 berdampak pada penurunan Produk Domestik
Bruto (PDB) Indonesia sebesar minus 4,19% pada triwulan II-2020 (q to
q), namun sektor pertanian dalam arti luas tumbuh positif sebesar 16,24%,
dan subsektor hortikultura tumbuh 21,75%. Melalui data tersebut, dapat
diketahui adanya deflasi atau penurunan harga sebesar minus 0,10% pada
Juli 2020 dibandingkan Juni 2020.
Penurunan harga terbesar terjadi pada kelompok makanan, minuman,
dan tembakau sebesar minus 0,73%. Produk hortikultura bawang merah,
bawang putih, dan cabai rawit termasuk komoditas pangan yang turun
harganya. Pada masa pandemi Covid-19, banyak terjadi pemutusan
hubungan kerja (PHK). Karyawan dirumahkan dengan menerima
pengurangan gaji/pendapatan, menerima uang tunggu selama beberapa
waktu, dan lain-lain bentuk yang pada prinsipnya menurunkan pendapatan
masyarakat. Kementerian Tenaga Kerja pada tanggal 7 Juni 2020
menyebutkan bahwa terjadi PHK secara nasional sebanyak 3,05 juta orang
hingga Juni 2020. Jumlah ini terus bertambah hingga diperkirakan
mencapai 5,23 juta orang (Cahyani 2020).
Tentunya, seiring dengan berkurangnya pendapatan, daya beli
masyarakat juga akan menurun. Setelah penurunan pendapatan, dampak
Pandemi Covid-19 juga berpengaruh terhadap produksi, harga serta
konsumsi cabai dan jagung. Permintaan akan bahan pangan, termasuk
cabai danjagung, ikut turun. Tentu saja, permintaan/konsumsi yang lebih
rendah akan menghasilkan harga-harga yang rendah pula, apalagi bila
jumlah produksi tetap.
Selain itu pada sektor non pangan juga berdampak pada daya beli
masyarakat terhadap ikan hias. Siapa sangka pandemin covid-19 justeru
membuat daya beli masayrakat terhadap ikan hias meningkat. Karena
PSSB dan seuan “stay at home” membuat masyarakat banyak beraktivitas
dirumah sehingga minat akan memelihara ikan hias pun meningkat.
3
1.2 Tujuan
1. Mengetahui kondisi pasar dan pergerakan harga komoditas jagung
sebelum dan sesudah pandemi COVID-19
2. Mengetahui kondisi pasar dan pergerakan harga komoditas cabai
sebelum dan sesudah pandemi COVID-19
3. Mengetahui kondisi pasar dan pergerakan harga komoditas ikan hias
sebelum dan sesudah pandemi COVID-19
4
BAB II
LITERATUR REVIEW
2.1 Jagung
Harga jagung di tingkat petani terpantau tertekan di bawah harga
acuan pembelian. Permintaan yang berkurang selama pandemi Covid-19
dinilai menjadi penyebab utama kondisi ini. Ketua Umum Asosiasi Petani
Jagung Indonesia (APJI) Sholahuddin mengemukakan bahwa harga rata-
rata jagung berkadar air 17 persen di tingkat petani Rp2.800—Rp3.000 per
kilogram (kg). Harga ini cenderung lebih rendah dibandingkan bulan
sebelumnya yang mencapai Rp3.800 per kilogram. Harga jagung di
tingkat petani sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 7 Tahun 2020 dipatok di angka Rp3.150 per kg untuk kadar air 15
persen. Sementara untuk jagung berkadar air 20 persen, harga acuan
dipatok Rp3.050 per kg.
Seluruh Sub Sektor Alami Penurunan Menurut Sholahuddin,
merosotnya harga jagung di tingkat petani disebabkan oleh permintaan
bahan baku pakan ternak yang terkoreksi. Peternak sendiri cenderung
mengurangi produksinya usai harga ayam dan telur memperlihatkan tren
pelemahan dalam dua bulan terakhir. Akibatnya, serapan jagung pun
berkurang. Hal ini pun dibenarkan oleh Sekretaris Jenderal Perhimpunan
Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Arif Karyadi. Dia mengemukakan
bahwa peternak telah mengurangi produksi sampai 50 persen dan bahkan
tak melanjutkan ternak sama sekali.
2.2 Cabai
Tahun 2019, produksi cabai besar mencapai 1,27 juta ton dan pada
tahun 2020 ditargetkan mencapai 1,35 juta ton. Luas panen cabai besar
tahun 2019 mencapai 144.391 ha dengan produktivitas rata-rata sebesar
8,77 ton/ha. Lahan usaha tani cabai berada di 33 provinsi dan 225
kabupaten/kota, sedangkan pada tahun 2019, produksi cabai sebesar 1,37
juta ton, dan ditargetkan mencapai 1,47 juta ton pada tahun 2020. Pada
2019, luas panen cabai mencapai 177.581 ha dengan tingkat produktivitas
5
7,8 ton/ha. Lahan cabai rawit tersebar di 33 provinsi dan 219
kabupaten/kota. Produksi komoditas bawang merah produksinya pada
tahun 2019 sebesar 1,52 juta ton. Pada 2020, produksi mencapai 1,66 juta
ton. Luas panen bawang merah tahun 2019 mencapai 157.808 ha dengan
hasil 9,62 ton/ha. Lahan bawang merah tersebar di 33 provinsi di 175
kabupaten/kota.
Sebelum pandemi Covid-19, Direktorat Jenderal Hortikultura (Ditjen
Hortikultura) menargetkan peningkatan produksi cabai dan bawang merah
7% per tahun. Peningkatan tersebut direncanakan dicapai melalui swadaya
masyarakat yang diungkit dengan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Pada tahun 2020, pengembangan kawasan aneka cabai
dengan APBN mencakup areal produksi seluas 10.000 ha dengan dana
Rp130 miliar, sedangkan pengembangan kawasan bawang merah seluas
5.500 ha dengan dana Rp145,5 miliar (Ditjen Hortikultura 2020).
6
budidaya ikan hias sebanyak 150 paket. Menurut data, sejak 2012-2019
ekspor ikan hias mengalami peningkatan signifikan dari 21 Juta dolar AS
menjadi 33 juta dolar AS. Negara-negara tujuan ekspor ikan hias
Indonesia di antaranya menuju ke China, Amerika, Jepang, UK,
Singapura, Hongkong, Taiwan, Korea, Australia dan berbagai negara lain.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.2 Cabai
Pada tahun 2019, sebelum pandemi Covid-19, harga cabai
besar setiap bulan berfluktuasi, harga pada bulan Februari 2019
merupakan harga terendah dalam tahun 2019, yaitu Rp8.276/kg,
dan harga tertinggi bulan Juli sebesar Rp41.730/kg. Peningkatan
harga per bulan selama tahun 2019 antara 3% hingga 58%. Gejolak
harga cabai besar sulit dikendalikan karena preferensi konsumen
yang lebih menyukai cabai segar yang tidak tahan lama disimpan,
dibandingkan cabai olahan. Harga pada awal tahun 2020 membaik
kembali dengan peningkatan 71,5% dibandingkan Januari 2019,
demikian pula harga di Februari 2020 masih lebih tinggi
7
dibandingkan Januari 2020. Kecenderungan harga yang terjadi
adalah dari Januari hingga Juli 2019 meningkat setiap bulan,
selanjutnya sejak Juli hingga Desember 2019 harga cenderung
menurun.
8
disebabkan oleh permintaan bahan baku pakan ternak yang
terkoreksi. Peternak sendiri cenderung mengurangi produksinya
usai harga ayam dan telur memperlihatkan tren pelemahan dalam
dua bulan terakhir. Akibatnya, serapan jagung pun berkurang.
3.2.2 Cabai
Selama pandemi Covid-19, pada bulan Maret 2020 harga
cabai besar masih menunjukkan kecenderungan meningkat,
mencapai harga tertinggi pada bulan Juli 2020 yaitu sebesar
Rp34.150/kg. Bulan Agustus 2020 harga sedikit menurun (1%)
dibandingkan bulan Juli 2020. Namun demikian, dibandingkan
tahun sebelumnya (2019), sebelum pandemi Covid-19, puncak
harga cabai besar tahun 2020 tidak setinggi puncak harga tertinggi
tahun 2019. Harga tertinggi tahun 2020 dicapai bulan Juli 2020,
yaitu sebesar Rp34.150/kg lebih rendah 22% dibandingkan puncak
harga tahun 2019 yang sebesar Rp41.750/kg.
9
dengan nilai Rp93,3 miliar. Hal ini menunjukkan permintaan
semakin meningkat. Dari sisi nilai ekspor, lonjakannya sebesar
16,68% di tengah kondisi pandemi. Berdasarkan pendataan
BKIPM Bandung, terdapat 100 pembudidaya yang bekerjasama
dengan eksportir melalui skema kemitraan, dimana masing-masing
pembudidaya memiliki sekitar 3-4 orang pekerja.
3.3.2 Cabai
Contoh kasus penurunan harga cabai merah besar yang
dialami oleh Koperasi CU Sang Timur di Banyuwangi (Gunawan
2020). Cabai merah besar harganya Rp7.000/kg, biasanya
Rp20.000-Rp25.000/kg, sedangkan cabai merah keriting
Rp10.000/kg, semula Rp 15.000/kg. Contoh lain dialami oleh
Kelompok Tani Bawang Putih di Magelang, yang hanya dapat
menjual cabai merah keriting dengan harga Rp5.000/kg. Penelitian
Furqonisa et al. (2018), menyatakan bahwa Break Even Point
produksi cabai merah sebesar Rp12.413/kg.
10
3.3.3 Ikan hias
Tidak seperti komoditas lainnya, Pandemi Covid-19 ini justru
membuat permintaan terhadap tanaman hias maupun ikan hias
seperti ikan cupang meningkat, sehingga harganya pun ikut
terkerek. Hal itu dipicu karena orang banyak tinggal di rumah
sehingga minat masyarakat untuk memelihara hewan peliharaan
kian meningkat. Karena PSBB ini banyak orang mulai mencari
hobi baru, hobi lama bersemi kembali. Permintaanya banyak, harga
cupang di PSBB ini memang tidak ada standarnya, tapi karena
PSBB ini cupang-cupang yang standar sekarang mulai terkerek
naik. Begitupun dengan aktivitas ekspor yang trennya positif,
ekspor ikan hias di Bandung sendiri bahkan naik 16,68% di kondisi
pandemi saat ini.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ketika masa pandemi sebagian petani jagung merasa dirugikan karena
turunnya penjualan terhadap jagung mereka. Harga jagung di tingkat
petani terpantau tertekan di bawah harga acuan pembelian. , Pada panen
tahun ketika sebelum wabah penyakit covid-19 jagung yang dihasilkan
sudah ditawar pembeli dengan harga Rp3.500 per kilogram. Harga
tersebut sudah tidak bisa naik lagi. Padahal petani memperkirakan hasil
panen jagungnya tahun ini lebih banyak ketimbang hasil panen tahun
lalu.Berbeda dengan komoditas cabai yang mana %. Gejolak harga cabai
besar sulit dikendalikan karena preferensi konsumen yang lebih menyukai
cabai segar yang tidak tahan lama disimpan, dibandingkan cabai olahan.
Harga ikan cupang satuan sebelum pandemi berada dikisaran Rp2500
perekor, sekarang harga cupang berada dikisaran Rp7000 hingga
Rp10000, harga cupang semasa pandemi ini naik 64% dibandingkan
sebelum pandemi.Bandingan harga sangat mengikuti kondisi
perekonomian yang semakin menyulitkan bagi para pengusaha yang selalu
11
mencoba membuat keuntungan maksimum yang tidak merugikan antara
produsen dan konsumen.
4.2 Saran
Sebaiknya pemerintah mampu membantu mengelola perekonomian
UMKM baik sebelum masa pandemi maupun sesudah Masa Pandemi.
Karena seperti yang kita ketahui para pengusaha baik itu petani
jagung,petani cabai, peternak ikan hias. Mereka semua pasti membutuhkan
keuntungan karena ada yang ingin menafkahi keluarganya juga.
12
DAFTAR PUSTAKA
Putra DA. 2020. Bos BPS soal deflasi September 2020: Daya beli masyarakat
masih lemah. merdeka.com. [internet]. [diunduh 2021 Mei 29]. Tersedia
dari: https://www.merdeka.com/uang/bos-bps-soal-deflasi-september2020-
daya-beli-masyarakat-masih-lemah.html
Rina D. 2020. Begini keluhan petani sayur di masa pandemi Covid-19. [internet].
Balipost. [diunduh 2020 Aug 18]. Tersedia dari:
https://www.balipost.com/news/2020/08/18/142513/Begini-
KeluhanPetani-Sayur-di...html
https://ekonomi.bisnis.com/read/20200511/12/1238992/harga-jagung-melorot-ini-
penyebabnya
https://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/20-BBRC-2020-III-3-3-GBS.pdf
https://mediaindonesia.com/nusantara/341514/harga-jagung-terpengaruh-
pandemi-covid-19
https://www.antaranews.com/berita/1968156/meski-pandemi-volume-ekspor-
ikan-hias-bandung-naik-769-persen
https://news.detik.com/berita/d-5210817/tak-hanya-tanaman-hias-harga-ikan-
cupang-juga-meningkat-di-masa-pandemi
13