Anda di halaman 1dari 25

PENGARUH PANDEMI COVID-19 TERHADAP KUALITAS

HASIL PANEN PETANI CABAI LOKAL

Deson pengampuh

Rafsanjani M.Pd

Disusun Oleh ;

Angga Lesmana :(C1011211136)

Sayrul Rahmadan :(C1011211039)

Danang Praasetyo :(C1011211146)

Wirata Sophan Hadi :C1011211161)

Fitri Yunita ;(C1011211161)

Maria Tiara :(C1011211132)

Anggre Oday :(C1011211155

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2022
Kata Pengantar

Syukur Alhamdulliah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Dasar Dasar

Ilmu Tanah dengan Judul: “Pengaruh Pandemi Covid-19 Terhadap Kualitas

Hasil Panen Petani Cabai Lokal”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari

bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik

sehingga makalah ini dapat terselaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata

sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami

miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan

bahkan kritikan yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap

semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia

pendidikan dan pertanian.

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................5
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..........................................................................................................................6
BAB III..........................................................................................................................................18
PENUTUP..................................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................18
3.2 Saran................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19

3
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Covid 19 merupakan permasalahan yang sedang dialami oleh seluruh

negara di dunia termasuk Indonesia hal ini dikarenakan pandemic 19 sangat

berdampak terhadap perubahan kehidupan masyarakat secara menyeluruh covid

19 sendiri adalah penyakit yang menyerang pernapasan akibat Severe Acute

Respitory Syndrom Corona Virus 2 (SARS-CoV 2) atau yang lebih dikenal

dengan virus Corona. Penyakit ini pertama kali diumumkan oleh Word Healt

Organization (WHO) pada 31 Desember 2018 di kota Wuhan,China dan

terdeteksi masuk ke Indonesia pada akhir Februari 2020 covid 19 termasuk dalam

penyakit yang mudah menular di Indonesia tercatat lebih dari 900.000 kasus

terinfeksi jumlah tersebut kemungkinan masih akan bertambah kedepannya dan

belum menemukan titik terang karena pencegahan dan pengobatan cofid19 secara

medis belum ditemukan hingga saat ini maka dari itu masyarakat hanya bisa

melakukan upaya pencegahan penularan covid 19 secara non medis.

Pembatasan sosial berskala besar adalah salah satu kebijakan yang dibuat

pemerintah Indonesia sebagai upaya pencegahan non medis. Dalam rangka

percepatan penanganan covid 19 kegiatan yang dilakukan pada kebijakan PSB

termasuk merumahkan atau meliburkan sekolah dan tempat kerja atau stay at

home dan pembatasan kegiatan atau lockdown terutama di kota-kota besar.

Kegiatan ini diharapkan mampu Memutus rantai penyebaran virus Corona

sehingga pandemi covid 19 dapat menemukan. Akhir namun dalam pelaksanaan

PSBB ternyata menimbulkan dampak negatif seperti menghambat bahkan

4
mematikan sendi-sendi perekonomian hal tersebut disampaikan bahwa kebijakan

pemerintah seperti stay at home dapat menghancurkan perekonomian,

meningkatkan jumlah pengangguran, menurunkan kegiatan jual beli dan

melumpuhkan pertumbuhan.Sektor pertanian dihadapkan pada berbagai risiko

yang dapat mengganggu kegiatan usaha tani dan akan berdampak pada penurunan

produksi serta pendapatan petani Risiko tersebut yaitu salah satu nya covid-19,

terjadinya pandemi covid 19 menambah deretan jenis risiko yang dihadapi petani

baik dalam aspek kesehatan maupun dalam kegiatan usaha tani pandemi covid 19

pada awalnya adalah masalah kesehatan manusia namun kemudian berdampak

luas pada berbagai sendi kehidupan aspek penting pertama yang terdampak oleh

merebaknya konversi massa dalam bidang ekonomi baik secara makro maupun

sektoral termasuk sektor pertanian di tengah-tengah merosotnya kegiatan ekonomi

secara keseluruhan sektor pertanian diharapkan berperan sebagai Buffer agar

pertumbuhan ekonomi nasional tidak menurun lebih besar lagi sektor pertanian

juga diharapkan dapat menampung tambahan tenaga kerja karena adanya

pemutusan hubungan kerja atau pengusaha sektor-sektor lain yang mengalami

kebangkrutan secara khusus pada sektor pertanian.

Pangan merupakan kebutuhan pokok utama manusia yang harus dipenuhi

setiap saat. Sebagai kebutuhan dasar dan salah satu hak asasi manusia, pangan

memiliki arti dan peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa.

Ketersediaan pangan yang lebih kecil dari kebutuhan dapat menimbulkan

ketidakstabilan ekonomi dalam arti kenaikan harga pangan. Sektor hortikultura

menjadi subsektor yang telah menjadi perubahan kekuatan untuk jadi sumber

ekonomi baru di tingkat pedesaan dan perkotaan karena tanaman hortikultura

5
menjadi jalan keluar untuk mengatasi masalah krisis pangan dunia. Hortikultura

memang masuk ke dalam sub sektor tanaman pangan dan holtikultura sudah

membuktikan bahwa nya telah menjadi sumber baru dalam sektor pangan

pertanian. Komoditas hortikultura terdiri dari 4 bagian diantaranya adalah

tanaman hias, tanaman buah-buahan tanaman sayur-sayuran serta obat-obatan di

tas ini memiliki prospek yang bagus bila dikembangkan melihat sumber daya

alam dan sumber daya manusia yang amat tinggi. Perkembangan komoditas

hortikultura terutama sayur-sayuran. Baik sayuran daun maupun buah cukup

potensial dan prospektif. Karena didukung oleh petani sumber daya alam sumber

daya manusia ketersediaan teknologi dan potensi selapan pasar di dalam negeri

maupun pasar dalam negeri maupun pasar internasional yang terus meningkat

salah satu jenis tanaman sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah

cabai.

Dampak pandemi COVID-19 terhadap fluktuasi harga pangan menjadi

perhatian serius. peringatan yang sangat penting terkait upaya mitigasi masing-

masing negara dalam menghadapi dampak COVID-19 yang tentunya akan

mengganggu pasokan pangan. Pandemi COVID-19 telah mengganggu pasokan

pangan tertentu akibat pembatasan berbagai kegiatan produksi dan distribusi. Hal

ini menyebabkan inflasi di Indonesia selama pandemi COVID-19 meningkat.

Cabai adalah komoditas hortikultura yang penting tetapi produksinya baik

kuantitas maupun kualitas masih rendah cabai bagi masyarakat sudah tidak asing

lagi hampir semua orang sudah mengenal tanaman ini dalam kehidupan sehari-

hari cabai memegang peranan yang penting terutama bagi ibu-ibu rumah tangga

tanaman cabai juga dapat memenuhi gizi masyarakat selain itu cabai juga di

6
budidayakan dengan tujuan untuk nilai bisnis tentunya bisa menembus pasaran

dengan mudah hal ini dikarenakan oleh semua unsur masyarakat tentunya

membutuhkan tanaman ini terutama untuk bahan konsumsi rumah tangga.

Komoditas cabai saat ini merupakan salah satu komoditas andalan petani

sayuran di Indonesia karena dapat ditanam pada berbagai belahan tidak mengenal

musim tanam dapat dijual dalam bentuk segar maupun olahan serta mempunyai

nilai sosial ekonomi yang tinggi.Namun pada kondisi pandemi covid petani harus

berjuang memasarkan hasil produksinya kepada konsumen, bukan hanya petani

namun juga pemerintah harus serta membantu dalam menyelesaikan

permasalahan yang saat ini dihadapi oleh setiap petani yaitu bagaimana cara

menyusun strategi dalam upaya peningkatan pendapatan di masa pandemi covid

19. Hal ini sangat jelas terlihat dialami petani cabai. Petani memilih untuk tidak

memanen karena tak sebanding dengan biaya produksi. karena permintaan pasar

berkurang secara dratis. Kondisi yang sekarang sangat berbeda dengan saat

sebelum pandemi yang dimana harga jual cabai masih bisa memberikan

keuntungan bagi petani, lain dengan sekarang pada saat pandemi yang

menyebabkan petani menjadi merugi. Dengan menurunnya permintaan di pasar

maka pendapatan petani menjadi sangat kecil sehingga menyebabkan produksi

pun menjadi terganggu dan menyebabkan kualitas hasil panen dari petani juga

menjadi kurang, karena produksi yang di hasilkan kurang dan pasti untuk kualitas

yang di hasilkan pun menjadi turun. Karena kualitas yang di hasilkan bergantung

pada harga jual yang di dapatkan melalui manajemen budidaya yang benar,

sedangkan pada saat pandemi untuk memenuhi standar manajeman budidaya yang

benar menjadi sangat lah susah.

7
Terutama pada proses perawatan, pemupukan cabai itu sendiri. Untuk

mendapatkan kualitas hasil panen cabai diperlukan langkah-langkah dengan benar

seperti Jangan gunakan lahan yang sama secara berulang, Lakukan pemupukan

dengan tepat, pencegahan terhadap serangan hama dan penyakit. Sedangkan

untuk memenuhi kebutuhan dalam mencapai hasil panen yang maksimal dengan

kualitas yang bagus, membutuhkan dana yang lebih banyak juga, apabila melihat

dari harga cabai yang masih mencekik para petani maka untuk mencapai kualitas

yang bagus itu tidaklah tercapai. Dengan harga pupuk dan racun hama yang

melonjak tinggi. Para petani cabai juga mengeluh lantaran harga pupuk di pasaran

justru mahal. Untuk pupuk urea nonsubsidi, harga satu paket bisa mencapai

Rp350.000. Harga tersebut jauh di atas harga pupuk urea subsidi, yakni

Rp150.000. Persoalannya, ketersediaan pupuk subsidi tersebut langka akibat

pandemi Covid-19.

2.2 Rumusan masalah :

1. Produksi cabai di indonesia

2. Kinerja produksi cabai

3. Dampak Covid-19 terhadap petani cabai lokal

4. Meningkatkan kualitas hasil produksi cabai lokal

8
3.3 Tujuan :

1. Menjelaskan mengenai produksi cabai di indonesia

2. Memaparkan produksi cabai di beberapa daerah

3. Menjelaskan dampak pandemi terhadap hasil produksi cabai lokal

4. Menjabarkan langkah-langkah untuk meningkatkan hasil produksi cabai lokal

9
BAB II
PEMBAHASAN

Indonesia adalah negara agraris yang memberi konsekuensi pada perlunya

perhatian pemerintah pada sektor pertanian yang kuat dan tangguh, oleh karena itu

salah satu sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi adalah sektor pertanian.

Indonesia merupakan negara pertanian yang artinya pertanian memegang peranan

yang sangat penting dari keseluruhan perekonomian nasional, hal ini dapat

ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja pada sektor pertanian.

Pertanian merupakan basis perekonomian Indonesia. Peran sektor pertanian di

samping sebagai sumber penghasil devisa negara yang besar, juga merupakan

sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia, dan bila dilihat dari

jumlah orang yang bekerja, maka sektor pertanian paling banyak menyerap tenaga

kerja (Saifullah, 2018).

Sektor holtikultura menjadi subsektor yang telah menjadi perubahan

kekuatan untuk jadi sumber ekonomi baru di tingkat pedesaan dan perkotaan,

karena tanaman holtikultura menjadi jalan keluar untuk mengatasi masalah krisis

pangan dunia. Holtikultura memang masuk kedalam subsektor tanaman pangan,

dan holtikultura sudah membuktikan bahwasanya telah menjadi sumber baru

didalam sektor pangan pertanian (Direktorat Jendral Holtikultura, 2015).

Komoditas holtikultura terdiri dari 4 bagian, diantaranya adalah tanaman

hias, tanaman buah-buahan, tanaman sayursayuran serta obat-obatan. Komoditas

ini memiliki prospek yang bagus bila dikembangkan melihat sumberdaya alam

dan sumberdaya manusia yang amat tinggi. Perkembangan komoditas

hortikultura, terutama sayur-sayuran, baik sayuran daun maupun buah, cukup

10
potensial dan prospektif, karena didukung oleh potensi sumberdaya alam,

sumberdaya manusia, ketersediaan teknologi, dan potensi serapan pasar di dalam

negeri maupun pasar internasional yang terus meningkat. Salah satu jenis tanaman

sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah cabai merah.

Cabai merah adalah komoditas hortikultura yang penting, tetapi produksinya baik

kuantitas maupun kualitas masih rendah. Cabai merah bagi masyarakat sudah

tidak asing lagi, hampir semua orang sudah mengenal tanaman ini. Dalam

kehidupan sehari-hari cabai merah memegang peranan yang penting, terutama

bagi ibu-ibu rumah tangga, peranan cabai merah juga dapat memenuhi gizi

masyarakat, selain itu cabai merah jika dibudidayakan dengan tujuan untuk nilai

bisnis tentunya bisa menembus pasaran dengan mudah, hal ini dikarenakan oleh

semua unsur masyarakat tentunya membutuhkan tanaman ini terutama untuk

bahan konsumsi rumah tangga (Prayitno, dkk 2013).

Komoditas cabai merah saat ini merupakan salah satu komoditas andalan petani

sayuran di Indonesia karena dapat ditanam pada berbagai lahan, tidak mengenal

musim tanam, dapat dijual dalam bentuk segar maupun olahan, serta mempunyai

nilai sosial ekonomi yang tinggi (Sugiarti, 2003).

Tahun 2019, produksi cabai besar mencapai 1,27 juta ton dan pada tahun 2020

ditargetkan mencapai 1,35 juta ton. Luas panen cabai besar tahun 2019 mencapai

144.391 ha dengan produktivitas rata-rata sebesar 8,77 ton/ha. Lahan usaha tani

cabai berada di 33 provinsi dan 225 kabupaten/kota, sedangkan pada tahun 2019,

produksi cabai sebesar 1,37 juta ton, dan ditargetkan mencapai 1,47 juta ton pada

tahun 2020. Pada 2019, luas panen cabai mencapai 177.581 ha dengan tingkat

11
produktivitas 7,8 ton/ha. Lahan cabai rawit tersebar di 33 provinsi dan 219

kabupaten/kota. Produksi komoditas bawang merah produksinya pada tahun 2019

sebesar 1,52 juta ton. Pada 2020, produksi mencapai 1,66 juta ton. Luas panen

bawang merah tahun 2019 mencapai 157.808 ha dengan hasil 9,62 ton/ha. Lahan

bawang merah tersebar di 33 provinsi di 175 kabupaten/kota.

Sebelum pandemi Covid-19, Direktorat Jenderal Hortikultura (Ditjen

Hortikultura) menargetkan peningkatan produksi cabai dan bawang merah 7% per

tahun. Peningkatan tersebut direncanakan dicapai melalui swadaya masyarakat

yang diungkit dengan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Pada tahun 2020, pengembangan kawasan aneka cabai dengan APBN mencakup

areal produksi seluas 10.000 ha dengan dana Rp130 miliar, sedangkan

pengembangan kawasan bawang merah seluas 5.500 ha dengan dana Rp145,5

miliar (Ditjen Hortikultura 2020). Strategi lain untuk meningkatkan produksi

cabai dan bawang merah adalah dengan mengoptimalkan dana Kredit Usaha

Rakyat (KUR) yang dialokasikan sebesar Rp6,39 triliun. Kegiatan usaha

hortikultura yang difokuskan pada perolehan KUR meliputi usaha peralatan

mesin, usaha budi daya, usaha perbenihan, usaha lanskap, usaha pasca-panen, dan

usaha pemasaran (Zuraya 2020). Sejalan dengan komitmen untuk meningkatkan

produksi serta menjaga stabilitas harga cabai dan bawang merah, Ditjen

Hortikultura mengembangkan instrumen yang mampu memprediksi ketersediaan

dan harga selama tiga bulan ke depan yang dikenal dengan Early Warning System

atau disingkat EWS.

12
Kinerja Produksi

Cabai Besar dan Cabai Rawit

Sentra produksi cabai besar adalah provinsi Jawa Barat (23,03%), Jawa

Tengah (15,57%), Sumatera Utara (14,40%), Jawa Timur (8,80%), Sumatera

Barat (7,04%) dan provinsi-provinsi lain (26,33%). Sentra produksi cabai rawit

adalah Jawa Timur (30,38%), Jawa Tengah (13,77%), Nusa Tenggara Barat

(NTB) (11,86%), Jawa Barat 11,75%, Aceh (5,40%) dan provinsi-provinsi lain

(23,39%) (Pusdatin 2016). Dalam tulisan ini, produksi cabai besar adalah

penjumlahan produksi cabai merah besar dan produksi cabai merah keriting. Data

time series menunjukkan bahwa peningkatan produksi cabai besar selama 2016-

2019 jauh lebih rendah dibandingkan cabai rawit.

Adapun data luas panen (Ha), produksi (Ton), dan provitas (Ton/Ha) cabai besar

dan cabai rawit pada provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019. Dimana luas

lahan cabai rawit 2.078 Ha lebih besar dari luas lahan cabai besar 708 Ha, Jumlah

produksi Cabai rawit 5.731 Ton lebih besar dari jumlah produksi cabai besar

1.613 Ton, dan provitas cabai rawit 2,76 Ton/Ha lebih besar dari cabai besar 2,28

Ton/Ha.

Cabe Besar

Luas
N Produksi Provitas
Kabupaten Panen
O (Ton) (Ton/Ha)
(Ha)
1 Sambas 90 239 2,66
2 Bengkayang 123 688 5,59
3 Landak 8 7 0,84
4 Mempawah 44 79 1,80

13
5 Sanggau 224 281 1,25
6 Ketapang 28 75 2,66
7 Sintang 33 106 3,21
8 Kapuas Hulu 35 27 0,77
9 Sekadau 2 2 1,00
10 Melawi 34 39 1,15
11 Kayong Utara - - -
12 Kubu Raya 66 33 0,50
13 Kota Pontianak - - -
14 Kota Singkawang 21 38 1,81
Jumlah 708 1613 2,28

Cabe rawit

Luas
N Produksi Provitas
Kabupaten Panen
O (Ton) (Ton/Ha)
(Ha)
1 Sambas 167 609 3,65
2 Bengkayang 166 719 4,33
3 Landak 121 170 1,41
4 Mempawah 104 328 3,15
5 Sanggau 424 800 1,89
6 Ketapang 267 904 3,38
7 Sintang 255 851 3,34
8 Kapuas Hulu 146 173 1,19
9 Sekadau 37 54 1,46
10 Melawi 106 244 2,30
11 Kayong Utara 42 462 10,14
12 Kubu Raya 191 299 1,57
13 Kota Pontianak 21 125 5,94
14 Kota Singkawang 31 31 0,99

14
Jumlah 2078 5731 2,76

Dampak Covid-19 terhadap petani Cabai Lokal

Dengan adanya virus ini yang telah menginfeksi ribuan sektor

perekonomian dunia. Masyarakat Indonesia juga diharapkan tidak panik dengan

stok pangan yang ada. Kita dapat mengambil pelajaran dari penyebaran wabah

virus ini untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pertanian Indonesia sebagai

pertanian yang unggul. Dapat disimpulkan bahwa terdapat 6 dampak yang dapat

mempengaruhi sektor pertanian :

1. Kesehatan Para Petani

Secara umum bahwa mayoritas petani merupakan populasi relatif orang tua

dibandingkan dengan populasi pekerja umum. Sensus penduduk pada tahun 2017

hampir rata-rata usia petani sekitar 58 tahun. Jika wabah virus covid-19 ini tidak

kunjung henti maka dikhawatirkan dapat menimbulkan kepanikan masyarakat dan

akan menambah keterpurukan produksi pangan.

2. Tenaga Kerja Pertanian

Saat ini bisa dikatakan bahwa para tenaga kerja pertanian masih relatif tinggi yang

diakibatkan karena rendahnya daya serap tenaga kerja pada sektor industri.

Namun penyerapan yang terjadi di dalam usaha tani sangat terbatas, tidak mudah

untuk di standardkan, dirasionalkan, dan dispesialisasikan.

15
3. Keselamatan Pekerja dan Alat Pelindung Diri (APD)

Keselamatan berarti bebas dari kecelakaan, maka dari itu bertujuan untuk

menjamin kesehatan baik jasmani maupun rohani para tenaga kerja. Penerapan

prokes sangat diperlukan dalam kondisi saat ini yaitu selalu menggunakan masker

atau faceshield, bercuci tangan, dan menggunakan handsanitizer.

4. Kerusakan Sumber Daya Pangan

Perlu diketahui bahwa potensi geografis di Indonesia yang berkaitan dengan

ketahanan pangan sangat mendukung dan berpotensi positif karena faktor yang

mempengaruhi yaitu cuaca dan iklim, lahan, teknologi dan infrastruktur. Tetapi

ketahanan dibidang pertanian memiliki mutu yang kurang baik dan kurang stabil,

dikarenakan faktor proses produksi yang rendah, kualitas dan proses perawatan

yang kurang terjamin. Hal ini juga ditakutkan bahwa adanya virus yang

menyebabkan buah dan sayuran mudah membusuk.

5. Rantai Pasokan Pangan Melambat

Saat ini sektor pertanian menjadi tulang punggung ditengah upaya pemerintah

menanggulangi wabah. Merebaknya kasus pandemi virus Covid-19 telah

menimbulkan dampak yang cukup signifikan di berbagai sektor, termasuk pada

sektor pangan. Hambatan yang muncul dalam masalah distribusi dan logistik antar

wilayah dan antar negara berpotensi untuk menurunkan ketersediaan pangan di

dalam negeri.

16
6. Harga Pasar dan Pertanian

Menjaga stabilitas harga pasar saat ini memang sangat sulit, berawal dari adanya

social distancing, menghindari kerumunan, penutupan dan praktik lainnya untuk

menghambat penyebaran wabah. Maka dari itu sangat sulit bagi konsumen untuk

mendapatkan bahan pangan terutama bahan pokok sehingga mempengaruhi

stabilitas supplay dan demand barang & jasa yang menjadikan harga pasar dan

pertanian semakin meningkat drastis.

Tidak hanya itu pandemi covid-19 juga telah berdampak besar terhadap

tenaga kerja yang berada di perkotaan yang sementara ini dinonaktifkan dan

bahkan di PHK. Kondisi saat ini menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah

pengangguran di wilayah perkotaan dan mengakibatkan sebagian buruh perkotaan

kembali ke sektor pertanian di perdesaan.

Penyediaan kesempatan kerja di sektor pertanian masih memungkinkan

untuk menampung limpahan tenaga kerja yang terkena dampak pandemi Covid-

19 pada berbagai sektor pertanian melalui kegiatan usaha pertanian, buruh

pertanian, pengelolaan hasil, serta distribusi dan pemasaran hasil. Secara nasional,

sektor pertanian memiliki peran dalam menyediakan pangan, kesempatan kerja,

peningkatan pendapatan masyarakat, dan perolehan devisa negara.Oleh karena itu,

sektor pertanian masih menjadi salah satu pilihan bagi tenaga kerja yang terkena

dampak pandemi covid-19, baik sebagai sumber mata pencaharian utama maupun

pekerjaan sampingan.

17
Meningkatkan Produksi Tanaman

Salah satu upaya yang tepat untuk meningkatkan produktifitas tanaman

cabai adalah dengan cara meningkatkan kesuburan tanah serta bibit unggul dan

melakukan pembudidayaan tanaman pangan dengan benar. Karena pada dasarnya

bertani itu tidaklah mudah, namun dengan adanya pengetahuan mengenai ilmu

pertanian maka kegiatan bertani akan mudah dikerjakan. Berikut beberapa cara

yang dapat diterapkan para petani cabai untuk meningkatkan hasil panen tanaman

cabai :

1. Intensifikasi pertanian

Intensifikasi pertanian adalah salah satu cara pengolahan lahan pertanian yang

sebaik – baiknya dilakukan guna untuk meningkatkan hasil pertanian dengan

memanfaatkan beragam jenis sarana yang ada. Cara intensifikasi pertanian ini

termasuk salah satu cara yang banyak dipilih sebagai cara untuk meningkatkan

hasil pertanian khususnya di daerah Jawa dan juga pulau Bali.

Hal ini disebabkan, lahan pertanian yang ada di Jawa dan pulau Bali tersebut

cenderung sempit.

Intensifikasi pertanian bisa juga dilakukan dengan cara menjalankan program

panca usaha tani yang selanjutnya berlanjut dengan sapta usaha tani.

Berikut ini adalah langkah – langkah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan

hasil pertanian melalui program sapta usaha tani yaitu:

18
a. Pengolahan tanah dan pengairan yang dilakukan dengan baik serta teratur

b. Penggunaan bibit tanaman yang unggul

c. Melakukan pemupukan secara teratur hingga menyerap ke bagian – bagian

akar tanaman

d. Langkah pemberantasan hama dan penyakit pada tanaman

e. Pengolahan pasca panen

1. Ekstensifikasi pertanian

Ekstensifikasi pertanian yaitu salah satu cara untuk meningkatkan hasil pertanian

dengan jalan memperluas lahan. Sebagai contoh bisa bisa dilakukan dengan

membuka area hutan, memanfaatkan daerah – daerah sekitar rawa, membuka

semak belukar dan lahan pertanian yang belum pernah digunakan sebelumnya.

Bukan hanya itu, ekstensifikasi pertanian ini juga bisa dilakukan dengan

membuka persawahan jenis pasang surut. Cara meningkatkan hasil pertanian

melalui ekstensifikasi pertanian yang satu ini adalah cara yang juga banyak dipilih

dan dilakukan pada daerah – daerah  dengan penduduknya yang jarang seperti di

pulau Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya.

2. Diversifikasi pertanian

Diversifikasi pertanian termasuk salah satu jenis usaha dengan cara memanfaatkan

beberapa jenis produksi. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya

ketergantungan pada salah satu jenis tanaman saja. Terdapat 2 cara yang bisa

dilakukan dalam diversifikasi pertanian ini yaitu dengan memperbanyak jenis

19
kegiatan – kegiatan pertanian contohnya yaitu seorang petani tumbuhan pangan

juga beternak lainnya seperti beternak ayam dan ikan.

3. Mekanisasi pertanian

Mekanisasi pertanian adalah cara meningkatkan hasil dengan memanfaatkan

mesin – mesin pertanian yang modern terutama untuk daerah yang lahan

pertanian nya yang luas.

4. Rehabilitasi pertanian

Cara untuk meningkatkan hasil pertanian selanjutnya adalah melakukan

rehabilitasi pertanian. Metode ini adalah sebagai cara untuk memperbaiki lahan

yang awalnya sudah tidak menghasilkan lagi kemudian dilakukan sebuah upaya

agar lahan tersebut kembali menjadi lahan produktif dengan mengganti tanaman

yang mulanya sudah tidak lagi produktif atau menghasilkan dengan jenis tanaman

yang produktif.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi kesimpulan dari makalah ini

1. Produksi cabai di Indonesia


Komoditas cabai merah saat ini merupakan salah satu komoditas andalan petani

sayuran di Indonesia karena dapat ditanam pada berbagai lahan, tidak mengenal

musim tanam, dapat dijual dalam bentuk segar maupun olahan, serta mempunyai

nilai sosial ekonomi yang tinggi (Sugiarti, 2003). Tahun 2019, produksi cabai

besar mencapai 1,27 juta ton dan pada tahun 2020 ditargetkan mencapai 1,35 juta

ton. Luas panen cabai besar tahun 2019 mencapai 144.391 ha dengan

produktivitas rata-rata sebesar 8,77 ton/ha. Sebelum pandemi Covid-19,

Direktorat Jenderal Hortikultura (Ditjen Hortikultura) menargetkan peningkatan

produksi cabai dan bawang merah 7% per tahun. Peningkatan tersebut

direncanakan dicapai melalui swadaya masyarakat yang diungkit dengan dana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

2. Kinerja Produksi

Sentra produksi cabai besar adalah provinsi Jawa Barat (23,03%), Jawa Tengah

(15,57%), Sumatera Utara (14,40%), Jawa Timur (8,80%), Sumatera Barat

(7,04%) dan provinsi-provinsi lain (26,33%). Dalam tulisan ini, produksi cabai

besar adalah penjumlahan produksi cabai merah besar dan produksi cabai merah

21
keriting. Adapun data luas panen (Ha), produksi (Ton), dan provitas (Ton/Ha)

cabai besar dan cabai rawit pada provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2019.

3. Dampak Coviid-19 terhadap petani cabai lokal

Dengan adanya virus ini yang telah menginfeksi ribuan sektor perekonomian

dunia. Kita dapat mengambil pelajaran dari penyebaran wabah virus ini untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas pertanian Indonesia sebagai pertanian yang

unggul. Secara umum bahwa mayoritas petani merupakan populasi relatif orang

tua dibandingkan dengan populasi pekerja umum. Saat ini bisa dikatakan bahwa

para tenaga kerja pertanian masih relatif tinggi yang diakibatkan karena

rendahnya daya serap tenaga kerja pada sektor industri. Namun penyerapan yang

terjadi di dalam usaha tani sangat terbatas, tidak mudah untuk di standardkan,

dirasionalkan, dan dispesialisasikan. Keselamatan berarti bebas dari kecelakaan,

maka dari itu bertujuan untuk menjamin kesehatan baik jasmani maupun rohani

para tenaga kerja. Tetapi ketahanan dibidang pertanian memiliki mutu yang

kurang baik dan kurang stabil, dikarenakan faktor proses produksi yang rendah,

kualitas dan proses perawatan yang kurang terjamin. Hal ini juga ditakutkan

bahwa adanya virus yang menyebabkan buah dan sayuran mudah membusuk. Saat

ini sektor pertanian menjadi tulang punggung ditengah upaya pemerintah

menanggulangi wabah. Merebaknya kasus pandemi virus Covid-19 telah

menimbulkan dampak yang cukup signifikan di berbagai sektor, termasuk pada

sektor pangan. Menjaga stabilitas harga pasar saat ini memang sangat sulit,

berawal dari adanya social distancing, menghindari kerumunan, penutupan dan

22
praktik lainnya untuk menghambat penyebaran wabah. Tidak hanya itu pandemi

covid-19 juga telah berdampak besar terhadap tenaga kerja yang berada di

perkotaan yang sementara ini dinonaktifkan dan bahkan di PHK. Kondisi saat ini

menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah pengangguran di wilayah perkotaan

dan mengakibatkan sebagian buruh perkotaan kembali ke sektor pertanian di

perdesaan. Penyediaan kesempatan kerja di sektor pertanian masih

memungkinkan untuk menampung limpahan tenaga kerja yang terkena dampak

pandemi Covid-19 pada berbagai sektor pertanian melalui kegiatan usaha

pertanian, buruh pertanian, pengelolaan hasil, serta distribusi dan pemasaran hasil.

Karena pada dasarnya bertani itu tidaklah mudah, namun dengan adanya

pengetahuan mengenai ilmu pertanian maka kegiatan bertani akan mudah

dikerjakan. Berikut beberapa cara yang dapat diterapkan para petani cabai untuk

meningkatkan hasil panen tanaman cabai :.

4. Meningkatkan kualitas hasil produksi cabai lokal

Intensifikasi pertanian. Intensifikasi pertanian adalah salah satu cara pengolahan

lahan pertanian yang sebaik – baiknya dilakukan guna untuk meningkatkan hasil

pertanian dengan memanfaatkan beragam jenis sarana yang ada. Cara intensifikasi

pertanian ini termasuk salah satu cara yang banyak dipilih sebagai cara untuk

meningkatkan hasil pertanian khususnya di daerah Jawa dan juga pulau Bali.

Ekstensifikasi pertanian yaitu salah satu cara untuk meningkatkan hasil pertanian

dengan jalan memperluas lahan. Bukan hanya itu, ekstensifikasi pertanian ini juga

bisa dilakukan dengan membuka persawahan jenis pasang surut. Diversifikasi

23
pertanian termasuk salah satu jenis usaha dengan cara memanfaatkan beberapa

jenis produksi. Cara untuk meningkatkan hasil pertanian selanjutnya adalah

melakukan rehabilitasi pertanian.

3.2 Saran

Pandemi Covid-19 memegang pengaruh dalam kualitas hasil panen itu sendiri ,

24
DAFTAR PUSTAKA

Imam Aris Munandar. (2021). Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Cabai

Merah (Capsicum annuum L) Pada Masa Pandemic Covid-19 di Kelurahan

Terjun Kecamatan Medan Marelan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian

[JIMTANI], 1(4).

http://jurnalmahasiswa.umsu.ac.id/index.php/jimtani/article/view/828

‌Satu Data Kalbar. (2019). Kalbarprov.go.id.

http://data.kalbarprov.go.id/dataset/data-produksi-luas-panen-dan-provitas-

cabe-besar-di-kalbar-per-kabupaten-tahun-2019

Satu Data Kalbar. (2019). Kalbarprov.go.id.

http://data.kalbarprov.go.id/dataset/data-produksi-luas-panen-dan-provitas-

cabe-rawit-di-kalbar-per-kabupaten-tahun-2019

‌Alifia Paranggi. (2021, June 27). Dampak Pandemi Covid-19 Pada Leading

Sektor Pertanian Indonesia. Retizen.id; Republika.co.id.

https://retizen.republika.co.id/posts/11907/dampak-pandemi-covid-19-pada-

leading-sektor-pertanian-indonesia

Susilowati, G., & Gunawan, E. (n.d.). Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif

Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian DAMPAK PANDEMI

COVID-19 TERHADAP PRODUKSI, HARGA SERTA KONSUMSI CABAI

DAN BAWANG MERAH. https://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/20-

BBRC-2020-III-3-3-GBS.pdf

25

Anda mungkin juga menyukai